MAKALAH
PERIOPERATIF CARE PADA ANAK
Oleh
Kelompok 4 B14-A
1. Ni Nyoman Ayu Virse Sutrisni (213221194) 2. Ni Ketut Susilawati (213221204) 3. Ni Wayan Gopi Sudharmadi (213221214)
4. I Made Suardana (213221225) 5. Ni Komang Yuliani (213221237)
PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN STIKES WIRA MEDIKA DENPASAR
2021
2
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Makalah Perioperatif care pada anak ”. Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku dan sumber lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu melalui media ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.
“Om Santih, Santih, Santih Om”
Denpasar, 12 November 2021
Kelompok 4
3 DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ... 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 4
B. Rumusan masalah ……… 4
BAB II PEMBAHASAN. A, Pengertian Perawatan perioperative ... 6
1. Fase Preoperatif ………..… 6
2. Fase Intraoperatif ... 6
3. Fase Postoperatif ... 8
B. Askep perioperatif care pada anak ...10
1. Pengkajian ……….... 10
2. Diagnosa Keperawatan ………. 11
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 13
B. Saran ... 13
.DAFTAR PUSTAKA ... 14
4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapirsemua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakanbagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikapyang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.
Kecemasan yang merekaalami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasiendan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedurpembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangatpenting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupunsetelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkanklien baik secara fisik maupun psikis.
Tingkat keberhasilan pembedahan sangattergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara timkesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping perananpasien yang kooperatif selama proses perioperatif.Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenispembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktorpasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakanpembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahanmungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami.Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalamsetiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yangberkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahandan kesembuhan pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum Mengetahui apa yang dimaksud dengan perawatan perioperatif, dari fase perawatan praoperatif, intraopratif, dan fase postoperatif 2. Tujuan Khusus
a. Pembahasan Praoperatif b. Pembahasan Intraoperatif
1) Perlindungan terhadap injuri.
2) Monitoring pasien/klien.
3) Peran perawat
5 c. Pembahasan Postoperatif
1) Faktor yang mempengaruhi paska operasi 2) Tindakan keperawatan paska operasi
6 BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perawatan perioperatif
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung. Keperawatan perioperatif adalah fase penatalaksanaan pembedahan yang merupakan pengalaman yang unik bagi pasien. Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.(
Keperawatan medikal-bedah : 1997 ) Kata perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencangkup 3 fase pengalaman pembedahan yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.
1. Fase Praoperatif
Merupakan ijin tertulis yang di tanda tangani oleh klien untuk melindungi dalam proses operasi yang akan dilakukan. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidaktahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai Tindakan tersebut. Pada periode pre operatif yang lebih diutamakan adalah persiapan psikologis dan fisik sebelum operasi
2. Fase Intraoperatif
Di mulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan berakhir saat pasien di pindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan,memasang infus, memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
Perawat yang bekerja di ruang bedah harus telah mengambil program Pro regristation Education Courses in Anasthetic and Operating Teather Nursing. Dalam pembedahan perawat disebut scrubbed nurse yang bertindak sebagai asisten ahli bedah. Perawat bertanggung jawab akan pemeliharaan sterilitas daerah pembedahan dan instrumen dan menjamin
7
ketersediaan peralatan ahli bedah untuk terlaksananya pembedahan yang direncanakan.
a. Perlindungan terhadap injury
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah – masalah fisik yang mengganggu pasien. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.
b. Monitoring pasien
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu:
1) Safety Management Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien selama prosedur pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan diantaranya adalah : Pengaturan posisi pasien. Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada klien dan memudahkan pembedahan. Perawat perioperatif mengerti bahwa berbagai posisi operasi berkaitan dengan perubahan-perubahan fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkanpada posisi tertentu.
2) Monitoring Fisiologis Pemantauan fisiologis yang dilakukan oleh perawat meliputi hal – hal sebagai berikut :
a) Melakukan balance cairan penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.
