Model Pembelajaran PKN SD Berbasis Portofolio di Kelas IV, V,
Model Pembelajaran PKN SD Berbasis Portofolio di Kelas IV, V, VI
VI
Langkah-Langkah Model Pembelajaran PKN SD
Langkah-Langkah Model Pembelajaran PKN SD
Berbasis Portofolio
Berbasis Portofolio
Model Pembelajaran PKN SD Berbasis Portofolio di
Model Pembelajaran PKN SD Berbasis Portofolio di
Kelas IV, V dan VI
Kelas IV, V dan VI
MODUL 10
Langkah-Langkah Model Pembelajaran PKN SD
Berbasis Portofolio
A. Konsep dan Hakekat Pembelajaran Portofolio
B. langkah-Langkah Model Pembelajaran Portofolio
(Menurut Center for Civic Education (2002:5b-7b))
1. Mengidentifikasi Masalah yang Ada dalam Masyarakat
2. Memilih Masalah untuk Kajian Kelas
3. Mengumpulkan Informasi tentang Masalah yang akan Dikaji oleh Kelas
4. Mengembangkan Portofolio Kelas
Dalam buku panduan guru Kami Bangsa Indonesia
Proyek Kewarganegaraan tujuan dari tahap I:
a. Agar siswa menyadari apa yang mereka ketahui
tantang masalah di masyarakat
b. Agar mendiskusikan permasalahan ini dengan
orang tua, tetangga, anggota masyarakat untuk
menemukan apa yang mereka ketahui dan mereka
pikirkan tentang masalah ini
c. Mengumpulkan informasi yang cukup untuk
memilih masalah yang disepakati mayoritas siswa
Tiga kegiatan utama yang dilakukan siswa:
a. Diskusi Kelas
b. Diskusi Kelompok
c. Tugas Pekerjaan Rumah
1) Tugas wawancara
2) Tugas mencari informasi dari media cetak
3) Tugas mencari informasi melalui radio dan
televisi
a. Mengkaji informasi yang telah
dikumpulkan yang dianggap
penting. Dalam hal ini, guru
memberikan bimbingan kepada
siswa pada saat mendiskusikan hasil
belajar siswa yang diperoleh dari
pekerjaan rumah tahap I
b. Mengadakan pemilihan secara
demokratis tentang masalah yang
akan mereka kaji dengan cara
memilih satu masalah. Pemilihan
dapat dilakukan secara musyawarah
atau voting.
a. Mengidentifikasi sumber-sumber informasi
Guru hendaknya mengarahkan siswa tentang sumber informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah yang dipilih dan dapat pula ditanyakan kepada orang-orang yang
terkait untuk mendapatkan informasi berkenaan dengan masalah yang dipilih.
b. Tinjau ulang pedoman untuk memperoleh dan mendokumentasi informasi
1) Mengunjungi perpustakaan atau tempat-tempat lain untuk mendapatkan informasi
dengan berbekal syarat tugas dari kepala sekolah
2) Menghubungi sumber infromasi melalui telepon
3) Membuat janji dan mewancarai narasumber
4) Meminta informasi melalui surat
c. Pengumpulan informasi
Bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam portofolio kelas ini
merupakan bahan-bahan yang penting dan terpilih serta
merupakan hasil karya terbaik siswa. Dalam buku panduan guru
Kami Bangsa Indonesia Proyek Kewarganegaraan langkah-langkah
yang ditempuh saat ini:
a. Kelas dibagi ke dalam empat kelompok
b. Guru mengulas tugas-tugas rinciannya untuk portofolio
c. Gunakan informasi yang dikumpulkan oleh tim portofolio
d. Gunakan informasi yang dikumpulkan oleh tim peneliti
e. Membuat portofolio
Tugas-tigas yang harus dilaksanakan masing-masing kelompok:
a. Kelompok portofolio satu bertugas menjelaskan masalah.
