7
1. Pengertian assesmen performance
Penilaian (Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan baik dan benar (Kunandar,2013:35).
Dalam pengumpulan data atau informasi ini guru biasanya menggunakan paper and pencil test atau disebut dengan penilaian formal karena metode inilah yang biasa digunakan oleh guru. Metode paper and pencil test hanya mampu mengukur kemampuan kognitif siswa namun belum dapat mengukur hasil belajar peserta didik secara praktek secara langsung untuk menentukan tingkat kemampuan belajar siswa (Nana,2008:45).
secara sederhana Assessment performance adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Assessmentperformancedigunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan.Penugasan tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan.
Tugas yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan bermakna bagi siswa (Setyono,2005:3).
Karakteristik penilaian kinerja menurut Norman (dalam Siti Mahmudah, 2000:18) adalah (1) tugas-tugas yang diberikan lebih realistis atau nyata;(2) tugas-tugas yang diberikan lebih kompleks sehingga mendorong siswa untuk berpikir dan ada kemungkinan mempunyai solusi
yang banyak;(3) waktu yang diberikan untuk asesmen lebih banyak; (4) dalam penilaiannya lebih banyak menggunakan pertimbangan.
Dalam Penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan (task). Dalam menilai kinerja siswa perlu disusun kriteria. Kriteria yang menyeluruh disebut rubric. Dengan demikian wujud asesmen kinerja yang utama adalah task (tugas) dan rubrics (kriteria penilaian). Tugas-tugas kinerja digunakan untuk memperlihatkan kemampuan siswa dalam melakukan suatu keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk nyata. Selanjutnya rubrik digunakan untuk memberikan keterangan tentang hasil yang diperoleh siswa (Zainul, 2001:9-11).
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kinerja antara lain: generalizability atau keumuman, authenticity atau keaslian/nyata, muliple focus (lebih dari satu fokus), fairness (keadilan), teachability (bisa tidaknya diajarkan), feasibility (kepraktisan), Scorability atau bisa tidaknya tugas tersebut diberi skor (Popham, 1995:147). Dalam penilaian assessment performance, seorang guru harus memilih dan menggunakan prosedur yang adil pada seluruh siswa tanpa membedakan latar belakang kebudayaan, bahasa, dan jenis kelamin.
Adakalanya istilah assessment performance diidentifikasikan kan dengan istilah lain seperti asesmen otentik atau asesmen kinerja.
Assessment otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian (kunandar,2013:35)
Disebut sebagai assessment performance, karena penilaian kinerja sengaja dirancang untuk menjamin keaslian dan kejujuran penilaian serta hasilnya terpercaya.
2. Strategi pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Setiap proses pembelajaran berlangsung, penting bagi seorang guru maupun peserta didik untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Hal ini hanya dapat diketahui jika guru melakukan evaluasi, baik evaluasi terhadap proses maupun produk pembelajaran. Kendala yang sering dihadapi guru dalam melakukan evaluasi adalah kurang tersedianya alat evaluasi yang dapat dicontoh di lapangan. Mengingat saat ini banyak alat evaluasi yang dapat digunakan guru dalam mengetahui sejauhmana proses pembelajaran yang dilakukan berhasil dan sejauhmana materi ajar yang disampaikan dikuasai oleh peserta didik, maka penting bagi guru mengenal dan mengetahui berbagai alat evaluasi yang dapat di terapkan dalam proses pembelajaran. Salah satunya adalah dengan penilaian kinerja.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi ketrampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio. Keterampilan merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melakukan keterampilan (skill) sebagai hasil dari tercapainya kompetensi pengetahuan. Hal ini berarti kompetensi pengetahuan dari peserta didik. Keterampilan itu sendiri menunjukan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Hasil belajar psikomotorik ini tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu (kunandar,2013:249).