Pemenuhan balance cairan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cairan yang masuk dan yang keluar (cek pada kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap imbalance cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan infus.
b) Memantau kondisi cardio pulmonal Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara kontinue untuk melihat
8
apakah kondisi pasien normal atau tidak. Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dan lain – lain.
c) Pemantauan terhadap perubahan vital sign pemantauan tanda- tanda vital penting dilakukan untuk memastikan kondisi klien masih dalam batas normal. Jika terjadi gangguan harus dilakukan intervensi secepatnya.
3) Monitoring Psikologis Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar) dukungan psikologis yang dilakukan oleh perawat pada pasien antara lain:
a) Memberikan dukungan emosional pada pasien. Perawat berdiri di dekat pasien dan memberikan sentuhan selama prosedur pemberian induksi.
b) Mengkaji status emosional klien.
c) Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim kesehatan (jikaada perubahan).
4) Pengaturan dan koordinasi Nursing Care Pengaturan dan Koordinasi Nursing Care ,tindakan yang dilakukan antara lain :
a) Memanage keamanan fisik pasien.
b) Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis.
3. Fase Postoperatif
Di mulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktifitas keperawatan, mengkaji efek agen anestesi, membantu fungsi vital tubuh, serta mencegah komplikasi. Peningkatan penyembuhan pasien dan penyuluhan,perawatan tindak lanjut, rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan.
Fase Postoperatif Keperawatan postoperatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman. Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi danmencegah masalah yang kemungkinan mucul
9
pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan postoperatif sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
a. Faktor yang Berpengaruh Postoperatif
1) Mempertahankan jalan nafas dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo/gudel.
2) Mempertahankan ventilasi/oksigenasi Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan denganpemberian bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul
3) Mempertahakan sirkulasi darah Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian cairan plasma ekspander.
4) Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase. Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukanobeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.
5) Balance cairanHarus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaranklien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, sepertidehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justrumenjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsieleminasi pasien.
6) Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury.Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan,disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangatdirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan media terkait dengan agen pemblok nyerinya.
10 b. Tindakan Postoperatif
Ketika pasien sudah selasai dalam tahap intraoperatif, setelah itu pasien di pindahkan keruang perawatan, maka hal – hal yang harus perawat lakukan, yaitu :
1) Monitor tanda – tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube/selang, dankomplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya.Pemerikasaan ini merupakan pemmeriksaan pertama yang dilakukan di bangsal setelah postoperatif.
2) Manajemen Luka Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan.
3) Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan jugabatuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lender.
4) Rehabilitasi di perlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang di perlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
5) Discharge Planning Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi. Ada 2 macam discharge planning : a) Untuk perawat : berisi point-point discahrge planing yang
diberikan kepada klien (sebagai dokumentasi)
b) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.
B. Asuhan Keperawatan Perioperatif Care Pada Anak 1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secaramenyeluruh (Boedihartono, 1994 ).Pengkajian pasien Pre operatif(Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi:
11
a. SirkulasiGejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakitvascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukantrombus.
b. Integritas ego Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple,misalnya financial, hubungan, gaya hidup.Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;stimulasi simpatis.
c. Makanan / cairan Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untukhipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membranemukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa praoperasi).
d. Pernapasan Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e. Keamanan Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaanpenyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubahkoagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obatyang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihananastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yangnyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono,1994 ).Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M.Judith, 2006) meliputi :
a. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi atau krisis maturasi.
12
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek sampingpenanganan, factor budaya atau spiritual yang berpengaruh padaperubahan penampilan.
c. Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan, keluhan terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi,diagnosis kanker.
d. Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis
e. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak,kerusakan saraf/otot, dan nyeri.
f. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis dan fisik.
g. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko kerusakan integritas kulit ( prosedur pembedahan ).
