• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sebaran Batu Gamping Bawah Permukaan Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Blok B PT. Ansaf Inti Resources

N/A
N/A
Fadilah Husnul Khatimah

Academic year: 2025

Membagikan "Analisis Sebaran Batu Gamping Bawah Permukaan Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Blok B PT. Ansaf Inti Resources"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: 2685-8649

JRGI

Adetia Pelita Hati1, Jahidin 11*, Erzam S.Hasan 1

1)Jurusan Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo, Kendari,Indonesia E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian geolistrik resistivitas menentukan sebaran batu gamping bawah permukaan telah dilakukan pada blok B di area penambangan PT. Ansaf Inti Resources Desa Tondowatu, Kabupaten Konawe Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai resistivitas serta sebaran batu gamping bawah permukaan dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi wenner-schlumberger.

Pengambilan data dilakukan sebanyak tiga lintasan pengukuran, lintasan 1 memiliki panjang bentangan 300 meter, lintasan 2 dan lintasan 3 memiliki panjang bentangan 310 meter. Pengolahan data geolistrik resistivitas menggunakan software Res2Dinv dan menghasilkan berupa penampang 2D yang mempresentasikan struktur bawah permukaan. Hasil analisis dan interpretasi dari penampang 2D struktur batuan pada lintasan 1, 2, dan lintasan 3 memiliki struktur batuan yang sama yaitu lapisan soil dan lapisan batu pasir serta diduga adanya sebaran batu gamping berjenis batu gamping kristalin. Hal ini dikuatkan dengan adanya studi literatur dan pengamatan langsung dilapangan yang disebutkan dalam geologi regional daerah penelitian ini termasuk dalam Formasi Meluhu (TRjm) anggota Tue-Tue. Pada masing-masing bentangan lintasan 1,2, dan lintasan 3 dengan kedalaman mencapai 52,4 meter dan ketebalan sebesar 1 – 28 meter dengan nilai resistivitas setiap lintasan yaitu pada lintasan 1 memiliki nilai resistivitas sebesar 692 – 2049 Ωm, lintasan 2 memiliki nilai resistivitas batu gamping sebesar 554 – 3832 Ωm, dan pada lintasan 3 memiliki nilai resistivitas batu gamping sebesar 1040 – 3102 Ωm. Kata kunci: Desa Tondowatu, sebaran batu gamping, metode resistivitas, wenner schlumberger.

Abstract. Geoelectric resistivity research determine the distribution of subsurface limestone in block B in the mining area of PT. Ansaf Core Resources Tondowatu Village, North Konawe Regency. The research aims to determine the resistivity value and distribution of subsurface limestone using the Wenner-Schlumberger geoelectric resistivity method. Data was collected along three measurement lines: track 1 had a stretch length of 300 meters, track 2 had a stretch length of 310 meters, and track 3 had a stretch length of 310 meters. Processing geo electrical resistivity data with Res2Dinv software and produce a 2D cross section that’s presents a subsurface structure. The results of the analysis and interpretation of the 2D cross-section of rock structures on track 1, 2, and 3 have the same rock structure as soil inserts and sandstone inserts, and it is suspected that there is a distribution of limestone type of crystalline. This is confirmed by the literature study and direct observations in the field which are mentioned in the regional geology of the research area including the Meluhu Formation (TRjm), a member of Tue-Tue. Limestone on each stretch of track 1,2, and 3 with a depth of 59,9 meters and a thickness of 1 - 28 meters and a resistivity value of each track, namely track 1 has a resistivity value of 692 – 2049 Ωm, track 2 has a resist 554 – 3832 Ωm, and track 3 has a resist 1040 – 3102 Ωm.

Key words: Tondowatu village, limestone distribution, resistivity method, wenner schlumberger.

