PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam KUHP, kemampuan mempertanggungjawabkan terdapat pada Pasal 44 KUHP. Penggunaan hukum pidana dalam pengaturan masyarakat (melalui peraturan perundang-undangan) pada hakikatnya merupakan bagian dari suatu gerak politik. Kebijakan hukum pidana (criminal policy) dioperasionalkan melalui beberapa tahapan, yaitu pada tahap formulasi (kebijakan legislatif), pada tahap penerapan (yudisial, kebijakan yudisial) dan pada tahap pelaksanaan (kebijakan eksekutif/administratif).
Artinya, tujuan hukum dari UU No. 31 Tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi belum tercapai. Jadi kebijakan hukum pidana (penal policy) dioperasionalkan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap formulasi (kebijakan legislatif), tahap penerapan (kebijakan yudikatif, yudisial) dan tahap penegakan (kebijakan eksekutif/administratif).
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Upaya penanggulangan kejahatan adalah melalui kebijakan peradilan pidana ataucriminal justice policy.63. Upaya penanggulangan kejahatan adalah melalui kebijakan peradilan pidana ataucriminal justice policy.162.
Manfaat Penelitian
Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran literatur yang dilakukan di Perpustakaan Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, tidak ditemukan judul dan permasalahan yang diteliti, artinya belum pernah dilakukan penelitian dengan judul dan permasalahan yang sama, judul skripsi. penelitian penulis.
Kerangka Teori Dan Konsep
9 Adams Hukum pidana dapat juga disebut dengan hukum pidana politik. Oleh karena itu kebijakan hukum pidana dapat diartikan sebagai suatu cara bertindak atau kebijakan negara (pemerintah) untuk menggunakan hukum pidana untuk mencapai tujuan tertentu khususnya dalam menanggulangi kejahatan.Harus diakui bahwa banyak cara dan upaya yang dapat dilakukan. dikeluarkan oleh masing-masing negara bagian (pemerintah) dalam memerangi kejahatan.
Pengertian kebijakan atau politik peradilan pidana dapat dilihat dari segi kebijakan peradilan pidana dan kebijakan kejahatan. Kebijakan peradilan pidana juga diartikan sebagai kebijakan seleksi atau kriminalisasi dan dekriminalisasi suatu perbuatan. Dalam hal ini Marc Ancel menyatakan bahwa setiap masyarakat yang terorganisir mempunyai sistem hukum yang memuat ketentuan pidana.
96 Barda Nawawi, Antologi Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Konsep KUHP Baru), 2nd Cet., Kencana, Jakarta, 2010.
Metode Penelitian
- Jenis dan Sifat penelitian
- Sumber Data Penelitian
- Tekhnik pengumpulan data
- Alat Pengumpulan Data
- Prosedur pengambilan dan pengumpulan data
- Analisis data
Penelitian yang bersifat deskriptif analisis adalah penelitian hukum yang menggambarkan, mengkaji, menjelaskan dan menganalisis suatu perbuatan hukum. Uraian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah tentang penerapan asas-asas hukum normatif, sehingga penulis harus menguraikan apa yang terjadi dan sebab-sebabnya yang ingin diuraikan dalam penelitian ini. Ediwarman110 menjelaskan penelitian hukum normatif merupakan suatu proses menemukan kaidah hukum, asas hukum, dan doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum yang dihadapi.
Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar penelitian dengan melakukan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 111 Penelitian hukum normatif dapat juga disebut dengan penelitian bahan pustaka yang data sekundernya adalah dan disebut juga penelitian hukum kepustakaan. Sofmedia, halaman 25-30, lihat juga Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Penerbit Perpustakaan Mahasiswa, Halaman 34-33, dan Abdulkadir Muhammad, 2004, Penelitian Hukum dan Hukum, PT. 111 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (ikhtisar singkat) Rajawali Press, Bandung: 1995, halaman 13-14.
