• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARGUMENT PRO

N/A
N/A
Blue Spring

Academic year: 2023

Membagikan "ARGUMENT PRO"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ARGUMENT PRO : PRINSIP NON-INTERVENSI ASEAN PADA KONFLIK ANTARA NEGARA ANGGOTA

Keyword: Prinsip Non-intervensi, ASEAN.

Pembicara I

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah sebuah organisasi regional yang didiriikan pada tanggal 8 agustus 1967 terdiri dari 11 negara di kawasan Asia Tenggara. Tujuan utama ASEAN adalah mempromosikan kerjasama politik, ekonomi, sosial, dan budaya antara negara-negara anggotanya dengan tujuan menciptakan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan tersebut. Negara-negara anggota ASEAN saat ini adalah Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam dan timur leste. Ini adalah organisasi antar-pemerintah yang terdiri dari sepuluh negara di Asia Tenggara yang bekerja sama dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi, politik, sosial, budaya, dan keamanan. Organisasi ini telah berkembang sejak itu dan memiliki struktur kerja yang melibatkan pertemuan-pertemuan tingkat tinggi, dialog diplomatik, dan berbagai badan kerja sama.

Beberapa tujuan dan fungsi utama ASEAN meliputi:

1. **Membangun Perdamaian dan Keamanan:** ASEAN bertujuan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara dan mengatasi konflik antarnegara dengan cara damai.

2. **Kerjasama Ekonomi:** ASEAN berusaha untuk meningkatkan integrasi ekonomi di kawasan dengan membentuk ASEAN Economic Community (AEC) dan mendorong perdagangan dan investasi.

3. **Pengembangan Sosial dan Budaya:** ASEAN berupaya untuk mempromosikan kerjasama di bidang pendidikan, kesehatan, budaya, dan lain-lain untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di kawasan.

4. **Kerjasama Politik:** Organisasi ini juga berfokus pada kerjasama politik dan diplomatik, termasuk dialog antarnegara, pertukaran informasi, dan pemecahan masalah regional.

5. **Perlindungan Hak Asasi Manusia:** ASEAN bekerja sama untuk meningkatkan perlindungan hak asasi manusia di kawasan, meskipun masih ada tantangan dalam hal ini

(2)

Menurut Nicholas Khoo, terdapat norma diplomatik yang diterapkan oleh ASEAN bernama ASEAN Way yang berisikan norma non-intervensi, non-penggunaan angkatan bersenjata, mengejar otonomi regional, serta menghindari collective defense. Perkataan intervensi kerapkali dipakai secara umum untuk menunjukkan hampir semua tindakan campur tangan oleh suatu negara dalam urusan negara lain. “Non-intervention is a foreign principle which holds that political rulers should avoid alliances with other nations, but still retain diplomacy, and avoid all wars not related to direct self-defense. This is based on the grounds that a state should not interfere in the internal politics of another state, based upon the principles of state sovereignty and self-determination. A similar phrase is strategic independence”.

Prinsip non-intervensi adalah salah satu prinsip dasar dalam ASEAN yang menekankan bahwa negara-negara anggota sepakat untuk tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri masing-masing anggota, termasuk konflik internal yang mungkin terjadi. Prinsip ini secara khusus mengacu pada penghindaran intervensi militer atau tindakan eksternal yang dapat mengganggu kedaulatan suatu negara anggota. Prinsip non-intervensi dianggap sebagai salah satu fondasi yang mendukung kerjasama dan hubungan yang harmonis di antara negara-negara ASEAN, serta sebagai salah satu faktor penting yang membantu menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara.

Prinsip non-intervensi sendiri merupakan suatu kewajiban bagi setiap negara berdaulat untuk tidak campur tangan dalam urusan negara lain.Prinsip ini dijalankan karena suatu negara memiliki kedaulatan penuh yang didasari oleh paham kemerdekaan dan persamaan derajatsesama negara, artinya bahwa negara berdaulat bebas dari negara lainnya dan juga sama derajatnya dengan yang lain.

