• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TATANIAGA DAN EFISIENSI TATANIAGA KUBIS DI DESA KUTA RAYAT KECAMATAN NAMAN TERAN KABUPATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS TATANIAGA DAN EFISIENSI TATANIAGA KUBIS DI DESA KUTA RAYAT KECAMATAN NAMAN TERAN KABUPATEN "

Copied!
91
0
0

Teks penuh

Seluruh dosen Fakultas Pertanian Universitas Medan Zone yang telah membimbing dan memperhatikan selama penyusunan skripsi ini. Seluruh masyarakat Desa Kuta Rayat yang telah membantu selama pengumpulan data untuk skripsi ini.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa produksi kubis setiap tahunnya di kecamatan memberikan kontribusi terhadap produksi kubis di kabupaten Karo. Berdasarkan tabel 5 dan 6, Kecamatan Naman Teran merupakan kecamatan penyumbang produksi kubis di Kabupaten Karo.

Tabel 1.Perkembangan Produksi Tanaman Hortikultura di Indonesia
Tabel 1.Perkembangan Produksi Tanaman Hortikultura di Indonesia

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran dengan judul “Analisis Sistem Tata Niaga dan Efisiensi Perdagangan Kubis di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo”.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Kerangka Pemikiran

Komoditas Kubis

Kondisi fisik tanah yang cocok adalah tekstur sedang yaitu lempung berpasir, struktur gembur (gembur), subur, banyak mengandung bahan organik, namun masih toleran terhadap tanah agak berat. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman kubis adalah latosol, regosol dan andosol, kubis masih bisa hidup pada jenis tanah lain namun hasilnya kurang baik.Tanaman kubis dapat tumbuh maksimal pada ketinggian 200-2000 m dpl. . tingkat, dan untuk varietas kubis dataran tinggi tumbuh baik pada ketinggian 1000-2000 m dpl.

Tataniaga

  • Pengertian Tataniaga
  • Lembaga Tataniaga
  • Saluran Tataniaga
  • Efisiensi Tataniaga
  • Margin Tataniaga
  • Farmer Share
  • Rasio Keuntungan terhadap Biaya

Rasio efisiensi perdagangan (operasional) dilihat dari peningkatannya melalui dua cara, yaitu: (1) dengan mengubah sistem perdagangan dengan mengurangi biaya penanganan pada fungsi perdagangan tanpa mengubah manfaat/kepuasan pelanggan dan (2) dengan meningkatkan efisiensi perdagangan (operasional). kegunaan output dari proses perdagangan tanpa meningkatkan biaya perdagangan. Bagian petani merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan efisiensi sistem perdagangan dari sudut pandang eksternal. Nilai bagian petani ditentukan oleh perbandingan harga yang diterima produsen (Pf) dan harga yang dibayar konsumen (Pr).

Margin perdagangan, bagian petani dan rasio keuntungan terhadap biaya merupakan indikator yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi perdagangan suatu komoditas.

Penelitian Terdahulu

Pada saluran V, margin perdagangan tidak terbentuk karena petani menjual kubis langsung ke konsumen akhir (lokal). Volume penjualan terbesar ada pada III. saluran yaitu 134,4 ton, dan terkecil pada II. saluran yaitu 4,00 ton. Jalur perdagangan kubis ekspor di wilayah penelitian efisien karena biaya perdagangan yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan nilai produk yang dipasarkan.

Analisis yang digunakan oleh lembaga dan saluran perdagangan meliputi fungsi perdagangan, struktur dan perilaku pasar, margin perdagangan, bagi hasil petani, dan rasio keuntungan terhadap biaya.

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Metode Pengambilan Sampel

Untuk penelitian ini diambil sampel sebanyak 10% dari total populasi petani kubis yang berjumlah 240 petani, sehingga total sampel sebanyak 24 petani. Metode Snow Ball Sampling digunakan untuk menentukan responden bagi pengepul dan pengecer yaitu dengan mengikuti alur penjualan hingga produk sampai ke konsumen dengan menelusuri saluran penjualan kubis di wilayah penelitian. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pelaku pasar mulai dari tingkat petani, agregator, pedagang besar dan pengecer.

Dalam menentukan sampel pedagang kubis, peneliti menggunakan metode purposif berdasarkan pedagang yang membeli kubis dari petani kubis di desa Kuta Rayat. Besar sampel pengepul adalah 6 orang. Besar sampel pedagang grosir sebanyak 3 orang. Jumlah sampel pedagang eceran sebanyak 9 orang dan jumlah konsumen konsumen kubis sebanyak 10 orang.

Metode Pengumpulan Data

Metode Analisis Data

Penilaian efektivitas sistem perdagangan suatu komoditas juga dapat dilakukan dengan menggunakan indikator rasio keuntungan terhadap biaya. Perdagangan yang efisien juga dapat dilihat dari pemerataan rasio biaya pada masing-masing lembaga perdagangan dalam saluran perdagangan. Sistem perdagangan yang efisien adalah sistem perdagangan yang mempunyai margin perdagangan yang rendah, nilai farmer's share yang tinggi dan rasio keuntungan terhadap biaya yang tinggi (Limbong dan Sitorus, 1987).

