• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung)"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM TRADISI NYAWER PADA PROSES PERNIKAHAN ADAT SUNDA DI KOTA BANDUNG]

(Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda Di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Pada Program Studi ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh : Ratu Aulia Pertiwi

41810087

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)
(4)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Ratu Aulia Pertiwi

Kelahiran : Bandung, 17 Februari 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 21 Tahun

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. H. Alpi no 53/80 RT 05/01 Kel. Cibuntu Kec. Bandung Kulon, 40212

Nama Ayah : Joelioes

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Nama Ibu : Itjeu Siti Halimah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

(5)

200

PENDIDIKAN FORMAL

1. 1998 – 2004 : SD Negeri Cijerah 04 Bandung 2. 2004 – 2007 : SMP YWKA Bandung

3. 2007 – 2010 : SMA YWKA Bandung

4. 2010 - 2014 : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Tahun 2003 – 2004 : Pramuka SD Negeri Cijerah 04 Bandung

SEMINAR & PELATIHAN

1. Tanggal 03 Maret 2010, sebagai peserta Table Manner yang diselenggarakan oleh Universitas komputer Indonesia Bandung, di Hotel Amaroossa Bandung; Bersertifikat.

2. Tanggal 18 Juni 2011 “ONE DAY WORKSHOP MC & RADIO

ANNOUNCER” Unikom Bandung ; Bersertifikat.

3. Tanggal 8 Desember 2011, sebagai peserta Islam dan Moralitas Pembangunan diselenggarakan oleh Universitas komputer Indonesia Bandung, di Auditorium UNIKOM Bandung; Bersertifikat.

(6)

Bandung; Bersertifikat.

5. Tanggal 23 Oktober 2012, sebagai peserta seminar Workshop Sinematografi Communication yang diselenggarakan oleh UNIKOM Bandung; Bersertifikat.

6. Tanggal 16 Desember 2012, mengikuti Training Publick Speaking 7 MC Profesional dengan baik yang diselenggarakan oleh UNIKOM Bandung; Bersertifikat.

7. Tanggal 30 November 2012, mengikuti Study Tour Mass Media Tahun Akademik 2012 yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi UNIKOM Bandung; Bersertifkat.

8. Tanggal 26 November 2012, sebagai peserta seminar Club Of Public Speaking Be The One Stands Up For Your Voice yang diselenggarakan oleh UNPAD Bandung; Bersertifikat.

9. Tanggal 29 Desember 2012, sebagai peserta dalam kegiatan One Day Workshop Great Managing Event yang bertempat di Auditorium UNIKOM Bandung; Bersertifikat.

10.Tanggal 29 Desembar 2012, sebagai peserta dalam kegaiatan One Day Workshop Great Managing Even Master Of Ceremony yang bertempat di Auditorium UNIKOM Bandung; Bersertifikat.

11.Tanggal 1 Juni 2013 seminar nasional “Wajah Baru Dunia

Periklanan” ARS (Advertising Real Show), UNPAD Bandung ;

(7)

202

12.Tanggal 13 Mei 2014 English Proficiency Test at English Department Indonesia University of Computer (TOEFL) ; Bersertifikat

(8)

ix

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 13

1.2.1 Pertanyaan Makro ... 13

1.2.2 Pertanyaan Mikro ... 13

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 14

1.3.1 Maksud Penelitian ... 14

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Kegunaan Penelitian ... 14

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 14

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 15

(9)

x

1.4.2.2Bagi Akademik ... 15

1.4.2.3Bagi Masyarakat ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 16

2.1.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu ... 16

2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi ... 23

2.1.2.1 Definisi Komunikasi ... 24

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi ... 25

2.1.2.3 Proses Komunikasi ... 26

2.1.2.4 Konteks Komunikasi ... 27

2.1.2.5 Fungsi Komunikasi ... 29

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal ... 31

2.1.3.1 Definisi Komunikasi Verbal ... 31

2.1.3.2Pesan dan Bahasa Komunikasi Verbal ... 32

2.1.3.3 Penting Komunikasi Verbal ... 33

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Nonverbal ... 33

2.1.4.1Pengertian Komunikasi Nonverbal ... 33

2.1.4.2 Tujuan Tentang Komunikasi Nonverbal ... 35

2.1.4.3 Fungsi Komunikasi Non Verbal... 36

2.1.4.4 Bentuk Komunikasi Non Verbal ... 38

2.1.4.5 Arti Penting Komunikasi Non Verbal ... 40

(10)

xi

2.1.7 Tinjauan Tentang Adat Istiadat ... 48

2.2 Kerangka Pemikiran ... 50

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 50

2.2.2 Kerangka Konseptual ... 57

BAB IIIOBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 60

3.1.1 Pernikahan ... 60

3.1.1.1 Tujuan Pernikahan ... 61

3.1.2 Tradisi Sawer Pernikahan Sunda ... 63

3.2 Metode Penelitian ... 65

3.2.1 Desain Penelitian ... 65

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 67

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 72

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 74

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 76

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 78

3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 78

(11)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Identitas Informan dan Key Informan ... 86

4.1.1 Informan Penelitian Kunci ... 87

4.1.2 Informan Penelitian Pendukung ... 91

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 95

4.2.1 Situasi Komunikatif dalam Tradisi Nyawer pada Proses Pernikahan adat Sunda di Kota Bandung ... 96

4.2.2 Peristiwa Komunikatif dalam Tradisi Nyawer pada Proses Pernikahan adat Sunda di Kota Bandung ... 105

4.2.3 Tindakan Komunikatif dalam Tradisi Nyawer pada Proses Pernikahan adat Sunda di Kota Bandung ... 111

4.2.4 Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda Di kota Bandung ... 118

4.3 Pembahasan ... 119

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 132

5.2 Saran ... 134

5.2.1 Universitas ... 134

5.2.2 Peneliti selanjutnya ... 134

5.2.3 Masyarakat Umum ... 134

DAFTAR PUSTAKA ... 136

LAMPIRAN ... 138

(12)

136

Bachtiar, A. (2004). Menikahlah, Maka Engkau Akan Bahagia!. Yogyakarta : Saujana

Bungin Burhan.2007. Analisis Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Rajawali Pers Ekadjati, Edi.1995.Kebudayaan Sunda (Suatu Pengantar). Jakarta; PT Penebar

Swadaya

Ekadjati, Edi S. 1995. Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Bandung: Girimukti Pasaka. 2005

Ensiklopedia Sunda; Alam Manusia, dan Budaya Termasuk Budaya Cirebon dan Betawi. 2000. Jakarta: Pustaka Jaya

Fisher, B. Aubrey.1986.Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remadja Karya. Kriyantono, Rachmat.2007.Teknik Praktis Riset Komunikasi.Prenade Media

Group, Jakarta

Kuswarno, Engkus.2008. Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung

Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja RosdaKarya, Bandung.

