• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM K3 PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

N/A
N/A
Annisa Suci Andarini

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM K3 PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM K3

PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

Disusun Oleh :

Nama : Annisa Suci Andarini NIM : 022000006

Elektronika Instrumentasi Jurusan Teknofika Nuklir Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir

2020

(2)

A. PENDAHULUAN

Api adalah sebuah kata yang tidak asing bagi kita semua. Manakala api dapat dikendalikan sesuai kebutuhan yang kita inginkan, api adalah sahabat misalnya untuk memasak, pengecoran logam, dll, tetapi bila nyala api sudah tidak dapat dikendalikan, jadilah bencana yang sering kita sebut kebakaran.

Keamanan dan keselamatan manusia maupun aset bangunan/fasilitas perlu dijaga dari bahaya yang mengakibatkan kerusakan sampai kematian. Banyak fakta yang membuktikan bahwa kebakaran merupakan resiko tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan bangunan/fasilitas, kematian, berhentinya proses produksi, kehilangan lapangan pekerjaan maupun rusaknya lingkungan. Keamanan, keselamatan jiwa sangat diperlukan dalam rangka memberikan dan meningkatkan psikologis untuk menjalankan aktivitas.

Sejumlah peristiwa kebakaran juga dapat memberikan tantangan yang serius terhadap keselamatan nuklir. Dampak dari kebakaran, misalnya: asap, panas, atau pembakaran, akan dapat mempengaruhi kerusakan struktur, sistem, atau komponen-komponen penting untuk keselamatan nuklir. Fasilitas nuklir harus mempertahankan kemampuan untuk mencapai kondisi yang aman dan meminimalkan potensi lepasnya radioaktif akibat kebakaran.

Pencegahan kebakaran adalah merupakan langkah utama dalam rangka penanggulangan kebakaran, inipun kadang masih dapat terjadi kebakaran.

Untuk meminimalisir terjadinya kebakaran dapat dilakukan dengan: disain dan pemilihan bahan bangunan, peralatan/accessory dan penempatan serta perlakuan yang benar terhadap bahan mudah terbakar, dipatuhinya prosedur-prosedur keamanan dan keselamatan, adanya detektor api/fire alarm yang efektif, pelatihan-pelatihan bagi Petugas Pemadam Kebakaran (PBK) maupun karyawan, inspeksi secara periodik, perawatan dan pengujian seluruh intalasi serta peralatan pemadam kebakaran .

Usaha pemberantasan/pemadaman kebakaran adalah langkah kedua dalam rangka penanggulangan kebakaran. Kesiapan petugas dan peralatan pemadam kebakaran sangat perlu untuk diperhatikan dan dievaluasi setiap saat.

Mengingat bahaya dan kerugian yang dapat ditimbulkan akibat kebakaran, sudah seharusnya bahwa tanggung jawab terhadap Penanggulangan Bahaya Kebakaran tidak hanya menjadi tanggung jawab PBK saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab kita semua baik sebagai pribadi maupun sebagai mahasiswa atau sebagai anggota masyarakat.

B. TUJUAN

Mahasiswa dapat menambah pengetahuan ”Penanggulangan Bahaya Kebakaran”, sehingga dapat mengabil peran dalam pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.

(3)

C. LANDASAN TEORI

a. Definisi-definisi dalam Penanggulangan Bahaya Kebakaran :

• Api adalah suatu reaksi kimia yang dikenal dengan pembakaran .

• Api juga sering didefinisikan sebagai suatu oksidasi cepat dari benda-benda yang mudah terbakar, yang diikuti oleh suatu pelepasan energi dalam bentuk panas dan cahaya.

• Kebakaran adalah bencana api yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian.

• Pencegahan kebakaran adalah setiap daya upaya secara berencana untuk meniadakan kemungkinan timbulnya bahaya kebakaran.

• Penanggulangan kebakaran adalah segala daya upaya untuk mencegah dan memberantas terjadinya kebakaran.

• Pemberantasan kebakaran adalah segala daya upaya dalam menghadapi kebakaran untuk memadamkan, melokalisir, mengamankan jiwa raga, harta benda, penyelidikan atas sebab musababnya, penampungan dan rehabillitasi.

b. Komponen dasar dari pembakaran:

Untuk dapat terjadinya api atau suatu peristiwa kebakaran dibutuhkan tiga unsur pokok yang meliputi :

1. Bahan bakar adalah bahan/benda yang mudah/bisa terbakar , 2. Oksigen adalah zat berujud gas berfungsi sebagai oksidator, dan

3. Panas yang cukup adalah energi yang berujud bahang yang berperan sebagai perangsang oksidasi dalam keseimbangan thermal.