b. Kelompok portofolio dua bertugas menilai kebijakan alternatif
yang disarankan untuk memecahkan masalah
c. Kelompok tiga bertugas untuk mengembangkan kebijakan
publik yang akan didukung oleh seluruh kelas
d. Kelompok portofolio empat bertugas mengembangkan rencana
tindakan agar pemerintah bersedia menerima kebijakan kelas
Pembelajaran portofolio adalah sebuah inovasi dalam pembelajaran PKn sebagai wujud nyata dari
pembelajaran kontekstual. Pembelajaran portofolio mengandalkan keaktifan siswa untuk terjun
ke lapangan guna menghubungkan antara tekstual dengan kontekstual di bawah bimbingan guru
guna memperoleh sebuah pengalaman langsng yang hasilnya harus disajikan oleh masing-masing
siswa dengan masalah yang dipilihnya
Portofolio berasal dari Bahasa Inggris, bearti kumpulan hasil karya siswa yang meyajikan
kemajuan, pencapaian dan prestasi masing-masing siswa y ang mencakup partisipasi siswa dalam
memilih muatan portofolio, kriteria seleksi, kriteria penilaian, dan fakta-fakta yang
Model Pembelajaran PKN SD Berbasis Portofolio di
Kelas IV, V dan VI
1. Seksi Penayangan bertugas mengkoordinir penayangan yang ditempatkan pada lembar
panel atau poster yang terbuat dari papan busa atau papan sejenis dengan uk uran
kurang lebih satu meter persegi atau bentuk lain sesuai dengan krteativitas siswa
2. Seksi Dokumentasi bertugas mengkoordinir bahan-bahan paling baik untuk
didokumentasikan atau memberi bukti penelitiannya. Bahan tersebut mewakili
contoh-contoh penelitian penting atau bermakna bagi siswa.
a. Rangkuman masalah secara tertulis
b. Penyajian masalah dengan grafik
c. Identifikasi sumber-sumber
informasi
a. Upping surat kabar dan majalah
b. Laporan tertulis hasil wawancara dengan anggota
masyarakat
c.
Laporan tertulis hasil ulasan radio dan televisi
tentang masalah
d. Hasil komunikasi dengan kelompo kepentingan
yang bersifat publik dan swasta
e. Petikan dari sejumlah publikasi pemerintah
Hal yang dilakukan guru dalam menyelenggarakan showcase
a. Persiapan
1) Kesiapan portofolio 2) Kesiapan penampilan lisan setiap peserta 3) kesiapan
pembawa acara 4) kesiapan moderator 5) kesiapan juri 6) kesiapan pembuka
dan penutup acara 7) kesiapan tempat 8) kesiapan peralatan 9) kesiapan tanda
penghargaan 10) kesiapan undangan
b. Pelaksanaan
1) Pembukaan
2) Pembawa acara mengundi peserta
3) Pembawa acara mempersilahkan pengatur waktu memeprsiakan diri
4) Pembawa acara mengenalkan dewan juri
Refleksi Pengalaman
Spesifikasi Portofolio
Penyajian Portofolio (Show Case)
Tujuan Pokok show case (CCE yang dik utip oleh Dasim
Budimansyah (2002:62) :
1. Untuk menginformasikan kepada para hadirin tentang
pentingnya masalah yang diidentifikasi di masyarakat
2. Untuk menjelaskan dan mengevaluasi kebijakan
alternatif untuk mengatasi masalah sehingga hadirin
dapat memahami keuntungan dan kerugian dari setiap
kebiakan tersebut.
3. Untuk mendiskusikan kebijakan yang dipilih kelas
sebagai kebijakan terbaik untuk mengatasi masalah
4. Untuk membuktikan bagaimana kelas dapat
Pelaksanaan
Pelaksanaan dapat dilakukan akhir semester
I atau II bersamaan dengan kenaikan kelas.