Prinsip ini muncul dalam Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC), 24 Februari 1976 yang dalam Pasal 2 dijelaskan bahwa dalam menjalin hubungannya antar anggota, didasarkan pada prinsip fundamental yaitu: (a) menghormati kebebasan, kedaulatan, kesamaan, kesatuan wilayah dan identitas nasional setiap bangsa; (b) setiap negara memiliki hak untuk mengatur penyelenggaraan negaranya bebas dari intervensi eksternal; (c) adanya prinsip non-intervensi dalam hubungan internal sesama anggota.22 Dengan adanya pasal tersebut menguatkan eksistensi prinsip non-intervensi dalam kerangka kerja sama ASEAN.

Prinsip tersebut juga merupakan satu dari lima prinsip peaceful coexistence yang tercantum dalam Piagam PBB yang kemudian diadopsi oleh para pendiri ASEAN dengan penyesuaian tertentu terhadap norma-norma regional. Lebih lanjut, setiap

(3)

negara anggota ASEAN pun telah sepakat untuk menentang setiap bentuk campur tangan suatu negara, baik sesama maupun bukan sesama anggota ASEAN terhadap masalah dalam negeri anggota lainnya.Akan tetapi prinsip non-intervensi sejatinya mengandung nilai-nilai penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas territorial dari setiap negara, penyelesaian setiap masalah politik melalui perundingan dan peningkatan kerjasama dalam aspek keamanan dan pertahanan wilayah sesuai dengan tujuan pembentukan ASEAN yaitu “to promote peace in the region”.

Prinsip non-intervensi selama ini dipegang teguh oleh para anggota ASEAN dalam kebijakan regionalnya. Hal yang demikian terjadi karena telah terdapat dasar hukum yaitu pada Piagam ASEAN sehingga menyebabkan negara-negara anggota tidak memiliki legitimasi dan otoritas yang cukup untuk mengintervensi masalah konflik dan pelanggaran HAM internal negara-negara anggotanya. Pasal 2 Piagam ASEAN menyatakan bahwa (e) non-interference in the internal affairs of ASEAN member states, (f) respect the right of every member state to leads its national existence free from external interfence, subversion and coersion.

Prinsip non-intervensi saat ini telah menjadi dasar fundamental bagi hubungan antar anggota ASEAN. Nilai positif dari adanya prinsip ini yaitu mencegah dan meminimalisasi terjadinya konflik antar negara anggota ASEAN. Diplomasi yang berlandaskan prinsip tersebut setidaknya berhasil meredam potensi konflik di kawasan. Terlepas dari sisi positif tersebut prinsip ini pada kenyataannya menjadi hambatan bagi ASEAN untuk berperan signifikan dalam penyelesaian konflik domestik di masing-masing negara anggota.

(4)

Prinsip non-intervensi memiliki argumen yang mendukung pentingnya memelihara kedaulatan negara dan menjaga stabilitas dalam hubungan internasional. Berikut beberapa argumen yang mendukung prinsip non-intervensi:

1. Menghormati Kedaulatan Negara: Prinsip non-intervensi menghormati hak setiap negara untuk menjalankan urusan dalam negerinya tanpa campur tangan dari negara-negara asing. Ini adalah prinsip dasar hukum internasional yang mengakui bahwa negara-negara memiliki hak untuk mengatur diri mereka sendiri sesuai dengan kebijakan dan kepentingan nasional mereka.

2. Mencegah Konflik Internasional: Dengan menerapkan prinsip non-intervensi, negara-negara menghindari campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain, yang dapat mengurangi risiko terjadinya konflik internasional. Campur tangan asing dalam urusan dalam negeri suatu negara sering kali dapat memicu ketegangan, konfrontasi, dan bahkan konflik bersenjata.

