• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai dengan Menggunakan Metode Evaluasi Kebijakan Islamy (1999)

N/A
N/A
Annisa SalsabilaA

Academic year: 2023

Membagikan "Evaluasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai dengan Menggunakan Metode Evaluasi Kebijakan Islamy (1999) "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Annisa Salsabila Arsya Kelas : A

NPM : 170110200009

Evaluasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai dengan Menggunakan Metode Evaluasi Kebijakan Islamy (1999)

Latar Belakang Program Kebijakan PKH

Setiap negara pasti memiliki tujuan untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuran bagi penduduknya. Di Indonesia, tujuan ini dinyatakan secara eksplisit dalam Pembukaan UUD 1945, terutama dalam Alinea ke IV yang menyatakan "Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum..."

(Pembukaan UUD 1945). Lebih lanjut, konsep ini dijelaskan dalam pasal-pasal dan penjelasan yang mengikuti, salah satunya diuraikan dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan Sosial, yang secara tegas menyatakan bahwa

"Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya." (Setiani, 2018).

Indonesia, yang terdiri dari berbagai wilayah dan daerah, masih menghadapi tantangan dalam mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bagi penduduknya. Salah satu permasalahan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan memiliki dampak yang luas terhadap kehidupan masyarakat, termasuk akses mereka terhadap makanan, pendidikan, perumahan, serta pelayanan kesehatan.

Pemerintah masih berkomitmen untuk mengatasi masalah kemiskinan sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesejahteraan sosial di Indonesia. Kesejahteraan di Indonesia saat ini belum merata, dan ketimpangan ekonomi masih terlihat di banyak daerah. Suryahadi (2020) dalam penelitiannya mencatat adanya ketimpangan dalam penyebaran kemiskinan di Indonesia, dengan tingkat kemiskinan yang lebih rendah di perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan (Suryahadi et al., 2006). Menurut Hidayat dan Siregar (2019), faktor-faktor seperti tingkat pendidikan yang rendah, akses terbatas ke layanan kesehatan, dan pendapatan yang rendah merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia

(2)

(Hidayat, B., & Siregar, H., 2019). Semua ini menjadi hambatan bagi masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup mereka, dan kemiskinan tetap menjadi permasalahan yang dihadapi oleh suatu negara.

Kemiskinan merupakan kondisi ketika masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (tempat tinggal), serta akses pendidikan dan kesehatan. (Erna; Adriyani R ; Sri Sulastri, 2020). Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dan program untuk mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia, salah satu instrumen yang digunakan ialah melalui kebijakan publik. Pemerintah Indonesia telah membuat berbagai kebijakan publik serta program kerja untuk dapat membantu mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Kebijakan publik merupakan langkah-langkah dan tindakan yang diambil oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat. Melalui kebijakan publik, pemerintah berupaya meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan, pemberian bantuan sosial, pengembangan lapangan kerja, serta peningkatan infrastruktur.

Salah satu kebijakan publik yang diimplementasikan di Indonesia dalam upaya menekan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat adalah Program Keluarga Harapan (PKH). Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah satu kebijakan sosial yang memiliki peran penting dalam upaya pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin. Program ini diatur dan dijalankan berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 yang menguraikan prinsip-prinsip dasar, sasaran, dan mekanisme pelaksanaan PKH. Sejak diberlakukan, PKH telah menjadi salah satu instrumen utama dalam penanggulangan kemiskinan di Indonesia.

PKH merupakan sebuah program yang memberikan Bantuan Tunai Bersyarat atau Conditional Cash Transfers (CCT).

Program ini telah terbukti berhasil dalam upaya penanggulangan kemiskinan di beberapa negara di seluruh dunia. Fokus utama dari program ini adalah mengurangi tingkat kemiskinan dengan meningkatkan pendidikan dan kesehatan masyarakat yang hidup dalam kondisi miskin. Program ini memberikan bantuan tunai kepada keluarga yang memenuhi kriteria tertentu, Program Keluarga Harapan ini dirancang untuk memberikan bantuan kepada keluarga-keluarga yang memiliki anggota keluarga seperti ibu hamil/nifas, balita, anak-anak

(3)

yang bersekolah dari tingkat SD hingga SMA, lanjut usia, dan penyandang disabilitas berat (Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2019).

