ANALISIS SISTEM BAGI HASIL ANTARA PETANI TEBU DENGAN PABRIK GULA PESANTREN BARU
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Magang 3
Disusun Oleh:
1. Lira Gagitya 20401064
2. Damara Arafael A.P 20401104
3. Ahmad Faiz Y 20401147
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2024
LEMBAR PEMGESAHAN LAPORAN
Laporan Praktik Keuangan Syariah (PKS) di Pabrik Gula Pesantren Baru telah disetujuan oleh DPL pada tanggal
DPL Ketua Kelompok
Ririn Tri Puspita Ningrum, MS. Lira Gagitya
198408152018012001 20401064
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan laporan magang 3 ini, dengan judul “Analisis Sistem Bagi Hasil Pabrik Gula Pesantren Baru dengan Petani Tebu”. Laporan magang ini membahas mengenai sistem bagi hasil yang dilakukan antara Pabrik Gula Pesantren Baru dengan petani tebu.
Selain itu laporan ini juga kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah magang 3 pada semester 8 Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di Institut Agama Islam Negeri Kediri. Kami menyadari jika masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kami ini, oleh karena itu kami mohon agar pembaca berkenan memberi kritik dan saran agar kami dapat memperbaiki dan menyusun laporan yang lebih baik lagi selanjutnya. Kami juga mengucapkn terima kasih sebanyak-banyaknya kepada seluruh pihak yang terlihat dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan magang 3 ini bermnafaat bagi pembaca. Aamiin.
Kediri, 22 Februari 2024
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...
KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI...
DAFTAR TABEL...
DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR LAMPIRAN...
BAB I: PENDAHULUAN...
A. Latar Belakang...
B. Tujuan...
C. Ruang Lingkup...
BAB II: LANDASAN TEORI...
A. Teori Yang Berkaitan Dengan Judul...
B. Kerangka Konseptual...
BAB III: PEMBAHASAN...
A. Gambaran Umum Pabrik Gula Pesantren Baru...
B. Deskripsi Data Penelitian...
C. Pembahasan...
BAB IV: PENUTUP...
A. Kesimpulan...
B. Rekomendasi...
DAFTAR PUSTAKA...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gula merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia dan industri pangan. Di samping kegunaannya sebagai pemanis makanan atau minuman, gula juga memiliki peran dalam pengawetan makanan, pembuatan minuman, serta berbagai produk pangan dan minuman lainnya.
Di era modern ini, industri gula telah berkembang menjadi sektor ekonomi yang besar, yang dimana melibatkan banyak pemain dari petani tebu hingga produsen gula dan pabrik pengolahan. Maka tak heran bahwa industri gula atau pabrik gula memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian sebuah negara, terutama di sektor pertanian.
Pabrik Gula Pesantren Baru merupakan salah satu dari tiga produsen gula yang berada di Kediri, tiga diantaranya yaitu ada Pabrik Gula Pesantren Baru, Pabrik Gula Meritjan, dan Pabrik Gula Ngadirejo. Pabrik Gula Pesantren Baru telah menjadi tulang punggung ekonomi lokal, yang dimana telah menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar, dan memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Sementara itu, para petani tebu di wilayah Kediri dan sekitarnya telah menjadi mitra dalam pasokan bahan baku gula.
Meskipun hubungan antara Pabrik Gula Pesantren Baru dan para petani tebu telah berlangsung lama, perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kerja sama melalui sistem bagi hasil. Sistem ini dianggap sebagai langkah progresif untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan memperkuat kedudukan bersama antara pabrik dan petani. Berbagai faktor mendasari kebutuhan untuk melibatkan sistem bagi hasil ini, termasuk aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Aspek ekonomi menjadi pertimbangan utama dalam pengembangan sistem bagi hasil ini. Dengan adanya kemitraan yang lebih erat antara pabrik
dan petani, diharapkan akan terjadi peningkatan pendapatan bagi kedua belah pihak. Peningkatan hasil produksi tebu dan efisiensi proses pengolahan di pabrik akan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi semua pihak yang terlibat. Hal ini dapat membuka peluang untuk peningkatan investasi di sektor pertanian, termasuk pengembangan teknologi dan infrastruktur yang mendukung.