Proses oksidasi atau pembakaran ini sering diilustrasikan dengan segi-tiga api atau segi-tiga kebakaran seperti pada gambar 1.

Api maupun ledakan terjadi apabila ketiga unsur : bahan bakar , oksigen dan panas ada bersama-sama dalam proporsi (ukuran) yang tepat. Salah satu dari unsur pembentuk api ditiadakan maka tidak akan terjadi kebakaran/api.

Perbedaan antara api dan ledakan yaitu api adalah kebakaran dalam ruang/udara terbuka, sedangkan ledakan adalah kebakaran yang terjadi dalam ruang tertutup, sehingga tekanan ke arah luar dinding ruang tambah besar.

(4)

Gambar 1. Segi-tiga Api : 1. Bahan bakar , 2. Oksigen , 3. Panas

c. Reaksi rantai kimia

Uap-uap gas yang disuling selama proses pembakaran dari suatu bahan akan terbawa pada nyala. Uap–uap ini berisi atom-atom dan molekul-molekul yang tidak mempunyai perubahan dan mempunyai suatu muatan listrik yang juga menarik atau menolak partikel (gambar . 2)

Daerah antara nyala dan bahan bakar disebut ”nyala antar permukaan” suatu tempat pembakaran yang sangat kecil. Oksigen menutup daerah nyala dari antara permukaan ke daerah yang paling atas. Struktur molekul benda jatuh dan melepaskan atom-atom bercampur dengan radikal lain kedalam bentuk senyawa baru yang jatuh lagi melalui panas, hal ini terjadi secara serentak dalam bermacam-macam tingkatan.

Gambar. 2. Aksi–aksi selama pembakaran yang dihubungkan dengan reaksi kimia

(5)

d. Hasil-hasil pembakaran

Saat suatu bahan/benda yang terbakar melalui perubahan kimia akan memberikan hasil pembakaran yang berupa :

1. Gas-gas api

Gas-gas hasil pembakaran dapat merupakan faktor utama penyebab kematian karena sifatnya yang beracun .

2. Nyala

Nyala merupakan badan cahaya yang kelihatan dari suatu gas yang terbakar dan mendatangkan panas dan sedikit cahaya ketika bercampur dengan peningkatan jumlah oksigen.

3. Panas

Panas adalah suatu bentuk energi yang diukur dalam tingkat suhu untuk menandakan tingkat kehebatan dari api. Panas ini bertanggung jawab untuk terjadinya kebakaran dan panas juga merupakan bentuk lain dari cahaya. Bahaya dari panas adalah mengakibatkan dehidrasi, kelelahan, dan bahaya bagi pernapasan.

4. Asap

Asap adalah sesuatu yang dapat terlihat pada pembakaran yang tidak sempurna dan dapat berupa bagian-bagian yang halus dari jelaga dan karbon yang keluar dari bahan yang terbakar.

Asap dapat mengganggu penglihatan, sehingga penglihatan tidak jelas dan akhirnya dapat menjebak orang-orang dalam suatu bangunan yang terbakar karena banyaknya asap.

e. Pemindahan panas

Dalam peristiwa kebakaran proses pemindahan panas dari suatu bahan/tempat/bangunan ke bahan/tempat/bangunan lain dapat melalui satu atau lebih metode yaitu :

1. Konduksi

Panas dapat terhantar dari suatu bahan ke tempat/bahan lain melalui medium konduksi seperti pada gambar 3 . Perpindahan panas melalui konduksi sangat tergantung dari konduktifitas bahan yang dilaluinya.

Bangunan dengan dinding yang dibuat ganda/rangkap yang berisi ruang udara dapat memberikan penyekatan terhadap perambatan panas.

Gambar 3. Ilustrasi pemindahan panas melalui konduksi (kolom baja menghatarkan panas ke bahan lain sehingga terbakar)

(6)

2. Radiasi

Penyebaran panas melalui pancaran gelombang panas seperti pada gambar 4.

Radiasi panas adalah merupakan salah satu sumber terbesar dari penyebaran panas/api.