IDENTIFIKASI SEBARAN BATU GAMPING BAWAH PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS

KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER PADA BLOK B AREA PENAMBANGAN PT. ANSAF INTI RESOURCES DESA

TONDOWATU KABUPATEN KONAWE UTARA

(2)

ISSN: 2685-8649

JRGI

1. Pendahuluan

Sebagai negara yang terkenal dengan sebutan Nusantara, Indonesia memiliki keuntungan dengan melimpahnya sumber daya alam yang berada di atas tanah suburnya. Sebutan Nusantara yang berarti kepulauan (Nusa) diantara dua jalur lempeng (lempeng Asia dan lempeng Pasifik) dan dua jalur gunung api aktif di dunia (Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik) membuat Indonesia dipenuhi lahan–lahan subur akibat bentukan alam dan vulkanisasi yang terus terjadi hingga kini. Beberapa wilayah di Indonesia bahkan ada tanah yang kaya akan gamping hingga membentuk sebuah bongkahan besar menyerupai gunung gamping (perbukitan karst), misalnya dibagian barat laut Kalimantan Timur, Sumatra Barat, Jepara, Jawa Tengah, dan beberapa daerah di Kepulauan Sulawesi [1]. Salah satu wilayah yang memiliki cadangan batu gamping yang cukup banyak adalah Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara di Desa Tondowatu, batu gamping diolah oleh salah satu perusahan yang bergerak dibidang penambangan batu gamping yaitu PT. Ansaf Inti Resources. Khususnya pada blok B, belum diketahui secara pasti seberapa besar dan bagaimana sebaran keterdapatan batu gamping di bawah permukaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan survei geofisika dalam menggambarkan struktur bawah permukaan yang nantinya dapat digunakan untuk mengetahui potensi batu gamping. Metode geofisika yang biasa digunakan untuk eksplorasi batu gamping adalah metode geolistrik (resistivitas).

Metode geolistrik (resistivitas) merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan dalam eksplorasi dangkal. Metode resistivitas ini dilakukan dengan mencari sebaran nilai resistivitas batuan yang ada di bawah permukaan bumi [2]. Pada penelitian ini digunakan metode resistivitas 2D dengan konfigurasi Wenner-Schlumberger karena konfigurasi ini tidak terlalu rumit sehingga memudahkan akuisisi data di lapangan dan cocok untuk memetakan sebaran batuan dan mineral bawah permukaan dengan cakupan kearah horizontal dan vertikal.

konfigurasi Wenner-Sclumberger yang dimaksudkan untuk mendapatkan nilai resistivitas dari struktur bawah permukaan sehingga dapat diketahui seberapa besar potensi keterdapatan dan penyebarannya dari batu gamping yang ada di area penelitian.

2. Tinjauan Pustaka 2.1 Batu Gamping

Batu gamping merupakan bagian dari batuan sedimen, yaitu batuan sedimen non-klastik yang terbentuk dari proses kimia atau proses biologi. Batu kapur disebut juga batugamping atau limestone. Kandungan utama batu gamping adalah mineral kalsium karnonat (CaCO3) yang terjadi akibat proses kimia dan organik. Secara umum mineral yang terkandung dalam batu kapur adalah kalsium karbonat kalsit sebesar 95%, dolomit sebanyak 3%, dan sisanya adalah mineral clay [3]. Batu gamping dapat digunakan untuk berbagai keperluan, bila kandungan mineral dan kadar unsur logam penyusunnya diketahui. Kalsium karbonat (CaCO3) yang berfasa kalsit, merupakan mineral utama penyusun batugamping. CaCO3 dapat digunakan sebagai bahan adiktif dalam pembuatan lem, plastik, karet, tinta, bahan campuran dalam pembuatan semen Portland. Unsur kalsium (Ca) dapat digunakan sebagai bahan untuk pasta gigi, obat obatan, suplemen gizi, dan nutrisi tanaman [4].