Peter Mahmud Marzuki menjelaskan penelitian hukum normatif merupakan suatu proses menemukan kaidah hukum, asas hukum dan doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum yang kita hadapi. Peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan menjadi landasan terpenting untuk digunakan dalam konteks penelitian ini. Citra Aditya Bhakti, Bandung, halaman 101, lihat juga Mukti Fajar dan Yulianto Achamd, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Penerbit Perpustakaan Mahasiswa, halaman 34 -33.
Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, serta dokumen pribadi atau pendapat para ahli hukum, jika relevan dengan pokok bahasan yang diteliti dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan, untuk memperoleh konsep-konsep teoritis dan doktrinal, pendapat-pendapat atau para pemikir konseptual serta penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan subjek penelitian ini, yang dapat berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku, tulisan ilmiah dan yang lain. karya ilmiah. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh melalui pengumpulan data primer dan data sekunder yaitu studi dokumen.
ATURAN HUKUM TERKAIT TINDAK PIDANA PENGADAAN
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-undang
- Aturan Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengadaan Barang
- Kelemahan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 jo
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Perubahan Kedua
- Aturan hukum pengadaan barang dan jasa terkait mark-up . 51
Ketentuan Pokok Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, secara umum pengadaan barang dan jasa didasarkan pada asas, etika, dan norma pengadaan barang/jasa yang sama dengan ketentuan sebelumnya. Merujuk pada Perpres 54 Tahun 2010 mengatur tentang etika pengadaan, dimana pada Pasal 6 disebutkan salah satunya adalah penghindaran dan pencegahan pemborosan dan kebocoran keuangan negara dalam pengadaan barang dan jasa. Etika pengadaan menyatakan bahwa mitra dan pengelola pengadaan dilarang keras melakukan pengadaan barang/jasa yang dapat mengakibatkan kerugian keuangan negara.
Setiap pembelian barang dan jasa selalu diikuti dengan bukti kesepakatan, baik berupa perjanjian/kontrak maupun surat perintah kerja (SPK). Berdasarkan hasil wawancara dengan Bpk. Jamaludin selaku Ketua Hakim Muda PN Medan, panitia melakukan penggelembungan harga dengan cara menaikan harga pasar seperti harga pensil sebesar 1000 namun dinaikkan menjadi 2000, ini contoh panitia pembelian barang dan jasa-jasa yang menggelembungkan harga sehingga menghasilkan keuntungan yang besar, panitia menilai harganya sendiri terlalu tinggi, sehingga dapat merugikan keuangan negara.128. Dalam pengertian di atas dapat dipahami bahwa panitia dan pejabat yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa menaikkan harga sedemikian tinggi hingga melebihi kewajaran.
Panitia Pengadaan Barang dan Jasa sering melakukan kesalahan terkait kewenangan yang diberikan kepadanya sehingga banyak tindakan Panitia Pengadaan Barang dan Jasa yang menimbulkan akibat hukum dan merugikan keuangan negara. 130 Diakses melalui Internet http://www.tarungnews.com/nasional/1937/pola-cheat-pada-produk-pengadaan-barang-dan-jasa-.html. Makna Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tertuang dalam Pasal 1 Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pengadaan barang/jasa di lingkungan K/L/D/I yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya diperoleh dari APBN/APBD. Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Mempertimbangkan besarnya pengeluaran yang dikeluarkan melalui proses pengadaan barang dan jasa serta potensinya. 132 Undang-Undang Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 2 Ayat (1). . proses pengadaan barang dan jasa yang dapat mempengaruhi perilaku birokrasi dan masyarakat, serta harapan terselesaikannya permasalahan umum yang berlaku di bidang pengadaan barang dan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa adalah sebagai berikut.
ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN PUTUSAN NOMOR
Analisis Kasus
- Posisi Kasus
- Analisis kasus Putusan Nomor 95/Pid.Sus.K/2013/PN Mdn
KEBIJAKAN KRIMINAL TERHADAP
Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy)
Kebijakan Non Penal
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari uraian tesis ini dapat ditarik beberapa kesimpulan yang merupakan gabungan pengertian atau sistem penelitian yang merupakan kajian komprehensif dan terpadu. Ketentuan mengenai tindak pidana korupsi tertuang dalam Pasal 2 Ayat (1) juncto Pasal 18 Ayat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001. .Peraturan hukum terkait poin-poin pada Pasal 66 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Perubahan Nomor 54 Tahun 2010.
