PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Hakikat Masyarakat
Faktor waktu memegang peranan penting, karena setelah lama hidup bersama maka terjadi proses adaptasi terhadap organisasi perilaku dan kesadaran kelompok. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat lestari dan mempunyai rasa jati diri yang sama. Ia mendasarkan dirinya pada pernyataan Skinner bahwa perilaku manusia dikembangkan dan dipelihara oleh anggota masyarakat yang mempengaruhi individu untuk berperilaku tertentu (diinginkan masyarakat).
Dalam menganalisis perilaku perlu dihindari pencantuman kondisi internal yang terjadi pada saat perilaku itu terjadi, baik yang bersifat fisiologis (kelelahan, lapar, dll) maupun konseptual (gairah, keinginan, dll).
Animisme
Kita bisa mengelabui roh tersebut agar tidak marah dengan menawarkan makanan atau melakukan pengorbanan. Roh mempunyai kesaktian yang disebut mana, ruh atau jiwa pada manusia disebut kehidupan, kehidupan bergerak dan mempunyai kesaktian. Karena adanya kepercayaan terhadap hantu dan makhluk halus, maka terjadilah pemujaan terhadap tempat/benda yang diyakini dihuni oleh makhluk halus.
Dan orang-orang yang memujanya untuk membalas kebaikan adalah pula orang-orang yang memujanya agar ruhnya tidak mengganggunya. Teori pertama mengatakan bahwa keyakinan manusia pada mulanya sangat sederhana dan lugas, sehingga memunculkan keyakinan yang lebih tinggi sesuai dengan perkembangan peradaban.Teori ini diperkenalkan oleh E.B.Taylor yang lebih mirip dengan evolusi Darwin. Bagi masyarakat primitif, seluruh alam dipenuhi dengan roh yang tak terhitung jumlahnya, tidak hanya manusia atau hewan, benda mati juga mempunyai roh, seperti
Roh mempunyai kesaktian yang disebut mana, ruh atau jiwa pada manusia disebut kehidupan, jiwa dapat bergerak dan mempunyai kesaktian. Mereka percaya bahwa roh tidak hanya mendiami makhluk hidup, tetapi juga benda mati, sehingga roh tersebut terdapat di batu, pohon besar, tombak, kepala manusia yang dimumikan. Karena adanya kepercayaan terhadap makhluk halus dan hantu, maka terjadilah pemujaan terhadap tempat/benda yang diyakini dihuni oleh makhluk halus.
Dan ada yang dipuja untuk menyebarkan kebaikan, ada juga yang dipuja agar ruh tidak mengganggu. Terkadang mereka membujuk makhluk halus dengan mengadakan pemakaman hewan/orang yang dikubur hidup-hidup atau kepalanya diambil dan dibuang ke gunung saat gunung berapi meletus.
Pola Hidup
Selain itu, arwah nenek moyang juga diharapkan dapat mencegah penyakit atau wabah penyakit sehingga menjamin hasil panen melimpah. Fenomena pemujaan terhadap roh nenek moyang merupakan salah satu bentuk pemujaan yang mengagungkan roh nenek moyang dan diyakini bahwa nenek moyang tersebut menduduki kedudukan yang sama dengan dewa. Gaya hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari tercermin dari aktivitas, minat, dan pendapatnya masing-masing (Suratno dan Rasmiati, 2001).
Dari beberapa pengertian gaya hidup di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup seseorang tercermin dalam aktivitas, minat, dan pendapatnya mengenai pengeluaran uang serta cara ia mengalokasikan waktunya. Evolusi gaya hidup manusia terus berubah bahkan meningkat dari waktu ke waktu karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; Rasa ingin tahu berkembang, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap benda-benda disekitarnya, dan tidak ada makhluk hidup lain yang mempunyai perasaan seperti itu.
Dengan kata lain dikatakan bahwa mitos adalah pengetahuan baru yang merupakan gabungan antara pengalaman dan keyakinan. Misalnya “mengapa gunung berapi meletus?”, karena tidak tahu jawabannya, masyarakat mengarang sendiri dengan jawaban “penjaga gunung marah”. Dweck, 2008 mengatakan pada dasarnya ada dua jenis gaya hidup manusia, yaitu gaya hidup tetap dan pola pikir berkembang.