Penyajian dilakukan dihadapan juri. Dewan
juri terdiri dari 3 atau 4 orang tokoh yang
Karakteristik Warga Negara Indonesia dalam Konteks
Individu yang Berbhineka Tunggal Ika
Warga Negara yang Cerdas
Warga Negara yang Partisipatif
Warga Negara yang Bertanggung jawab
MODUL 11
Warga Negara yang Cerdas
A. Konsep Warga
B. Karakteristik Warga Negara yang Cerdas
2. Menjaga dan Membina Ketertiban 3. Membuat Keputusan 4. Kemampuan Berkomunikasi
5. Kerja Sama 6. Melakukan berbagai Kepentingan dengan Benar
C. Dimensi-Dimensi Kecerdasan Warga Negara
Dalam bahasa Inggris disebut Citizen, dalam bahasa Yunani Civics (Asal katanya Civicus) yang berarti penduduk sipil (Citizen). Penduduk sipil ini melaksanakan kegiatan demokrasi secara langsung dalam suatu polis atau negara kota
Turner (1990) dalam bukunya berjudul Civics: Citizen in Action menjelaskan bahwa warga negara adalah angg ota dari sekelompok manusia yang hidup atau tinggal di wilayah hukum tertentu
Menurut Aristoteles warga negara adalah orang yang secara aktif ikut mengambil bagian dalam kehidupan bernegara, yaitu orang yang bisa berperan sebagai orang yang diperintah dan orang yang bisa berperan sebagai yang memerintah. Orang yang diperintah dan yang memerintah itu sewaktu-waktu dapat bertukar peran.
1. Kemampuan Memperoleh dan Menggunakan Informasi Warga negara yang cerdas dituntut untuk mengetahui berbagai informasi. Namun dalam mencari dan menggunakan informasi itu setiap warga negara harus berpedoman kepada ilai ideologi bangsa yakni pancasila dan nilai agama. Diperlukan adanya filterasi terhadap informasi yang diterima agar informasi tersebut dalam implementasinya tidak bertentangan dengan nilai dan moral yang dijunjung bangsa.
Ketertiban dalam masyarakat akan terwujud apabila setiap warga negaranya memiliki kesadaran kuat terhadap segala peraturan atau norma yang berlaku serta mampu mengamalkannya dalam praktik kehidupan sehari-hari. Menurut Soerjono Soekanto (1990) terdapat 4 indikator untuk mengembangkan kesadaran hukum warga negara yaitu: 1) pengetahuan hukum 2) pemahaman hukum 3) sikap hukum 4) perbuatan hukum.
Warga negra yang cerdas adalah warga negara yang mampu mengambil keputusan secara cerdas dimana pengambilan keputusan itu tidak didasari sikap yang emosional melainkan oleh sikap dan tindakan yang rasional, logis dan sistematis.Nu’man Somantri (2001) sangat merekomendasikan pentingnya dialog interaktif sebagai wahana untuk memcahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dalam berkomunikasi, wujud komunikasi warga negara yang crdas bukan sekadar informasi yang hampa makna melainkan berisikan pesan-pesan informasi yang memiliki atau berbobot makna. Dalam kaitan ini, patut dicermati pandangan seorang ahli bernama Gerald S Nir enberg dalam bukunya yang berjudul “G etting Through to people” sebagaimana yang dikutip Dale Carnegie (1993) yang mengatakan “kerja sama dalam percakapan dapat tercapai apabila Anda menunjukkan bahwa Anda menganggap ide dan perasaan orang lain sama pentingnya seperti milik Anda
Sikap yang harus dikembangkan adalah sikap-sikap yang dikonsepsikan oleh Bar tal sebagai Prosocial yakni bentuk-bentuk positif dari perilaku masyarakat kepada masyarakat lain atau kepada dirinya. Sementara itu, wispe (1972) mengartikan perilaku propososial yakni perilaku yang merupakan antitesis dari perilaku menyerang, perilaku prososial itu seperti sikap simpati, mendahulukan kepentingan orang lain, sikap dermawan dan kerjasama.
