• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aset Jangka Panjang

N/A
N/A
Sindi Sri Utami

Academic year: 2024

Membagikan " Aset Jangka Panjang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS 6

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Oleh:

SINDI SRI UTAMI NIM 223209024

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI MADIUN

Oktober 2024

(2)

RESUME BAB 4

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI PENGENALAN ASET JANGKA PANJANG

Aset jangka panjang merupakan aset yuang digunakan untuk menghasilkan penghasilan operasi (atau mengurangi biaya operasi) untuk lebih dari satu periode. Aset jangka panjang yang paling umum adalah asset tetap berwujud seperti bangunan, pabrik, dan peralatan. Aset jangka panjang juga mencakup aset tak berwujud seperti hak paten, merk dagang, copyright, dan goodwill.

a) Akuntansi Aset Jangka Panjang

Kapitalisasi, Alokasi, dan Penurunan Nilai 1. Kapitalisasi (capitalization)

Kapitalisasi aset jangka panjang berarti mencatatnya di neraca daripada segera membebankan biayanya di laporan laba rugi. Untuk aset berwujud (hard assets) seperti Plant Property and Equipment – PPE, aset dicatat berdasarkan nilai perolehan.

Kapitalisasi aset tak berwujud (soft assets) seperti litbang, iklan, dan upah lebih rumit karena manfaat dan umur ekonomisnya sulit diukur, sehingga biaya ini biasanya langsung dibebankan.

2. Alokasi (allocation)

Alokasi biaya mengaitkan biaya aset dengan manfaatnya, bukan untuk menentukan nilai wajar aset. Nilai tercatat (kapitalisasi dikurangi alokasi kumulatif) tidak mencerminkan nilai wajar.

3. Penurunan Nilai (impairment)

Jika arus kas yang diharapkan (tidak didiskonto) lebih kecil dibanding dengan nilai tercatat aset (biaya dikurangi akumulasi penyusutan), aset perlu diturunkan nilainya dan dinyatakan sebesar nilai pasar wajar (jumlah diskonto taksiran arus kas).

Dampaknya adalah untuk mengurangi nilai tercatat aset pada neraca dan mengurangi profitabilitas sebesar jumlah yang sama.

b) Kapitalisasi versus Pembebanan:

Dampak terhadap Laporan Keuangan dan Rasio

Kapitalisasi memengaruhi baik laporan keuangan maupun rasionya. Kapitalisasi juga membuat laba menjadi lebih unggul dibandingkan arus kas sebagai pengukuran kinerja keuangan.

(3)

Dampak Kapitalisai terhadap Laba

Kapitalisasi memiliki dua dampak utama terhadap laba.

 Kapitalisasi menangguhkan pengakuan biaya, yang mengakibatkan laba lebih tinggi selama periode akuisisi, tetapi laba lebih rendah di periode berikutnya dibandingkan dengan metode pembebanan langsung.

 Pembebanan langsung cenderung menyebabkan fluktuasi laba yang lebih besar karena pengeluaran modal seringkali bersifat "tak lancar”.

Dampak kapitalisasi terhadap Tingkat Pengembalian Investasi

Kapitalisasi meningkatkan fluktuasi dalam pengukuran laba, yang berdampak pada rasio tingkat pengembalian investasi (ROI) karena memengaruhi baik pembilang (laba) maupun penyebut (basis investasi) dari rasio tersebut. Sebaliknya, pembebanan biaya aset menghasilkan basis investasi yang lebih rendah dan meningkatkan fluktuasi laba.

Dampak Kapitalisasi terhadap Rasio Solvabilitas

Pada pembebanan biaya aset secara langsung, rasio solvabilitas, seperti rasio utang terhadap ekuitas mencerminkan kondisi perusahaan yang lebih buruk dari kondisi sebenarnya.

Dampak Kapitalisasi terhadap arus Kas Operasi

Saat biaya aset dibebankan langsung, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas operasi. Sebaliknya, jika aset dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas investasi.

ASET TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM a) Menilai Aset Tetap dan Sumber Daya Alam

Menilai Properti, Pabrik, dan Peralatan

Prinsip biaya historis digunakan saat menilai properti, pabrik, dan peralatan. Penilaian biaya historis mengharuskan suatu perusahaan pertama kali mencatat aset sebesar harga belinya. Biaya ini mencakup beban apa pun yang diperlukan agar aset tersebut berada dalam lokasi dan kondisi siap digunakan atau siap memberikan jasa.