Penjelasan tentang pengertian keterampilan (psikomotorik) di atas dapat dikemukakan bahwa penilaian kompetensi keterampilan adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Kompetensi inti 4 (KI4), yakni keterampilan tidak dapat dipisahkan dengan kompetensi inti 3 (KI3), yakni pengetahuan. Artinya kompetensi pengetahuan ini menunjukan peserta didik tahu tentang keilmuan tertentu dan kompetensi keterampilan itu menunjukan peserta didik bias (mampu) tentang keilmuan tertentu tersebut.
a. Ruang lingkup Penilaian Kompetensi Keterampilan
Dalam ranah keterampilan itu terdapat lima jenjang proses berpikir, yakni : (1) imitasi, (2) manipulasi, (3) presisi, (4) artikulasi, dan (naturalisasi). Berikut ini penjelasan masing-masing proses berfikir keterampilan (psikomotorik), yakni:
1) Imitasi
Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan – kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya.
2) Manipulasi
Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat, tetapi bedasarkan pedoman atau petunjuk saja.
3) Presisi
Presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan – kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat.
4) Artikulasi
Artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang kmpleks dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh.
5) Naturalisasi
Naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi(Kunandar,2013:254)
b. Teknik dan Contoh Instrumen Penilaian Kompetensi Keterampilan Guru menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian yang berupa (1) kinerja yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu menggunakan tes praktik (unjuk kerja) dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan (observasi), (2) proyek dengan mengguanakan instrumen lembar penilaian dokumen laporan proyek , (3) penilaian portofolio dengan menggunakan instrumen lembar penilaian dokumen kumpulan portofolio dan penilaian produk dengan menggunakan instrumen lembar penilaian produk.
Instrument yang digunakan berupa daftar cek dan skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik (Kunandar,2013:257).
Instrumen penilaian kinerja (performance) merupakan penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri peserta didik.Penilaian unjuk kerja dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini di anggap lebih autentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Untuk mengamati penilaian unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen lembar pengamatan atau observasi dengan daftar cek dan skala penilaian.Berikut ini penjelasan kedua sebagai alat penilaian unjuk kerja tersebut.
1) Daftar cek (check list) Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik atau tidak baik, bisa atau tidak bisa). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai
baik atau mampu apabila yang di tampilkan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Sedangkan apabila peserta didik tidak mampu menampilkan sesuatu sesuai dengan kriteria maka peserta didik dinyatakan belum mampu untuk kriteria tersebut.
2) Skala penilaian (rating scale)
Penggunaan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengan terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua, skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna (kunandar,2013:257,260).
B. Konsep kreatifitas belajar siswa 1. Definisi belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang di alami oleh siswa sebagai anak didik.
Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar, perlu di rumuskan secara jelas pengertian belajar. Pengertian belajar sudah banyak di kemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli psikologi pendidikan (slameto,2003:1).
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan- perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Pengertian belajar dapat di definisikan sebagai berikut;
Belajar ialah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali
baik sifat maupun jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Menurut R. Gagne belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
Dan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.Gagne megatakan pula bahwa segala sesuatu yang di pelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang di sebut “The Domains of learning” yaitu: keterampilan motoris (motor skill), informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif dan sikap (Slameto,2003:2,12).
2. Kreatifitas belajar siswa
Kreatifitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Menurut monstakis (dalam munandar, 1995) mengatakan bahwa kreatifitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Pada umumnya definisi kreatifitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses, produk, dan press, seperti yang di ungkapkan oleh rhodes yang menyebut hal ini sebagai “four P’s of creativity: Person, Process, Press, Product”
keempat P ini saling berkaitan: pribadi yang kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dan dengan dukungan, dorongan (press) dan lingkungannya, akan menghasilkan produk kreatif.Berdasarkan definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa kreatifitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, intergrasi, suksesi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah(Munandar,2012:20).
Adapun proses kreatif hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang memacu pada lima macam perilaku kreatif, sebagaimana yang dipaparkan oleh parnes (yang dikutip oleh Nursito: 2000) sebagai berikut:
a. Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide yang serupa untuk memecahkan masalah.
b. Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan masalah di luar kategori yang biasa.
c. Originality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon yang unik atau diluar biasa.
d. Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.
e. Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
a. Ciri kreatifitas
Supriadi (1994:10) mengatakan bahwa ciri-ciri kreatifitas dapat di kelompokkan dalam dua kategori kognitif, dan nonkognitif.Ciri kognitif diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi.Sedangkan ciri nonkognitif diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Kedua ciri ini sama pentingnya, kecerdasan yang tidak di tunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apapun (Kurniati,2010:15).