Mustapa, Hasan.2010.Adat Istiadat Sunda. Bandung: PT alumni

Mustapa, H. Hasan. 2010. Adat Istiadat Sunda. Edisi ketiga, cetakan ke-1.Terjemahan M. Maryati Sastrawijaya. Bandung: Alumni.

Rakhmat, Jalaluddin.2011.Psikologi Komunikasi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sihabudin, Ahmad.2011.Komunikasi Antarbudasya Satu Perspektif Multidimensi.Jakarta; PT Bumi Aksara

Soeganda, Akip.1995.Upacara Adat Di pasundan. Bandung : Sumur Bandung Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

(13)

137

Karya Ilmiah

- Unggara, Restu Septian.2012.Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasik Malaya (Studi Etnografi Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasik Malaya). UNIKOM Bandung

- marcelyna.2013. Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Adat Batak Toba). UNIKOM Bandung.

- Fikriza, Rina.2013.Pemaknaan Komunikasi Adaptasi Dalam Pernikahan Beda Suku (Studi Etnografi Komunikasi Adaptasi Dalam Pernikahan suku Sunda dengan Suku Minangkabau di Kota Cimahi). UNIKOM Bandung Internet Searching

- http://lanlanrisdiana.blogspot.com/2013/02/makalah-suku-dan-budaya-sunda.html

- http://www.scribd.com/doc/38407084/Adat-Perkawinan- Sunda#fullscreen:on

(14)

v

Assalamua’laikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada hadirat Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian yang berjudul “Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat

Sunda Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda Di Kota Bandung)”. Namun, atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bimbingan serta dukungan yang peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta dan tersayang, Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan rasa kasih sayangnya dan semangat kepada Peneliti dan juga memberikan do’a

(15)

vi

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo. Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah mengeluarkan surat research yang ditujukan kepada informan dan memberikan pengesahan pada laporan ini.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmunya, izin penelitian serta kemudahan lainnya dalam penelitian dari pra skripsi hingga pasca skripsi. 3. Yth. Ibu Melly Maulin P, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi juga sebagai Dosen Wali peneliti yang telah banyak memberikan motivasi, nasihat, semangat, pengetahuan dan berbagai ilmu serta wawasan selama Peneliti melakukan perkuliahan dan selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, bantuan, waktu, dan juga kesabarannya selama Peneliti menyusun skripsi ini.

4. Yth, Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan segala ilmunya selama peneliti menempuh studi hingga saat ini.

(16)

vii

7. Kepada kakakku tersayang Julia Handajani, Dewi Kartika Rachmawaty, dan Puteri Bungsu Ardhanariswary yang selalu memberikan dukungan, semangat, serta kebersamaan yang senantiasa memberikan warna pada kehidupan Peneliti sampai saat ini.

8. Sahabat Terbaikku Agree Anugerah Ramadhan, Yani Mulyani, Susilo Sudirman Muryadi, Ade Indra, Syarah Ana Yaomil, Nunung Nurhayati, Rahma Tania Aderiani, Susan Puspa Wardhani, Dessy Wulansari, Wanda, Muhamad Gusti Pangestu, Yoga Tarun, Reza Pahlevi, Boby Agima, Abhywidya Adhitama, Dhea Waluya, Jonathan Ander,Auladi Fauzan, Nuzul, Dera Meilasari, Rara, Wina yang selalu memberikan motivasi kepada Peneliti.

9. Teman-Teman Humas 2 angkatan 2010 yang selalu memberikan motivasi, do’a kepada Peneliti serta kebersamaannya hingga saat ini.

10.Teman-Teman IK-3 2010 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu terimakasih atas semangat perjuangan dan motivasi selama ini.

(17)

viii

12.Semua pihak yang mohon maaf tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan serta saran – sarannya kepada Peneliti.

Demikian Skripsi Penelitian ini Peneliti buat, untuk kesempurnaan skripsi penelitian yang lebih baik lagi maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh Peneliti. Semoga Skripsi Penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya para mahasiswa sebagai literatur. Akhir kata Peneliti mengucapkan Terima Kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, Agustus 2014 Peneliti

(18)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Pernikahan adat Sunda merupakan salah satu tradisi upacara perkawinan yang bersifat ritualistik sebagaimana halnya aspek-aspek kehidupan lain dalam sistem kebudayaan tersebut. Prosesi yang dilakukan sebagai rangkaian upacara perkawinan tersebut menghadirkan sejumlah makna melalui simbol budaya yang mewakili norma-norma budaya dan oleh karena itulah sering pula disebut dengan perkawinan adat.

Pada prosesi pernikahan adat Sunda misalnya terdapat berbagai rangkaian aktivitas komunikasai yang melibatkan banyak simbol baik berupa tindakan atau komunikasi non verbal yang digunakan pada saat prosesi pernikahan, maupun bahasa verbal melalui kata-kata dalam bentuk syair atau tembang. Semua simbol ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam keseluruhan prosesi pernikahan adat Sunda, sebagaimana pula pada pernikahan adat yang dapat ditemui pada sistem budaya yang lain.

“Pernikahan adat Sunda ini lebih disederhanakan, sebagai berikut akibat

percampuran dengan ketentuan syariat islam dan nilai-nilai “kepraktisan” dimana “sangpenganten” ingin lebih sederhana dan tidak bertele-tele. Adat yang biasanya dilakukan meliputi : acara pengajian, siraman (sehari sebelumnya acara “seren

(19)

2

(menginjak telur), “meuleum harupat” (membakar lidi tujuh buah). “meupeuskeun

kendi” (memecahkan kendi dan sawer)”.1

Diantara beberapa urutan proses pernikahan dalam adat Sunda, salah bagian dari rangkaian prosesi pernikahan adat Sunda ini adalah sawer (nyawer).Dalam budaya Sunda, saweritu sendiri sesungguhnya tidak hanya terdapat pada upacara pernikahan, tetapi juga pada syukuran khitanan. Namun, sawer dalam prosesi pernikahan memiliki karakter yang khas yakni diiringi dengan tembang atau lagu berbahasa Sunda yang biasanya berisi nasihat-nasihat yang ditujukan khususnya kepada kedua mempelai dan umumnya kepada semua hadirin yang turut serta dlam prosesi pernikahan tersebut.

“Pernikahan merupakan suatu tahap baru dalam perjalanan hidup manusia,

dimana sejak itu mereka dianggap memasuki masa dewasa”.2Hal ini disebabkan oleh pandangan orang Sunda yang menganggap bahwa sebuah pernikahan merupakan suatu ikatan suci dan harus dipelihara dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah, kedua mempelai harus melalui proses sawer sebagai sarana pendidikan nilai sebelum menjalankan kehidupan sebagai pasangan suami istri. Namun demikian sebagai sebuah warisan kebudayaan, bahasa-bahasa dalam tembang yang disenandungkan oleh juru sawer (orang yang memimpin ritual sawer) biasanya menggunakan petuah-petuah yang bernada simbolik.