Intrapersonal conflict yaitu pertentangan atau konflik yang timbul dalam diri setiap warga negara sebagai individu. Sedangkan interpersonal conflict merupakan konflik atau pertentangan yang melibatkan individu yang satu dengan individu yang lainnya sebagai anggota masyarakat. Warga negara yang cerdas senantiasa menempatkan kepentingannya dalam konteks kepentingan orang lain artinya dalam menggunakan kepentingan tersebut selalu memperhatikan atau
kecerdasan Intelektual Kecerdasan emosional Kecerdasan moral Kecerdasan spiritual
Dimensi Intelektual Potensi dasar mental
Kecerdasan intelektual harus diback up dengan kecerdasan emosional, spiritual dan moral agar implementasinya tidak bertentangan dengan prinsip kemanusiaan serta norma yang berlaku.
Menurut daniel Goleman, kecerdasan emosional diwujudkan dalam bentuk sikap dan perbuatan yang menghargai orang lain, menghormati kepentingan orang lain. Kecerdasan emosional membimbing seseorang untuk peka terhadap sesama serta toleran terhadap perbedaan yang ada
Kecerdasan moral berkenaan dengan kemampuan untuk senantiasa melandasi sikap dan perilaku dengan nilai moral yang baik. Moral yang baik tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan sosial, keluarga, masyarakat dan media. Dalam bukunya yang berjudul Building Moral Intelligence, Michele Borba mengemukakan tujuh sifat kebajikan essensial meliputi empathy, conscience, selfcontrol, respect, kindness, tolerance, and fairness.
Kecerdasan spiritual berkenaan dengan penanaman, pemahaman, serta pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, sikap dan perilaku yang diwujudkan oleh warga negara yang cerdas adalah senantiasa dipancari oleh nilai-nilai dan ajaran agama yang mutlak kebenarannya.
Menurut Nursid Sumaatmadja (1998) potensi dasar mental yang dapat dikembangkan meliputi:
1. Minat (sense of interest)
Minat secara singkat diartikan sebagai keinginan atau kehendak terhadap sesuatu.
2. Dorongan Ingin tahu (Sense of Curiosity)
Rasa ingin tahu terhadap sesuatu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan kita sebagai makhluk yang dikaruniai aal utnutk merenungkan berbagi “teka -teki” kehidupan
3. Dorongan ingin membuktikan kenyataan (Sense of reality) Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang mengundang pernyataan yang untuk memperoleh jawaban yang sebenarnya harus melalui pembuktian berupa kenyataan yang sebenarnya 4. Dorongan ingin menyelidiki (Sense of inquiry)
Dorongan untuk menyelidiki timbul saat kita ingin mengetahui sesuatu objek secara lebih utuh sehingga dapat memuaskan kita. 5. Dorongan ingin menemukan sendiri (Sense of discovery)
Warga Negara yang Partisipatif
A. Pengertian Partisipasi
B. Partisipasi Politik
C. Partisipasi Sosial
D. Partisipasi dalam Bidang Ekonomi
E. Partisipasi dalam Bidang Budaya
Partisipasi merupakan keterlibatan atau keikutsertaan warga negara dalam berbagai kegiatan kehidupan bangsa dan negara, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan ekonomi. Warga negara yang partisipatif adalah warga negara yang senantiasa melibatkan diri atau ikut serta dalam berbagai kegiatan dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan ekonomi
Ada 3 bentuk partisipasi menurut
Koentjaraningrat (1994) yaitu 1) berbentuk tenaga 2) berbentuk pikiran 3) berbentuk materi.
Pengertian Partisipasi Bentuk Partisipasi Unsur Partisi asi 3 unsur yang harus dipenuhi untuk apat dikatakan
warga negara yang berpartisipasi (Wasistiono, 2003) yaitu: 1)ada rasa kesukarelaan (tanpa paksaan) 2) ada keterlibatan secara emosional 3) memperoleh manfaat ecara langsung maupun tidak lagsung dari keterlibatannya.