Peraturan hukum terkait UU No. 1 Tahun 1946 Republik Indonesia tentang Peraturan Hukum Pidana diberlakukan pada Pasal 55(1)(1) KUHP. Namun putusan tersebut tidak menemukan bahwa hakim menjatuhkan hukuman restitusi kepada terdakwa sehingga putusan tersebut tidak tepat sasaran. Jika hakim mengalihkan Pasal 18, maka pelaku tidak akan jera untuk melakukan tindak pidana korupsi markup pengadaan barang dan jasa.
Upaya penanggulangan kejahatan melalui penggunaan hukum pidana (cara punitive) dan lebih menekankan pada sifat “represif” (penindasan/pemberantasan/penghapusan) setelah suatu kejahatan atau kejahatan dilakukan. Selain itu lembaga pemasyarakatan pada hakikatnya merupakan bagian dari upaya penegakan hukum, sehingga kebijakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penegakan hukum. Sedangkan yang dimaksud dengan non punitif (preventif) adalah upaya-upaya sebelum terjadinya tindak pidana korupsi, dengan cara mengatasi faktor-faktor pendorong terjadinya korupsi, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan cara yang bersifat moralistik dan abolisionis, serta dengan cara yang tidak bersifat menghukum. - Perkara pidana yang berkaitan dengan tindak pidana Tipikor dengan dalam perspektif peradilan pidana, pada umumnya upaya penanggulangan kejahatan dilakukan melalui pendekatan non-punitif dengan fokus utama pada upaya preventif, yang menekankan pada upaya pencegahan tindak pidana korupsi, yang bertujuan untuk meminimalisir sebab-sebab dan peluang terjadinya tindak pidana korupsi. Sehingga model pencegahan yang dapat dilakukan adalah penataan kualitas sumber daya manusia, penataan manajemen kerja pada instansi dan organisasi, optimalisasi peran satuan pengendalian intern pada instansi dan organisasi, peningkatan partisipasi masyarakat, dan penataan undang-undang serta peningkatan sumber daya manusia. petugas kepolisian .
Saran
Adami Chazawi, Lektion Hukum Pidana, del 1 (Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori Pemidanaan, dan Batasan Penerapan Hukum Pidana), Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2014. Barda Nawawi Arif, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Pemberantasan Kejahatan , Kencana Media Group Jakarta, 2007. Barda Nawawi, Antologi Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Konsep KUHP Baru), 2nd Cet., Kencana, Jakarta, 2010.
Sofmedia, lihat juga Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Penerbit Perpustakaan Mahasiswa, dan Abdulkadir Muhammad, 2004, Penelitian Hukum dan Hukum, PT. Leden Marpaung, Proses penanganan perkara pidana (di tingkat penuntutan dan pengadilan negeri serta eksekusi), Sinar Graphic, Jakarta, 2011. Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana: Tinjauan Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi, Kebijakan Mahasiswa Yogyakarta, Kebijakan Mahasiswa Yogyakarta. Perpustakaan, 2005.
Undang-undang nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan kedua atas undang-undang no. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kerjasama dan nepotisme Undang-undang nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa.
Tersedia melalui: Internet http://www.bpn.go.id/PUBLICATION/Peraturan-Peraturan/Peraturan-Pem/peraturan-Pematuran-nomor-8-Tahun-2003-110. Diakses melalui : Internet https://panjiades.blogspot.co.id/2016/12/theori-keadilan- parah-aristoteles.html Diakses pada tanggal 28 November 2017. Diakses melalui Internet. http://www.tarungnews.com/nasional / 1937/zzorci-goljufij-v-procesu-nabave-blaga-in-storitev-.html.