Program ini telah telah dilaksanakan sejak tahun 2007 dan telah diimplementasikan di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya Tasikmalaya. Tasikmalaya, sebagai salah satu kota di Jawa Barat, juga menerapkan program PKH sebagai upaya untuk menekan tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah yang memiliki tantangan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tingkat kemiskinan dan ketimpangan sosial-ekonomi masih menjadi permasalahan yang perlu ditangani secara serius. Untuk mengatasi permasalahan ini, Pemerintah Tasikmalaya mengimplementasikan suatu kebijakan berupa Program Keluarga Harapan sebagai salah satu kebijakan publik yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Namun, dalam implementasi kebijakan ini, masih terdapat sejumlah tantangan dan kendala yang perlu diatasi. Faktor administratif dan logistik, serta permasalahan sosial dan budaya, dapat mempengaruhi keberhasilan program ini. Meskipun PKH telah berjalan cukup lama akan tetapi tetap perlu dilakukan evaluasi menyeluruh untuk mengukur sejauh mana program ini telah mencapai tujuannya dan apakah implementasinya telah sesuai dengan peraturan yang ada yaitu Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018.

Evaluasi kebijakan menurut Islamy 1999

Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan bahwa evaluasi kebijakan bukan merupakan tahap akhir dari proses kebijakan publik. Pada dasarnya kebijakan publik dijalankan dengan maksud tertentu, untuk meraih tujuan-tujuan tertentu yang berangkat dari masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Islamy (1998) membagi evaluasi menjadi 3, yaitu:

● Evaluasi sebelum dilaksanakan (Evaluasi Ex-ante)

Jenis evaluasi yang dilakukan sebelum sebuah kebijakan, program, atau proyek dilaksanakan atau diterapkan. Tujuan utama evaluasi ex ante adalah untuk mengevaluasi potensi dampak, keberlanjutan, dan efektivitas dari kebijakan atau tindakan yang akan diambil sebelum tindakan tersebut benar-benar dijalankan. Dalam evaluasi ex ante, biasanya dilakukan analisis terhadap alternatif kebijakan atau tindakan yang mungkin, serta identifikasi risiko, manfaat, dan konsekuensi yang mungkin timbul akibat pelaksanaan tindakan tersebut.

(4)

● Evaluasi waktu pelaksanaan (On-Going)

Ongoing evaluation adalah evaluasi yang dimaksudkan untuk mengetahui ada/tidaknya penyimpangan pelaksanaan kegiatan disbanding program atau rencana yang telah ditetapkan.

Biasanya evaluasi ini dilaksanakan pada saat program atau kegiatan itu masih/sedang dilaksanakan.

● Evaluasi setelah pelaksanaan (Evaluasi Ex-Post)

Pada fase ini, evaluasi akan dilakukan terhadap kebijakan yang sudah dijalankan untuk mengukur sejauh mana kebijakan tersebut berhasil dalam mengatasi permasalahan. Kebijakan publik sejatinya diciptakan dengan tujuan untuk mencapai hasil yang diharapkan, yaitu mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat berdasarkan tingkat urgensi yang dianggap paling penting (Rusli, Budiman 2015:131).

Analisis Kebijakan Program PKH dengan menggunakan Model kebijakan menurut Islamy 1999

● Evaluasi sebelum dilaksanakan (Evaluasi Ex-ante)

Evaluasi program Ex Ante PKH (Program Keluarga Harapan) di Tasikmalaya adalah proses penilaian yang dilakukan sebelum program PKH diimplementasikan di wilayah tersebut.

Tujuan utama evaluasi Ex Ante ini adalah untuk mengidentifikasi potensi dampak, keberlanjutan, dan efektivitas program PKH sebelum benar-benar dilaksanakan. Program PKH ini merupakan salah satu kebijakan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan Sosial dan pelaksanaanya diatur pada Peraturan Menteri Sosial Tahun 2018 tentang PKH. Evaluasi program Ex Ante PKH di Tasikmalaya adalah langkah yang dilakukan sebelum implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di wilayah tersebut.

Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi potensi dampak, keberlanjutan, dan efektivitas program PKH sebelum program tersebut benar-benar dijalankan. Dengan demikian, evaluasi Ex Ante memungkinkan pemangku kepentingan untuk memahami secara mendalam konsekuensi program ini terhadap keluarga penerima manfaat dan masyarakat setempat.

Selain itu, evaluasi ini juga membantu dalam mengevaluasi kemungkinan kelangsungan program PKH di Tasikmalaya, mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin memengaruhi kesuksesannya dalam jangka panjang. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang potensi dampak dan tantangan yang mungkin muncul, pemangku kepentingan dapat merencanakan perbaikan dan strategi yang diperlukan untuk memastikan efektivitas program PKH dan

(5)

penggunaan sumber daya yang lebih efisien dalam upaya mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.