2.2 Metode Geolistrik Resistivitas

Metode resistivitas adalah metode yang memanfaatkan perbedaan sifat kelistrikan di dalam bumi berupa tahanan jenis dalam batuan. Tahanan jenis atau resistivitas adalah kemampuan suatu bahan untuk menghambat arus listrik yang melaluinya. Suatu bahan yang memiliki resistivitas besar akan menjadikan arus listrik semakin sulit mengalir. Batuan, sebagai suatu medium juga memiliki sifat resistivitas yang beragam sesuai dengan jenis-jenis batuan. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat resistivitas batuan tersebut, kemudian dapat diselidiki bagaimana kondisi geologi bawah permukaan [5].

(3)

ISSN: 2685-8649

JRGI

Prinsip hukum Ohm menyatakan bahwa hambatan listrik suatu bahan berbanding terbalik dengan nilai arus listrik yang mengalir dan berbanding lurus dengan beda potensial listrik [6]. Hubungan antara beda potensial, arus dan hambatan listrik diberikan oleh George Simon Ohm sebagai berikut :

𝑅 = 𝑉

𝐼 (1)

dengan,

R = Hambatan (Ohm)

I = Kuat Arus Listrik (Ampere) V = Beda Potensial (Volt)

Apabila ditinjau sebuah silinder dengan luas penampang A (m2), panjangnya L (m), hambatan R (Ω) dan memiliki tahanan jenis ρ (Ωm), maka hubungan yang diperoleh dinyatakan dengan rumus:

𝑅 = 𝜌𝐿

𝐴

(2)

dengan,

ρ = Resistivitas (Ωm) R = Hambatan (Ω)

A = Luas Penampang (m2) L = Panjang Penampang (m)

2.2.1 Konfigurasi Wenner-Schlumberger

Metode geolistrik konfigurasi Wenner-Schlumberger adalah perpaduan antara konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi ini digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya relatif dangkal. Konfigurasi Wenner-Schlumberger adalah salah satu konfigurasi yang umum digunakan untuk pengukuran resistivitas 2D [7]. Keunggulan dari konfigurasi Wenner- Schlumberger ini adalah mampu memetakan distribusi nilai resistivitas secara lateral dan secara vertikal dan penetrasi kedalaman lebih baik dibandingkan konfigurasi Wenner [8].

Untuk konfigurasi Wenner-Schlumberger perbandingan jarak antara elektroda arus C1

dan elektroda potensial P1 (C1-P1) diletakkan pada jarak dan begitu juga dengan jarak antar elektroda C2-P1. Sedangkan elektroda P1-P2 diletakkan pada jarak k (dapat dilihat pada Gambar 1).

I

V

a

C1 P1 P2 C2

Gambar 1. Pengaturan Elektroda untuk Konfigurasi Wenner-Schlumberger

Proses penentuan resistivitas menggunakan empat buah elektroda yang diletakkan dalam sebuah garis lurus dapat ditentukan faktor geometri untuk konfigurasi Wenner-Schlumberger.

𝑉1 = 𝜌1

2𝜋( 1

𝐶1𝑃11

𝐶2𝑃2) (3)

(4)

ISSN: 2685-8649

JRGI

𝑉2 =𝜌1

2𝜋( 1

𝐶1𝑃21

𝐶2𝑃2) (4)

𝑉 = 𝑉1− 𝑉2 =2𝜋𝜌 (𝐶1

1𝑃1𝐶1

2𝑃2) − (𝐶1

1𝑃2𝐶1

2𝑃2) (5)

𝑉 = 𝑉1− 𝑉2 = 𝜌

2𝜋( 1

𝐶1𝑃11

𝐶2𝑃21

𝐶1𝑃2+ 1

𝐶2𝑃2) (6)

Dengan mengsubstitusikan nilai jarak antar elektroda, maka:

𝑉 = 𝑉1− 𝑉2 = 𝜌

2𝜋(1

𝑛𝑎1

𝑛𝑎+𝑎1

𝑛𝑎+𝑎+1

𝑎) (7)

𝑉 = 𝜌

2𝜋( 1

𝑛𝑎(𝑛+1)) (8)

𝜌𝑎 = ∆𝑉

1 𝜋𝑛(𝑛 + 1)𝑎 (9)