Ciri-ciri pribadi yang kreatif adalah: Imajinatif, mempunyai Prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, melit, penuh energi, percaya diri, berani dalam pendirian dan keyakinan, rajin dan ulet.
(Munandar.2012:37)
b. Faktor-faktor kreatifitas
Kreativitas peserta didik agar dapat terwujud membutuhkan adanya dorongan dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik).
1) Motivasi untuk Kreativitas
Pada setiap orang ada kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan potensinya, untuk mewujudkan dirinya dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, dorongan untuk mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas seseorang.Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan- hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers, 1982 dalam Munandar, 1999).
2) Kondisi Eksternal yang mendorong Perilaku Kreatif.
Kondisi eksternal (dari lingkungan) secara konstruktif ikut mendorong munculnya kreativitas.Kreativitas memang tidak dapat dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh.Individu memerlukan kondisi yang memungkinkan individu tersebut mengembangkan sendiri potensinya. Maka penting mengupayakan lingkungan (kondisi eksternal) yang dapat memupuk dorongan dalam diri individu untuk mengembangkan kreativitasnya..
a) Keamanan Psikologis.
Hal ini dapat terbentuk melalui tiga proses yang saling berhubungan yakni: Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.
b) Kebebasan Psikologis
Memberikan kesempatan pada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan- perasaannya, permissiveness akan memberikan individu kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Ekspresi
dalam bentuk tindakan agresif tidak selalu dimungkinkan, namun tindakan-tindakan konstruktif kearah kreatif hendaknya dimungkinkan.
c. Indikator kreatifitas belajar siswa
Kreatifitas belajar siswa yang di latihkan terdiri dari tiga tingkatan yaitu; 1) menguatkan antisipasi, 2) mempertemukan hal-hal yang di harapkan dan tidak di harapkan dan yang amat di harapkan, dan 3) melampaui dan mempertahankan(Lawson, 1979). Dari ketiga macam tingkatan tersebut, dalam penelitian ini hanya di kembangkan lima indikator kreatifitas belajar siswa, yaitu: mempertinggi masalah, dan tingkat kesulitan, menguraikan secara hati-hati dan sistematik terhadap informasi yang ada/tersaji, membangun di atas pengetahuan yang telah ada pada pembelajar, mendorong sifat-sifat atau kecenderungan kepribadian kreatif, dan membangun kesadaran akan masalah yang di pecahkan, kemungkinan kebutuhan kedepan atau kesulitan yang dihadapi.
C. Pelajaran IPS
1. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memang sudah diterapkan dari jenjang SD/MI, sampai tingkat sekolah menengah baik SMP maupun SMA.Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran pada jenjang pendidikan di tingkat sekolah, yang dikembangkan secara terintegrasi dengan mengambil konsep-konsep esensial dari Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora.IPS mengkaji berbagai masalah-masalah dan fenomena sosial yang ada di masyarakat.
Ilmu pengetahuan sosial merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang disusun secara sistematis dan terpadu yang kemudian menjadi suatu disiplin ilmu yang tidak dapat dipecah-pecah lagi karena telah terintegrasi dalam ilmu pengetahuan sosial. Numan Soemantri (2001:
93) menyatakan bahwa
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasa manusia yang diorganisasikan dan dikaji secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan.
Pendapat serupa dikemukakan oleh Trianto (2010: 171) yang menyatakan bahwa:
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial.Ilmu-ilmu sosial yang dimaksud seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial masyarakat yang diwujudkan dalam satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabangcabang ilmu sosial tersebut.