Selain aspek ekonomi, aspek sosial juga menjadi dasar penting untuk mendorong kerja sama ini. Dengan menerapkan sistem bagi hasil, diharapkan akan terjadi peningkatan kesejahteraan petani tebu, sehingga mereka dapat menikmati manfaat dari hasil kerja keras mereka. Peningkatan kesejahteraan ini dapat memberikan dampak positif terhadap kehidupan masyarakat sekitar, seperti peningkatan akses pendidikan dan kesehatan.
Penting juga untuk memperhatikan aspek lingkungan dalam pengembangan kerja sama ini. Dengan pendekatan yang berkelanjutan, sistem bagi hasil dapat dirancang untuk mempromosikan praktik pertanian yang ramah lingkungan dan meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem lokal. Hal ini sesuai dengan arus global yang semakin mengedepankan keberlanjutan dan konservasi sumber daya alam.
Dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan ini, Pabrik Gula Pesantren Baru berkomitmen untuk menjalin kerja sama yang lebih erat dengan para petani tebu. Melalui sistem bagi hasil, diharapkan tercipta sinergi positif yang tidak hanya menguntungkan pabrik dan petani, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di wilayah ini.
Pabrik Gula Pesantren Baru menyadari bahwa keberhasilan mereka tidak terlepas dari keberhasilan para petani. Oleh karena itu, kerja sama bagi hasil ini bukan hanya sekadar kemitraan bisnis, tetapi juga merupakan upaya untuk menciptakan ekosistem pertanian yang berkelanjutan dan saling menguntungkan bagi semua pihak.
B. Tujuan
Tujuan dari judul laporan “Analisis Sistem Bagi Hasil Pabrik Gula Pesantren Baru dan Pihak Petani” adalah untuk mengetahui mekanisme bagi hasil antara pihak pabrik gula pesantren baru dan para petani tebu. Sistem kerja sama bagi hasil ini didasarkan pada kerja sama tertulis yaitu perjanjian kerja sama antara pemilik modal dengan pengelola dengan tujuan mendapat keuntungan yang nantinya akan dibagi. Dalam hal ini, petani tebu sebagai pemilik modal yang menyerahkan tebunya ke pabrik, dan pabrik gula sebagai pengelola yang mengolah tebu menjadi gula. Nisbah bagi hasilnya berdasarkan prosentase rendemen tebu, yaitu perbandingan antara berat gula dengan berat tebu.
C. Ruang Lingkup
Analisis ini akan fokus pada aspek-aspek berikut :
1. Mekanisme penetapan bagi hasil, termasuk perhitungan dan distribusinya.
2. Dampak sistem bagi hasil terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani tebu.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Bagi Hasil
1. Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil menurut terminologi asing (bahasa Inggris) dikenal dengan profit sharing. Profit dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara definisi profit sharing diartikan "distribusi beberapa bagian dari laba pada pegawai dari suatu Perusahaan". Menurut Antonio, bagi hasil adalah suatu sistem pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik modal (shahibul maa/) dan pengelola (Mudharib).1
Bagi hasil yang lebih dikenal dalam dunia Islam dengan istilah mudharabah atau konsep kerjasama yang dilaksanakan oleh dua pihak atau lebih yang telah menyepakati sebuah kerjasama dalam berbagai macam bidang, dimana kerjasama terjadi antara pemilik modal dengan pemilik keahlian atau pengelola suatu usaha. Modal utama dalam konsep ini tidak hanya uang tetapi kepercayaan dan jiwa sosial tinggi. Saling membantu dan menikmati keberhasilan serta bertanggung jawab atas kesulitan dengan bergotong royong mencari solusi adalah sebagian tujuan daripada konsep mudharabah yang ditawarkan oleh Islam. Dengan konsep Muslim, khususnya pelaku usaha dapat menjalankan usahanya dengan dukungan dana dari peminjam tanpa harus terbebani bunga yang mengikat dan menjadi beban di saat untung maupun rugi, sehingga roda ekonomi umat akan dapat terlaksana sesuai dengan ajaran Islam dan jauh dari bunga.2
2. Konsep Bagi Hasil
Dalam Ekonomi Syariah, konsep bagi hasil dapat dijabarkan sebagai berikut:
1 Syafi’I Antoni, Bank Syariah Teori dan Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001), 90
2 Ari Kartiko, “Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam,” Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE), Vol. 2 (1), Juli 2019.