Menilai Sumber Daya Alam

Perusahaan melaporkan sumber daya alam sebesar biaya historis ditambah dengan biaya pencarian, eksplorasi, dan pengembangan. Juga sering kali terdapat biaya yang cukup

(4)

tinggi untuk menemukan sumber daya yang dikapitalisasi dalam neraca, dan biaya ini langsung dibebankan saat sumber daya tersebut kemudian dipindahkan, dikonsumsı, atau dijual. Perusahaan biasanya mengalokasi biaya sumber daya alam pada jumlah estimasi unit cadangan yang tersedia. Proses alokasi ini disebut deplesi.

b) Penyusutan

Tingkat Penyesuaian 1. Umur (Masa) Manfaat

Masa manfaat (useful life) aset sangat beragam. Asumsi yang terkait masa manfaat aset dibuat berdasarkan kondisi ekonomi, pemahaman teknik, pengalaman, dan informasi mengenai fisik dan sifat produktif suatu aset. Kerusakan fisik merupakan faktor penting yang membatasi masa manfaat, dan hampir seluruh aset mengalaminya. Faktor pembatas lainnya adalah keusangan, yang memengaruhi masa manfaat melalui perkembangan teknologi, pola konsumsi, dan kekuatan ekonomi

2. Metode Alokasi

Ketika masa manfaat aset ditetapkan, beban penyusutan periodik dihitung berdasarkan metode alokasi (allocation). terdapat tiga jenis metode yang bisa digunakan.

Metode Garis Lurus

Metode penyusutan garis lurus (straight-line) mengalokası biaya aset pada masa manfaat berdasarkan beban periodik yang sama.

Dipercepat

Metode penyusutan yang dipercepat (accelerated) mengalokasi biaya aset sepanjang masa manfaat dengan pola yang semakin menurun. Dua metode penyusutan dipercepat yang paling umum adalah saldo menurun dan jumlah angka tahun.

Khusus

Metode penyusutan khusus (special) ditentukan pada industri tertentu seperti baja dan mesin berat. Persamaan metode ini adalah dikaitkannya beban penyusutan pada aktivitas atau intensitas penggunaan aset.

Deplesi

Deplesi (depletion) adalah alokasi biaya sumber daya alam berdasarkan tingkat pemungutan atau produksi. Deplesi bergantung pada produksi – menghasilkan lebih banyak produksi berarti mengeluarkan biaya deplesi yang lebih pula.

(5)

Penurunan Nilai (impairment)

Ini terjadi saat nilai aset, seperti bangunan atau sumber daya alam, turun di bawah nilai tercatat karena perubahan kondisi atau pasar. Dalam akuntansi, ketika aset dinilai lebih tinggi dari nilai pasar atau nilai kini arus kas masa depan yang diharapkan, nilai aset tersebut harus diturunkan. Ini disebut write-down, yang diatur dalam SFAS 121 dan SFAS 144. Aturan ini memerlukan uji "recoverability test" , di mana perusahaan menilai apakah taksiran arus kas masa depan dari aset lebih kecil dari nilai tercatat. Jika iya, aset tersebut diturunkan menjadi nilai pasar atau nilai kini dari arus kas bersih.

c) Menganalisis Aset Tetap dan Sumber Daya Alam Menganalisis Penyusutan dan Deplesi

Analisis deplesi dan penyusutan penting karena keputusan manajemen mengenai masa manfaat, basis penyusutan, dan metode alokasi memengaruhi laba. Revisi terhadap masa manfaat aset bisa menyebabkan distorsi dalam laba antarperiode.

Menganalisis penyusutan membutuhkan evaluasi kelayakannya. Kemudian menggunakan pengukuran seperti rasio penyusutan terhadap aset total atau rasio penyusutan terhadap faktor yang terkait dengan ukuran lainnya. Terdapat beberapa pengukuran yang terkait dengan umur aset tetap yang berguna untuk membandingkan kebijakan penyusutan antarperiode dan antarperusahaan, termasuk yang berikut:

Rata – rata jangkauan waktu total = Nilai kotor aset bangunan dan perlengkapan/Beban penyusutan periode berjalan.

Umur rata – rata = Akumulasi penyusutan/Beban penyusutan berjalan.

Umur sisa rata – rata = Nilai bersih aset bangunan dan perlengkapan/Beban penyusutan periode berjalan

Pengukuran ini memberikan estimasi yang layak untuk perusahaan yang menggunakan penyusutan garis lurus tetapi tidak terlalu bermanfaat bagi perusahaan yang menggunakan metode dipercepat. Pengukuran lain yang sering kali berguna untuk analisis adalah:

Rata-rata jangkauan waktu total = Umur rata-rata + Umur sisa rata-rata

Tiap pengukuran ini dapat membantu menilai kebijakan dan keputusan penyusutan sepanjang waktu. Umur rata-rata bangunan dan perlengkapan berguna untuk mengevaluasi beberapa faktor seperti margin laba dan persyaratan pendanaan masa depan.

(6)

Analisis Penurunan Nilai

Tiga masalah analisis yang timbul dari penurunan nilai adalah:

1. Evaluasi kelayakan jumlah penurunan nilai, 2. Evaluasi kelayakan waktu penurunan nilai, dan 3. Analisis efek penurunan nilai terhadap laba.