3. Memelihara Stabilitas Regional: Di tingkat regional, prinsip non-intervensi membantu menjaga stabilitas dan harmoni antara negara-negara dalam sebuah wilayah. Ketika negara-negara menghormati kedaulatan satu sama lain, hubungan regional cenderung lebih stabil, yang bermanfaat bagi perkembangan ekonomi dan kerja sama regional.

4. Mendorong Dialog dan Diplomasi: Prinsip non-intervensi mendorong negara- negara untuk mencari solusi melalui dialog dan diplomasi ketika terjadi ketidaksetujuan atau konflik. Ini dapat menghindari eskalasi konflik dan memberikan kesempatan untuk penyelesaian damai.

5. Menghormati Keanekaragaman Budaya dan Politik: Di dunia yang penuh dengan keanekaragaman budaya, etnis, dan politik, prinsip non-intervensi memungkinkan setiap negara untuk mengembangkan sistem politik dan budaya sesuai dengan nilai-nilai dan tradisi mereka sendiri. Ini membantu memelihara keragaman budaya di seluruh dunia.

Namun, penting untuk diingat bahwa prinsip non-intervensi bukanlah prinsip absolut, dan terdapat situasi di mana campur tangan internasional dapat dibenarkan, terutama dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia yang serius atau ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Oleh karena itu, penting untuk mencari keseimbangan antara hak kedaulatan negara dan tanggung jawab internasional dalam menjaga perdamaian dan hak asasi manusia.

(5)

Pembicara II

Kedaulatan dan Perdamaian

Argumentasi mengenai prinsip non-intervensi ASEAN yang berfokus pada kedaulatan dan perdamaian adalah poin yang sangat penting dalam mendukung prinsip ini. Berikut beberapa argumen yang dapat digunakan untuk menyoroti pentingnya kedaulatan dan perdamaian dalam konteks non-intervensi:

**Argument Kedaulatan:**

1. Kedaulatan dan Kebebasan: Prinsip non-intervensi adalah jaminan bagi negara- negara anggota ASEAN untuk menjaga kedaulatan dan kebebasan mereka. Ini berarti bahwa negara-negara anggota memiliki hak untuk mengelola urusan dalam negeri mereka sendiri tanpa campur tangan dari negara-negara lain. Ini adalah prinsip dasar yang mendukung integritas dan kemerdekaan negara-negara anggota.

2. Perlindungan Terhadap Campur Tangan Eksternal: Prinsip non-intervensi melindungi negara-negara anggota dari campur tangan eksternal yang dapat mengancam kedaulatan mereka. Ini memastikan bahwa negara-negara ASEAN dapat menjalankan urusan dalam negeri mereka sesuai dengan kebijakan dan kepentingan mereka sendiri tanpa tekanan dari pihak luar.

**Argument Perdamaian:**

1. Mencegah Konflik Antar Negara Anggota: Prinsip non-intervensi membantu mencegah konflik antara negara-negara anggota ASEAN dengan menghindari campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain. Dengan demikian, prinsip ini telah membantu menjaga perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara selama beberapa dekade terakhir.

2. Diplomasi dan Dialog: Prinsip non-intervensi mendorong penggunaan diplomasi, dialog, dan negosiasi sebagai metode penyelesaian sengketa di antara negara-negara anggota. Ini menciptakan lingkungan yang lebih damai dan membantu mencegah eskalasi konflik menjadi konflik yang lebih besar.

3. Keseimbangan Kekuasaan: Dengan mencegah campur tangan eksternal yang dapat mengganggu keseimbangan kekuasaan di kawasan ini, prinsip non- intervensi berkontribusi pada stabilitas regional. Ini mengurangi potensi ketegangan antara negara-negara anggota dan menghindari dominasi oleh negara- negara besar.

4. Keberlanjutan Kerjasama Regional: Prinsip non-intervensi memungkinkan negara-negara anggota untuk menjaga hubungan yang harmonis dan produktif

(6)

dalam kerjasama regional. Perdamaian dan stabilitas adalah prasyarat penting untuk mencapai tujuan bersama ASEAN dalam berbagai bidang seperti ekonomi, politik, dan keamanan.