Nilai K tiap survei geofisika berbeda-beda tergantung metode yang digunakan untuk pengukuran. Untuk metode konfigurasi wenner-schlumberger faktor geometri konfigurasi ini diperoleh dari menyubstitusikan nilai jarak spasi elektroda, sehingga 𝑘 adalah :

𝑘 = 𝜋𝑛 (𝑛 + 1)𝑎 (10) 3. Metode Penelitian

Penelitian ini bertempat di lokasi pertambangan batu gamping PT. Ansaf Inti Resources Blok B seluas 16 Ha, Desa Tondowatu Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara (Gambar 2). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan separangkat peralatan resistivitymeter Geo Teknik Resistivity (GTR) Tipe GTR 02 semi otomatis multichannel 32 elektroda. Pengambilan data yang dilakukan yaitu sebanyak 3 bentangan lintasan pengukuran, data hasil pengukuran di lapangan selanjutnya diolah dengan menggunakan software Res2Dinv untuk memperoleh penampang 2D. Hasil pengolahan data dengan menggunakan software Res2Dinv berupa nilai resistivitas pada struktur bawah permukaan yang terdeteksi serta memperlihatkan ketebalan masing-masing lapisan dibawah permukaan, kemudian diinterpretasikan berdasarkan nilai resistivitas untuk menentukan lapisan bawah permukaan pada setiap lintasan berdasarkan table resistivitas dan pengamatan langsung di lapangan.

Gambar 2. Peta lintasan pengukuran geolistrik (Blok B) daerah penelitian PT.Ansaf Inti Resources Desa Tondowatu Kabupaten Konawe Utara

L1 L2

L3

(5)

ISSN: 2685-8649

JRGI

4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil

Pengukuran resistivitas dengan menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger dilakukan pada 3 lintasan yang masing-masing diberi label sebagai lintasan 1, lintasan 2, dan lintasan 3.

Panjang lintasan 1 adalah 300 meter, sedangkan lintasan 2 dan 3 masing-masing 310 meter dengan jarak antar elektroda setiap lintasan yaitu 10 meter. Koordinat, orientasi, dan panjang masing-masing lintasan dapat dilihat pada (Tabel 1).

Tabel 1. Lintasan pengukuran daerah penelitian blok B Lintasan

pengukuran

Koordinat lintasan (51 M UTM) Panjang lintasan

Orientasi

Awal Akhir

X Y X Y

Lintasan 1 431578 9574429 431448 9574182 300 Timur Laut- Barat Daya Lintasan 2 431866 9574241 431577 9574246 310 Barat Laut-

Tenggara Lintasan 3 431806 9574409 431582 9574268,3 310 Timur Laut-

Barat Daya Hasil penelitian ini berupa penampang 2D yang diperoleh dari pengolahan data menggunakan software Res2Dinv. Pengolahan data resistivitas 2D Wenner-Schlumberger pada masing-masing lintasan menggunakan software Res2Dinv dapat dilihat pada gambar dibawah ini, yang memberikan informasi tentang tampilan 2D penampang resistivitas dari lapisan bawah permukaan. Tampilan dua dimensi yang dihasilkan terdiri dari 3 model penampang resistivitas semu, penampang pertama adalah model penampang resistivitas semu hasil pengukuran (measured apparent resistivity), penampang kedua menunjukan penampang resistivitas semu dari hasil perhitungan (calculated apparent Resistivity), dan penampang ketiga adalah inverse model resistivity section yang menggambarkan resistivitas sebenarnya (true resistivity) setelah melalui pemodelan inversi. Adapun model penampang resistivitas hasil inversi pada setiap lintasan pengukuran diperlihatkan dalam gambar dibawah ini, Berdasarkan model penampang resistivitas bawah permukaan, terdapat variasi warna yang menunjukkan variasi nilai resistivitas. Ini menunjukkan bahwa di bawah permukaan terdapat variasi struktur lapisan.

