• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEMIOTIKA PADA BAJU BODO DALAM PERNIKAHAN ADAT BUGIS DI DESA MAKMUR JAYA (1)

N/A
N/A
my

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS SEMIOTIKA PADA BAJU BODO DALAM PERNIKAHAN ADAT BUGIS DI DESA MAKMUR JAYA (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

YAYASAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM (YLPI) RIAU UNIVERSITAS ISLAM RIAU

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

ANALISIS SEMIOTIKA PADA BAJU BODO DALAM PERNIKAHAN ADAT BUGIS DI DESA MAKMUR JAYA, KEC. KATEMAN, INDRAGIRI HILIR

Dosen Pengampu: Dr. Dafrizal, S.Pd., M.Soc. Sc

Oleh:

Maya Febriyani 209110103

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2022

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH swt karena berkat rahmat karunianya penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “ANALISIS SEMIOTIKA PADA BAJU BODO DALAM PERNIKAHAN ADAT BUGIS DI DESA MAKMUR JAYA, KEC. KATEMAN, INDRAGIRI HILIR” maksud dan tujuan dari penelitian proposal ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Riau.

Penulis menyadari bahwa tidak tertutup kemungkinan di dalamnya terdapat kekurangan kekurangan. Oleh karna itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Pekanbaru, 04 Januari 2023

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... 4

A. Latar Belakang ... 4

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Semiotika ... 8

B. Pernikahan Adat Bugis ... 9

C. Pakaian Adat ... 10

D. Baju Bodo ... 10

BAB III METODE PENELITIAN ... 13

A. Subjek dan Objek Penelitian ... 13

B. Sumber Data ... 13

C. Teknik Pengumpulan Data ... 13

D. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 13

E. Teknik Analisis Data ... 14 DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara terpadat ke 4 di dunia serta negara yang memiliki populasi dengan Agama Islam terbesar, yaitu ±230 juta orang (Mubarokah, 2020). Sehingga Indonesia terkenal dengan negara yang memiliki berbagai suku etnik dan kebudayaan. Masyarakat Indonesia mempunyai berbagai suku, bangsa dan kaya dengan ragam budaya yang unik.

Budaya merupakan hasil olah pikir manusia yang menjadi kebiasaan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam kehidupannya, manusia memang menggunakan lambing atau simbol. Sejalan dengan itu, Cassier mengatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol (Chaer, 2012:39).

Semiotik merupakan ilmu dan metode analisis untuk menkaji tanda yang terdapat pada suatu objek, tujuannya adalah untuk mengetahui makna apa yang terkandung dalam objek tersebut. Preminger menyampaikan semiotik menganggap bahwa fenomena sosial masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda tanda (Kriyantoro, 2014: 265).

Busana adat merupakan suatu dari hasil kebudayaan dan simbol yang menandai perkembangan akulturasi daerah. Busana adat memiliki ciri khas tersendiri di masing masing daerah, busana adat ini juga menjadi identitas dan karakter budaya dari suatu kelompok daerah itu sendiri. Busana adat bukan hanya sekedar kain melainkan jejak sejarah, pemikiran, dan keyakinan suatu kelompok sosial yang memiliki fungsi untuk mempelihatkan kebudayaan masing masing daerah.

Pernikahan merupakan salah satu kegiatan yang mempersatukan dua insan secara suci dengan memperhatikan norma agama, hukum negara dan

Commented [i-[1]:

Urutan bab 1 nya sudah ante perbaiki

(5)

adat istiadat. Pernikahan juga dapat diartikan suatu adat yang dikaitkan dengan suatu jaminan sakral antara dua individu yang hidup masing masing.

Hal ini dilakukan sesuai dengan hukum lingkungan,pedoman yang ketat (Agama), dan kebiasaan kebiasaan yang dilakukan suatu kelompok di masing masing daerah.

Desa makmur jaya merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, desa makmur jaya dengan mayoritas suku bugis ini memiliki busana adat yang digunakan untuk acara pernikahan. Busana adat yang biasa dipakai adalah Baju Bodo, Baju Bodo ini merupakan baju adat bugis untum kaum wanita. Baju adat ini sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan baju adat ini merupkan salah satu busana adat tertua di indonesia.

Yang menjadi ciri khas Utama pada baju bodo ini adalah bentuknya, yaitu berbentuk segi empat dengan lengan pendek. Biasanya baju bodo ini digunakan oleh pengantin perempuan yang dilengkapi dengan aksesoris yaitu gelang, kalung, anting, gelang lengan dan hiasan konde.