Sistem perdagangan yang efisien adalah sistem perdagangan yang mempunyai margin perdagangan yang rendah, nilai farmer's share yang tinggi, dan rasio keuntungan terhadap biaya yang tinggi (Limbong dan Sitorus, 1987).

Defenisi Operasional

Margin perdagangan adalah selisih antara harga yang dibayar konsumen dan harga yang diterima petani. Bagian petani merupakan bagian yang diterima petani dari kegiatan perdagangan dengan cara membandingkan harga yang diterima petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Rasio keuntungan terhadap biaya perdagangan merupakan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan masing-masing lembaga perdagangan dengan keuntungan yang ingin diperoleh masing-masing lembaga dalam proses perdagangan kubis.

10. Efisiensi perdagangan adalah ketika suatu sistem perdagangan mempunyai margin perdagangan yang rendah, nilai farmer share yang tinggi dan rasio keuntungan terhadap biaya yang tinggi.

Saluran Tataniaga Kubis di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten karo Kabupaten karo

Pada saluran II, petani menjual produksi kubisnya kepada pengepul dengan harga Rp 1.300/Kg. Pada penelitian ini petani menjual kubis dengan berat lebih dari 2 kg kepada pengepul, dimana biaya panen, penyortiran kubis dan pengemasan ditanggung oleh pengepul. Setelah pengepul selesai memanen kubis, pendekar pengepul menjual kubis tersebut langsung ke pedang besar yang ada di desa Kuta Rayat kecamatan Naman Teran, dimana dari 6 orang pedagang pengumpul, 1 orang pedangang pengumpul menanggung biaya angkut dan 5 orang pengepul. pedang tidak menutupi biaya angkut karena 5 pedang pengumpul menjual hasil panen kubis langsung ke pedang besar di desa Kuta Rayat kecamatan Naman Teran. Terdapat perbedaan harga antara pedagang pengumpul yang menanggung biaya angkut dan pedagang pengumpul yang tidak menanggung biaya angkut Pedagang pengumpul yang menanggung biaya angkut mendapat harga jual Rp 1.700/Kg, dan pengepul yang tidak menanggung biaya angkut mendapat harga jual Rp 1.500/Kg. Setelah itu konsumen menjual kubis dengan harga Rp.kg. Dari proses perdagangan inilah terbentuk saluran II yang dapat dilihat pada Gambar 3. Pada penelitian ini petani menjual kubis ke pedagang grosir dengan berat kubis lebih dari 2 kg, dimana biaya pemanenan, pengemasan, penyortiran kubis dan pengangkutan kubis ditanggung oleh pedagang grosir, setelah petani menjual kubis kepada pedagang grosir maka pedagang grosir menjual kubis kepada pengecer dengan harga jual Rp 2.500/Kg, jika pengecer membeli kubis dalam bentuk rajutan atau kantong plastik, dan apabila pengecer membeli kubis tidak dalam rajutan atau kantong plastik, maka harga jual dari pedagang besar adalah Rp 3000/Kg.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai saluran penjualan kubis di desa Kuta Rayat kecamatan Naman Teran kabupaten Karo terdapat tiga saluran penjualan yaitu: Saluran I merupakan saluran penjualan kubis yang pengecer dan konsumennya berada di desa Kuta Rayat kecamatan Naman Teran -distrik .

Gambar 3.Saluran II  c.  Saluran III
Gambar 3.Saluran II c. Saluran III

Biaya Produksi dan Tataniaga Kubis a.Biaya Produksi dan Tataniaga Kubis a.Biaya Produksi dan Tataniaga Kubis

I merupakan saluran perdagangan kubis yang pengecer dan konsumennya berada di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran. Tabel 23 menunjukkan berapa banyak produksi kubis yang dijual petani sayuran ke pedagang besar dan pengepul dalam satu periode. Total produksi kubis dari 24 petani kubis yang dijual ke pedagang besar sebanyak 357.000 kilogram dengan rata-rata 14.896 kilogram.

Sasaran pengepul atas pendistribusian kubis yang dibeli petani adalah para pedagang besar, dalam hal ini pengepul menanggung biaya dagang yaitu biaya tenaga kerja dalam pemanenan, pengemasan dalam kantong plastik, timbangan dan pengangkutan. biaya dapat dilihat dari tabel. 24.

Tabel 21.Kebutuhan Bibit
Tabel 21.Kebutuhan Bibit

Margin Tataniaga

Pada saluran II petani menjual kubis ke pengepul dengan harga Rp 1.300 per kilogram, kemudian pedagang pengepul menjual kubis ke pedagang grosir dengan harga Rp 1.500 per kilogram, kemudian pedagang grosir menjual kubis ke pengecer dengan harga Rp 2.733 per kilogram, pengecer menjual kubis ke konsumen dengan harga Rp 4.111 per kilogram. Margin yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar Rp200 per kilogram dengan persentase 5 persen. Margin yang diperoleh pedagang grosir sebesar Rp1.233 per kilogram dengan persentase 30 persen dan margin yang diperoleh pengecer sebesar Rp1.378 per kilogram dengan persentase 33 persen. Pada saluran III, petani kubis menjual kubis ke pedagang grosir dengan harga Rp1.500, kemudian pedagang grosir menjual kubis ke pengecer dengan harga Rp2.733 per kilogram. Pengecer menjual kubis ke konsumen dengan harga Rp 4.111 per kilogram.