Gambar 3. Hasil pengolahan data resistivitas dengan software Res2Dinv pada lintasan 1: (a) Penampang hasil pengukuran resistivitas semu (b) Penampang hasil perhitungan resistivitas semu (c) Penampang hasil inversi

(a)

(b)

(c)

(6)

ISSN: 2685-8649

JRGI

Gambar 4. Hasil pengolahan data resistivitas dengan software Res2Dinv pada lintasan 2: (a) Penampang hasil pengukuran resistivitas semu (b) Penampang hasil perhitungan resistivitas semu (c) Penampang hasil inversi

Gambar 5. Hasil pengolahan data resistivitas dengan software Res2Dinv pada lintasan 3: (a) Penampang hasil pengukuran resistivitas semu (b) Penampang hasil perhitungan resistivitas semu (c) Penampang hasil inversi

4.2 Pembahasan

Pengolahan data penelitian ini menggunakan Software Res2Dinv yang berupa penampang 2D kemudian diinterprestasikan untuk menentukan litologi bawah permukaan. Interpretasi disesuaikan dengan kondisi lapangan ketika melakukan pengambilan data serta meninjau sifat kelistrikan material ketika dialiri arus lsitrik, dengan menggunakan pola perbandingan data antara lintasan satu dengan lintasan lainnya. Pada hasil pengolahan data yang dilakukan pada Software Res2Dinv memiliki nilai resistivitas yang bervariasi mulai dari nilai resistivitas yang

(a)

(c) (b)

(c) (b) (a)

(7)

ISSN: 2685-8649

JRGI

rendah hingga nilai resistivitas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya bahan-bahan yang tidak homogen.

4.2.1 Nilai Resistivitas Bawah Permukaan Lintasan 1

Hasil pengolahan data pada lintasan 1 merupakan penampang resistivitas 2D menggunakan Software Res2Dinv dapat dilihat pada (Gambar 3), terdiri dari 3 gambar penampang yaitu pada gambar pertama merupakan hasil pengukuran resistivitas semu dilapangan, gambar kedua merupakan penampang hasil perhitungan resistivitas semu, dan gambar yang ketiga merupakan penampang hasil inversi, dan dapat dilihat pada bagian (c), sebaran resistivitas bawah permukaan lintasan 1 terlihat dari bentang lintasan 0 – 300meter secara horizontal sedangkan secara vertikal pada kedalaman 1,25 – 52,4meter dengan nilai resistivitas yang terendah sampai yang tertinggi pada interval resistivitas 1,02 – 2049 Ωm,dengan iterasi sebanyak 5 kali dan RMS errornya 23,7 %. Iterasi dilakukan beberapa kali untuk menurunkan nilai error yang ada.

Nilai error pada lintasan 1 dapat diterima karena lebih kecil dari 30% [9]. Hasil interpretasi struktur bawah permukaan pada Lintasan 1 diduga terdapat 3 lapisan batuan yang tersebar dibawah permukaan yaitu lapisan soil (bisa mengandung air), batu pasir (sandstones), dan batu gamping (limestones). Lapisan soil dicirikan mempunyai nilai resistivitas rendah, batu pasir dicirikan mempunyai nilai resistivitas sedang, dan batu gamping dicirikan mempunyai nilai resistivitas tinggi. Adapun gambaran interpretasi struktur bawah permukaan pada lintasan 1 dapat dilihat pada (Tabel 2).