Sementara itu konsep dasar IPS meliputi 1) interaksi, 2) saling ketergantungan, 3) kesinambungan dan perubahan, 4) keragaman/
kesamaan/ perbedaan, 5) konflik dan konsensus, 6) pola, 7) tempat, 8) kekuasaan, 9) nilai kepercayaan, 10) keadilan dan pemerataan, 11) kelangkaan, 12) kekhususan, 13) budaya, 14) nasionalisme (Solihatin, 2009: 15).
Menurut penjelasan para ahli di atas, maka dapat dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu mata pelajaran yang merupakan suatu perpaduan dari sejumlah disiplin ilmu sosial seperti geografi, sosiologi, sejarah, ekonomi, hukum, politik, kewarganegaraan dan masih banyak lagi. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) lebih banyak menekankan hubungan antara manusia dengan masyarakat, hubungan manusia didalam masyarakat, disamping hubungan manusia dengan lingkungan fisiknya.
2. Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan pendidikan IPS adalah mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Trianto, 2010:
174).Selanjutnya Soemantri (2001: 43) menjelaskan tujuan pendidikan IPS
disekolah adalah menumbuhkan nilai-nilai kewarganegaraan, moral, idiologi negara, dan agama.
Tujuan Pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat.Selain itu tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya (Gross dalam Solihatin, 2009: 14).
Berdasarkan berbagai definisi tentang tujuan pendidikan IPS di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan IPS di SMP bertujuan untuk membentuk warga negara yang memiliki ketrampilan yang berguna bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun negara, serta menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa serta memiliki rasa cinta tanah air dan kepedulian sosial yang tinggi.
3. Karakteristik Pembelajaran IPS di SMP/MTs
Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi. Rumusan Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial tersebut.
Mata pelajaran IPS di SMP/ MTs memiliki beberapa karakteristik antara lain pertama, Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama. Kedua, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau tema tertentu. Ketiga, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan
interdisipliner dan multidisipliner. Keempat, Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses, dan masalah sosial serta upaya- upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan (Trianto, 2010: 174-175).
D. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta mnganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2009:26).
Sementara menurut Arikunto (2010: 3) definisi Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ialah:
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tidakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
a. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran di kelasa.
b. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran di kelas, khususnya layanan kepadapeserta didik.
c. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan tindakan dalam pembelajaran yang direncanakan di kelas.
d. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya (Mulyasa, 2011: 155).
Adapun tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar.
3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Banyak manfaat dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, manfaat tersebut ialah sebagai berikut:
Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya.
a. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan sikap professional guru.
b. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.
c. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
d. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
e. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
f. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan pengembangan pribadi siswa disekolah.
g. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas penerapan kurikulum (Muslich, 2011: 11) 4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas merupakan sarana penilaian pembelajaran khususnya, dan pendidikan pada umumnya, yang hasilnya akan memberikan masukan bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Oleh karena itu penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif, melalui tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan
praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. On-the-job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti). Dengan demikian, PTK didasarkan pada masalah ynag benar-benar dihadapi guru dalam proses belajar mengajar di kelas).
b. Problem-silving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK yang dilakukan oleh guru dilkakukan sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu sebagai upaya menyempurnakan proses pembelajaran di kelasnya).
c. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu). PTK dilaksanakan dalam kerangka untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di kelasnya. PTK bertujuan memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dengan asumsi bahwa semakin baik kualitas proses pembelajaran maka semakin baik pula hasil belajar yang dicapai siswa).
d. Ciclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan, yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi dan analisis atau refleksi.
e. Action oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelasnya. Jadi tindakan dalam PTK adalah
sebagai alat atau cara untuk memperbaiki masalah dalam proses belajar mengajar yang dihadapi guru di kelas.
f. Pengkajian terhadap dampak tindakan. Dampak tindakan yang dilakukan harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberikan dampak positif lain yang tidak diduga sebelumnya, atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan peserta didik.
g. Specifics contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas.
h. Partisipatory (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat. Jadi, dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini diperlukan untuk mendukung objektivitas dari hasil PTK.
i. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
Kegiatan penting lainnya dalam PTK adalah adanya refleksi. Dalam refleksi ini banyak hal yang harus dilakukan, yaitu mulai dari mengevaluasi tindakan sampai dengan memutuskan apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya.
Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus dimana dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection), dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus (Kunandar, 2010: 58- 63).
E. Kerusakan lingkungan dan cara pemanfaatannya dengan pembuatan karya produk kerajinan limbah plastik
1. Pencemaran lingkungan
Pencemaran atau polusi terjadi karena masuknya bahan-bahan pencemar (polutan) yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.
Bahan-bahan pencemar tersebut pada umumnya merupakan efek samping dari aktivitas manusia dalam pembangunan, di antaranya: 1. Pencemaran udara, yang di sebabkan oleh asap sisa hasil pembakaran, khususnya bahan bakar fosil (minyak dan batu bara) yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor, 2. Pencemaran tanah, yang di sebabkan karena sampah plastik atau sampah anorganik yang tidak dapat di uraikan di dalam tanah.Pencemaran tanah juga di sebabkan oleh penggunaan pupuk atau obat-obatan kimia yang digunakan secara berlebihan pada pertanian. 3.
Pencemaran air, terjadi karena masuknya zat zat polutan yang tidak dapat di uraikan dalam air contoh detergen, pestisida, minyak. Selain itu tersumbat nya aliran sungai oleh tumpukkan sampah. 4. Pencemaran suara, yaitu tingkat kebisingan yang sangat mengganggu kehidupan manusia.
Selain itu ada degradasi lahan yaitu proses berkurang nya daya dukung lahan terhadap kehidupan, degradasi lahan merupakan bentuk kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan lingkungan oleh manusia yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan(Rachmat,2006:44).
2. Limbah plastik
Limbah plastik adalah barang buangan yang berupa plastik yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Sumber sampah plastik tergantung pada produksi plastik itu sendiri dan digolongkan berdasarkan bahan dasar penyusunnya. Dalam dunia masyarakat yang semakin maju dan modern, peningkatan jumlah limbah semakin meningkat. Logika yang mudah seperti ini: dahulu manusia hanya menggunakan jeruk nipis untuk mencuci piring, namun sekarang manusia sudah menggunakan sabun untuk mencuci piring sehingga peningkatan limbah tak bisa di elakkan.
Pemakaian plastik secara terus menerus akan menghabiskan beberapa
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, selain itu menghasilkan beberapa zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia (Racmat,2006:45)
Seiring perkembangan zaman dari tangan manusia manusia yang terampil dan kreatif limbah plastik ini bisa di olah kembali dijadikan produk bernilai jual tinggi dan dapat menyelamatkan lingkungan dari limbah plastik.Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dengan pengolahan sampah secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis.Konsep yang dapat digunakan dalam mengolah limbah, adalah konsep 4R, yaitu:
a. Reduce: mengurangi penggunaan produk yang akan menghasilkan sampah.
b. Reuse : menggunakan ulang, menjual atau menyumbangkan barang-barang yang masih dapat dimanfaatkan.
c. Recycle: memodifikasi benda yang tadinya tidak bermanfaat, menjadi bermanfaat.
d. Recovery: upaya pengambilan kembali atau pemanfaatan material yang masih dapat dimanfaatkan.
Limbah di kelompokkan menjadi tiga yakni : 1) berdasarkan wujudnya : limbah padat, cair, dan gas 2) berdasarkan sumbernya: limbah industri, pertanian, pertambangan dan domestik 3) berdasarkan senyawa:
limbah organik dan anorganik.
3. Jenis-jenis plastik dan penggunaan nya
a. PETE (polietilen tereftalat) sering digunakan sebagai botol minuman, minyak goring, kecap, sambal, obat maupun kosmetik. Plastik jenis ini tidak boleh digunakan berulang-ulang atau hanya sekali pakai. Jangan di gunakan untuk menyimpan air hangat.
b. HDPE (High density polyethylen) banyak di temukan sebagai kemasan makanan dan obat yang tidak tembus pandang. Di gunakan untuk botol
kosmetik, obat, cairan kimia, dll. Plastik ini hanya untuk sekali pakai saja.