● Evaluasi waktu pelaksanaan (On-Going)

Tasikmalaya, sebagai salah satu kota di Jawa Barat, juga menerapkan program PKH sebagai upaya untuk menekan tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Kemiskinan di tasikmalaya pada tahun 2022 berdasarkan data bps sebesar 12,72 % dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 87,13 ribu jiwa. Hal ini mengalami penurunan sebesar 0,41 persen dibandingkan dengan tahun 2021 (Badan Pusat Statistik, 2022). Dalam rangka menyukseskan program pemerintah untuk mengurangi dan menekan angka kemiskinan, pemerintah tasikmalaya ikut mengimplementasikan program keluarga harapan untuk meningkatkan sumber daya manusia dalam bidang kesehatan, pendidikan dan perbaikan gizi.

Tasikmalaya baru menerima dan melaksanakan Program PKH pada tahun 2013 Sedangkan Pemerintah kabupaten tasikmalaya melaksanakan launching penyaluran dana Program Keluarga Harapan pada tahun 2017 di Kecamatan Manonjaya yang dibuka secara langsung oleh Bupati Tasikmalaya. penerima manfaat program keluarga harapan di Tasikmalaya banyak diterima oleh masyarakat Lanjut Usia. Untuk jumlah keluarga penerima manfaat PKH di Tasikmalaya pada tahun 2022 Kawalu menduduki posisi terbanyak penerima manfaat PKH yaitu sebanyak 6.054 keluarga. Namun dalam implementasinya pelakasnaan program PKH di tasikmalaya ini masih mengalami permaslaahan, dimana program PKH tidak tepat sasaran dalam pemberiannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 , sasaran Pkh

“ Sasaran PKH merupakan keluarga dan/atau seseorang yang miskin dan rentan serta terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin, memiliki komponen kesehatan, pendidikan, dan/atau kesejahteraan sosial. Kriteria komponen kesehatan sebagaimana yang dimaksud yaitu meliputi; ibu hamil/menyusui, anak berusia 0 (nol) sampai dengan 6 (enam) tahun. Kriteria komponen pendidikan yaitu meliputi; a. anak sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah atau sederajat; b. anak sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah atau sederajat; c. anak sekolah menengah atas/madrasah aliyah atau sederajat; dan anak usia 6 (enam) sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun yang belum menyelesaikan wajib belajar 12 (dua belas) tahun. Sedangkan untuk kriteria komponen kesejahteraan sosial yaitu meliputi lanjut usia mulai dari 60 (enam puluh) tahun dan penyandang disabilitas

(6)

diutamakan penyandang disabilitas berat. Di tasikmalaya program PKH ini masih mengalami kendala dalam proses implementasinya dikarenakan masih terdapat Masyarakat yang seharusnya menerima program tersebut tetapi kenyataanya tidak dapat dan tidak tepat sasaran. Kesulitan dalam Mengidentifikasi Penerima Manfaat: Salah satu tantangan utama dalam pelaksanaan PKH adalah kesulitan dalam mengidentifikasi keluarga miskin yang memenuhi kriteria untuk menerima bantuan. Kriteria ini biasanya berkaitan dengan tingkat pendapatan, kondisi sosial ekonomi, dan keberadaan anak usia sekolah. Di daerah perkotaan yang dinamis, data ini seringkali sulit untuk diperoleh dan diperbarui secara teratur.

Perubahan Kondisi Ekonomi: Kondisi ekonomi keluarga dapat berubah dari waktu ke waktu, dan beberapa keluarga yang sebelumnya memenuhi kriteria mungkin tidak lagi memenuhi kriteria tersebut. Sebaliknya, keluarga yang sebelumnya tidak memenuhi kriteria bisa menjadi lebih rentan. Oleh karena itu, pemutakhiran data penerima manfaat perlu dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa bantuan diberikan kepada keluarga yang benar-benar membutuhkannya. Tidak Tepat Sasaran: Salah satu masalah yang dihadapi oleh program- program sosial seperti PKH adalah ketidakmampuan dalam menentukan penerima manfaat yang tepat. Bantuan yang diberikan kepada keluarga yang sebenarnya tidak memenuhi kriteria dapat mengakibatkan ketidakpastian dalam alokasi anggaran dan tidak memaksimalkan dampak positif program.