Gambar 4. Ilustrasi pemindahan panas melalui radiasi

3. Konveksi

Pemindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas melalui pergerakan panas melalui udara atau cairan seperti pada gambar.5 Cairan atau gas yang dipanaskan mengakibatkan zat-zat tersebut akan bergerak dengan sendirinya.

Seperti saat kita memasak air, maka air akan mengembang dan melakukan pergerakan keatas. Seperti halnya air, udarapun bila dipanaskan akan megembang menjadi geretan (penerang) dan bergerak keatas, udara dingin akan mengambil/mengalir ke permukaan yang paling bawah.

Gambar 5. Ilustrasi Pemindahan panas secara konveksi 4. Hubungan nyala langsung

Api akan menjalar dari suatu benda/bahan ke bahan lain dapat melalui hubungan nyala langsung, saat suatu zat dipanaskan sampai pada titik dimana uap-uap yang dipanaskan timbul, maka uap-uap ini dapat terbakar.

Panas yang berpindah melalui hubungan langsung sebagaimana pada ilustrasi pada gambar. 6

(7)

Gambar 6. Ilustrasi hubungan nyala langsung f. Klasifikasi Kebakaran dan Metode Pemadaman

Berdasarkan dari bahan/benda-benda yang terbakar, api/kebakaran dapat diklasifika- sikan/dibedakan menjadi beberapa jenis kelas kebakaran :

1. Kelas A

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya.

Metode pemadaman Kelas A :

Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung goni yang dibasahi, dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering.

2. Kelas B

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol , gas-gas dan lain-lainnya.

Metode pemadaman Kelas B :

Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: pasir dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Dilarang memakai air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar kemana-mana .

3. Kelas C

Kebakaran yang disebabkan oleh listrik.

Metode pemadaman Kelas C :

Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau racun api tepung kimia kering.

Matikan dulu sumber listrik agar kita aman dalam memadamkan kebakaran.

4. Kelas D

Kebakaran yang berasal dari logam, misal : Magnesium, Titanium, Zirconium, Sodium dan Potassium.

Metode pemadaman Kelas D :

Temperatur yang sangat tinggi dari bebarapa logam yang terbakar membuat air dan bahan–bahan pemadam biasa tidak akan efektif untuk memadamkan kebakaran Kelas D. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini dapat berupa : alat pemadam api khusus atau Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau racun api tepung kimia kering .

(8)

g. Prinsip Pemadaman dan Peralatan Pemadam Kebakaran

Prinsip Pemadaman Kebakaran adalah suatu usaha untuk mematikan api/kebakaran dengan cara memisahkan/menghilangan salah satu unsur dari pembentuk api yaitu :

• Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar matahari, reaksi kimia dan perubahan kimia.

• Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan sebagainya.

• Oksigen (tersedia di udara) .

Apabila sudah terjadi kebakaran maka tindakan pertama yang dapat kita lakukan adalah menghilangkan adanya oksigen dalam kebakaran tersebut.

Sebagai contoh yang paling mudah yaitu saat kita menyalakan sebuah lilin , dan kita tutup lilin yang menyala dengan sebuah gelas , apa yang terjadi ? , nyala lilin lambat laun akan menjadi kecil dan mati karena oksigen yang berada di luar gelas tidak dapat masuk dan oksigen yang berada dalam gelas berubah menjadi Karbon Dioksida (CO2) yang mematikan api. Hal serupa dapat digunakan dengan peralatan pemadam kebakaran (APAR), maupun peralatan konvensional (goni basah, pasir ,dll) yang berfungsi mengisolasi adanya oksigen/udara dalam api/kebakaran.

Selain dengan cara mengisolasi oksigen, pemadaman api/kebakaran dapat dilakukan dengan cara pendinginan panas yaitu dengan menggunakan air maupun APAR yang akan menimbulkan reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen sehingga api/kebakaran akan mati.

Mengurai bahan yang terbakar juga merupakan cara untuk memperkecil dan/atau mematikan api/kebakaran. Bahan-bahan yang terbakar misalnya untuk kebakaran kelas A maupun kelas B, dengan cara memindahkan kayu/kertas, memindahkan minyak/menutup kran, maka nyala api akan menjadi kecil dan akhirnya api mudah dipadamkan.

Dengan mengetahui kelas kebakaran dan prisip-prinsip pemadaman api/kebakaran maka kita dapat menggunakan peralatan/bahan pemadam kebakaran secara tepat.