c. V atau PVC (polyvinyl cloride) digunakan pada produk mainan anak, bahan bangunan, dan kemasan pada produk makanan. Plastik ini sangat sukar di daur ulang. PVC di anggap jenis plastik paling berbahaya karena kandungan zat berbahaya mudah lumer/luntur bila terkena makanan panas dan berminyak.
d. LDPE (low density polyethylene) di gunakan untuk membungkus makanan. Jenis plastik ini biasanya dipakai untuk tempat makanan dan botol lembek. Dan dapat di daur ulang dan baik untuk barang barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat.
e. PP (polipropilen) merupakan plastik terbaik dan paling aman untuk makanan dan minuman. Dari beberapa plastik jenis ini yang terbaik dan aman.
4. Fungsi pembuatan kerajinan limbah plastik
Daur ulang plastik kini menjadi salah satu topik yang cukup gencar di canangkan oleh pemerintah.Mengingat ciri plastik yang tidak dapat terurai sebelum mencapai minimal 300 tahun.Berbagai upaya untuk menjaga bumi tetap hijau terus dilakukan, salah satunya adalah dengan program daur ulang plastik.
Daur ulang plastik untuk kerajinan tangan menggunakan limbah plastik kini di beberapa tempat sudah di dirikan sentra daur ulang plastik untuk dijadikan berbagai kerajinan tangan yang dapat kita gunakan sehari hari misalnya: payung, sandal, dompet, tas, ikat pinggang, pernak pernik, hiasan rumahdll. Dengan kreatifitas dan ketekunan semua masalah pasti ada solusi nya.Masalah limbah plastik yang selama ini menjadi masalah ternyata memiliki solusi pemecahan nya.
Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan oleh pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik.Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga,
tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis. Konsep yang dapat digunakan dalam mengolah limbah, adalah konsep 4R, yaitu:
1. Reduce: mengurangi penggunaan produk yang akan menghasilkan sampah.
2. Reuse : menggunakan ulang, menjual atau menyumbangkan barang-barang yang masih dapat dimanfaatkan.
3. Recycle: memodifikasi benda yang tadinya tidak bermanfaat, menjadi bermanfaat.
4. Recovery: upaya pengambilan kembali atau pemanfaatan material yang masih dapat dimanfaatkan.
F. Kajian Penelitian yang Relevan
Adapun Hasil Penelusuran penelitian terdahulu yang disinyalir relevan dengan penelitian yang di buat di antaranya :
Skripsi dilakukan oleh Niar Pijayanti Malla (2013) dengan judul Penerapan Asesmen Alternative Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Pokok Bahasan Pembuatan Peta Kelas XII di Madrasah Aliyah Basuraga Kabupaten Cirebon.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh pembelajaran yang cenderung minim yang terdapat di sekolah Madrasah Aliyah Basuraga kabupaten Cirebon.
Di sekolah tersebut pembelajarannya masih menggunakan metode ceramah, yang diambil dari pembelajaran ini yaitu pembelajaran geografi karena masih minim proses pembelajarannya, menggunakan metode ceramah tanpa adanya pelatihan – pelatihan seperti praktek akan membuat siswa merasa bosan, ngantuk, jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.
Terlihat dari hasil belajar yang masih banyak di bawah nilai KKM yaitu 70. Maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa dengan melalui penerapan asesmen
alternative untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan konsep pembuatan peta .
Tujuan Penelitian ini siswa dapat menerima pelajaran dengan aktif berpikir tidak pasif, pembelajaran lebih menarik, pembelajaran menyenangkan, menguji keterampilan yang dimiliki siswa dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui asesmen alternative pada mata pelajaran geografi Kelas XII Di Madrasah Aliyah Basuraga.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang dilaksanakan dengan empat tahapan yaitu; Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi, Refleksi. Teknik pengumpulan data mennggunakan observasi, wawancara, tes.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII di Madrasah Aliyah Basuraga dengan jumlah 24 siswa.