Dalam hal ini tembang sawer dapat dikatakan sebagai sarana dalam mempertahankan nilai-nilai adat Sunda sebab salah satu karakter budaya adalah berupaya mempertahankan eksistensi nilai-nilai dan norma-normanya dengan cara

1

http://www.scribd.com/doc/38407084/Adat-Perkawinan- Sunda#fullscreen:on

2

(20)

mewariskannya dari generasi ke generasi. Dari segi pelaksanaannya saja, sawer biasanya dilakukan dihalaman rumah, sebab bagian halaman rumah ini sering disebut dengan istilah “panyaweran”, artinya tempat yang biasa terkena air hujan

yang terbawa hembusan angin. Karakter halaman rumah yang semacam inilah yang memunculkan istilah sawer yang berasal dari kata awer, yang mempunyai arti “air jatuh menciprat”. Oleh karena itu, praktik sawer dilakukan dengan

menabur-naburkan sejumlah benda yang dianalogikan seolah-olah menciprat-cipratkan air kepada kedua mempelai wanita dan pria serta semua yang ikut menyaksikan di sekelilingnya.

Menurut R.Satjadibrata dalam Kamus Umum Bahasa Sunda (1954), istilah sawer itu mempunyai arti mendasar, yakni: Pertama, air hujan yang masuk kerumah karena terhembus angin (tempias); kasaweran = kena tempias; panyaweran = tempat jatuhnya air dari bubungan (taweuran), kedua, nyawer, menabur (pengantin) dengan beras dicampur uang, tek-tek (lipatan sirih), dan irisan kunir.

Adapun maksud dan tujuan sawer ini adalah memberi nasihat kepada kedua mempelai melalui tembang-tembang atau lagu yang dinyanyikan oleh tukang sawer. Hal ini besar kemungkinan bahwa perilaku adat ini disebut “nyawer” oleh karena dilakukan dipanyaweran atau taweuran yang dalam bahasa

(21)

4

yang masing-masing mengandung makna tertentu, dan disimbolkan oleh benda-benda tersebut.

Tradisi saweran dilaksanakan sesaat setelah upacara akad nikah berlangsung. Sebenarnya secara maknawi sawer ini sama sekali tidak mengangkat hal-hal yang berbau mistik. Hanya saja karena bahasa dan seluruh peralatan dalam prosesi pernikahan ini mengandung simbol-simbol, seringkali dipahami sebagai sesuatu yang membesar-besarkan unsur mistiknya.

Setiap proses tahapan dalam prosesi adat pernikahan adat Sunda melibatkan perilaku yang disengaja dikarenakan pada setiap tahapan prosesnya sengaja mengirimkan sejumlah besar baik pesan verbal maupun pesan non verbal dimana pesan tersebut memiliki makna bagi orang lain. Pesan-pesan tertentu dapat dikirim dengan cara yang berbeda oleh budaya yang berbeda pula. Seperti halnya dalam proses pernikahan adat Sunda yang memiliki makna terkandung disetiap proses tahapannya.

(22)

“Bahasa menjadi unsur pertama sebuah kebudayaan, karena bahasa akan menentukan bagaimana masyarakat penggunanya mengkategorikan pengalamannya. Bahasa akan menentukan konsep dan makna yang dipahami oleh masyarakat, yang gilirannya akan memberikan pengertian mengenai pandangan hidup yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain makna budaya yang mendasari kehidupan masyarakat, terbentuk dari hubungan antara simbol-simbol/bahasa”. (Kuswarno,2008:9)

Dengan demikian, tembang sawer merupakan salah satu bentuk simbolisasi dari wujud kebudayan masyarakat Sunda yang diwariskan secara turun-temurun sehingga menjadi adat istiadat yang dalam beberapa hal dapat dianggap sakral.

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam macam etnis serta budaya. Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki keanekaragaman budaya, khususnya kota Bandung yang sebagian besar etnis Sunda dalam hal kesenian tradisional yang merupakan warisan nenek moyang. Ragam budaya ini diturunkan pada pewarisnya dari generasi ke generasi. Keberadaan warisan budaya khas Jawa Barat ini sangat berarti bagi masyarakatnya, sebab dengan warisan budaya ini masyarakat dapat menunjukan karakteristik yang dapat membedakannya dengan masyarakat dari daerah lain. Diantaranya adalah etnis Sunda yang masih menggunakan upacara adat tradisional.“Di Indonesia, Sunda adalah etnis terbesar kedua setelah Jawa. Dengan segala kebesarannya, Sunda yang meliputi orangnya, wilayahnya, kulturnya, telah memberi kontribusi besar bagi bangsa dan negara Indonesia”3. Dalam hampir semua sistem budaya, upacara

3

(23)

6

atau adat perkawinan menjadi salah satu bagian tersendiri dan dalam banyak hal, memiliki fungsi identitas atas budaya yang di wakilinya.

Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat sunda ramah tamah (someah). Murah senyum lemah lembut dan sangat menghormati orang tua. Itulah cerminbudaya dan kultur masyarakat sunda. Di dalam bahasa Sunda diajarkan bagaimaana menggunakan bahasa halus untuk orang tua

“Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama

oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi”.4 Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetik. Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Satu diantara unsur budaya bangsa yang mengandung nilai-nilai luhur adalah upacara perkawinan adat tradisional. Setiap Etnik tertentu memiliki prosesi upacara pernikahan yang berbeda yang dilihat dari segi pakaian, tata rias, aksesoris dan tata cara pelaksanaan pernikahan dari setiap daerah. Salah satunya yaitu prosesi pernikahan adat Sunda.

4

(24)

Pada dasarnya peristiwa perkawinan merupakan awal suami istri dalam menapaki masa depannya, membina rumah tangga dan melanjutkan keturunannya. Pernikahan merupakan wujud kebudayaan yang sakral sebagai perwujudan ideal hubungan cinta antara dua individu, baik yang memiliki budaya yang sama maupun budaya yang berbeda. Pelaksanaan prosesi pernikahan yang mayoritas dilaksanakan secara adat etnik Sunda menggunakan berbagai simbol yang diciptakan dan di maknai oleh masyarakat Sunda di kota Bandung yang salah satunya adalah tradisi nyawer. Maka dari itu sangatlah wajar jika dikota Bandung masih menggunakan prosesi adat Sunda. Adat istiadat yang masih dipertahankan dalam masyarakat adalah tata cara dan aturan dalam perkawinan yang mempunyai makna akan kehidupan sebagai representasi dari acara tersebut. Pada dasarnya simbol-simbol tersebut terbagi atas dua yaitu simbol verbal dan non verbal.

“Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan

satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal”. (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.