Ciri-ciri kedua jenis gaya hidup ini antara lain tercantum pada tabel di bawah ini. Hampir semua yang saya lakukan dalam hidup tercapai berkat kerja sama dengan orang lain.
Masyarakat Pegunungan
Penduduk pegunungan percaya bahwa gunung yang mereka miliki, berdasarkan pembagian wilayah pegunungan yang disetujui oleh raja desa, merupakan sumber daya alam yang digunakan untuk memenuhi penghidupan mereka dan kelebihannya dijual untuk mendapatkan keuntungan. Dari segi pendapatan, petani mempunyai pendapatan yang dapat dikendalikan karena pola panen yang terkendali, sehingga makanan atau ternak yang dimilikinya dapat ditentukan untuk mencapai pendapatan yang diinginkan. Pekerja kantoran kesulitan mendapatkan penghasilan, sehingga penghasilan yang diinginkannya tidak bisa dikendalikan.
Selain itu, ciri-ciri masyarakat pegunungan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain dari aspek pengetahuan, keyakinan (teologis), dan kedudukan masyarakat nelayan. Dari segi ilmu, masyarakat pegunungan memperoleh ilmu dari peninggalan nenek moyangnya, misalnya menggunakan rasi bintang untuk melihat penanggalan dan petunjuk. Dari segi kepercayaan, para pendaki gunung masih yakin bahwa gunung mempunyai kekuatan magis, sehingga mereka masih sering melakukan adat istiadat pesta gunung atau sedekah gunung.
Bukan hal yang aneh jika masyarakat pegunungan dan pegunungan kecil tidak serta merta memilih pegunungan sebagai sumber penghidupan utama mereka. Adat istiadat suku yang tinggal di daerah pegunungan dan pegunungan kecil juga sangat berbeda. Di beberapa negara sering ditemukan adanya budaya pengelolaan lahan pegunungan atau yang sering disebut dengan hak adat pegunungan.
Kebudayaan masyarakat pegunungan dapat diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan atau sistem kognitif yang ada dan berkembang pada masyarakat pegunungan, yang isinya adalah seperangkat model pengetahuan yang dapat digunakan secara selektif untuk memahami dan menafsirkan lingkungan yang dihadapi, untuk mendorong dan mencipta. perilaku yang diperlukan. Dengan kata lain, budaya merupakan suatu model pengetahuan yang dijadikan pedoman atau pedoman bagi manusia untuk bersikap atau bertindak serta beradaptasi dalam menghadapi lingkungannya agar dapat bertahan hidup (lihat Suparlan 1983).
Hakikat Tradisi
Tradisi melibatkan kesinambungan masa lalu ke masa kini dan bukan sekadar menunjukkan fakta bahwa masa kini berasal dari masa lalu. Kesinambungan masa lalu ke masa kini mempunyai dua bentuk, material dan ideasional, atau obyek dan subyektif. Jadi, tradisi adalah sekumpulan benda dan gagasan material yang berasal dari masa lalu, namun sebenarnya ada saat ini.
Dengan memahami tradisi sikap atau aliran pemikiran mengenai benda-benda material atau gagasan yang berasal dari masa lalu yang diangkat masyarakat pada masa kini. Tradisi lahir pada saat-saat tertentu ketika masyarakat menetapkan penggalan-penggalan tertentu dari warisan masa lalunya sebagai tradisi. Tradisi berubah ketika orang mementingkan bagian tertentu dari tradisi dan mengabaikan yang lain, tradisi bertahan selama jangka waktu tertentu dan dapat hilang ketika benda-benda material dibuang dan gagasan ditolak atau dilupakan.
Semua itu memerlukan pembenaran agar bisa mengikat anggotanya, salah satu sumber legitimasinya terdapat pada tradisi, biasanya dikatakan “selalu begitu” atau masyarakat selalu menganut keyakinan demikian, meski dengan risiko paradoks bahwa tindakan tertentu tidak benar. dilakukan hanya karena orang lain melakukan hal yang sama di masa lalu atau kepercayaan tertentu hanya diterima karena diterima sebelumnya. Tradisi-tradisi yang merepresentasikan masa lalu yang lebih bahagia memberikan pengganti sumber kebanggaan ketika masyarakat berada dalam krisis. Tradisi kedaulatan dan kemerdekaan di masa lalu membantu suatu bangsa untuk bertahan hidup ketika hidup di bawah kekuasaan kolonial.