Tabel 2. Interpretasi struktur bawah permukaan lintasan 1 No. Nilai Resistivitas

(Ωm)

Kedalaman (m) Ketebalan (m) Jenis Lapisan

1. 1,02 – 8,98 10 – Soil (lapisan

berwarna biru) 2. 26,6 – 233 15 – 52 9,26 – 39,4 Batu pasir (lapisan

berwarna hijau- cokelat) 3. 692 – 2049 Mulai dari atas

menuju bawah permukaan 1 – 52,4

1 – 17,0 Batu gamping (lapisan berwarna

orange-ungu) 4.2.2 Nilai Resistivitas Bawah Permukaan Lintasan 2

Hasil pengolahan data pada lintasan 2 merupakan penampang resistivitas 2D menggunakan Software Res2Dinv dapat dilihat pada (Gambar 4) bagian (c). sebaran resistivitas bawah permukaan lintasan 2 terlihat dari bentang lintasan 0 – 310meter secara horizontal sedangkan secara vertikal pada kedalaman 1,25 – 52,4meter dengan iterasi sebanyak 5 kali dan RMS errornya 23,4 %. Nilai resistivitas yang terendah sampai yang tertinggi pada interval resistivitas 4,41 – 3832 Ωm. Penampang resistivitas 2D tersebut menggambarkan sebaran resistivitas batuan bawah permukaan di lintasan 2 kemudian diinterpretasikan untuk mengestimasikan sebaran batugamping di lokasi penelitian. Berikut model penampang 2D sebaran resistivitas material pada Software Res2Dinv dengan topografi. Hasil interpretasi struktur bawah permukaan pada Lintasan 2 sama dengan lintasan sebelumnya, yaitu diduga terdapat 3 lapisan batuan yang tersebar dibawah permukaan. Lapisan soil (bisa mengandung air) dengan nilai resistivitas cenderung kecil yaitu antara 4,41– 30,5 Ωm ditandai berwarna biru, Lapisan sandstones (batu pasir) dengan nilai resistivitas dicirikan sedang yaitu antara 80,2 – 211 Ωm ditandai berwarna hijau dan lapisan limestones (batu gamping) dengan nilai resistivitas yang cenderung tinggi yaitu antara 544 -3832 Ωm. Adapun gambaran interpretasi struktur bawah permukaan pada lintasan 1 dapat dilihat pada (Tabel 3).

(8)

ISSN: 2685-8649

JRGI

Tabel 3. Interpretasi struktur bawah permukaan lintasan 2

No. Nilai

Resistivitas(Ωm)

Kedalaman (m) Ketebalan (m) Jenis Lapisan

1. 4,41 – 30,5 1 – 25 – Soil (lapisan

berwarna biru)

2. 80,2 – 211 39,4 9 – 39 Batu pasir (lapisan

berwarna hijau) 3. 544 -3832 Berada di kedalaman

1 – 52,4m di bawah permukaan

1 – 28 Batu gamping (lapisan berwarna

kuning-ungu) 4.2.3 Nilai Resistivitas Bawah Permukaan Lintasan 3

Hasil pengolahan data pada lintasan 3 merupakan penampang resistivitas 2D menggunakan Software Res2Dinv dapat dilihat pada (Gambar 5), terdiri dari 3 gambar penampang yaitu pada gambar pertama merupakan hasil pengukuran resistivitas semu dilapangan, gambar kedua merupakan penampang hasil perhitungan resistivitas semu, dan gambar yang ketiga merupakan penampang hasil inversi, dan dapat dilihat pada bagian (c). sebaran resistivitas bawah permukaan lintasan 3 terlihat dari bentang lintasan 0 – 310meter secara horizontal sedangkan secara vertikal pada kedalaman 1,25 – 52,4meter dengan iterasi sebanyak 5 kali dan RMS errornya 24,2 %. Nilai resistivitas yang terendah sampai yang tertinggi pada interval resistivitas 1,47 – 3102 Ωm. Penampang resistivitas 2D tersebut menggambarkan sebaran resistisvitas batuan bawah permukaan pada lintasan 3, kemudian diinterpretasikan untuk mengestimasikan sebaran batugamping di lokasi penelitian. Berikut model penampang 2D sebaran resistivitas material pada Software Res2Dinv dengan topografi.