a. Sistem bagi hasil didasarkan pada kesepakatan yang dibuat antara semua pihak yang terlibat. Kesepakatan ini harus jelas, transparan, dan adil bagi semua pihak.
b. Pembagian keuntungan dilakukan berdasarkan proporsi yang telah disepakati sebelumnya. Proporsi ini dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, seperti modal yang diinvestasikan, peran dan tanggung jawab masing-masing pihak, dan tingkat risiko yang ditanggung.
c. Sistem bagi hasil harus adil bagi semua pihak yang terlibat. Hal ini berarti bahwa semua pihak harus mendapatkan keuntungan yang sepadan dengan kontribusi dan risikonya.
B. Kerangka Konseptual
Bagi hasil yang lebih dikenal dalam dunia Islam dengan istilah mudharabah atau konsep kerjasama yang dilaksanakan oleh dua pihak atau lebih yang telah menyepakati sebuah kerjasama dalam berbagai macam bidang, dimana kerjasama terjadi antara pemilik modal dengan pemilik keahlian atau pengelola suatu usaha
PG Pesantren Baru berlokasi di Jl. Mauni No. 334 RT 24 RW 05 Kelurahan Pesantren, Kec. Pesantren, Kota Kediri, Visi Misi Pabrik Gula Pesantren Baru Kediri adalah :
Visi
Menjadi perusahaan agribisnis berbasis tebu yang unggul dan berdaya saing di tingkat global.
Misi
1) Memberikan nilai tambah (value creation) bagi segenap stakeholders,
2) Menghasilkan produk perkebunan yang bernilai tambah serta berorientasi kepada konsumen,
3) Mendukung program Pemerintah dalam usaha mencapai swasembada gula nasional,
4) Membentuk kapabilitas proses kerja yang unggul (operational excellence) melalui perbaikan dan inovasi berkelanjutan dengan tatakelola perusahaan yang baik,
5) Mengembangkan kapabilitas organisasi, teknologi informasi dan SDM yang prima,
6) Melakukan optimalisasi pemanfaatan aset untuk memberikan imbal hasil terbaik bagi pemegang saham,
7) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan untuk kebaikan generasi masa depan.