Busana adat merupakan wujud komunikasi untuk menceritakan segala kearifan lokal yang ada pada suatu daerah. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengembangkan penelitian mengenai busana adat Desa Makmur Jaya, Kec. Kateman, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau melalui pendekatan Semiotik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Umanailo (2020) dengan judul Analisis Semiotika Busana Adat Bagi Perempuan Di Pulau Buru, diperoleh hasil bahwa pakaian adat di ketiga lokasi memiliki beberapa kesamaan dalam penggunaan serta perbedaan dalam penempatan busana adat.

Penduduk desa Kayeli dan Wasi menggunakan pakaian tradisional untuk kegiatan menerima tamu dan kegiatan tradisional, sementara masyarakat Kubalahin menggunakan pakaian tradisional untuk kegiatan ritual. Bagi masyarakat desa pakaian adat Kayeli memiliki nilai sakral yang harus dipatuhi

(6)

oleh semua orang yang menggunakannya, juga di desa Wasi dan Kubalahin, mereka menganggap bahwa identitas dalam pakaian adat harus dipertahankan dengan tidak sembarangan menggunakan atau menempatkan pakaian adat dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Semiotika Pada Baju Bodo Dalam Pernikahan Adat Bugis Di Desa Makmur Jaya Kecamatan Kateman Kabupaten Indragiri Hilir”.

B. Fokus Penelitian

Fokus pada penelitian ini adalah untuk menganalisis makna apa saja yang terdapat pada Baju Bodo untuk pernikahan adat bugis.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka pokok permasalahan yang akan diteliti adalah “Apa saja makna yang terdapat pada Baju Bodo untuk pernikahan adat bugis”

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna yang terkandung dalam busana adat bugis yaitu Baju Bodo.

(7)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah wawasan mengenai Busana Adat serta untuk memahami pesan dari makna yang terkandung pada busana adat bugis yaitu Baju Bodo.

(8)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Semiotika

Semiotika adalah ilmu yang mengkaji tentang tanda dalam kehidupan manusia.istilah ini dimunculkan pada akhir abad ke-19 oleh filsuf aliran pragmatic Amerika, Charles Sanders Peirce, merujuk kepada “doktrin formal tentang tanda tanda”. Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda.

Sejalan dengan Kriyantono 2007: 261 dalam (Suardi, 2017) mengatakan bahwa semiotika muncul pada abad ke 19 dan awal abad ke 20.

Semiotik bertujuan untuk mengetahaui makna makna yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan. Konsep pemaknaaan ini tidak terlepas dari perspektif atau nilai nilai ideologis tertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah pemikiran masyarakat dimana tersebut diciptakan. Semiotic mempelajari sistem sistem, aturan sturan, konvensi konvensi yang memungkinkan tanda tanda tersebut mempunyai arti. Semiotika adalah teori atau ilmu tentang tanda dan penandaan. Semiotik diambil dari kata Bahasa yunani: semeion, yang berarti tanda.

Pendekatan semiotik telah tumbuh dan berkembang di Eropa pada sekitar tahun awal kurun kedua puluh. Di antara tokoh-tokoh yang berwibawa dalam bidang ini selain dari Seassure, Peirce, Lotman, termasuklah Jonathan Culler, Michael Riffatere, Omberto Ece dan masih banyak lagi. Bermula pada kajian Bahasa pada akhirnya semiotic telah menjadi sebuah pendekatan yang menarik. Ia dapat digunakan untuk melihat segala sistem Bahasa yang mengawal bentuk bentuk kehidupan manusia. Jelaslah bahwa semiotic sendiri memulakan kajiannya dari lambang lambing atau tanda tanda Bahasa.

(9)

Semiotic dapat didefenisikan sebagai kajian sastra yang berhubungan dengan tanda dan ia dianggap sainstifik (Shomary, 2013).

B. Pernikahan Adat Bugis

Salah satu fenomena yang menarik pada masyarakat bugis yaitu memiliki komitmen tradisional yang kuat dalam melakukan kegiatan perkawinan, karena selain mereka berpegang teguh pada ajaran agama juga berpegang teguh pada tradisi/adat yang dianut serta diyakini kebenaranya secara turun menurun. Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah ungkapan

“Narekko tomappabboting sitongkkoi ade’E sibawa gaukengnge, syara sanre ade’, ade’ sanre wari, wari sanre tulida” Maksudnya: dalam melaksanakan prosesi pernikahan antara adat dan perbuatan sejalan seiring, syara’ bergandengan dengan adat, adat bergandengan dengan tatanan sosial, Tantanan sosial yang baik diikuti dan dilaksanakan secara turun menurun dalam masyarakat.