Dalam keseluruhan, argumen ini menunjukkan bahwa prinsip non-intervensi ASEAN berperan penting dalam menjaga kedaulatan dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara. Prinsip ini memungkinkan negara-negara anggota untuk menjalankan urusan dalam negeri mereka dengan damai dan menghindari konflik yang dapat mengganggu stabilitas regional.

Pembicara III

Kerjasama dan Hubungan Harmonis

Argumen yang berfokus pada kerjasama dan hubungan harmonis dalam prinsip non-intervensi ASEAN adalah penting dalam mendukung prinsip ini sebagai faktor yang mendorong kerjasama regional yang efektif. Berikut beberapa argumen yang dapat digunakan untuk menyoroti peran kerjasama dan hubungan harmonis:

**Argument Kerjasama:**

1. Mendorong Kerjasama Ekonomi: Prinsip non-intervensi memungkinkan negara-negara anggota ASEAN untuk fokus pada kerjasama ekonomi yang lebih produktif. Ini menciptakan lingkungan yang kondusif untuk perdagangan dan investasi di antara negara-negara anggota, yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bersama.

2. Kerjasama Politik: Prinsip non-intervensi membantu membangun hubungan politik yang harmonis di antara negara-negara anggota. Ini memungkinkan mereka untuk berkolaborasi dalam mengatasi isu-isu regional dan global yang kompleks, seperti perubahan iklim, terorisme, dan isu-isu keamanan regional.

3. Keamanan Bersama**: Prinsip non-intervensi berkontribusi pada keamanan bersama di kawasan Asia Tenggara. Dengan memelihara hubungan harmonis dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, negara-negara anggota dapat bersama-sama mengatasi ancaman keamanan yang ada, termasuk konflik bersenjata dan ketegangan politik.

**Argument Hubungan Harmonis:**

(7)

1. Meminimalkan Friksi Antar Negara: Prinsip non-intervensi membantu menghindari friksi dan ketegangan antara negara-negara anggota. Ini menciptakan lingkungan yang lebih harmonis di mana negara-negara dapat bekerja sama secara efektif tanpa konflik atau sengketa yang mengganggu kerjasama regional.

2. Penghindaran Dominasi: Prinsip ini juga membantu menghindari dominasi oleh negara-negara besar yang dapat mengganggu hubungan harmonis di kawasan.

Dengan memastikan bahwa setiap negara memiliki kedaulatan dan hak yang sama, hubungan di antara negara-negara anggota dapat berlangsung dengan lebih damai dan seimbang.

3. Komitmen terhadap Diplomasi: Prinsip non-intervensi mempromosikan komitmen terhadap diplomasi dan penyelesaian sengketa melalui negosiasi dan dialog. Ini adalah pendekatan yang mendukung hubungan harmonis, karena menempatkan pemecahan masalah di atas konfrontasi atau tindakan yang merugikan.

4. Kepercayaan Timbal Balik: Dengan menghormati prinsip non-intervensi, negara-negara anggota ASEAN membangun kepercayaan timbal balik satu sama lain. Kepercayaan ini merupakan dasar penting untuk hubungan harmonis dan kerjasama yang efektif di kawasan ini.

Dalam keseluruhan, argumen ini menunjukkan bahwa prinsip non-intervensi ASEAN membantu menciptakan kerjasama yang kuat dan hubungan harmonis di antara negara-negara anggota. Hal ini berkontribusi pada stabilitas dan kemakmuran kawasan Asia Tenggara secara keseluruhan.

Pembicara IV

Pencegahan Konflik dan Diplomasi

Pencegahan konflik merupakan strategi sangat penting sehubungan dengan banyaknya potensi konflik dalam masyarakat sipil dan kebijakan yang tidak demokratis. Pada dasarnya, pencegahan konflik merupakan cara untuk mencegah konflik untuk tidak bereskalasi menjadi konflik lebih besar. Seperti halnya dalam prinsip non-intervensi yang bertujuan untuk meminimalisir konflik terkait masalah domestik yang ada di suatu negara.