Dalam memenuhi ketersediaan bahan baku PG Pesantren Baru mengunakan sistem Bagi Hasil antara Pabrik Gula Pesantren Baru dan Petani Tebu, Dalam sistem bagi hasil terdapat perjanjian kerja sama antara petani tebu sebagai pihak pertama dan Pabrik Gula Pesantren Baru sebagai pihak kedua. Pihak pertama dan pihak kedua sepakat mengadakan perjanjian kerja sama pola kemitraan sesuai dengan
Mekanisme Penetapan Bagi Hasil Para pihak sepakat bahwa dalam pelaksanaan pengolahan tebu, hasil produksi dari tebu pihak pertama akan dilakukan Sistem Bagi Hasil (SBH) dengan formulasi bagi hasil gula dan tetes kemitraan melalui Perhitungan Bagi Hasil Efektif (PBHE)
Dalam penjualan gula pihak untuk mendapatkan harga gula yang baik serta menguntungkan semua pihak, maka pihak pertama sepakat menjual gulany sebesar 90-100% dari sistem bagi hasil untuk dijual secara periodic dan terbuka di kantor pusat PT SGN atau melalui Kantor Pemasaran Bersama Nuantara (KPBN)
BAB III PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pabrik Gula Pesantren Baru 1. Sejarah Umum Pabrik Gula Pesantren
Gambar 3.1 Kantor PG Pesantren Baru
Gambar 3.2 Produksi PG Pesantren Baru
PG Pesantren Baru berlokasi di Jl. Mauni No. 334 RT 24 RW 05 Kelurahan Pesantren, Kec. Pesantren, Kota Kediri
PG Pesantren Lama didirikan oleh “Nationale Industrie en Landbouw Maatschappij” (NILM), kaps 1500 TCD pada tahun 1849.
Dilakukan nasionalisasi pada tahun 1957 menjadi aset Pemerintah Indonesia. Pada tahun 1963 melalui PP No. 1 / 1963 menjadi bagian dari PPN Gula. Melalui PP. 14 tahun 1968 telah didirikan PNP XXI, PG Pesantren Baru beserta hak kewajiban kekayaan dan perlengkapannya diserahkan / beralih ke PNP XXI. Peraturan Pemerintah 23 tahun 1973 dialihkannya bentuk PN Perkebunan XXI dan PN Perkebunan XXII menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan XXI-XXII (Persero).
Pembangunan PG Pesantren Baru dimulai pada tahun 1976 dan pada tahun 1978 PG Pesantren Baru Menggantikan PG Pesantren Lama dengan kapasitas 4.000 TCD. Melalui SK Menkeu No.168/1994 PG Pesantren Baru masuk dalam Group PTP Jawa Tengah.
Sesuai PP No.15 Tahun 1996 Pabrik Gula Pesantren Baru beralih lagi pengelolaannya yaitu menjadi PT Perkebunan Nusantara X. Dimana PTPN X ini adalah hasil dari peleburan PTP XIX, PTP XXI-XXII dan PTP XXVII. Selanjutnya di tahun 2014, sesuai KMK RI No.469/KMK.06/2014 Dibentuk Holding Perkebunan. Dimana PTPN X menjadi anak perusahaannya. Pada tanggal 17 Agustus 2021 kementerian BUMN meresmikan PT. Sinergi Gula Nusantara (SGN) dengan tujuan untuk meningkatkan produksi Nasional dan dilaksanakan Spin Off pada tanggal 10 Oktober 2022, sehingga PG Pesantren Baru dikelola oleh SGN.
Tahun 2012 PG Pesantren Baru menuju kapasitas 6200 TCD telah memperoleh Sertifikasi ISO 9001:2008 dan ISO 14001:2004. Saat ini masih aktif dalam melaksanakan aktivitas giling dan beralamat di Jl.
Mauni No. 334, Kel. Pesantren, Kec. Pesantren, Kota Kediri.3 2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi Misi pada Pabrik Gula Pesantren Baru Kediri memiliki visi yang sama dengan PT. Perkebunan Nusantara X dikarenakan PG.
Pesantren Baru Kediri merupakan salah satu unit produksi yang dibawahi oleh PT. Perkebunan Nusantara X
a. Visi
Menjadi perusahaan agribisnis berbasis tebu yang unggul dan berdaya saing di tingkat global.
b. Misi
8) Memberikan nilai tambah (value creation) bagi segenap stakeholders,
3 Sinergi Gula Nusantara, https://sinergigula.com/unitkerja (Diakses pada Tanggal 10 Maret 2024).
9) Menghasilkan produk perkebunan yang bernilai tambah serta berorientasi kepada konsumen,
10) Mendukung program Pemerintah dalam usaha mencapai swasembada gula nasional,
11) Membentuk kapabilitas proses kerja yang unggul (operational excellence) melalui perbaikan dan inovasi berkelanjutan dengan tatakelola perusahaan yang baik,
12) Mengembangkan kapabilitas organisasi, teknologi informasi dan SDM yang prima,
13) Melakukan optimalisasi pemanfaatan aset untuk memberikan imbal hasil terbaik bagi pemegang saham,
14) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan untuk kebaikan generasi masa depan.