Pengertian
Macam-macam Partisipasi Politik
(Mas’oed dan mac Andrew, 2000) Perwujudan partisipasi politik Rush dan Althoff (1993) mendefinisikan partisipasi politik
sebagai keterlibatan atau keikutsertaan individu warga negara dalam sistem politik.
Huntington dan nelson (1990) mengartikan partisipasi dalam konteks politik yang selanjutnya dikonsepsikan partisipasi politik yaitu kegiatan warga negara preman (private cirizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. Tiga hal yang terkandung dalam partisipasi politik yaitu pertama partisipasi mencakup kegiatan politik yang subjektif. Kedua yang dimaksud warga negara preman adalah warga negara sebagai perorangan dalam berhadapan dengan masalah politik. Ketiga, kegiatan dalam partisipasi itu difokuskan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah.
Partisipasi politik konvensional Partisipasi politik non konvensional Dianggap kegiatan partisipasi politik
yang normal dalam negara demokrasi modern. Bentuk-bentuk: 1. Voting 2. Disusi politik 3. Kampanye
4. Membentuk dan aktif dalam kelompok kepentingan 5. Komunikasi individual dengan
kekerasan politik pejabat politik dan administratif
Dianggap ilegal karena di dalamnya penuh dengan kekeraan dan bersifat revolusioner. Bentuk-bentuk: 1. Pengajuan petisi 2. Berdemonstrasi 3. Konfrontasi 4. Mogok
5. Tindakan terhadap harta benda
6. Tindakan terhadap manusia 7. Perang gerilya dan revolusi
Perwujudan : 1)Mengkritisi secara arif terhadap kebijakan pemerintah 2) Aktif dalam partai politik 3)Aktif dalam kegiatan LSM 4) Diskusi politik
Agar partisipasi politik dapat dilaksanakan dengan baik sikap ya ng harus dihindari: a. Apatisme
Tidak punya minat atau perhatian terhadap orang lain. Ciri-cirinya: 1) ketidakmampuan untuk mengakui tanggung jawab pribadi 2) rasa susah 3) perasan samar-samar 4) tidak aman dan merasa terancam 5) mnerima secara mutlak tanpa tantangan otoritas yang sah dan nilai konvensional 6) P asif b. Sinisme
Agger (dalam Althoff, 1993) mendefinisikan sinisme sebagai kecurigaan buruk dari sifat manusia. Perwujudan sikap sinis diantaranya perasaan bahwa politik itu urusan kotor, para politik tidak dapat dipercaya
c. Alienasi
Alienasi Menurut Lane (dalam Althoff, 1993) sebagai perasaan keterasingan seseorang dari politik dan pemerinthan masyarakat dan kecenderungan berpikir mengenai pemerintahan dan politik bangsa dilakukan oleh orang lain dan untuk orang lain, mengikuti sekumpulan aturan-aturan yang tidak adil.
d. Anomie
Lane (dalam Althoff, 1993) anomie sebagai perasaan kehilangan nilai dan ketiadaan arah, di mana individu mengalami perasaan tidak efektif dan perasaan dipedulikan oleh penguasa yang mengakibatkan hilangnya urgensi untuk bertindak dan tidak terarahnya tujuan-tujuannya.
Erat hubungannya dengan kegiatan atau aktivitas warga negara sebagai anggota masyarakat untuk terlibat atau ikut serta dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Contoh partisipasi sosial:
1. Membantu anggota masyrakat yang membutuhkan 2. Turut serta membantu perasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan bermasyarakat