Perbedaan antara penelitian terdahulu di atas dengan penelitian yang akan dilaksanakan, yakni persamaan nya terletak pada proses pelaksanaan yang dilakukan untuk Meningkatkan potensi berfikir kreatif siswa. Penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilaksanakan merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Namun letak perbedaannya yakni dalam hal penerapan penilaian hasil belajar siswa.
Adapunskripsi lain dilakukan oleh Fatimah setiani (2011) tentang pengembangan asesmen performance dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistic. dengan hasil penelitian ini menunjukan bahwa dapat dinyatakan asesmen performance yang sudah dihasilkan baik secara teoritis maupun praktis merupakan asesmen yang telah teruji kevalidan, kepraktisan, dan keefektifannya sehingga dapat dipertimbangkan sebagai asesmen yang cocok digunakan pada pembelajaran.
Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan di laksanakan, yakni tentang isi dari penelitian tersebut dimana penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu lebih kepada pembelajaran matematika dengan pendekatan realistic, sedangkan persamaannya terletak pada keorsinilan assesmen performance tanpa adanya rekayasa sehingga efektif diterapkan dalam pembelajaran.
Sedangkan Skripsi lain di lakukan oleh ade gafar Abdullah (2011) mengenai perangkat penilaian kinerja (assessment performance) untuk pembelajaran teknik pemeliharaan ikan. tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh alat penilaian kinerja baru serta mengetahui respon guru dan siswa terhadap penggunaan alat penilaian kinerja ini. Prosedur penelitian mengadaptasi langkah langkah penelitian pengembangan dengan mengambil sampel 27 orang siswa.Sebelum alat penilaian kinerja ini diaplikasikan kepada siswa, terlebih dahulu dilaksanakan uji kelayakan oleh beberapa ahli.Hasil uji kelayakan menunjukan tingkat ketercapaian pada kualifikasi sangat baik sehingga tidak perlu direvisi.Setelah melalui uji kelayakanalat penilaian kinerja di ujicobakan secara terbatas kepada siswa.Hasil penelitian menunjukan tingkat ketercapaian media menurut
guru adalahsangat baik, dan tingkat ketercapaian media menurut siswa dalam kualifikasi baik.Sehingga disimpulkanbahwa penggunaan alat penilaian kinerja inimampu meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan praktikum, memotivasi siswa dalam pembelajaran dan juga membantu siswa dalam perolehan nilai.Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas intrument penilaian kinerja dalam pembelajaran di sekolah menengah kejuruan.
Perebdaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan di laksanakan, yakni tentang proses dan hasil yang dilakukan oleh peneliti dimana peneliti terdahulu menerapkan penilaian kinerja untuk pemeliharaan ikan di sekolah menengah kejuruan sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan adalah penilaian kinerja terhadap proses pembelajaran dalam IPS, sedangkan persamaannya yaitu menggunakan penilaian kinerja untuk menilai hasil siswa dengan akurat tanpa adanya rekayasa.
G. Kerangka Pemikiran
Dalam Pembelajaran adanya suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang satu sama lain saling berinteraksi dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. penting bagi seorang guru maupun peserta didik untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran tersebut. Hal ini hanya dapat diketahui jika guru melakukan evaluasi, karena evaluasi merupakan suatu komponen penting dan tahap yang harus di tempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran.baik evaluasi terhadap proses maupun produk pembelajaran.
Evaluasi memiliki arti lebih luas dari pada penilaian. Dengan kata lain di dalam evaluasi tercakup di dalamnya penilaian (Fauzi,2012:373).
Depdikbud (1994) Penilaian (Assesmen) Hasil Belajar adalah kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah di capai siswa kata
“menyeluruh” mengandung arti bahwa penilaian tidak hanya di tujukkan pada penguasaan salah satu bidang tertentu tetapi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai nilai. Sebenarnya penilaian hasil belajar sudah mencangkup pengukuran hasil belajar, sehingga instrument /alat pengukuran sering disebut sebagai instrument/alat penilaian.
Para ahli pendidikan menyamakan arti evaluasi dengan penilaian, tetapi evaluasi memiliki arti yang lebih luas. Evaluasi hasil belajar yaitu, suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas dari sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan. Jadi, evaluasi mencangkup penilaian sekaligus pengukuran, namun alat evaluasi sering juga disebut alat penilaian (Fauzi, 2012:374).