3. Struktur Organisasi Perusahaan
Dari struktur organisasi perusahaan di atas berikut terkait tugas dan fungsi dari tiap bagian yaitu sebagai berikut:
B. Deskripsi Data Penelitian 1. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui data sekunder dan data melalui wawancara langsung yang dilakukan pada bulan Februari 2024 di kantor PG Pesantren Baru, wawancara dilakukan secara langsung dengan audien bapak asisten manager
DJAROT RUDY WARDOYO General Manager
Gigih Artha Sandya KAKAM
Sariadi, S.E.
Manajer Keu. & Umum
Seno Widyatmoko S.E.
Asman. SDM, Umum, &
Pengadaan
Fuad Abu Amar A., S.E.
Asman. Keuangan &
Gudang
Dodod Sudarsono Asman. Akutansi &
Administrasi Hasil
Faiz Humami, S.T.
Manajer Pengolahan
Rhesa Purnama Putra, S.T. Asman. Masakan &
Umum
Samuel G. B. D. R., S.T.
Asman. Penguapan &
Limbah
Dany Pratama P, S.T.
Asman. Pemurnian &
Fosfatasi
Hermawan Adi S., S.T.
Asman. Puteran, Tangki Tetes & Pengemasan
Joko Nugroho, S.T.
Manajer Instalasi
Maskuri Asman Gilingan
Hafidz Sriagam, S.T.
Asman. Boiler
Yuni Hadi Purwanto Asman. Besali
Imam Gozali plt. Asman. Listrik
Ely Sugeng Widada plt. Asman. Instrumen
Martinus Surya Prayitna, S.P.
Manajer Tanaman
Totok Agus Riyanto, S.P.
Asman. Areal &
Budidaya
Sunariyadi Asman. Areal &
Budidaya
Agus Winarto Asman. Areal &
Budidaya
Hari Dwianto Raharjo plt. Asman. Areal &
Budidaya
Budianto plt. Asman. Areal &
Budidaya
Dwi Prasetyo plt. Asman. Areal &
Budidaya
A. Shodiq Alimubarok, S.P.
ASMAN Tebang Muat Angkut
Hari Susiyanto, S.T.
Manajer Manajemen Kualitas
Zainal A., S.E., S.P, MMA.
Asman. Manajemen Kualitas
Asman. Akutansi & Administrasi Hasil yaitu bapak Dodod Sudarsono
2. Jenis Data
Data yang dikumpulkan melalui wawancara mencakup berbagai aspek yang relevan dengan penelitian, seperti proses terjadinya, kesepakatan yang berlaku, dan hal-hal lainya yang bersangkutan dengan penelitin
3. Metode Pengumpulan Data
Wawancara dilakukan secara tatap muka dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaan yang diajukan dirancang untuk menggali pemahaman mendalam tentang subjek penelitian
4. Ukuran Sampel
Sampel wawancara berjumlah 1 orang yaitu bapak Dodod Sudarsono selaku asisten manager Asman. Akutansi &
Administrasi Hasil
5. Pengolahan Data
Data yang diperoleh melalui wawancara dicatat dan di analisis secara kualitatif dan kemudian digabungkan dengan data yang diperoleh sebelumnya.