Hal itu mencakup tentang strategi dari pencegahan potensi konflik atau konflik bersifat laten agar tidak manifes menjadi konflik terbuka atau konflik kekerasan, pencegahan konflik terbuka agar tidak meningkat menjadi konflik yang lebih

(8)

besar atau krisis, dan pencegahan agar persetujuan damai yang telah dicapai tidak kembali jatuh dalam situasi peperangan. Ketika pencegahan konflik dilakukan, maka akan meminimalisir kekerasan, bahkan menghilangkan kekerasan. Dengan demikian, maka akan tercapai kondisi yang penuh dengan kedamaian.

Dalam Diplomasi, prinsip non-intervensi sering menjadi dasar bagi negosiasi antara negara-negara, terutama ketika ada konflik atau ketegangan internasional.

Prinsip ini membantu menciptakan kerangka kerja di mana negara-negara dapat berinteraksi secara damai dan mencari solusi damai untuk perbedaan mereka.

Namun, seperti banyak prinsip dalam diplomasi internasional, prinsip non- intervensi juga dapat menjadi subjek perdebatan ketika terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang serius atau ketika diperlukan tindakan internasional untuk mencegah krisis kemanusiaan yang besar. Dalam kasus-kasus seperti itu, dilema etika sering muncul dalam mencari keseimbangan antara prinsip non-intervensi dan perlindungan hak asasi manusia.

ARGUMENT TAMBAHAN

Argumen yang berfokus pada keragaman budaya dan politik dalam prinsip non- intervensi ASEAN dapat memberikan pandangan yang kuat tentang pentingnya memahami, menghormati, dan menjaga keragaman di kawasan Asia Tenggara.

Berikut beberapa argumen yang dapat digunakan untuk menyoroti peran keragaman dalam konteks non-intervensi:

Argument Keragaman Budaya:

1. Kehormatan Terhadap Identitas Budaya: Prinsip non-intervensi membantu mempertahankan identitas budaya unik masing-masing negara anggota ASEAN. Keanekaragaman budaya adalah salah satu aset terbesar kawasan ini, dan prinsip ini melindungi dan memelihara keanekaragaman tersebut. Ini berarti setiap negara memiliki tradisi, bahasa, dan nilai-nilai yang berbeda, dan prinsip non-intervensi memastikan bahwa identitas ini tetap terjaga.

2. Penghindaran Konflik Budaya: Di negara-negara dengan keragaman budaya yang signifikan, campur tangan eksternal atau upaya untuk mengubah budaya dapat menyebabkan konflik internal. Prinsip non-intervensi membantu mencegah konflik berbasis budaya dan konflik politik yang dapat muncul jika negara lain mencoba mempengaruhi atau mengubah dinamika budaya.

Argument Keragaman Politik:

(9)

1. Kesesuaian dengan Keadaan Lokal: Prinsip non-intervensi memungkinkan negara-negara anggota ASEAN untuk mengembangkan model pemerintahan yang sesuai dengan keadaan lokal mereka. Ini berarti bahwa negara-negara memiliki kebebasan untuk menciptakan sistem politik yang paling sesuai dengan kebutuhan dan budaya mereka sendiri, tanpa tekanan dari negara- negara tetangga.

2. Penghormatan terhadap Pilihan Politik: Prinsip non-intervensi juga mencakup penghormatan terhadap pilihan politik yang diambil oleh negara-negara anggota. Ini berarti bahwa negara-negara ASEAN dapat memiliki spektrum beragam dalam hal ideologi dan kebijakan politik tanpa takut campur tangan eksternal yang dapat mengganggu stabilitas.