1. Penamaan atau penjulukan (naming atau labeling) merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

(25)

8

3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Dalam kehidupan kesehariannya manusia berkomunikasi melaui beragam media atau medium. Bentuk yang merupakan komplemen dari media (gerak, bunyi, rupa, dan bahasa) banyak terdapat pada seni pertunjukan, yang kesemuanya itu merupakan bahasa komunikasi yang kaya akan nuasna imajinatif dan penuh dengan multitafsir dan memiliki beragam makna yang disampaikan dalam bentuk komunikasi non verbal.

Komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan. Dalam berkomunikasi pasti ada simbol, yaitu sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud tertentu, misalnya dalam kata-kata verbal yang tertulis maupun lisan, dan juga non verbal yang diperagakan oleh gerak-gerik tubuh, warna, artefak, gambar, pakaian, dan lainnya yang harus dapat dipahami secara konotatf. (Devito 2011:23)

Kesalahpahaman didalam berkomunikasi tidak hanya pada bahasa verbal saja, melainkan juga pada bahasa nonverbalnya. Bahasa non bverbal dalam suatu kelompok tidak kalah rumitnya dengan bahasa verbal. Secara sederhana, pesan non verbal adalah seua isyarat yang bukan kata-kata.

Hymes dalam Engkus Kuswarno, mengatakan bahwa aktivitas komunikasi yakni:

(26)

komunikasi dalam etnografi komunikasi, adalah peristiwa-peristiwa yang khas dan berulang.” (Kuswarno, 2008:42)

Adapun yang di katakana oleh Hymes pada aktivitas komunikasi memiliki unit-unit diskrit yakni situasi komunikatif, peristiwa komunikatif dan tindakan komunikatif. Situasi komunikasi merupakan konteks terjadinya komunikasi. Situasi yang sama bias mempertahankan konfigurasi umum yang konsisten pada aktivitas yang sama di dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat diversitas dalam interaksi yang terjadi disana. Unit dasar untuk tujuan deskriptif. Sebuah peristiwa tertentu didefinisikan sebagai keseluruhan perangkat komponen yang utuh, yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topic umum yang sama, dan melibatkan partisipan yang sama, yang secara umum menggunakan varietas bahasa yang sama untuk interaksi, dalam seting yang sama. Dan sebuah peristiwa komunikatif dinyatakan berakhir, ketika terjadi perubahan partisipan, adanya periode hening, atau perubahan posisi tubuh. Tindakan komunikatif yakni fungsi interaksi tunggal, seperti peryataan, permohonan, perintah, ataupun perilakunon verbal.

Komunikasi terdapat dua bagian yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Pesan komunikasi non verbal merupakan salah satu bentuk media komunikasi yang sama pentingnya dan banyak digunakan dalam berbagai situasi terutama berkaitan dengan sistem nilai, gaya, dan bahasa tubuh, perasaan, dan emosi. Pesan komunikasi non verbal dalam masyarakat yang masih sederhana dan tradisional masih dianggap efektif untuk menyampaikan pesan.

(27)

10

yang ditunjukan melalui gerak tubuh yang terkadang sulit untuk dipahami, diharapkan dapat mengenal pola-pola, nilai-nilai, simbol, gaya atau penampilan dan gerakan tubuh.

Pesan verbal dan non verbal juga sangat tergantung pada budaya. Tidak semua konteks verbal serta non verbal dapat dimaknai sama pada setiap budaya. Dengan beragamnya suku bangsa yang terdapat di Indonesia, melahirkan budaya yang beragam dan menambah kekayaan negeri, hal ini menjadikannya aset kebudayaan yang perlu dijaga.

Tradisi nyawer merupakan suatu budaya yang erat kaitannya dengan studi etnografi. Etnografi merupakan kajian khusus yang membahas tentang kebudayaan atau sistem kepercayaan suatu daerah. Adanya penjelasan etnografi dalam buku penelitian komunikasi yang mengatakan “Etnografi pada dasarnya

merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi dan berbagai macam deskripsi kebudayaan”. (Kuswarno, 2008 ; 32).

Metode etnografi juga dapat digunakan dalam masyarakat yang kompleks seperti kelompok-kelompok dalam masyarakat kota yang memiliki kelompok subkultur tersendiri. Hal ini menjadi istimewa karena terdapat unsur komunikasi yang melatari dan menggerakan sebuah kebudayaan khususnya pada tradisi nyawer yang digunakan dalam prosesi pernikahan adat Sunda.

Mengenai hal tersebut lebih fokus dibahas dalam ranah komunikasi khususnya etnografi komunikasi.

(28)

sosiokultural, mencoba menemukan hubungan antara bahasa, komunikasi dan konteks kebudayaan dimana peristiwa komunikasi itu berlangsung.” (Kuswarno,

2008 : 17). Seperti halnya Gumperz dalam Engkus Kuswarno yang menyatakan : “Perlunya untuk melihat konteks sosial politik yang lebuh besar dimana sebuah proses komunikasi berlangsung, karena itu akan mempengaruhi pola komunikasi yang digunakan. Pemolaan dalam kajian etnografi disebut juga sebagai hubungan antara komponen komunikasi dan peristiwa komunikasi.” (Kuswarno, 2008 : 18)

Pola kajian etnografi ini terjadi di semua tingkat komunikasi yakni masyarakat, kelompok, dan individual. Pada tingkat masyarakat, komunikasi biasanya berpola dari segi fungsinya, kategori bicara dan sikap dan konsepsi tentang bahasa dan speaker. Suara yang dihasilkan harus dalam urutan bahasa khusus tapi biasa jika mereka harus ditafsirkan sebagai pembicara bermaksud: urutan mungkin dan bentuk kata-kata dalam sebuah kalimat dibatasi oleh aturan tata bahasa dan bahkan definisi baik wacana terbentuk ditentukan oleh budaya.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya mengenai etnografi komunikasi, studi etnografi komunikasi merupakan salah satu dari sekian studi penelitian kualitatif, yang mengkhususkan pada penemuan berbagai pola komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam suatu masyarakat tutur, untuk sampai kepada pemahaman etnografi komunikasi, baik sebagai landasan teori maupun sebagai studi penelitian, sebenarnya berawal dari isu-isu dasar yang melahirkannya yaitu Bahasa, Komunikasi, dan Kebudayaan karena ketiga itulah yang tergambar dalam kajian etnografi komunikasi.

(29)

12

memberikan pesan-pesan non verbal. Kita tidak selalu berkomunikasi dengan cara yang sama dari hari ke hari, karena faktor-faktor seperti konteks (situasional), kepribadian individu, dan suasana hati berinteraksi dengan berbagai pengaruh budaya kita telah menginternalisasi yang mempengaruhi pilihan kita.