C. Pembahasan
1. Sistem Bagi Hasil Pabrik Gula Pesantren Baru dan Petani Tebu a. Perjanjian Antara Pabrik Gula Pesantren dan Petani Tebu
Dalam sistem bagi hasil terdapat perjanjian kerja sama antara petani tebu sebagai pihak pertama dan Pabrik Gula Pesantren Baru sebagai pihak kedua. Pihak pertama dan pihak kedua sepakat mengadakan perjanjian kerja sama pola kemitraan sesuai dengan
sistem bagi hasil untuk memproduksi gula. Adapun peran masing- masing, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
1) Pihak pertama mengirimkan tebu kemitraan pada pihak kedua dalam kondisi yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pihak kedua, serta pihak kedua bersedia menerima tebu pihak pertama untuk digiling di pabrik gula pihak kedua selama periode perjanjian.
2) Pihak pertama bersedia melaksanakan ketentuan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, dan apabila tebu yang dikirimkan tidak memenuhi persyaratan maka akan dikenakan sanksi sesuai mekanisme yang disepakati para pihak.
3) Para pihak dalam pola kemitraan bersepakat memiliki peran saling membutuhkan dan menguntungkan yaitu:
a) Pihak pertama melaksanakan budi daya tebu kemitraan berdasarkan pembinaan pihak kedua serta berkomitmen dalam pengiriman tebu kemitraan ke pabrik gula pihak kedua sesuai perjanjian ini.
b) Pihak kedua memberi pembinaan dan penyuluhan teknis serta pengelolaan tebu kemitraan rnencakup budi daya analisa kemasakan tebu, membantu menyediakan fasilitas untuk kegiatan TMA (Tebang Muat Angkut) serta membantu dan memfasilitasi dalam perolehan fasilitas kredit pihak pertama.
4) Pihak pertama dan pihak kedua bersedia mematuhi seluruh ketentuan yang berlaku/ditetapkan terkait perjanjian kemitraan.
b. Mekanisme Penetapan Bagi Hasil
Para pihak sepakat bahwa dalam pelaksanaan pengolahan tebu, hasil produksi dari tebu pihak pertama akan dilakukan Sistem Bagi Hasil (SBH) dengan formulasi bagi hasil gula dan tetes kemitraan melalui Perhitungan Bagi Hasil Efektif (PBHE) dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Bagi hasil gula
2) Pihak pertama memperoleh pembagian tetes sebanyak 30 kg per ton tebu yang dihasilkan dari tebu yang diproses di pabrik gula pihak kedua dan selebihnya menjadi pendapatan dari pihak kedua.
3) Tetes yaitu barang cair yang diperoleh dari hasil puteran Low Grade D1 yang memerlukan perlakuan khusus, maka untuk mekanisme penjualannya diserahkan kepada pihak kedua yang telah sesuai dengan ketentuan perusahaan yang berlaku.
4) Terkait dengan limbah proses pengolahan tebu yang berupa limbah padat (ampas tebu, abu ketel, dan blotong), limbah cair larutan kerak sisa produksi dan gas, tidak termasuk dalam Sistem Bagi Hasil (SBH), karena akibat yang timbul dari limbah tersebut langsung ditangani oleh pihak kedua.
5) Penerapan rendemen tebu pihak pertama adalah sesuai kualitas tebu yang diterima oleh pihak kedua dengan parameter rendemen yang ditentukan melalui analisa rendemen individu.
Adapun beberapa hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak sebagai berikut:
1) Kewajiban Pihak Pertama
a) Bersedia untuk memenuhi kelancaran pasokan bahan baku tebu di pabrik gula pihak kedua.
b) Bersedia dan menjamin untuk mengirim semua tebu kemitraan pihak pertama pada pihak kedua dengan memenuhi sarat MBS.
c) Menerima penerapan sanksi/ditolak apabila tebu yang dikirimkan ke pihak kedua tidak memenuhi peryaratan MBS.
d) Mengirimkan tebunya ke pabrik gula sesaudara pihak kedua dengan persetujuan pihak kedua apabila terdapat hambatan dalam proses pengolahan tebu di pabrik gula pihak kedua.