3. Pemeliharaan Hubungan Harmonis: Menghormati keragaman budaya dan politik dalam konteks prinsip non-intervensi membantu memelihara hubungan politik yang harmonis di antara negara-negara anggota. Dalam kawasan yang beragam seperti Asia Tenggara, ini adalah faktor kunci dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di antara negara-negara yang berbeda.

4. Kepentingan Bersama: Prinsip non-intervensi mencerminkan keprihatinan bersama negara-negara anggota ASEAN untuk menjaga keberagaman budaya dan politik. Ini memungkinkan mereka untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama tanpa mengkhawatirkan dominasi oleh negara-negara eksternal.

Dalam keseluruhan, argumen ini menunjukkan bahwa prinsip non-intervensi ASEAN mendukung dan melindungi keragaman budaya dan politik di kawasan ini. Prinsip ini memungkinkan negara-negara anggota untuk menjalani perkembangan budaya dan politik mereka sendiri dalam sebuah kawasan yang sangat beragam.

(10)

MANFAAT

Prinsip non-intervensi ASEAN adalah salah satu prinsip yang menunjukkan komitmen negara-negara anggota untuk menjaga kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah masing-masing. Prinsip ini juga mencerminkan sikap saling menghormati dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Prinsip non- intervensi ASEAN memiliki beberapa manfaat, antara lain:

- Membangun kepercayaan dan kerja sama antara negara-negara anggota ASEAN, yang beragam dalam hal sistem politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama.

Dengan menghormati perbedaan dan tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain, negara-negara anggota ASEAN dapat menjalin hubungan yang harmonis dan konstruktif.

- Mempertahankan stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara, yang sering menghadapi berbagai tantangan dan ancaman, baik dari dalam maupun dari luar. Prinsip non-intervensi ASEAN dapat mencegah terjadinya konflik antar negara anggota atau campur tangan dari negara-negara besar yang memiliki kepentingan di kawasan ini.

- Mendorong penyelesaian masalah secara damai dan diplomatis melalui dialog dan konsultasi antara negara-negara anggota ASEAN. Prinsip non-intervensi ASEAN tidak berarti bahwa negara-negara anggota tidak peduli atau tidak membantu negara lain yang menghadapi masalah. Sebaliknya, prinsip ini menekankan pentingnya saling bantu dan kerja sama dalam menangani isu-isu yang bersifat regional atau global.

Oleh karena itu, saya mendukung prinsip non-intervensi ASEAN sebagai salah satu prinsip dasar yang membentuk identitas dan solidaritas ASEAN. Prinsip ini juga sesuai dengan norma-norma hukum internasional yang mengakui hak setiap negara untuk menentukan nasibnya sendiri tanpa campur tangan dari pihak lain.

Prinsip non-intervensi ASEAN bukanlah halangan bagi integrasi dan komunitas ASEAN, melainkan justru menjadi landasan bagi pengembangan kerja sama yang lebih erat dan efektif di masa depan.

(11)

KONFLIK ROHINYA

Berikut adalah opini saya yang mendukung prinsip non-intervensi ASEAN pada isu Rohingya:

Isu Rohingya adalah salah satu isu kemanusiaan yang paling mendesak dan kompleks di kawasan Asia Tenggara. Menurut PBB, Rohingya adalah salah satu minoritas yang paling dipersekusi di dunia³. Mereka menghadapi diskriminasi, kekerasan, dan pelanggaran hak asasi manusia yang sistematis di Myanmar, negara tempat mereka tinggal selama berabad-abad. Akibatnya, ratusan ribu Rohingya melarikan diri ke negara-negara tetangga, terutama Bangladesh, yang kini menampung lebih dari satu juta pengungsi Rohingya .⁵

Isu Rohingya juga menimbulkan tantangan dan tekanan bagi ASEAN, organisasi regional yang beranggotakan 10 negara di Asia Tenggara, termasuk Myanmar.