Margin yang diperoleh pedagang grosir sebesar Rp 1233 per kilogram dengan persentase 30 persen dan margin yang diperoleh pengecer sebesar Rp 1.378 per kilogram dengan persentase 33 persen.

Tabel 27.Margin Tataniaga Kubis
Tabel 27.Margin Tataniaga Kubis

Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

Tabel 28 menunjukkan bahwa bagian terbesar yang diterima petani terdapat pada saluran III sebesar 36 persen, artinya bagian yang diterima petani sebesar 36 persen dari harga kubis yang dibayarkan konsumen. Tabel 29 menunjukkan bahwa saluran yang menghasilkan keuntungan tertinggi adalah Saluran II, dimana keuntungan yang diperoleh sebesar Rs 11.781. Keuntungan terkecil dicapai pada saluran I dengan keuntungan sebesar Rs 8.746.

Efisiensi Tataniaga

Pada tabel 30 terlihat margin tertinggi terdapat pada saluran I dan II dengan nilai sebesar 68 persen dan margin terendah terdapat pada saluran III dengan nilai sebesar 63 persen. Farmer's share tertinggi terdapat pada saluran III dengan nilai 36 persen dan farmer's share terendah terdapat pada saluran II dengan nilai 32 persen. Rasio keuntungan/biaya tertinggi terdapat pada saluran II dengan nilai sebesar 11.781 rupiah dan rasio keuntungan/biaya terendah terdapat pada saluran I dengan nilai sebesar 8.746 rupiah.

Analisis Sistem Tata Niaga Arang (Studi Kasus: Desa Agung Lawangan, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan) [Disertasi].

Tabel 30.Efisiensi Tataniaga Kubis  Saluran
Tabel 30.Efisiensi Tataniaga Kubis Saluran

Identitas Responden

Petunjuk pengisian : isikan pilihan anda dan beri tanda silang (x). 10. Modal usaha apa yang anda miliki? 11.Dari mana anda mendapatkan benih/bibit tersebut? .. 12.Berapa harga benih/bibit kubis : Rp.. 13.Bagaimana anda mendapatkan informasi harga jual kubis :. Berapa karyawan yang anda gunakan : ...orang 16. Berapa upah karyawan/orang : Rp 17. Apa alasan anda memulai usaha budidaya kubis?

Menurut anda dimana kubis ini dijual yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem penjualan dibawah ini, berikan alasannya.

Lembaga Tataniaga

Jumlah Produksi (Kg)** Jumlah Produksi (Kg)* Jumlah Produksi (Kg) Benih Pupuk Kerja Pestisida Cangkul Parang Ember Benih Mati Total Biaya Produksi Total Pendapatan Keuntungan. Harga Beli, Pembelian, Jumlah Pembelian, Harga Jual, Penjualan, Jumlah Penjualan, Biaya Dagang, Jumlah Biaya Dagang, Jumlah Biaya dan Keuntungan pedagang yang mengumpulkan. Harga Beli, Pembelian, Jumlah Pembelian, Harga Jual, Penjualan, Jumlah Penjualan, Biaya Dagang, Jumlah Biaya Dagang, Jumlah Biaya dan Keuntungan pedagang yang mengumpulkan per kilo.

Harga Beli, Pembelian, Total Pembelian, Harga Jual, Penjualan, Total Penjualan, Biaya Perdagangan, Total Biaya Perdagangan, Total Biaya dan Keuntungan Pedagang Besar. Harga Beli, Pembelian, Total Pembelian, Harga Jual, Penjualan, Total Penjualan, Biaya Perdagangan, Total Biaya Perdagangan, Total Biaya dan Keuntungan Pengecer. Harga Beli, Pembelian, Total Pembelian, Harga Jual, Penjualan, Total Penjualan, Biaya Perdagangan, Total Biaya Perdagangan, Total Biaya dan keuntungan pengecer per kilo.

Gambar

Tabel 1.Perkembangan Produksi Tanaman Hortikultura di Indonesia
Tabel 2.Presentasi Produksi Provinsi Sentra Kubis
Tabel 4. Produksi Kubis di Kabupaten Karo
Tabel 3. Luas Panen Tanaman Kubis di Sumatera Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

https://outlook.office.com/mail/inbox/id/AAQkADg0OGM3NWUyLWQzMjEtNGI1Yi1iMzAyLThlOGVmYWUyNGE2ZAAQAA354zvw6lxJl4mg0TyEOW8… 2/3 3/31/2023 Mail - Abdunnur- Outlook [Technium

Nilai Break Event Point BEP harga sebesar Rp 350,00 harga jual petani Rp 1.500,00 itu berarti telah berada diatas harga impas sehingga uahatani kubis berada pada posisi yang