Hasil interpretasi struktur bawah permukaan pada Lintasan 3 sama seperti dua lintasan sebelumnya, yaitu mempunyai 3 lapisan batuan yang tersebar dibawah permukaan. Adanya kesamaan lapisan batuan antar lintasan ini, secara tidak langsung memperlihatkan adanya sebaran batu gamping yang terdapat dibawah permukaan yang dilewati oleh lintasan-lintasan yang dimaksudkan. Lapisan batuan yang terdapat di lintasan 3 yaitu, Lapisan soil dengan nilai resistivitas cenderung kecil yaitu antara 1,47 – 13,1 Ωm ditandai berwarna biru, Lapisan sandstones (batu pasir) dengan nilai resistivitas cenderung sedang yaitu antara 39,1 – 348 Ωm ditandai berwarna hijau dan lapisan limestones (batu gamping) dengan nilai resistivitas yang cenderung tinggi yaitu antara 1040 - 3103 Ωm ditandai dengan warna orange-ungu. Adapun gambaran interpretasi struktur bawah permukaan pada lintasan 1 dapat dilihat pada (Tabel 4).

Tabel 4. Interpretasi struktur bawah permukaan lintasan 2 No. Nilai

Resistivitas (Ωm)

Kedalaman (m) Ketebalan (m)

Jenis Lapisan

1. 1,47 – 13,1 1 – 20 – Soil (lapisan

berwarna biru)

2. 39,1 – 348 39,4 9 – 39 Batu pasir (lapisan

berwarna hijau) 3. 1040 – 3103 Nampak dipermukaan hingga

di kedalaman 19,8m dan di kedalaman 39-52m

1 – 19 Batu gamping (lapisan berwarna

orange-merah) Berdasarkan hasil interpretasi data resistivitas 2D dari ketiga lintasan yang merupakan lintasan pengukuran memperlihatkan bahwa ketiga lintasan pada daerah penelitian diduga

(9)

ISSN: 2685-8649

JRGI

terdapat sebaran batu gamping jenis batu gamping kristalin ditiap lintasannya, selain adanya sebaran batugamping terdapat sisipan lapisan batuan, yaitu soil dan sandstone (batu pasir). Hal ini diinterpertasi secara megaskopis dilapangan dan ditandai dengan sifat dari batu gamping yang kompak dengan kekerasan sangat keras dan ditandai dengan warna segar kelabu kehitaman dan warna lapuk abu-abu kecoklatan. Sedangkan untuk batu pasir ditandai dengan dengan sifat agak keras dan mempunyai warna segar abu-abu keputihan dan warna lapuk coklat keputihan. Hal ini dikuatkan dengan adanya studi literatur dan pengamatan langsung dilapangan yang disebutkan dalam geologi regional daerah penelitian ini termasuk dalam Formasi Meluhu (TRjm) [10] menyebutkan, formasi ini dibagi menjadi tiga anggota: Anggota Toronipa, Anggota Watutaluboto, dan Anggota Tuetue. Untuk lokasi penelitian ini termasuk dalam Anggota Tuetue, dimana Anggota Tuetue yang dimaksudkan yaitu didominasi batu lumpur dengan sisipan batu pasir dibagian bawah, lensa batu pasir pada bagian tengah, dan lapisan batu pasir, napal dan atau batu gamping pada bagian atas.

5. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dalam penelitian di area penelitian penambangan PT Ansaf Inti Resources pada blok B Desa Tondowatu Kabupaten Konawe Utara diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Nilai resistivitas pada blok B di area penelitian pada ketiga lintasan yaitu sebesar 1,02 – 3832 Ωm, berdasarkan nilai resistivitas dan hasil interpretasi terdapat struktur bawah permukaan yang sama pada ketiga lintasan pengukuran yang terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan soil, lapisan batu pasir (sandstones), dan lapisan batu gamping (limestones). Sebaran keterdapatan batu gamping diarea penelitian pada ketiga lintasan yaitu lintasan 1,2 dan lintasan 3 terdapat pada kedalaman yang mencapai 52,4meter dari atas permukaan dengan ketebalan mencapai 1 - 28meter dengan kondisi penyebaran cenderung menyebar kearah Barat daya dengan nilai resistivitas batu gamping (limestones) di setiap lintasan yaitu pada lintasan 1 sebesar 692 – 2049 Ωm, lintasan 2 memiliki nilai resistivitas batu gamping sebesar 554 – 3832 Ωm, dan pada lintasan 3 memiliki nilai resistivitas batu gamping sebesar 1040 – 3102 Ωm.