Kategori assessmenterbagi kedalam kedua kelompok besar yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternative. Menurut Gabel (1993,338- 390) Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke dalam asesmen alternative (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventior, daftar cek, penilaian oleh teman sabaya/sejawat, penilaian diri, (self asesmen), portofolio, observasi, diskusi dan interview (wawancara).
Secara sederhana assessment performance adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi.Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa.Assessment performance digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan.Penugasan tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan.
Tugas yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan bermakna bagi siswa (Setyono,2005:3).
Sedangkan menurut Majid (2006:88) assessmentperformance merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi di mana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa assessmentperformanceadalah suatu bentuk penilaian untuk mendemostrasikan atau mengaplikasikan pengetahuan
yang telah diperoleh oleh siswa dan menggambarkan suatu kemampuan siswa melalui suatu proses, kegiatan, atau unjuk kerja.
Adakalanya istilah assessment performance diidentifikasikan kan dengan istilah lain seperti asesmen otentik atau asesmen kinerja.
Assessment otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian (Kunandar,2013:35)
Disebut sebagai assessment performance, karena penilaian kinerja sengaja dirancang untuk menjamin keaslian dan kejujuran penilaian serta hasilnya terpercaya. Keterampilan ialah berkaitan dengan skill atau kemampun bertindak seseorang setelah menerima pengalaman belajar tertentu.Menurut Reber (1988) keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan mencapai hasil tertentu.Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga fungsi mental yang bersifat kognitif.Konotasinya pun luas sehingga sampai pada mempengaruhi atau mendayagunakan orang lain. Artinya yang mampu mendayagunakan orang lain secara tepat juga dianggap sebagai orang yang terampil (Syah, 2003:121).
Dengan adanya belajar keterampilan maka dibutuhkan suatu kreativitas anak untuk meningkatkan pembelajaran. Potensi Berpikir kreatif merupakan sebuah proses yang melibatkan unsur-unsur orisinalitas kelancaran, fleksibilitas, dan elaborasi.
Pada pembelajaran (IPS) proses belajar mengajar yaitu pengetahuan mengenai Kewirausahaan melalui kerajinan. Tidak sedikit guru yang hanya memberikan penjelasan tentang materi hanya dengan metode ceramah sehingga membuat siswa jenuh dan bosan.Kebanyakan kegiatan belajar di sekolah tidak mendorong para murid untuk memperluas pemikiran mereka dan potensi keterampilan berfikir kreatifnya dengan menciptakan ide-ide baru.Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan masalah yang perlu diselesaikan secara kreatif agar tidak merugikan kepada guru
dan murid yang bersangkutan. Sehingga perlu adanya keterampilan dalam ruang lingkup wirausaha dengan pembuatan kerajinan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh terhadap materi yang diajarkan oleh guru tersebut.
Gambar.1 Bagan Kerangka Berfikir
GURU PROSES BELAJAR
MENGAJAR
SISWA
PRAKTEK PEMBUATAN KERAJINAN LIMBAH PLASTIK
PENERAPAN
ASSESMENTPERFORMANCE
MENINGKATKAN KREATIFITAS BELAJAR SISWA MELALUI PRAKTEK
PEMBUATAN KERAJINAN LIMBAH PLASTIK BERNILAI
EKONOMIS PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR
SISWA PENILAIAN AKHIR
PEMBELAJARAN MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH PLASTIK
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian yang di kuatkan oleh beberapa teori, penulis menilai, penerapanpenilaian kinerjauntuk meningkatkan kreatifitas belajar siswa pada praktek pembuatan kerajinan, selanjutnya dapat di ungkapkan dalam hipotesis tindakan sebagai berikut:
“Jika Penerapan assessment performance diterapkan dalam praktek pembuatan kerajinan, maka potensi kreatifitas belajar siswa pada praktek pembuatan kerajinan pada MTs Islamic centre Kabupaten Cirebon akan meningkat”