● Evaluasi setelah pelaksanaan (Evaluasi Ex-Post)

Dilihat dari implementasi program PKH di tasikmalaya yang cukup baik, program PKH memberikan dampak yang cukup signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan Masyarakat tasikmalaya. Implementasi PKH dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan di Tasikmalaya melalui adanya bantuan yang diberikan sehingga program ini dapat mengangkat keluarga miskin dari garis kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Adanya program PKH di Tasikmalaya memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam mengurangi tingkat kemiskinan di Tasikmalaya. Selain itu Program PKH juga memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan akses pendidikan, kesehatan serta pemberdayaan ekonomi di Tasikmalaya meningkat setelah implementasi PKH.6 Berikut terdapat data Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin di Kota Tasikmalaya 2014-2022:

Tahun Garis Kemiskinan (Rupiah/kapita/bula n)

Jumlah Penduduk Miskin (ribu)

Presentasi

Penduduk Miskin

(7)

2018 447,008 84,22 12,71

2019 457,899 76,98 11,60

2020 470,150 86,14 12,97

2021 480,341 89,64 13,13

2022 498,711 87,13 20,72

Sumber: bps.go.id

Meskipun implementasi Program di Tasikmalaya telah berjalan dengan baik dan menunjukan peningkatan yang signifikan dalam mengurangi kemiskinan di Tasikmalaya, namun tentu masih terdapat permasalahan dan tantangan yang dihadapinya berdasarkan laporan bulanan yang ada di PPKH kota Tasikmalaya, permasalahan yang selalu dan paling banyak muncul ialah mengenai tidak tersalurkannya bantuan PKH ataupun BPNT dengan tepat sasaran selain itu koordinasi yang kurang baik menjadi tantangan yang dihadapi. Koordinasi yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta lembaga terkait sangat penting untuk memastikan bantuan sampai kepada keluarga penerima dengan cepat dan tanpa hambatan.

Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan evaluasi oleh pemerintah. Pemantauan dan evaluasi merupakan langkah penting dalam implementasi PKH di Tasikmalaya. Pemerintah perlu memastikan adanya sistem pemantauan yang efektif untuk memastikan bahwa bantuan yang diterima benar-benar bermanfaat bagi penerima dan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan mereka. Evaluasi oleh pemerintah juga diperlukan untuk memperbaiki kelemahan dalam implementasi program dan mengoptimalkan dampaknya. Program ini merupakan yang sustainable (berkelanjutan), artinya program PKH merupakan program yang berkelanjutan, berorientasi pada masa depan, terutama komitmen dalam pengentasan kemiskinan. Menempatkan PKH sebagai program berkelanjutan sangatlah penting, mengingat program ini dapat menjadi salah satu opsi pemerintah untuk membangun sikap mental warga negara yang kuat, unggul, berdaya saing, dan Sejahtera.

Daftar Pustaka

(8)

Badan Pusat Statistik. (2022). Presentase Penduduk Miskin. From tasikmalayakota.bps.go.id:

https://tasikmalayakota.bps.go.id/subject/23/kemiskinan.html#subjekViewTab3

Budho Santoso. (2022, Mei 29). Pemprov Jabar beri perhatian terhadap lansia tunggal di Tasikmalaya. From antaranews.com: https://www.antaranews.com/berita/2907933/pemprov- jabar-beri-perhatian-terhadap-lansia-tunggal-di-tasikmalaya#mobile-nav

Deden Taupiq. (2020). PENGARUH PELAKSANAAN KEBIJAKAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN ( PKH ) TERHADAP MANAJEMEN PROGRAM KELUARGA HARAPAN ( PKH ) DALAM MEWUJUDKAN KINERJA PENDAMPING SOSIAL PROGRAM KELUARGA THE INFLUENCE OF PKH POLICY IMPLEMENTATION TOWARD PKH MANAGEMENT IN REALIZING T

Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tasikmalaya. (2017, Juli 21).

PKH Solusi atasi Kemiskinan di Kabupaten Indonesia. From tasikmalayakab.go.id:

http://portal.tasikmalayakab.go.id/index.php/en/aneka-info/berita-daerah/buka-rakor-sdm- pkh-kab-tasikmalaya-bupati-ade-sugianto-perlu-kerja-cepat-dan-kerja-tepat

Erna; Adriyani R ; Sri Sulastri. (2020). Implementasi Program Keluarga Harapan (Pkh) Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Miskin. CENDEKIA Jaya, 2(1), 75–93.

https://doi.org/10.47685/cendekia-jaya.v2i1.64

Fajri, A. K., Larasati, D., & Alifkah, S. P. (2022). Analisis Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Keluarga Harapan. Jurnal Manajemen Dan Kebijakan Publik, 7(1), 158–170.

Hidayat, B., & Siregar, H. . (2019). Determinants of poverty in Indonesia: An empirical analysis using panel data. Journal of Social and Administrative Sciences, 87-101.