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Ansietas NOC
Anxiety self-control Anxiety level Coping Kriteria hasil :
1. Klien mampu
mengidntifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2. Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
3. Vital sign dalam batas normal
4. Postur tubuh, expresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
NIC
Anxiety reduction ( penurunan kecemasan )
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4. Temani pasien untuk memberikan kemanan dan mengurangi takut 5. Dorong keluargauntuk
menemani anak
13
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
6. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
7. Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
2 Gangguan citra tubuh
NOC Body image Self esteem Kriteria hasil ;
1. Body image positif
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
3. Mendeskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
4. Mempertahankan interaksi sosial
NIC
Body image enhancement 1. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuh
2. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
3. Dorong klien
mengungkapkan perasaannya
4. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
3 Ketidakefektifan koping individu
NOC
Decision making Role inhasmet Sosial support Kriteria hasil:
1. Mengidentifikasi pola koping yang efektif
2. Mengungkapkan secara verbal tentang koping yang efektif
3. Mengungkapkan penurunan stress
NIC
1. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi
gambaran perubahan peran yang realistis 2. Gunakan pendekatan
tenang dan meyakinkan 3. Hindari pengambilan keputusan pada saat pasien berada dalam stress beratBerikan informasi actual yang
14
4. Klien mengatakan telah
menerima tentang
keadaannya
terkait dengan diagnosis, terapi dan prognosis.
4 Ketakutan NOC
Post trauma syndrom Rape trauma syndrome Kriteria hasil :
1. Tinkat ketakutan anak – anak : keparahan manifestasi rasa takut,
ketegangan atau
kegelisahan yang berasal dari sumber yang dikenali pada anak-anak dari usia1 tahun sampai 17 tahun.
2. Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan 3. Menggunakan teknik
relaksasi untuk mngurangi ketakutan
4. Mengendalikan respon ketakutan
NICANsiety Reduction 1. Gunakan pendekatan
yang tenang dan meyakinkan
2. Jelaskan semua prosedur, termasuk
sensasi yang
diperkirakan akan dialami selama prosedur
3. Memberikan informasi faktual tentang diagnosis, pengobatan, dan prognosa
4. Dorong keluarga untuk tetap bersama pasien
5 Hambatan mobilitas fisik
NOC
Joint movement: active Mobility level
Self care : ADLs Transfer performance Kriteria hasil :
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2. Memverbalisasikan
perasaan dalam
NIC
Exercise therapy : ambulation
1. Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan 2. Kaji kemampuan
pasien dalam dalam mobilisasi
15
meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah 3. Meperagakan penggunaan
alat bantu untuk mobilisasi
3. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kebutuhan.
4. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan Adl
5. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
6 Nyeri Akut. NOC
Pain level Pain control Comfort level Kriteria hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri 2. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas) 2. Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan 3. Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
5. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala
8 Resiko infeksi NOC
Immune status
Knowledge : infection control
NIC
Infection control ( kontrol infeksi )
16 Risk control Kriteria hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
2. Pertahankan
lingkungan septik dan aseptik
3. Tingkatkan intake nutrisiyang cukup 4. monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan lokal
5. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
6. Inspeksi kondisi luka/
insisi bedah
7. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi, serta cara menghindari infeksi
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk inter-vensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan, dalam konteks ini aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena
17
kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah evaluasi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau dirubah (Kozier et al., 2010). Adapun komponen tahap evaluasi adalah pertama pencapaian kreteria hasil, kedua keefektifan tahap-tahap keperawatn, ketiga revisi atau terminasi keperawatan
18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasiberlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan kenyamananterhadap pasien supaya saat dilaksanakannya operasi hingga paska operasi sampaipemulihan pasien, sampai pasien sembuh, pasien merasa nyaman dan tercukupikebutuhan – kebutuhannya. Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugasperawat yaitu memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga dan pasien itu sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawat denganbaik, sehingga pasien sehat seperti sediakala.
B. Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakanperan perawat yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuhtanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmu keperawatan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC.
Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif vol.2 . Jakarta : EGC
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005 . Kiat Sukses menghadapi Operasi.Yogyakarta : Sahabat Setia
Nurachmah, Elly. 2000 . Buku Sakau Prosedur Keperwatan medikal-bedah. Jakarta : EGC.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah Edisi revisi, Jakarta :EGC.
http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/01/konsep-dasarkeperawatan- perioperatif.html, di akses 16 Mei 201
Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC.
Jogjakarta : Mediaction Jogja