Peralatan pemadam kebakaran dikelompokan dalam dua kelompok : a. Peralatan pemadam konvensional seperti :

• air

• karung goni basah , selimut basah

• pasir /lumpur

• batang pohon pisang , dll.

b. Peralatan modern seperti :

• APAR/FireExtinguishers/RacunApi

Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A,B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya,

(9)

Gambar 7. APAR

sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 kg dengan jumlah satu tabung.

Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kimia kering, foam/busa dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan dipakai di Indonesia.

• Hydran

Gambar 8. Hydrant

Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran kota, sesuai namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air.

• Sprinkler

Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut.

Gambar 9. Sprinkler h. Penanggulangan Bahaya kebakaran

Penanggulangan bahaya kebakaran adalah segala daya upaya untuk mencegah dan memberantas terjadinya kebakaran.

a. Pencegahan kebakaran

Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor- faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan terjadinya kebakaran menjadi kenyataan.

(10)

Dengan kita mengetahui pengklasifikasian, prinsip pemadaman dan peralatan pemadaman api/kebakaran, maka kita wajib mengelola kesemuanya itu menjadi suatu sistem manajemen/pengelolaan pencegahan bahaya kebakaran.

Pencegahan terhadap kebakaran dilakukan tidak hanya berupa peralatan/teknis, kegiatan tetapi juga meliputi administartif .

o Membuat identifikasi bahaya yang dapat mengakibatkan kebakaran, o Analisa dan/atau evaluasi potensi bahaya kebakaran/api terhadap bahan-

bahan dan peralatan yang digunakan dalam suatu fasilitas/ruang/gedung, o Membuat skenario terhadap resiko kemungkinan terjadinya bahaya

kebakaran,

o Prosedur-prosedur terkait dengan bahaya kebakaran dan keselamatan kerja,

o Mengadakan training /pelatihan Penanggulangan Bahaya kebakaran, o Monitoring

Inspeksi terhadap instalasi listrik, Inspeksi Bangunan, Inspeksi Peralatan Pemadam Kebakaran , dll.

o Recovery / Pemulihan Emergency Response Plan / Rencana Tindakan Tanggap Darurat, P3K .

o Desain ruang/fasilitas dan pemilihan bahan yang tepat sehingga dapat meminalkan timbulnya bahaya kebakaran

o Detektor Asap/Smoke Detector :

Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah/lokasi maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung.

o Fire Alarm

Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat .

o Penyediaaan peralatan pemadam kebakaran baik yang konvensional maupun modern

o Tersedianya tanda-tanda peringatan terhadap bahaya kebakaran, misalnya Dilarang Merokok, Hati-hati Bahaya kebakaran , dll.

b. Pembemberantasan Kebakaran

Pemberantasan kebakaran adalah segala daya upaya dalam menghadapi kebakaran untuk :

o memadamkan api

o melokalisir kebakaran supaya tidak menyebar o mengamanakan harta benda dan jiwa raga, o penyelidikan atas musabab kebakaran , o penampungan dan

o rehabilitasi.

(11)

D. LANGKAH-LANGKAH

a) Pemadaman Tradisional (karung goni)

1. Ambil karung goni atau bahan yang bisa menyerap air yang berukuran sedang sampai besar

2. Basahkan atau celupkan karung goni ke dalam air 3. Teknik pemegangan kain :

a. Jepitkan karung goni menggunakan kedua tangan antar ujung kain dengan ibu jari di atas, dan jari lainnya dibalik kain

b. Angkat karung goni, sampai menutup wajah

4. Putar kedua tangan, hingga ibu jari juga terhalang oleh karung goni 5. Perhatikan arah angin

6. Melangkah perlahan menuju sumber api hingga berjarak satu kaki (catatan : posisi membelakangi arah angin)

7. Tutup sumber api secara keseluruhan dengan karung goni 8. Ambil kain dengan teknik yang sama seperrti nomor 3

9. Mundur perlahan dengan posisi bagian depan tubuh masih terlindungi oleh karung goni.

Gambar 10. Dokumentasi praktikum pemadaman tradisional

b) Pemadaman Modern

• Pemadaman menggunakan APAR

1. Tarik segel dan lepas Pin pengunci tuas APAR 2. Arahkan selang ke titik pusat api.

3. Tekan tuas secara penuh untuk mengeluarkan isi APAR 4. Sapukan secara merata sampai api padam

(12)