Manusia memahami pengalaman mereka melalui makna-makna yng ditemukan dalam simbol-simbol dari kelompok utama mereka dan bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial. Menurut Mead dalam Deddy Mulyana,

“Interaksi simbolik adalah kehidupan sosial yang pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Komunikasi non verbal masuk ke dalam ranah etnografi komunikasi, pada etnografi komunikasi, yang menjadi fokus perhatian adalah perilaku komunikasi dalam tema kebudayaan tertentu. Adapun yang dimaksud dengan perilaku komunikasi menurut ilmu komunikasi tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak ketika terlibat dalam proses komunikasi.” (Kuswarno, 2008 ; 35).

Seperti pada upacara pernikahan adat Sunda “Nyawer” ini merupakan salah satu tradisi masyarakat Sunda yang masih dipegang erat dalam kebudayaan Sunda yang masih kental dalam kehidupan sehari-hari.Kebudayaan Sunda yang dalam upacara pernikahan beserta prosesi didalamnya memiliki makna dan pesan yang terkandung. Hal tersebut sangat menarik dan unik untuk diteliti dari sudut pandang ilmu komunikasi terutama makna komunikasi verbal dan nonverbal yang ada pada tradisi nyawer yang didalamnya memiliki pesan verbal dan non verbal yang tidak semua orang sunda mengetahui makna dan pesan yang disampaikan kepada masyarakat Sunda.

(30)

saat ini masih dilakukan. Maka dari itu peneilti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul sebagai berikut “Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian terkait latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan pokok masalah yang akan diteliti sebagai berikut, yang terbagi ke dalam rumusan masalah makro (umum) serta rumusan masalah mikro (khusus).

1.2.1 Pertanyaan Makro

Bagaimana Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung ( Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung).

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Untuk lebih mudah menjelaskan hasil penelitian, maka peneliti merumuskan pertanyan mikro dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Situasi Komunikatif dalam tradisi Nyawer pada saat upacara pernikahan adat Sunda?

(31)

14

3. Bagaimana Tindakan Komunikatif dalam tradisi Nyawer pada proses pernikahan adat Sunda?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki maksud dan tujuan yang bisa menjadi kan pengetahuan dari penelitian sebagai arah kedepannya, adapun maksud dan tujuannya sebagai berikut;

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui Aktivitas Komunikasi

Dalam Tradisi “Nyawer” Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung .

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Situasi Komunikatif dalam tradisi Nyawer pada proses pernikahan adat Sunda.

2. Untuk mengetahui Peristiwa Komunikatif dalam tradisi Nyawer pada proses pernikahan adat Sunda.

3. Untuk mengetahui Tindakan Komunikatif dalam tradisi Nyawer pada proses pernikahan adat Sunda.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

(32)

1.4.2 Kegunaan Praktis 1.4.2.1Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dalam bidang Ilmu Komunikasi khususnya, yaitu tentang Aktivitas Komunikasi dalam penelitian etnografi komunikasi.

1.4.2.2Bagi Akademik

Penelitian ini bisa berguna bagi mahasiswa UNIKOM (Universitas Komputer Indonesia) secara umum, dan khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi sebagai literatur atau sumber tambahan dalam memperoleh informasi bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang sama.

1.4.2.3 Bagi Masyarakat

(33)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu

Berdasarkan studi pustaka, peneliti menemukan beberapa referensi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti.Studi penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang membantu peneliti dalam merumuskan asumsi dasar untuk mengembangkan “Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda Di kota Bandung”.

(34)

Tabel 2.1

1. Universitas UNIKOM Bandung UNIKOM Bandung UNIKOM Bandung

2. Judul Penelitian Aktivitas

Komunikasi Ritual

3. Tujuan Penelitian Untuk

(35)

18

(36)

metode kualitatif

(37)
(38)

dengan perbedaan 6. Kesimpulan Simpulan dari

(39)
(40)

dilakukan dengan serius yang memiliki muatan atau

pengaruh yang positif agar hubungan kedua suku tersebut terjalin dengan baik dan menghasilkan situasi, peristiwa, dan tindakan pengaruh feedback yang positif.

Sumber : Peneliti 2014

2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi

Kehidupan manusia tak luput akan sosialisasi karena manusia adalah mahluk sosial, dan membahas ilmu komunikasi maka sangatlah makro didalamnya. Sebagaimana Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktek ini, menyatakan: “Ilmu Komunikasi sifatnya

(41)

24

tentang Ilmu Komunikasi, diawali dengan pengertian dan asal kata dari para ahli terkemuka.

2.1.2.1 Definisi Komunikasi

“Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”. Communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama”. (Mulyana, 2004:41)

Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mendefinisikan komunikasi sebgaai berikut :

“The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols).” (Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambing bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain(komunikan). (Effendy, 2002:49).

Sedangkan menurut Gerald A Militer yang kutip oleh Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa:

“In the main, communication has an its central interest those behavioral

situations in which asource tranmits a messege to a receivers with conscious intent to affect the latte’s behavior”.

(Pada pokoknya, komunikasi mengandung situasi keperilakuan sebagai minat sentral, dimana seseorang sebagai sumber menyampaikan suatu kesan kepada seseorang atau sejumlahpenerima yang secara sadar bertujuan memperoleh perilakunya). (Effendy, 2002:49).

(42)

memberitahu, tetapi juga mempengaruhi seseorang atau sejumlah orang tersebut untuk melakukan tindakan tertentu (merubah perilaku orang lain). Mengenai tujuan komunikasi R. Wayne Pace, Brent . D. Peterson dan M. Dallas Burnet sebagai mana dikutip olef Effendy menyatakan :

“Bahwa tujuan sentral dari komunikasi meliputi 3 hal utama, yakni: To

Secure Understanding (memastikan pemahaman), To Establish Acceptance (membina penerimaan), To Motivate Action (motivasi kegiatan).”(Effendy, 1986:63).

Jadi pertama-tama haruslah diperhatikan bahwa komunikan itu memahami pesan-pesan komunikasi, apabila komunikan memahami berarti adanya kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan, karena tidak mungkin memahami sesuatu tanpa terlebih dahulu adanya kesamaan makna (Communis).Jika komunikan memahami dapat diartikan menerima, maka penerimanya itu perlu dibina selanjutnya komunikan dimotivasi untuk melakukan suatu kegiatan. Uraian tersebut jelas, bahwa pada hakekatnya komunikasi itu adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain, baik secara langsung melalui lisan maupun tidak langsung melalui media proses komunikasi.

Proses komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain.