6. Daftar Pustaka

[1] Laraebi, Galid. 2017. Karakterisasi Kandungan Mineral Dan Unsur Penyusun Batugamping Pada PT Semen Tonasa. Skripsi Universitas Islam Alauddin Makassar.

[2] Basid, A., dkk., 2014, Pendugaan Reservoir Sistem Panas Bumi dengan Menggunakan Survey Geolistrik, Resistivitas dan Self Potensial (Studi Kasus Daerah Maniestasi Panas Bumi Desa Lombang, Sumenep). Malang: Jurnal Neutrino, 7, 1:64.

[3] Fitria A, Nurul, dkk. Pengaruh Penambahan Larutan MgCl2 pada Sintesis Kalsium Karbonat Presipitat Berbahan Dasar Batu Kapur dengan Metode Karbonasi. Jurnal Sains dan Seni ITS.

1(1), September 2012.

[4] Timpola, Ruslan. Skripsi: Karakterisasi Kandungan Mineral dan Unsur Penyusun BatuGamping di Bulide. Gorontalo. Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo.2014.

[5] Dewa, Putu, Mohammad Dahlan. 2012. Identifikasi Sistem PanasBumi di Desa Masaingi dengan Menggunakan Metode Geolistrik. Jurnal Natural Science. 1(1). 1-6.

[6] Indarto, B., dkk., 2016, Rancang Bangun Sistem Pengukuran Resistivitas Geolistrik dengan menggunakan Sumber Arus Konstan. Jurnal Fisika dan Aplikasinya, 12 (2).

[7] Rochman, J.P.G.N., dkk. 2017, Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Jenis Untuk Mengetahui Bawah Permukaan Di Komplek Candi Belahan (Candi Gapura). Surabaya: Jurnal Geosaintek.

3 (1).

(10)

ISSN: 2685-8649

JRGI

[8] Telford, W. M., L. P. Geldart, R. E Sheriff dan D. A. Keys, 1990, Applied Geophysic, London:

Cambridge University Press, New York.

[9] Pujiastuti, D, Indrawati, Edwiza. D., dan Mustafa, B., 2009, Penentuan Kedalaman Bidang Gelincir Daerah Rawan Gerakan Tanah dengan Metode Tahanan Jenis (Studi Kasus Dua titik Pengamatan di Kampus Unand Limau Manis Padang). Prosiding seminar Nasional Fisika Univesitas Andalas (SNFUA), 42-54.

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian Penentuan Jenis Material Bawah Permukaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ash Batubara Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi

Telah dilakukan pendeteksian resistivitas lapisan bawah permukaan tanah dengan metode geolistrik di Daerah Uruk Gedang Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat dengan tujuan

Struktur penyebaran batu gamping dengan menggunakan metode Geolistrik konfigurasi Schlumberger di daerah Cangap Kerabangen Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat

telah memberikan berkah dan rahmatNya sehingga skripsi yang berjudul Evaluasi Struktur Bawah Permukaan Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas 1D (sounding)

Sedangkan hasil akhir dari metode tersebut bisa mengetahui interpretasi potensi sebaran batubara dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi wenner-alpha dan

Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Wenner-Schlumberger Untuk Survey Pipa Bawah Permukaan.. Jurusan

Penentuan Penyebaran Lindi Pada Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger Di TPA Sampah Desa Bandengan Kabupaten Jepara.. Skripsi,

2016, "Identifikasi Sebaran Batu bara Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa Lemban Tongoa", Jurnal Gravitasi Vol 15.. Hadi, Imam 2016, "Identifikasi Jenis Batuan Bawah