Gambar 11. Dokumentasi praktikum pemadaman dengan APAR

• Pemadaman Menggunakan Hydrant

1. Angkat selang fire hose sampai mendekat. Atau dengan cara dipanggul. Namun bila ternyata terlalu berat untuk Anda, maka lemparkan saja selangnya ke tempat mendekati api

2. Tempatkan selang supaya tidak terbelit – belit, agar aliran air lancar

3. Jika ternyata ukuran selangya kurang panjang, maka bisa Anda tambahkan dengan selang yang lain

4. Pasangkan nozzle pada bagian kopling selang sampai bunyi “klik”

5. Sambungkan bagian pangkal selang dengan bagian hydrant pillar 6. Nyalakan hydrant pilar setelah ada instruksi dari ketua

7. Arahkan semprotan pada air secara merata dengan mengatur putaran pada nozzle 8. Setelah api padam, ketua memberi instruksi untuk mematikan hydrant pillar 9. Lepaskan selang dari nozzle dan hydrant pillar

10. Keluarkan air yang tersisa pada selang

11. Lipat selang menjadi 2 bagian dengan jarak antar kopling 2 kaki 12. Gulung selang dari arah yang berlawanan dengan kopling 13. Angkat dan kembalikan peralatan seperti semula

Gambar 12. Dokumentasi praktikum pemadaman dengan Hydrant

(13)

E. PEMBAHASAN

a. Pemadaman Tradisional (karung goni)

Pemadaman tradisional atau konvensional adalah pemadaman yang dilakukan dengan alat seadanya atau yang berada di sekitar kita. Alat yang digunakan untuk pemadaman konvensional ini bisa dengan menggunakan karung goni, selimut, handuk, atau kain yang besar dan tebal untuk dapat menyerap air secara menyeluruh serta dapat melindungi bagian depan tubuh kita.

Pada praktikum ini, alat yang digunakan adalah karung goni, alat ini cukup tebal dan cukup untuk melindungi tubuh bagian depan. Tujuan untuk pemadaman ini adalah menutup atau membatasi ruang oksigen yang masuk serta menurunkan panas karena air.

Jika karung tidak dibasahkan dengan air maka hanya akan menambah bahan bakar yang dapat memperbesar kobaran api.

Berdasarkan langkah-langkah yang dipaparkan, dapat dikatakan bahwa pemegangan karung goni untuk memadamkan api ada tekniknya, hal ini bertujuan agar melindungi diri dari kobaran api. Selama berada di sekitar sumber api, posisi wajah harus tetap terlindungi. Lalu, tujuan untuk memperhatikan arah angin adalah agar arah kobaran api tidak menuju ke arah kita. Pada saat pengambilan karung goni kembali, wajah harus dilindungi segera, karena ada kemungkinan api belum terpadamkan.

Berdasarkan hasil praktikum, setelah api tertutup secara keseluruhan oleh kain goni yang basah, api langsung terpadamkan. Hal ini menunjukkan bahwa cara untuk memadamkan api adalah dengan cara membatasi oksigen masuk dan mengurangi panas.

Gambar 13. Hydrant pillar

di STTN Gambar 15. Nozzle dan

selang di STTN

(14)

b. Pemadaman Modern

• Pemadaman menggunakan APAR

Pemadaman menggunakan APAR adalah salah satu teknik pemadaman modern dan cocok untuk semua jenis kelas kebakaran. Bahan/isi dari APAR bisa bermacam-macam, mulai dari bentuk serbuk sampai air. Penggunaan APAR hanyabisa digunakan sekali saja setelah pin terlepas, karena setelah pin terselepas tekanan yang berada didalam APAR langsung meningkat.

Pada praktikum ini, APAR yang digunakan adalah jenis serbuk. Pemadaman menggunakan APAR ini adalah salah satu cara penanggulangan kebakaran dengan memutus rantai reaksi kimia atau proses oksidasi.