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi

(43)

26

laksanakan dapat tercapai. Pada umumnya komunikasi dapat mempunyai beberapa tujuan antara lain:

a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.

b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka mengiginkan arah ke barat tapi kita member jalur ke timur. c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan

sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya. d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun

komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan. (Effendy, 1993:18)

2.1.2.3 Proses Komunikasi

Sebuah komunikasi tidak akan lepas dari sebuah proses, oleh karena itu apakah pesan dapat tersampaika atau tidak tergantung dari proses komunikasi yang terjadi proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yaitu :

1. Proses Komunikas Secara Primer

(44)

dan sebagainya yang secara langsung dapat menterjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Media primer atau lambing yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, karena hanya bahasa yang ampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain (apakah itu bentuk ide, informasi atau opini baik mengenai hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan pada waktu yang lalu dan yang akan datang)

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Adalah proses penyampian pesan oleh seorang kepada orang lain denga menggunaka alat atau sarana media kedua setelah memakai lambing sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasi karena komunikasi sebagai sasarannya berada di tempat yang relative jauh dan komunikan yang banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan masih banyak lagi media kedua yang sering digunakan sebagai media komunikasi.

2.1.2.4 Konteks Komunikasi

Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruangan hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi yang terdiri dari:

(45)

28

2. Aspek psikologis: seperti sikap, kecenderungan, prasangka dan emosi para peserta komunikasi.

3. Aspek sosial: seperti norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya.

4. Aspek waktu: yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam).

Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi.Maka dikenallah komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok. Komunikasi publik, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.

Unsur-unsur dari proses komunikasi di atas, merupakan faktor penting dalam komunikasi, bahwa setiap unsur tersebut oleh para ahli komuikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus proses komunikasi diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Komunikasi Verbal

(46)

2. Komunikasi Non Verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensialbagi pengirim atau penerima. (Mulyana, 2007:343).

2.1.2.5 Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki beberapa fungsi, Menurut Effendy ada empat fungsi utama dari kegiatan komunikasi, yaitu :

1. Menginformasikan (to inform)

Adalah memberikan informasi kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2. Mendidik (to educate)

Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (to entertain)

(47)

30

4. Mempengaruhi (to influence)

Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu komunikasi suatu pengantar mengutip Kerangka berpikir William I. Gorden mengenai fungsi-fungsi komunikasi yang dibagi menjadi empat bagian. Fungsi-fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi dominan.

1. Fungsi Komunikasi Sosial

(48)

2. Fungsi Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesan-pesan non verbal.

3. Fungsi Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif.Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam acara tersebut orang mengucapakan kata-kata dan menampilkan perilaku yang bersifat simbolik.

4. Fungsi Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur (persuasif) Suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal 2.1.3.1 Definisi Komunikasi Verbal

(49)

32

ide-ide, pemikiran atau keputusan lebih mudah disampaikan secara verbal dibandingkan non verbal.

2.1.3.2 Pesan dan Bahasa dalam Komunikasi Verbal

Pesan yang disampaikan berupa pesan verbal yang terdiri atas kode-kode verbal.Dalam penggunaannya kode-kode verbal ini berupa bahasa.Bahasa adalah seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi kumpulan kalimat yang mengandung arti. Bahasa ini memiliki tiga fungsi pokok, yaitu :

1. Untuk mempelajari tentang segala hal yang ada di sekeliling kita.

2. Untuk membina hubungan yang baik dalam hubungan manusia sebagai makhluk sosial antara satu individu dengan individu lainnya.

3. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam perjalanan kehidupan manusia. Bahasa dapat dipelajari dengan beberapa cara. Hal ini dijelaskan dalam beberapa teori, seperti teori Operant Conditioning, teori kognitif, dan yang terakhir adalah mediating theory.

a. Menurut teori operant conditing bahasa dipelajari dengan adanya stimulus dari luar yang menyebabkan seseorang pada akhirnya berbicara dengan bahasa yang dimengerti oleh orang yang memberinya stimulan.

b. Dalam teori kognitif bahasa merupakan pembawaan manusia sejak lahir yang merupakan pembawaan biologis. Di sini ditekankan bahwa manusia yang lahir ke dunia berpotensi untuk bisa berbahasa.

(50)

berbahasa, tidak hanya sekadar sebagai reaksi dari adanya stimulus dari luar, tapi juga dipengaruhi proses internal yang terjadi dalam diri manusia itu sendiri.

Tanpa bahasa manusia tidak bisa berfikir, bahasalah yang mempengaruhi persepsi serta pola-pola pikir yang ada pada seseorang.

2.1.3.3 Pentingnya Komunikasi Verbal

Dengan komunikasi verbal, pesan dapat diterima dengan baik oleh komunikan.Komunikan pun dapat memberikan feedback dengan komunikasi verbal pula. Sehingga dapat dipastikan bahwa dengan penggunaan komunikasi verbal ini, kesalahan persepsi komunikasi atau miss communication dapat diminimalisir. Oleh karena itu, kemampuan dalam berbahasa merupakan bagian yang sangat penting untuk seorang komunikator.Semakin banyak bahawa yang dikuasai maka semakin besar pula potensi untuk menjadi seorang komunikator dan komunikan yang baik untuk mencapai komunikasi efektif yang dibutuhkan dalam kehidupan kita dalam segala bidang.

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Nonverbal 2.1.4.1 Pengertian Komunikasi Nonverbal

(51)

34

untuk terjadinya perubahan pendapat, sikap, dan tindakan.Pesan komunikasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua ketegori, yakni pesan verbal dan pesan nonverbal.Pesan verbal adalah pesan yang berupa bahasa, baik yang diungkapakan melalui kata-kata maupun yang dituangkan dalam bentuk rangkaian kalimat tulisan.Pesan nonverbal adalah pesan yang berupa isyarat atau lambang-lambang selain lambang-lambang bahasa.

Komunikasi nonverbal lebih tua daripada komunikasi verbal. Kita lebih awal melakukannya, kerena hingga usia kira-kira 18 bulan, kita secara total bergantung pada komunikasi nonverbal seperti sentuhan, senyuman, pandangan mata, dan sebagainya. Maka, tidaklah mengherankan ketika kita ragu pada seseorang, kita lebih percaya pada pesan nonverbalnya. Orang yang terampil membaca pesan non verbal orang lain disebut intuitif, sedangkan yang terampil mengirimkannya disebut ekspresif.

Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter

“Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesa potensial bagi pengirim atau penerima”.(Mulyana 2007:343).

(52)

memakai parfum, menyentuh berbagai bagiann tubuh orang lain, dan bahkan kapan kita diam. Cara kita bergerak dalam ruang ketika berkomunikasi dengan orang lain didasarkan terutama pada respons fisik dan emosional terhadap rangsangan lingkungan. Smentara kebanyakan perilaku verbal kita bersifat eksplisit dan diproses secara kognitif, perilaku nonverbal kita bersifat spontan, ambigu, sering berlangsung cepat, dan di luar kesadaran dan kendali kita. Sementara itu Menurut Edward T. Hall :

“Menamai bahasa nonverbal ini sebagai “bahasa diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden dimension).Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal tertanam dalam konteks komunikasi.Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi komunikasi, pesan nonverbal memberi kita isyarat-isyarat kontekstual.Bersama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan nonverbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi.”(Mulyana, 2007:344).