3. Tidak menjadi beban masyarakat melainkan motor penggerak terhadap perubahan yang lebih baik.
4. Berpastisipasi dalam kegiatan kerja bakti 5. Turut menjaga keamanan
Berkaitan dengan keikutsertan atau keterlibatan warga negara dalam pembangunan ekonomi masyarakat dan bangsa. Contoh partisipasi dalam bidang ekonomi:
1. Membayar pajak sesuai dengan ketentuan dan peraturan hukum yang berlaku
2. Hemat dan cermat dalam menggunakan anggaran belanja sesuai dengan kebutuhan
3. Mensosialisasikan gerakan menabung utntuk jaminan kehidupan masa yang akan datang
4. Menyisihkan sebagian harta untuk warga masyarakat lain yang lebih membutuhkan
Contoh dan sikap perilaku yang mencerminkan partisipasi di bdang budaya:
1. Menghilangkan etnosentrisme dan chauvinisme 2. Mencintai budaya lokal dan nasional
3. Melakukan berbagai inovasi kreatif untuk menyokong pengembangan budaya daerah
Margaret Branson (1994) berpenapat untuk mencapai partisipasi warga negara yang bermutu dan bertanggung jawab perlu dipenuhinya beberapa unsur sebagai berikut:
1. Penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu. 2. Pengembangan intelektual dan partisipatoris
3. Pengembangan karakter atau sikap mental tertentu 4. Komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip fundamental
Warga Negara yang Bertanggung jawab
Pengertian Tanggung jawab
Tanggung Jawab Warga Negara Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Tanggung Jawab Warga Negara terhadap Masyarakat
Tanggung Jawab Warga Negara terhadap Bangsa dan Negara
Menurut Purbacaraka (1998) Menurut Ridwan halim Menurut AristotelesTanggung jawab bersumber atau lahir atas penggunaan fasilitas dalam penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak atau/dan melaksanakan kewajibannya. Aspek yang harus diperhatian dalam menggunakan hak yaitu:
1. Aspek kekuasaan
Kekuasaan atau wewenang untuk melaksanakan hak tersebut
2. Aspek perlindungan hukum yang melegalisir atau memisahkan aspek kekuasaan atau wewenang yang memberi kekuatan bagi pemegang hak mutlak untuk menggunakan haknya
3. Aspek pembatasan hukum yang membatasi dan enjaga jangan sa mpai penggunaan hak melampaui batas Aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kewajiban:
1. Aspek kemungkinan dalam arti kelogisan bahwa pihak yang berkewajiban mungkin dan mampu mengemban kewajibannya
2. Aspek perlindungan hukum yang mensahkan kedudukan pihak yang telah melaksanakan kewajibannya 3. Aspek pembatas hukum yang mebatasi dan menjaga agar pelaksanaan kewajiban oleh setiap pihak yang
bersangkutan jangan kurang dari batas minimal sehingga menimbulkan kerugian pihak lain
4. Aspek pengcualian hukum yang merupakan suatu aspek yang memuat pertimbangan “jiwa hukum” dalam mengahadapi pelaksanaan kewajiban oleh seseorang atau suatu pihak yang tidak memadai
Tanggung jawab sebagai suatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan baik peranan itu merupakan hak mupun kewajiban ataupun kekuasaan. Secara umum diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu atau berprilaku menurut cara tertentu
Aristoteles mengatakan bahwa warga negara yang bertanggung jawab adalah warga negara yang baik, sedangkan warga negara yang baik adalah warga negara yang memiliki keutamaan atau kebajikan selaku warga negara. Dalam kehidupa suatu negara, adanya keragaman individu warga negara serta status dan peran merupakan suatu hal yang tak terbantahkan. Oleh karenanya, dalam mengaktualisasikan fungsi dan peranannya itu dilakukan dengan cara dan bentuk yang berbeda pula.