Teknik penggunaan APAR cukup mudah, namun memiliki resiko karena tekanannya yang bisa membahayakan pengguna serta serbuknya yang bisa membahayakan mata. Oleh karna itu, saat melepaskan pin APAR diletakkan di samping untuk mencegah tekanan yang keluar dari APAR tidak membahayakan wajah. Meskipun APAR adalah alat pemadaman yang cocok untuk semua kelas kebakaran, namun pemadaman menggunakan APAR ini terbatas dan dapat habis sebelum semua api terpadamkan, terlebih jika APAR tersebut sekian lama tidak terpakai dan tidak diperbarui memungkinkan terjadinya pemadaman yang kurang efektif.

• Pemadaman menggunakan Hydrant

Hydrant terdapat di lingkungan sekitar gedung dengan kapasitas air yang cukup banyak dan tekanan yang cukup besar pada hydrant pillar. Selain hydrant pillar terdapat selang yang menghubungkan saluran air dari hydrant pillar, lalu ada nozzle hydrant sebagai pengatur kecepatan air agar sampai ke titik kobaran api dengan jarak maksimal. Jenis nozzle hydrant yang digunakan saat praktikum ada 2, yaitu yang berbentuk silinder biasa dan berbentuk sedikit lebih runcing diujungnya. Perbedaan dari kedua nozzle ini adalah jangkauan air yang di keluarkan, untuk nozzle yang berbentuk lebih runcing jangkauaannya lebih jauh dari nozzle silinder, tetapi hanya mengarah ke satu titik. Sedangkan nozzle silinder penyebaran airnya bisa lebih luas.

Pemadaman menggunakan hydrant merupakan pemadaman yang dilakukan oleh sekelompok orang yang dipimpin oleh seorang kapten atau ketua yang memandu dan memberikan instruksi saat pemadaman berlangsung. Ketua berada di barisan terdepan yang mengarahkan semburan air ke api, diikuti oleh 1 atau 2 orang dibelakangnya, satu orang yang menyalakan hydrant pillar, dan beberapa orang lainnya mengatur dan/atau merapikan kondisi selang agar air mengalir secara lancar.

Selesai pemadaman api perlunya mengembalikan alat ke kondisi semula.

Membersihkan sisa air dalam selang dengan cara mengangkat selang dari salah satu ujunnya diikuti dengan aliran air hingga air keluar di bagian ujung selang lainnya.

Merapihkan kembali peralatannya seperti semula.

(15)

F. KESIMPULAN

1. Unsur terjadinya peristiwa kebakaran ada 3, yaitu bahan bakar, oksigen, dan panas. Strategi memadamkan api adalah dengan menghilangkan salah satu dari ketiga unsur tersebut.

2. Teknik pemadaman terbagi menjadi 2, yaitu secara konvensional/tradisional dan secara modern.

3. Pemadaman tradisional dengan menggunakan bahan seadanya yang berada disekitar.sedangkan pemadaman modern menggunakan alat khusus untuk memadamkan api.

4. APAR hanya dapat digunakan satu kali.

5. Pemadaman menggunakan hydrant harus dilakukan secara perkelompok dengan satu pimpinan.

6. Tujuan utama dari pemadaman api adalah keselamatan, baik untuk pemadam kebarakan maupun warga sekitar

Referensi

Dokumen terkait

1) Untuk menjabarkan kelebihan dan kekurangan alat pemadam kebakaran selain mobil pemadam kebakaran (Pawang Geni dan Fire Motor). 2) Untuk mempelajari peralatan yang

Untuk alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) harus diperiksa dengan cara menimbang serta mencocokkan beratnya dengan berat yang tertera pada alat

1) Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus di tempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan dapat diambil serta dilengkapi dengan

(11) Berdasarkan pernyataan dari teori Blum tersebut dibuktikan dengan hasil jawaban pada item pernyataan bahwa pekerja mempersepsikan peralatan pemadam kebakaran

Pompa punggung merupakan peralatan tangan (hand tools) yang digunakan untuk pemadaman kebakaran hutan dan lahan terutama untuk memadamkan jenis api permukaan sampai tinggi 1-1,5 m

5.1.1 Proses Menuju Mobil Pemadam dan Menggunakan Alat Pelindung Diri Pekerjaan petugas pemadam yang dituntut harus cepat sampai di lokasi kebakaran untuk memadamkan api

Menurunkan haba atau suhu sehingga proses kebakaran tidak berlaku lagi dengan cara menggunakan air atau media pemadaman api. Sedia Pantas Berintegriti. Merupakan satu cara

(2) Bangunan gedung atau bagian bangunan gedung tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan proteksi kebakaran, akses pemadam kebakaran dan sarana