2.1.4.2 Tujuan Komunikasi Non Verbal

Komunikasi nonverbal pada aplikasinya seringkali dikaitkan atau beriringan dengan aplikasi dari komunikasi verbal.Bahkan keduanya seringkali berbarengan dalam pelaksanaan atau penyampaiannya.Maka, dalam setiap penyampaian pesan baik secara verbal maupun nonverbal memiliki tujuan-tujuan yang tersirat dan dicapainya. Adapun pada komunikasi nonverbal mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:

1. Menyediakan atau memberikan informasi 2. Mengatur alur suara percakapan

(53)

36

4. Memberikan sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan verbal

5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain

6. Mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya mengajari suatu permainan olah raga tertentu.(Farhan, 2008)5

2.1.4.3 Fungsi Komunikasi Non Verbal

Fungsi komunikasi non verbal seringkali berjalan beriringan dengan dengan komunikasi verbal karena sifatnya yang multidimensional. Dia bisa juga menjadi pelengkap komunikasi verbal, diantara fungsi-fungsi komunikasi nonverbal itu antara lain adalah:

1. Pengulangan

Di Amerika orang biasa menggunakan komunikasi non verbal sebagai bentuk pengulangan atau penegasan terhadap suatu pernyataan.Seperti contoh kita biasa menggeleng-gelengkan kepala ketika menyatakan suatu ketidak setujuan, atau ketika kita menggunakan tangan untuk menunjukkan suatu arah jalan bila ada orang yang bertanya.

2. Pelengkap

Komunikasi non verbal juga berfungsi sebagai pelengkap komunikasi verbal. Contoh ketika misalnya kita merasa senang akan suatu bentuk penampilan seseorang maka tidak hanya dengan kata-kata saja kita mengungkapkannya namun juga bisa dengan jabatan tangan, tepukan di pundak.

5

(54)

3. Pengganti

Komunikasi non verbal juga bisa berfungsi sebagai pengganti suatu ungkapan makna pesan yang tidak bisa di terjemahkan dengan kata-kata.Seperti contoh kalau kita bertemu dengan teman lama kita maka hal yang pertama kita lakukan adalah tersenyum lebar, sambil mengembangkan kedua tangan untuk menyambut dirinya.Atau bila ada sekumpulan orang yang berisik dan mengganggu di sekitar kita, maka kita cenderung meletakkan jari telunjuk di mulut kita sambil mengeluarkan bunyi mendesis sebagai tanda untuk menyuruh orang untuk diam.

4. Pengatur

Komunikasi non verbal juga berfungsi sebagai sarana untuk mengatur alur komunikasi yang ada.Sebagai contoh kita cenderung mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda untuk tertarik kepada penjelasan seseorang dan menyuruh dia untuk terus melanjutkan penjelasannya sampai selesai.

5. Kontradiksi

(55)

38

2.1.4.4 Bentuk Komunikasi Non Verbal

Dalam buku karangan Dedy Mulyana (2007), bentuk-bentuk komunikasi non verbal dibagi menjadi tujuh macam yaitu :

1. Komunikasi visual

Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambang-lambang, atau simbol-simbol. Dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian pendengar. Dibanding dengan hanya mengucapkan kata-kata saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam pemrosesan informasi kepada para pendengar.

2. Komunikasi sentuhan

Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non verbal sering disebut Haptik. Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-elus, sentuhan di punggung dan lain sebagainya merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan tertentu dari orang yang menyentuhnya

3. Komunikasi gerakan tubuh

(56)

yang disampaikan tanpa harus mengucapkan suatu kata.Seperti menganggukan kepala berarti setuju.

4. Komunikasi lingkungan

Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseorang menyebutkan bahwa ”jaraknya sangat jauh”, ”ruangan ini

kotor”, ”lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang tersebut

menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada lingkungan tersebut

5. Komunikasi penciuman

Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma parfum bulgari, seseorang tidak akan. memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum bulgari apabila ia hanya menciumnya sekali.

6. Komunikasi penampilan

(57)

40

7. Komunikasi citra rasa

Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan atau minuman. Seseorang tidak akan mengatakan bahwa suatu makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lain-lain, apabila makanan tersebut telah memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa citra rasa dari makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu maksud atau makna. (Mulyana, 2007 :353).

2.1.4.5 Arti penting Komunikasi Non Verbal

Menurut Dale G. Leathers (1976) yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat dalam buku Mulyana (2007) Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, menyebutkan enam alasan mengapa pesan nonverbal sangat penting.yaitu :

1. Faktor-faktor non verbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lain pun lebih banyak “membaca”

pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal. Menurut Birdwhistell,”barangkali tidak lebih dari 30% sampai 35% makna sosial

(58)

maklum apa yang dimaksud oleh rekan anda ketika ia melukiskan kecantikan seorang wanita dengan kalimat yang tidak selesai, ”Pokoknya…….,” ketika anda melihat gerak kepala, tubuh dan tangannya.

2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal. Anda boleh menulis surat kepada pacar anda dan mengungkapkan gelora kerinduan anda. Anda akan tertegun, Anda tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu yang begitu mudah diungkapkan melalui pesan nonverbal. Bagaimana harus anda tuliskan dalam surat Anda getaran suara, tarikan napas, kesayuan mata, dan detak jantung? Meurut Mahrabian (1967), hanya 7% perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan dengan kata-kata. Selebihnya, 38% dikomunikasikan lewat suara, dan 55% dikomunikasikan melalui ungkapan wajah (senyum, kontak mata, dan sebagainya).

3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar. Sejak Zaman Prasejarah, wanita selalu mengatakan “tidak” dengan lambang verbal, tetapi pria jarang tertipu.

Mereka tahu ketika “tidak” diucapkan, seluruh anggota tubuhnya

mengatakan “ya”. Dalam situsi yang “double binding” – ketika pesan

nonverbal bertentangan dengan pesan verbal – orang bersandar pada pesan nonverbal.

(59)

42

metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah disebutkan bahwa pesan nonverbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen dan aksentuasi. Semua ini menambah kadar informasi dalam penyampaian pesan.

5. Pesan nonverbal merupakan cara berkomunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengunkapkan pikiran kita secara verbal daripada secara nonverbal.

6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi secara tidak langsung. Sugesti disini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat). Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan nonverbal.

2.1.4.6 Klasifikasi Pesan Non Verbal

Menurut Larry A Samovar dan Richard E. Porter, (dalam Mulyana 2013 :352) Klasifikasi pesan-pesan nonverbal kedalam 2 kategori utama, yaitu :

1. Perilaku yang terdiri penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa.

2. Ruang, waktu dan diam. (Mulyana, 2013 :352)

(60)

a. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

b. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:

Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk;

Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan.

Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi.

Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.

c. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.

(61)

44

kesukaan dan ketidaksukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif; b. Power yaitu mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.

e. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

f. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

2.1.4.7 Fungsi Pesan Non Verbal

Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi. Paul Ekman (dalam Mulyana 2013 : 349) menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, Klasifikasi fungsi pesan non verbal yakni sebagai berikut :

(62)

Ilustrator pandangan ke bawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan.