ASEAN didirikan pada tahun 1967 dengan tujuan untuk mempromosikan kerja sama ekonomi, sosial, budaya, politik, dan keamanan di kawasan ini. Salah satu prinsip dasar yang menjadi landasan ASEAN adalah prinsip non-intervensi, yang tercantum dalam Piagam ASEAN. Prinsip ini menyatakan bahwa negara-negara anggota ASEAN harus saling menghormati kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah masing-masing, serta tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain¹.

Saya mendukung prinsip non-intervensi ASEAN pada isu Rohingya karena saya percaya bahwa prinsip ini memiliki beberapa manfaat dan alasan, antara lain:

- Prinsip non-intervensi ASEAN dapat menjaga persatuan dan solidaritas di antara negara-negara anggota, yang memiliki latar belakang sejarah, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama yang beragam. Dengan menghargai perbedaan dan tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain, negara-negara anggota ASEAN dapat menghindari konflik dan perselisihan yang dapat merusak hubungan baik dan kerja sama yang telah terjalin selama ini.

- Prinsip non-intervensi ASEAN dapat mempertahankan kedaulatan dan otoritas Myanmar sebagai negara berdaulat yang memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri tanpa campur tangan dari pihak luar. Dengan demikian, Myanmar dapat mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan isu Rohingya sesuai dengan kondisi dan kepentingan nasionalnya. Campur tangan dari pihak luar dapat menimbulkan reaksi negatif dari pemerintah dan masyarakat Myanmar, yang dapat memperburuk situasi dan memicu kekerasan lebih lanjut.

- Prinsip non-intervensi ASEAN tidak berarti bahwa negara-negara anggota tidak peduli atau tidak membantu negara lain yang menghadapi masalah kemanusiaan.

Sebaliknya, prinsip ini menekankan pentingnya saling bantu dan kerja sama

(12)

dalam menangani isu-isu yang bersifat regional atau global. Negara-negara anggota ASEAN dapat memberikan bantuan kemanusiaan kepada Rohingya melalui mekanisme bilateral atau multilateral, seperti melalui PBB atau organisasi-organisasi internasional lainnya. Negara-negara anggota ASEAN juga dapat mendorong dialog dan konsultasi antara Myanmar dan Bangladesh, serta antara pemerintah Myanmar dan kelompok-kelompok Rohingya, untuk mencari solusi damai dan komprehensif.

Oleh karena itu, saya mendukung prinsip non-intervensi ASEAN pada isu Rohingya sebagai salah satu prinsip dasar yang membentuk identitas dan karakteristik ASEAN. Prinsip ini juga sesuai dengan norma-norma hukum internasional yang mengakui hak setiap negara untuk menentukan nasibnya sendiri tanpa campur tangan dari pihak lain. Prinsip non-intervensi ASEAN bukanlah halangan bagi integrasi dan komunitas ASEAN, melainkan justru menjadi landasan bagi pengembangan kerja sama yang lebih erat dan efektif di masa depan.

(13)

PENUTUP

Penting untuk diingat bahwa prinsip non-intervensi bukanlah prinsip yang bersifat absolut dan terdapat pengecualian yang diakui dalam hukum internasional, seperti tindakan campur tangan yang sah untuk melindungi hak asasi manusia atau untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Namun, prinsip non-intervensi tetap menjadi prinsip dasar yang penting dalam hubungan internasional dan hukum internasional.

Namun, penting untuk dicatat bahwa prinsip non-intervensi ini tidak bersifat mutlak. Di bawah konteks tertentu, ASEAN telah mengakui kewajiban untuk melindungi hak asasi manusia dan masyarakat sipil, yang dapat mengimbangi prinsip non-intervensi. Selain itu, ASEAN juga memiliki prinsip-prinsip lainnya, seperti prinsip kewajiban untuk menghormati hak asasi manusia dan kebebasan dasar, yang mencerminkan komitmen terhadap standar hak asasi manusia yang diakui secara internasional.