Ruang Lingkup Tanggung jawab
Sesuai dengan sila pertama Pancasila dan UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2. Berdasarkan landasan ideal dan konstitusional tersebut setiap warga negara Indonesia harus senantiasa melandasi sikap dan perilakunya dengan nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Perwujudan tanggung jawab warga negara terhadap Tuhan YME yaitu:
1. Mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakanNya kepada kita semua 2. Beribadah kepada Tuhan YME
3. Melaksanakan segala perintahNya serta menjauhi laranganNya. 4. Menuntut ilmu dan menggunakan untuk kebaikan
5. Menjalin tali silaturahmi
Frans Magnis Suseno (1993) bahkan pernah mengatakan bahwa
kebermaknaan manusia itu jika ia hidup di masyarakat. Sementara itu Krech, Cruchfield dan Ballachey (1975) mengatakan sepanjang hayat dikandung badan, kita tidak akan lepas dari masyarakat, mencari nafkah, serta menerima pengaruh dari lingkungan sosial yakni masyarakat. Perwujudan tanggung jawab warga negara terhadap masyarakat yaitu:
1. Memelihara ketertiban dan keamanan hidup bermasyarakat 2. Menjaga dan memelihara rasa persatuan dan kesatuan masyarakat 3. Menigkatkan solidaritas sosial sebagai sesama anggota masyarakat 4. Menghapuskan bentuk-bentuk tindakan diskriminatif dalam kehidupan d
masyarakat
Sumaatmadja (1998) mengatakan manusia dengan alam, ada dalam konteks keruangan yang saling mempengaruhi. Kadar saling mempengaruhi tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan Iptek. Perwujudan tanggung jawab terhadap lingkungan:
1. Memelihara kebersihan lingkungan 2. Tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan 3. Menggunakan teknologi yang ramah lingkungan
Tanggung Jawab Warga Negara terhadap Lingkungan
Maju mundurnya suatu bangsa sangat tergantung kepada tanggung jawab warga negaranya.Perwujudan tanggung jawab terhadap negara dan bangsa yaitu:
1. Memahami dan mengamalkan ideologi nasional yakni pancasila dalam kehidupan sehari-hari
2. Menjaga dan memelihara nama baik bangsa dan negara di mata dunia internasional
3. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan menghindari sikap dan perilaku yang diskriminatif
Warga Negara yang Religius dan Penuh Toleransi
A.Manusia sebagai Makhluk yang Religius
B. Pengertian Warga Negara yang Religius
C. Pentingnya Suatu Toleransi
Pengertian Toleransi Prinsip Toleransi jenis Toleransi Perwujudan Toleransi
Toleransi berasal dari bahasa inggris “tolerance” menurut webter’s NewAmerican Dictionary Dictionary diartikan liberty to ward the opinions of others, patience with others, yakni memberi kebebasan atau membiarkan pendapat orang lain dan berlaku sabar atau lapang dada mengahadapi orng lain. Dalam Kamus umum Bahasa Indonesia (KUBI), toleransi diartikan sebagai sikap menegang, dalam makna menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian, pendapat, kepercayaan, kelakuan yang lain dari yang dimiliki oleh seseorang atau yang bertentangan dengan pendirian orang.
Daud Ali (1988) mengemukakan bahwa dalam ajaran islam terdapat prinsip toleransi yaitu:
1) Tidak boleh ada paksaan dalam beragama baik halus maupun kasar
2) Manusia berhak memilih dan memeluk agama yang diyakininya dan beribadah menurut keyakinannya 3) Tiada gunanya memaksa seseorang agar ia menjadi
seorang muslim
4) Allah tidak melarang hidup bermasyarakat dengan mereka yang tidak sepaham atau tidak seagama, asalkan mereka itu tidak memusuhi islam
1) Toleransi agama adalah toleransi yang menyangkut keyakinan yang berhubungan dengan akidah
2) Toleransi sosial yakni toleransi yang menyangkut hubungan sosial kemasyarakatan
1. Bergaul atau berinteraksi dengan sesama warga masyarakat dengan tidak menonjolkan perbedaan agama, keturunan, bahasa, budaya, ras atau etnik.