2) Hak Pihak Pertama
a) Gula bagian pihak pertama dapat diberikan dalam bentuk natura sebesar 10% atau sesuai dengan kesepakatan para pihak yang akan diberikan setelah pihak kedua telah menyelesaikan kewajibannya pada pihak pertama.
b) Medapat bagi hasil gula dan bagian tetes sebagaimana ketentuan yang telah disepakati.
3) Kewajiban Pihak Kedua
a) Menerima tebu kemitraan pihak pertama yang memenuhi persyaratan layak MBS.
b) Melakukan penutupan Delivery Order (DO) gula petani yang dilakukan secara periodik setiap 10 hari, di tiap tanggal 11, 21, 30 / 31 atau sesuai kebutuhan.
4) Hak Pihak Kedua
a) Mendapatkan pasokan tebu yag memenuhi persyaratan MBS.
b) Mendapat bagi hasil gula dan bagian tetes sebagaimana ketentuan yang telah disekapati.
c) Menerapkan sanksi apabila tebu yang dikirimkan oleh pihak pertama tidak memenuhi persyaratan MBS.
d) Mengirimkan tebu kemitraan pihak pertama ke pabrik gula sesaudara apabila terdapat hambatan dalam proses pengolahan tebu di pabrik gula pihak kedua
e) Berkoordinasi dengan pabrik gula sesaudara untuk memperhitungkan semua pinjaman beserta biaya-biaya lainnya yang menjadi kewajiban pihak pertama dengan memotongkan dari pencairan Delivery Order gula periode tahun tersebut sampai dengan lunas
c. Penjualan Gula
Dalam penjualan gula pihak untuk mendapatkan harga gula yang baik serta menguntungkan semua pihak, maka pihak pertama sepakat menjual gulany sebesar 90-100% dari sistem bagi hasil untuk dijual secara periodic dan terbuka di kantor pusat PT SGN atau melalui Kantor Pemasaran Bersama Nuantara (KPBN) dengan persetujuan oleh tim penjualan gula dan tetes Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Bersama dengan tim di unit (yang dibentuk dan disepakati dalam Forum Temu Kemitraan Produksi Gula/ FTKPG dari masing-masing pabrik gula) dan dibantu fasilitas oleh PT SGN atau Divisi Pemasaran Holding Perkebunan PTPN III. Apabila akan dilaksanakan sendiri oleh masing-masing APTRUKPTR/KUD/Kelompok hamparan/ petani di masing-masing pabrik gula maka akan dituangkan dalam surat pernyataan tersendiri diluar perjanjian ini dengan ketentuan penetapan harga gula tidak boleh lebih rendah dari harga yang ditetapkan oleh Holding Perkebunan PTPN III.
Dalam melaksanakan tata cara penjuala gula dan tetes tim penjualan gula dan tetes Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengacu pada tata cara dan mekanisme yang berlaku di PT SGN. Namun semua tata cara penjualan gula tidak berlaku apabila pihak pertama telah memberi kuasa penjualan gula dan
tetes kepada pihak kedua baik secara langsung maupun tidak langsung.
d. Pelunasan Pinjaman dan Harga Kemasan
Pihak pertama wajib mengembalikan semua pinjaman beserta biaya-biaya lainnya yang akan dipotong dari pencairan Delivery Order (DO) gula selama periode giling sampai lunas kepada pihak kedua, baik melalui pabrik gula. Pihak kedua maupun pabrik gula lain yang ditunjuk oleh pihak kedua dalam wilayah kerja PT SGN. Pihak Pertama bersedia dibebani harga kemasan karung plastik dan inner bag untuk gula milik pihak pertama yang ditentukan oleh pihak kedua sesuai harga yang berlaku di PT SGN.
Apabila harga kemasan karung plastik dan inner bag terdapat perubahan, maka para pihak sepakat untuk melakukan penyesuaian atas harga tersebut.