Evaluasi kelayakan jumlah penurunan nilai analisis yang tersulit. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan evaluasi, yaitu : Pertama, identifikasi aset yang diklasifikasikan akan diturunkan (write down) atau dihapuskan (write off). Kemudian, ukur persentase aset yang dihapuskan dan evaluasi apakah nilai penghapusan layak atau tidak untuk kelas aset yang bersangkutan.

ASET TAK BERWUJUD

Aset tak berwujud (intangible asset) merupakan hak, istimewa, dan manfaat kepemilikan atau pengendalian. Dengan karakteristik umum tingginya ketidakpastian masa manfaat dan tidak adanya wujud fisik. Aset tak berwujud sering kali tidak dapat dipisahkan dari suatu perusahaan atau segmennya, masa manfaat yang tidak terhingga, dan mengalami perubahan penilaian yang besar karena kondisi yang kompetitif.

a) Akuntansi Aset Tak Berwujud

Aset Tak Berwujud yang Dapat Diidentifikasi

Aset tak berwujud yang dapat diidentifiksi (indentifiable intangible) merupakan aset tak berwujud yang dapat diindenifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaaan selama periode manfaat yang terbatas.

Contohnya adalah paten, merek dagang, hak cipta, dan franchises.

Aset Tak Berwujud yang Tidak Dapat Diidentifikasi

Aset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi (unidentifiable intangible) merupakan aset yang dapat dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasi dan sering kali memiliki masa manfaat yang tak terhingga. Contohnya adalah goodwill.

(7)

Amortisasi Aset Tak Berwujud

Saat kapitalisasi biaya aset tak berwujud yang dapat atau tidak dapat diidentifikasi, biaya ini selanjutnya harus diamortisasi sepanjang periode manfaat aset ini. Jangka waktu masa manfaat tergantung dari jenis aset tak berwujud; kondisi permintaan; situasi kompetitif; dan hukum, kontrak, aturan atau batasan ekonomis lainnya. Selain itu, jika aset tak berwujud mengalami penurunan nilai yang materiel (setelah uji pemulihan nilai), aset diturunkan nilainya.

b) Menganalisis Aset Tak Berwujud

Dalam menganalisis aset tak berwujud, harus siap untuk membuat estimasi sendiri mengenai penilaian aset. Juga harus diingat bahwa goodwill tidak membutuhkan amortisasi dan auditor mengalamı masa sulit dengan aset tak berwujud, terutama goodwill. Mereka menganggap sulit untuk menilai aset tak berwujud yang belum diamortisasi. Analisis juga harus waspada terhadap komposisi, penilaian, dan disposisi goodwill.

Goodwill dihapus jika kelebihan laba yang mendasari eksistensınya tidak ada lagi. Disposisi, atau penghapusan, goodwill sering kali dilakukan manajemen pada periode saat hal tersebut memiliki dampak pasar terendah.

c) Aset Tak Brwujud Tak Tercatat dan Kontijensi

Salah satu aset penting dalam kategori ini adalah goodwill yang diciptakan secara internal. Dalam praktik, pengeluaran untuk menciptakan goodwill dibebankan saat terjadinya. Jika goodwill diciptakan dan dapat dijual atau menghasilkan kekuatan laba yang lebih besar, laba perusahaan saat ini dinyatakan terlalu rendah karena pembebanan pengembangan goodwill. Seperti juga aset perusahaan gagal mencerminkan kekuatan laba masa depan ini. Analisis harus mengakui kasus ini dan menyesuaikan aset dan kewajiban secara layak

Referensi

Dokumen terkait

Proses atau perubahan status kesehatan seseorang pada asuransi perawatan jangka panjang dengan empat keadaan (sehat, perawatan jangka panjang tingkat I, perawatan

proporsi yang besar dari hutang jangka pendek terhadap pendanaan jangka panjang. z Pada dunia yang ideal, aset jangka

Kurva biaya marginal jangka panjang (LMC) mengukur perubahan biaya total jangka panjang (LTC) per unit perubahan output. LTC untuk setiap tingkat output dapat diperoleh dengan

Maka dalam konsep biaya jangka panjang semua biaya dianggap sebagai biaya variabel (variabel cost), tidak ada biaya tetap. Dalam jangka panjang, perusahaan dapat menambah

Apabila dibayarkan pada saat jatuh tempo, maka hutang hipotik akan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang di neraca sampai dengan waktu mendekati

Dengan demikian, perusahaan multinasional yang berbasis di AS menghadapi dilema ketika mereka mempertimbangkan untuk mendapatkan pembiayaan jangka panjang: masalah

Proses atau perubahan status kesehatan seseorang pada asuransi perawatan jangka panjang dengan empat keadaan (sehat, perawatan jangka panjang tingkat I, perawatan

Ketika pengukuran kinerja jangka panjang menggunakan VWBHAR dengan benchmark IHSG, ditemukan bahwa pada tahun pertama dan kedua kinerja jangka panjang IPO mengalami underperformance