Tradisi ibarat tumpukan ide dan bahan yang dapat digunakan manusia dalam tindakan saat ini dan membangun masa depan berdasarkan pengalaman masa lalu. Sejarah umat manusia penuh dengan tragedi dan penderitaan, kehancuran, perselisihan, penindasan, diskriminasi, ideologi jahat, keyakinan irasional, hukum yang tidak adil, tirani dan kediktatoran.
Kerangka Pikir
Sesuatu yang dianggap sebagai tradisi dipilih dan dibawa ke perhatian publik atau dipaksakan oleh individu yang berpengaruh atau berkuasa. Secara teori, masyarakat pegunungan adalah masyarakat yang mendiami dan melakukan aktivitas sosial ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya kawasan pegunungan dan pegunungan. Singkatnya, masyarakat pegunungan sangat bergantung pada potensi dan kondisi sumber daya pegunungan.
Namun masyarakat pegunungan juga dapat diartikan secara luas sebagai masyarakat yang bertempat tinggal secara spesifik di kawasan pegunungan tanpa mempertimbangkan apakah mereka mempunyai kegiatan sosial ekonomi yang berkaitan dengan potensi dan kondisi pegunungan dan sumber daya pegunungan.
METODE PENELITIAN
Desa Bambapuang merupakan desa yang berbatasan dengan desa lain sebagai berikut: (a) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Mandatte, (b) sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tuara, (c) sebelah barat berbatasan dengan Desa Tindalun, (d) di sebelah timur berbatasan dengan Desa Ressoan. Secara umum mata pencaharian masyarakat Bambapuang terdiri dari pertanian, karena sebagian besar wilayah Desa Bambapuang terdiri dari kawasan pertanian, serta perkebunan kopi dan coklat yang masih dikelola oleh petani setempat sendiri. Selain itu, ada juga yang bekerja sebagai pegawai. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Desa Bambapuang relatif rendah. Desa Bambapuang merupakan desa yang terletak di lereng Gunung Bambapuang di sebelah timur dan Gunung Nona di sebelah barat, pada ketinggian kurang lebih 1.500 meter di atas permukaan laut.
Jika melihat keadaan demografi Desa Bambapuang termasuk salah satu desa yang pertumbuhan penduduknya relatif tinggi dibandingkan wilayah lain di Kabupaten Enrekang. Hal ini disebabkan kondisi geografis desa Bambapuang yang sangat mudah dijangkau sehingga banyak ekspatriat yang berkunjung ke desa tersebut. Dilihat dari tingkat pendidikan, penduduk desa Bambapuang masih tergolong berpendidikan rendah, hal ini mungkin disebabkan karena kesadaran mereka terhadap pendidikan yang masih kurang dan kondisi geografis yang masih jauh dari rekomendasi pendidikan untuk tingkat ekonomi mereka yang juga masih tergolong rendah. Dari tabel diatas terlihat bahwa fasilitas pelayanan kesehatan di Desa Bambapuang masih sangat minim, dimana hanya tersedia 1 Puskesmas dan 2 unit posyandu, hal ini berdampak besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Desa Bambapuang. Desa Bambapuang.
Desa Bambapuang tergolong desa yang mudah dijangkau karena terletak di jalan raya Makassar-Tanah Toraja, namun dari segi fasilitas pendidikan masih kurang. Di Desa Bambapuang hanya terdapat 4 (satu) sekolah dasar, sedangkan sekolah tingkat SLTA sebanyak 2 buah dan 1 sekolah kejuruan. Bagi warga Desa Bambapuang yang ingin melanjutkan pendidikan hingga jenjang SMP dan SMA, ada pula yang terpaksa meninggalkan desanya karena sekolah tersebut tidak mampu menampung jumlah siswa yang banyak.
Desa Bambapuang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Bambapuang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, diperoleh informasi mengenai prinsip animisme dalam pola hidup masyarakat Bambapuang Kecamatan Enrekang. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Bambapuang Kabupaten Enrekang, persoalan kepercayaan leluhur tidak bisa dipisahkan. Hal ini terlihat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 22 Juli 2016.
Kepercayaan warisan nenek moyang masih banyak dilestarikan di Indonesia, salah satunya di Desa Bambapuang Kabupaten Enrekang.