Secara garis besar, upacara atau resepsi pernikahan dibagi menjadi dua tahap yaitu mappenre botting dan marola. Mappenre botting adalah mengantar mempelai pria ke rumah mempelai wanita untuk melaksanakan beberapa rangkaian kegiatan seperti maddupa botting, akad nikah, dan mappasiluka. Mempelai pria diantar ole iring-iringan tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Madduppa botting berarti menyambut kedatangan mempelai pria dirumah mempelai wanita. Marola atau Mapparola adalah kunjugan balasan dari pihak mempelai wanita ke rumah mempelai pria. Pengantin wanita di antar ole iring-iringan yang biasanya membawa hadiah sarung tenun untuk keluarga suaminya. Setelah pemberian hadiah selesai, acara dilanjutkan dengan nasehat pernikahan oleh ustadz yang tujuannya sama seperti nasehat pernikahan ditempat mempelai wanita.

(10)

C. Pakaian Adat

Pakaian adat merupakan simbol kebudayaan suatu daerah. Untuk menunjukan nama daerah pakaian adat pun bisa dijadikan symbol tersebut.

Pasalnya, setiap daerah di Indonesia memiliki pakaian adat yang berbeda- beda.Pakaian adat biasanya dipakai untuk memperingati hari besar seperti kelahiran, pernikahan, kematian, serta hari-hari besar keagamaan. Setiap daerah memiliki pengertian pakaian adat sendiri- sendiri.Sebagai simbol, pakaian adat memang dijadikan penanda untuk sesuatu. Biasanya berupa doa atau mencerminkan suatu sikap

Menurut Koten ( 1991 : 2 ) pakaian adat merupakan salah satu identitas atau cirri pengenal masyarakat pemakainya. Pakaian adat itu merupakan suatu kebanggaan masyarakat yang bersangkutan.

Dari pendapat di atas tampak dengan jelas bahwa pakaian adalah salah satu kebutuhan manusia yang mutlak untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup manusia. Dengan kata lain pakaian adalah kebutuhan pokok tersendiri yang tidak kurang pentingnya dengan kebutuhan pokok lainnya.

Setiap suku memiliki ciri tersendiri mengenai pakaian adatnya.Pakaian adat umumnya dikenakan dalam berbagai upacara seperti upacara perkawinan, penjemputan tamu agung dan pesta rakyat.

D. Baju Bodo

Baju bodo dalam sejarahnya adalah pakaian tradisional perempuan Makassar. Baju bodo sering kali digunakan di dalam acara adat serta pernikahan di Sulawesi Selatan terkhusus untuk suku Bugis. Sejarah baju bodo dimulai sejak pertengahan abad IX, dalam bahasa Makassarnya yaitu

(11)

“Bodo” yang memiliki arti pendek, baju bodo ini bisa juga disebut dengan

“Waju Tokko” sudah dikenal dalam masyarakat Sulawesi Selatan.

Baju Bodo adalah nama baju adat Bugis Makassar untuk kaum wanita. Baju adat ini sudah ada sejak zaman dahulu. Bahkan Baju Bodo disebut sebagai salah satu pakaian adat tertua di Indonesia. Ciri khas utama Baju Bodo adalah berbentuk segi empat dan memiliki lengan pendek. Baju ini terbuat dari bahan dari kain muslin, kain ini merupakan kain hasil tenunan benang katun. Umumnya, ukuran Baju Bodo dibuat longgar atau jauh lebih besar dari ukuran badan pemakainya.

Penggunaan baju bodo ini bisa digunakan dalam acara Pernikahan, yang di mana baju bodo dalam pernikahan itu adalah salah satu ciri khas busana adat yang dipakai oleh suku Bugis, setiap warna dari pakaian baju bodo itu sudah memiliki makna yang di mana jika seorang memakainya akan dapat dikenali dari status sosial dan dari keturunan mana dia, karena baju bodo dalam acara pernikahan itu salah satu simbol dari suku Bugis, jika penggunaan baju bodo di acara-acara lainnya seperti penjemputan tamu, menggunakan baju bodo itu agar acara tersebut terkesan resmi dan tamu- tamu yang dijemput adalah orang-orang terhormat, sedangkan untuk pegelaran seni itu penggunaan baju bodo itu menunjukkan macam-macam tradisi di Sulawesi Selatan salah satunya ialah busana adat baju bodo sebagai baju adat tertua dan di pertahankan di suku Bugis

Setiap Baju Bodo memiliki warna yang berbeda-beda. Penggunaan warna ini mengandung arti yang menunjukkan usia atau status sosial seseorang. Berikut adalah arti dari setiap warna Baju Bodo:

1. Baju Bodo warna jingga: biasanya digunakan oleh anak-anak perempuan yang masih kecil atau berusia di bawah 10 tahun

2. Baju Bodo warna jingga dan merah: biasanya dikenakan oleh anak perempuan yang berusia 10-14 tahun atau menjelang usia baligh 3. Baju Bodo warna merah: biasanya digunakan oleh anak perempuan

(12)

yang sudah remaja atau gadis, antara usia 17 hingga 25 tahun 4. Baju Bodo warna putih: memiliki arti bahwa orang yang memakai

berasal dari kalangan pembantu atau dukun

5. Baju Bodo warna hijau: menandakan bahwa orang yang memakai adalah perempuan dari kalangan bangsawan

6. Baju bodo warna ungu: melambangkan bahwa orang yang memakainya adalah seorang janda

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan warna itu tidak lagi menjadi ukuran status sosial ataupun umur pemakainya. Saat ini siapapun bisa menggunakan Baju Bodo dengan warna apapun sesuai dengan selera masing-masing.

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah wanita bugis yang sudah menikah dengan menggunakan baju bodo. Objek dalam penelitian ini adalah baju bodo yang dipakai oleh wanita bugis di Desa Makmur Jaya Kec. Kateman, Indragiri Hilir

B. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini berasal dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di Desa Makmur Jaya, Kec. Kateman, Indragiri Hilir

C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara mendalam (depth interview), dan dokumentasi.

Observasi dilakukan untuk melengkapi format pengamatan sebagai instrumen untuk menggali lebih dalam mengenai baju adat bugis yaitu baju bodo.

Wawancara atau Depth interview dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akan ditanyakan kepada informan. Penentuan informan dilakukan dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu peneliti yang menentukan sendiri informan yang akan diwawancarai berdasarkan pertimbangan representative (Vera, 2014).

D. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif.

Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting.

(14)

Melalui keabsahan data kredibilitas ( kepercayaan ) penelitian kualitatif dapat tercapai.

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang laini dari luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007:330).

Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi dengan sumber. Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2007:29)

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian dilakukan melalui tiga kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang merupakan rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul. Tiga jenis kegiatan utama analisis data merupakan proses siklus dan interaktif.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Arina Dina Sofiyatun, B. N. (2020). ANALISIS SEMIOTIKA BUSANA ADAT KABUPATEN KEBUMEN SERTA RELEVANSINYA TERHADAP MATERI PEMBELAJARAN SISWA SMP. Jurnal Pesona, Volume 6 No.1 , 36-37.

Fahrezy, N. (2020). Makna Simbolis Baju Bodo Bagi Masyarakat Bugis di Kota Parepare. 30-33.

RIJAL, S. (2019). MAKNA SIMBOLIS PAKAIAN ADAT PENGANTIN SUKU SASAK DESA GANTI KECAMATAN PRAYA TIMUR KABUPATEN LOMBOK TENGAH NTB. 12-13.

Surya, A. N. (n.d.). ADAT PERNIKAHAN SUKU BUGIS.

Umanailo, M. C. (2020). ANALISIS SEMIOTIKA BUSANA ADAT BAGI PEREMPUAN DI PULAU BURU.

Referensi

Dokumen terkait

pernikahan adat Bugis Desa tersebut?Penelitian ini merupakan penelitian metode purpossive sampling yang datanya diperoleh kemudian dianalisis melalui wawancara

Aktivitas Komunikasi dalam tradisi nyawer pada proses pernikahan adat Sunda adalah sebuah aktivitas yang memiliki ciri khas dari suatu kebudayaan atau adat

Selain dari itu acara Mappacci merupakan tradisi adat yang sudah membudaya di masyarakat Bugis sehingga pada umumnya orang Bugis akan merasa ada yang kurang jika tradisi ini

Tradisi yang di gunakan dalam upacara adat Suku Betawi dalam konteks ini adalah penggunaan Roti Buaya dalam pernikahan adat di kampung Petukangan Utara, Jakarta

Tradisi perkawinan adat suku Bugis, tidak hanya menetapkan mahar sebagai pemberian yang wajib diserahkan oleh mempelai pria kepada mempelai wanita dalam perkawinan, akan tetapi

Pada prosesi pernikahan Temu Manten adat Jawa ini semua prosesi di lakukan dengan harapan bahwa setelah kedua mempelai melaksanakan prosesi Temu Manten tersebut,

1 Prosesi Adat Perkawinan Suku Dayak Mualang Adat Perkawinan merupakan ciri khas budaya asli di Daerah ini, karena sebagian besar penduduk di Menua Prama adalah penduduk lokal dan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam upacara tradisi mappanre temme’ pada pernikahan adat masyarakat suku Bugis di Dusun Labose ada beberapa alasan sehingga tradisi ini masih