Huda, K., Hidayati, D., Tamyis, A. R., & Fatah, A. R. . . (2018). Memperkuat Peluang Ekonomi Untuk Keluarga PKH: Ringkasan. Smeru Research Institute, 1–24.

https://smeru.or.id/sites/default/files/publication/brief-pkhstudy-id_final.pdf

Iva Faulana, Indri Murniawaty, R. (2021). Model Pengentasan Kemiskinan melalui Kebijakan PKH di Jawa Tengah. Jurnal Kajian Pendidikan Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi, V Nomor 1(1), 1–13.

Kementrian Sosial Republik Indonesia. (2019, Agustus 9). Program Keluarga Harapan (PKH) . From kemensos.go.id: https://kemensos.go.id/program-keluarga-harapan-pkh

Mazmanian, D.A ; Sabatier, P. A. (1983). Implementation and Public Policy. Scott:

Foresman.

Mansur, J. (2021). IMPLEMENTASI KONSEP PELAKSANAAN KEBIJAKAN DALAM PUBLIK. AT-TAWASSUTH:Jurnal Ekonomi Islam, VI(2), 324–334.

Mustari, N. (2018). Implementasi Kebijakan Publik: Pemahaman Teoritis Empiris. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Murdiyana, M., & Mulyana, M. (2017). Analisis Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia. Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja, 10(1), 73–96.

https://doi.org/10.33701/jppdp.v10i1.384

(9)

Satibi, I., & Sudrajat, U. (2019). Strategi Implementasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Di Kota Tasikmalaya. Jispo, 9(2), 367–368.

Seftiani, D. (2018). Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan Oleh Pendamping Program Keluarga Harapan (Pkh) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Talagasari Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis. Ilmu Sosial Dan Politik, 35–47.

Suhendar, D., Endah, I., Siti, S., Nur, J., Lantai, J., Tinggal, T., Kayu, B., Dinding, J., Tinggal, T., & Hujan, A. (2022). EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI SOSIAL RI NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN PADA DINAS SOSIAL KABUPATEN CIANJUR. 3.

Suryahadi, A., Suryadarma, D., & Sumarto, S. (2006). Economic Growth and Poverty Reduction in Indonesia: The Effects of Location and Sectoral Components of Growth. In SMERU Research Institute (Issue August).

Tachjan, H;. (2006). Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI).

Timbuan. (2021). Dynamics of Goverment Implementation in Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 19.

TNP2K. (2018). Masa Depan Sistem Perlindungan Sosial di Indonesia: Perlindungan Solusi untuk Semua. Jakarata: TNP2K, Kantor Wakil Presiden.

Wahab, Solichin Abdul;. (2012). Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Penyusunan Model- Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Widiyanti, H., & Umi Ati, N. (2022). Pelaksanaan Program Keluarga Harapan terhadap Tingkat Kesejahteraan Keluarga Penerima Manfaat (Studi Evaluasi Kebijakan Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan pada Desa Tegalgondo Kabupaten Malang). 6, 16484–16490.

Walker, Hill M; Boyne, George A;. (1988). Public Policy Implementation. London: Sage Publication.

Yustika, Ahmad Erani; Arsyad, Nurdin;. (2009). Kajian Implementasi Kebijakan Publik di Indonesia. Jurnal Penelitian Politik, Vol. 9, No. 1 , 1-20.

Referensi

Dokumen terkait

Karena tidak ada keluarga yang bisa memenuhi 9 kriteria kemiskinan yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial, maka pemerintah Desa mendata keluarga yang paling miskin di

36 pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan melalui PKH, pemerintah Kota Malang terutama Dinas Sosial sebagai leading sector serta koordinator dari penerapan

vii vii KLASIFIKASI KELAYAKAN PENERIMA BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN PKH MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES CLASSIFIER ABSTRAK Program Keluarga Harapan PKH adalah program pemberian

Upaya penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Galesong Utara salah satunya dilakukan dengan adanya kebijakan Program Keluarga Harapan yang dapat

Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah satu kebijakan sosial yang memberikan pelayanan sosial oleh pemerintah berupa uang tunai kepada Rumah Tangga Sangat

Kata Kunci: Implementasi, Bantuan Langsung Tunai BLT, Ketahanan Ekonomi Pemerintah mengeluarkan kebijakan sebagai suatu bentuk mengatasi krisis ekonomi dikalangan masyarakat miskin

Program Keluarga Harapan PKH, yang juga dikenal sebagai kegiatan bantuan sosial dengan syarat, memiliki tujuan untuk memberikan bantuan kepada keluarga yang hidup dalam kondisi miskin

611 PKH agar digunakan sebagai bahan penyempurnaan kebijakan atau Pedoman Pelaksanaan PKH pada tahun mendatang sehingga harapan pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan secara