Dalam penutup, kami ingin menegaskan bahwa prinsip non-intervensi ASEAN adalah salah satu pilar utama yang mendukung kerjasama dan hubungan harmonis di kawasan Asia Tenggara. Prinsip ini menghormati dan melindungi kedaulatan, keragaman budaya, dan kebebasan politik setiap negara anggota. Ini tidak hanya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk kerjasama ekonomi dan politik yang produktif, tetapi juga membantu mencegah konflik, ketegangan, dan campur tangan eksternal yang dapat mengganggu stabilitas dan perdamaian regional.

Dengan prinsip non-intervensi sebagai panduan, ASEAN telah berhasil menjaga harmoni di antara negara-negara anggota, meminimalkan konflik yang mungkin muncul, dan menciptakan keseimbangan kekuasaan yang mendukung perdamaian dan keamanan bersama. Ini adalah prinsip yang mendorong kedaulatan, memelihara keragaman budaya, dan memungkinkan negara-negara anggota untuk menjalani perkembangan politik mereka sendiri sesuai dengan keadaan lokal mereka.

Jadi, mari kita ingat bahwa prinsip non-intervensi ASEAN adalah salah satu elemen penting dalam mempertahankan stabilitas dan perdamaian di Asia Tenggara. Prinsip ini memungkinkan negara-negara anggota untuk bersama-sama mencapai tujuan bersama mereka dalam sebuah kawasan yang beragam, harmonis, dan damai.

(14)

TAMBAHAN

Prinsip non-intervensi dalam hukum internasional telah diadopsi melalui sejarah perkembangan hukum internasional dan konvensi internasional tertentu. Prinsip ini telah menjadi bagian integral dari hukum internasional dan muncul dari berbagai dokumen dan kebijakan internasional. Beberapa sumber utama di mana prinsip non-intervensi diadopsi adalah:

1. Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB): Prinsip non-intervensi adalah salah satu prinsip dasar yang diakui dalam Piagam PBB, yang merupakan dokumen inti yang mendirikan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1945. Pasal 2(7) dari Piagam PBB menyatakan bahwa "tidak ada ketentuan dalam Piagam ini yang akan memberikan wewenang kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk campur tangan dalam urusan yang sepatutnya merupakan urusan dalam negeri suatu negara." Ini merupakan salah satu pernyataan utama prinsip non-intervensi dalam konteks hukum internasional.

2. Konvensi Jenewa dan Konvensi Hukuman Internasional: Prinsip non-intervensi juga diakui dalam berbagai konvensi internasional, termasuk Konvensi Jenewa tentang Perlindungan Warga Sipil di Waktu Perang dan Konvensi Hukuman Internasional tentang Kejahatan Terhadap Kemanusiaan. Prinsip ini mendukung perlindungan warga sipil dan negara dalam situasi konflik bersenjata.

3. Praktik Negara-Negara: Prinsip non-intervensi juga diwujudkan melalui praktik negara-negara di tingkat internasional. Selama berabad-abad, negara-negara telah mengembangkan norma-norma yang mengakui hak kedaulatan dan non-intervensi negara lain dalam urusan dalam negerinya. Ini menjadi prinsip yang mendasari hubungan internasional dan pembentukan hukum internasional.

4. Resolusi PBB dan Deklarasi: Perserikatan Bangsa-Bangsa sering mengadopsi resolusi dan deklarasi yang menguatkan prinsip non-intervensi dan mengimbangi hak kedaulatan negara dengan tanggung jawab internasional. Resolusi seperti itu dapat menggarisbawahi pentingnya menjaga perdamaian dan hak asasi manusia dalam konteks prinsip non-intervensi.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Penilaian Kinerja Keuangan dengan Metode Economic Value Added (EVA) (Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk).. Skripsi, Fakultas Ekonomi UIN Raden

1 Subject to this Act, where a respondent to an appeal has been granted an indemnity certificate under section 15, the certificate shall entitle the respondent to be paid from the Fund-