Regulator kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.

Penyesuai kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respon tidk disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

Afferct Display pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukkan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau senang.

2.1.5 Tinjauan Tentang Etnografi Komunikasi

Etnografi Komunikasi yang dibuat oleh Prof. Dr. Engkus Kuswarno, M.S. Etnografi komunikasi adalah pengembangan dari antropologi linguistic yang dipahami dalam konteks komunikasi. Etnografi komunikasi adalah suatu kajian mengenai pola-pola komunikasi sebuah komunitas budaya. Secara makro kajian ini adalah bagian dari etnografi. Etnografi komunikasi merupakan pengembangan dari etnografi berbicara, yang dikemukakan oleh Dell Hymes pada tahun 1962 (Ibrahim, 1994) pengkajian etnografi komunikasi ditujukan pada kajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu mengenai cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya.

Thomas R. Lindlof dan Bryan C. Taylor, dalam bukunya

(63)

46

of Communication (EOC) conceptualizes communication as a continuous flow of information, rather than as segmented exchanges message.” (Lindlof & Taylor, 2002:44). Dalam pernyataan tersebut, Lindlof dan Taylor menegaskan bahwa konsep komunikasi dalam etnografi komunikasi merupakan arus informasi yang berkesinambungan, bukan sekedar pertukaran pesan antar komponennya semata.

Etnografi komunikasi berakar pada istilah bahasa dan interkasi sosial dalam aturan penelitian kualitatif komunikasi. Penelitiannya mengikuti tradisi psikologi, sosiologi, linguistic, dan antropologi. Etnografi komunikasi difokuskan pada kode-kode budaya dan ritual. Dalam artikel pertamanya Hymes (1962) menjelaskan bahwa etnografi berbicara menyangkut tentang situasi-situasi dan penggunaan pola dan fungsi berbicara sebagai suatu aktifitas tersendiri (Hymes 1962/1968:101, dalam Ibrahim, 1994:260). Kajian etnografi komunikasi yang dimulai oleh Hymes, sejak saat itu memacu sejumlah studi mengenai pola-pola komunikasi dalam berbagai masyarakat di seluruh dunia untuk dikembangkan (Kiki Zakiah dalam Mediator Jurnal Komunikasi vol 9, 2008:182).

Menurut Prof. Dr. H. Engkus Kuswarno (2008) , “Etnografi

(64)

melibatkan aspek-aspek sosial dan kultural dari partisipan komunikasinya”.

Etnografi komunikasi mengambil bahasa sebagai bentuk kebudayaan dalam situasi sosial yang pertama dan paling penting, sementara juga menyadariperlunya menganalisis kode itu sendiri dan proses kognitif penutur dan pendengarnya. Menerima ruang lingkup yang lebih kecil untuk deskripsi linguistic itu, dan menolak adanya kemungkinan memahami bagaimana bahasa hidup dalam pikiran dan pada lidah para pemakainya (Saville-Troike, 1982:3-4, dalam Ibrahim, 1994:305).

(65)

48

Bahasa hidup dalam komunikasi, bahasa tidak akan mempunyai makna jika tidak dikomunikasikan. Pada hakikatnya, etnografi komunikasi adalah salah satu cabang dari antropologi, khususnya antropologi budaya. Etnografi komunikasi ini lahir karena baik antropologi maupun linguistik sering mengabaikan sebagian besar bidang komunikasi manusia, dan hanya menjadikannya sebagai sarana untuk mencapai topik tertentu saja. Etnografi komunikasi adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya. Etnografi komunikasi tidak hanya membahas kaitan antara bahasa dan komunikasi saja, atau kaitan antara bahasa dan kebudayaan, melainkan membahas ketiganya secara sekaligus. Singkatnya, etnografi komunikasi merupakan pendekatan terhadap sosiolinguistik bahasa, yaitu melihat penggunaan bahasa secara umum dihubungkan dengan nilai-nilai sosial dan kultural (dalam Kuswarno 2011 : 13).

2.1.6 Tinjauan Tentang Pernikahan

(66)

kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah.6 “Perkawinan” menurut istilah Ilmu Fiqh di pakai perkataan “Nikah” dan perkataan “ Ziwâj”. “

Nikah” menurut bahasa mempunyai dua arti, yaitu arti yang sebenarnya (haqîqî)

dan arti kias (majâz). Arti yang sebenarnya dari “Nikah”, ialah “dham” yang

berarti “menghimpit”, “Menindih” atau “berkumpul”, sedang arti kiasannya ialah

“Watha” yang berarti “Setubuh” atau “Aqad” yang berarti “Mengadakan

perjanjian Pernikahan”. Dalam pemakaian bahasa sehari-hari perkataan “Nikah”

lebih banyak dipakai dalam arti kiasan dari pada arti yang sebenarnya, bahkan “

Nikah” dalam arti yang sebenarnya jarang sekali dipakai saat ini.7

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.

Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri.Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya.Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena menikah / kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat menentukan jalan hidup seseorang. Dasar dan Tujuan Pernikahan Menurut Agama Islam :

6

Abdurrahaman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Akademika pressindo, 1992, hlm.114. 7

Gambar

Tabel 2.1
Gambar.2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.3 WaktuPenelitian

Referensi

Dokumen terkait

Namun dengan adanya buku Maligesih ini, maka pengetahuan makna akan tradisi pernikahan adat Sunda tetap dikenal dan akan diteruskan secara turun temurun karena

menghormati leluhurnya, sedangkan Tindakan Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan konteks topografi, demografi, dan budaya Kota Sukabumi, (2) mendeskripsikan proses ritual sawer dalam tradisi pernikahan

Dalam aktivitas komunikasi tradisi Peusijuek pada pernikahan masyarakat Aceh ini, terdapat beberapa unsur komunikasi nonverbal yaitu gerakan yang dilakukan pada saat

Simbol dan makna yang terdapat dalam rangkaian kegiatan upacara adat pernikahan tersebut memiliki nilai yang masih dianggap cukup tinggi oleh masyarakat Sunda

Begitu juga dengan Tindakan Komunikatif yang terjadi pada saat pernikahan Adat Batak Toba, Dalam setiap tindakan yang dilakukan dalam Upacara Pernikahan Adata

Perspektif Urf Terhadap Praktek Tradisi Nanggal Subang Dalam Proses Pernikahan Adat Pada Masyarakat Pekal Di Desa Sibak Kecamatan Ipuh Kabupaten Mukomuko Tradisi atau kebiasaan dan

Untuk memahami pandangan ulama atau tokoh agama Islam terhadap tradisi paculan dalam pernikahan masyarakat adat Banten di Desa Linduk, dan mengevaluasi kesesuaian tradisi ini dengan