2. Tidak melakukan tindakan yang memprovokasi seperti mengadu domba 3. Tidak mencampuradukkan ajaran-ajaran
agama yang satu dengan yang lainnya. Manusia adalah homo religius artinya makhluk yang beragama,
makhluk yang mempunyai keyakinan akan kekuasaan Tuhan yang Maha Esa yang menguasai alam jagad raya beserta makhluk lainnya di dunia. Agama merupakan “problem of ultimate concern” yakni masalah yan g mengenai kepentingan mutlak setiap orang.
Paul Tellich sebagaimana yang dikutip Daud Ali (1988) mengatakan setiap orang yang beragama selalu berada dalam keadaan terlibat (involved) dengan agama yang dianutnya. Rasyidi (dalam AIL 1988) menegaskan manusia yang beraga itu “aneh:. Ia mengikatkan dirinya kepada Tuhan, tetapi bersamaan dengan itu ia merasa bebas karena dengan itu ia bebas menjalankan segala sesuatu menurut keyakinannya itu. Baik dalam Pancasila maupun UUD 1945 yang menegaskan bahwa bangsa Indonesia berdasar atas Ketuhanan yang maha
Esa. Pengertian
Ruang lingkup pencerminan nilai keimanan dan ketakwaan Warga negara yang religius adalah
warga negara yang senantiasa memahami serta
mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran agama yang dipeluk dan diyakini dalam konteks lehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara.
Pertama, dalam berhubungan dengan Tuhannya, warga negara yang religius senantiasa tunduk dan patuh kepada perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan perbuatan yang tidak
diperkenankan Tuhan.
Kedua, dalam berhubungan dengan sesama warga negara, warga negara yang religius senantiasa menjalin hubungan atau interaksi sesama warga negara atas dasar prinsip persamaan sebagai makhluk Tuhan yang memiliki harkat, derajat, dan martabat yang sama. Ketiga, dalam berhubungan dengan lingkungannya, warga negara yang religius senantiasa berusaha seoptimal mungkin untuk memlihara dan menjaga lingkungan untuk menunjang kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Keempat, dalam berhubungan dengan negaranya, warga negara yang religius berusaha menempatkan dirinya sebagai warga negara yang berkewajiban untuk melaksanakan hak dan kewajibannya dengan baik dan penuh tanggung jawab
Nasikun (1993) mengatakan bahwa keanekaragaman tersebut sebagai ciri unik masyarakat dan bangsa Indonesia yang dapat memberikan kekayaan bagi bangsa Indonesia. Keanekaragaman itu pada satu sisi merupakan faktor positif apabila perbedaan tersebut mampu dimanfaatkan atau dikelola dengan aik sehingga memberikan kontribusi bagi perkembangan bangsa. Namun pada sisi lain merupakan faktor negatif apabila keragaman tersebut tidak dimanfaatkan atau tidak dikelola dengan baik sehingga menimbulkan berbagai kerawanan dan perpecahan yang potensial mengancam integrasi bangsa.
Penilaian dalam Pendidikan Kewarganegaraan SD
Konsep dan Prinsip Penilaian PKN SD/MI
Berbagai Alat Penilaian dalam PKN SD/MI
Model-Model Alat Penilaian PKN SD/MI
MODUL 12
Penggunaan Model Alat Penilaian PKN SD/MI
Berbasis Portofolio
Konsep dan Prinsip Penilaian PKN SD/MI
Konsep Penilaian PKN
Prinsip Penilaian PKN SD/MI
Hal yang saling berkaitan dalam penilaian
Unsur pokok dalam penilaian
Pembaharuan dan inovasi dalam PKn serta keterkaitan dan aplikasinya menjadi sebuah pembelajaran yang kreatif, produktif yang bersifat kooperatif dan kolaboratif menuntut konsep pembelajaran terpadu melalui pengkajian dan pelatihan yang berwawasan demokrasi dan HAM. Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung p ada kemampuan profesional guru maka diharapkan guru dapat memilih strategi/metode mengajar yang sesuai dengan kejelasan tuntutan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan siswa seingga memungkinkan guru dapat melakukan penilaian apakah sebuah kompetensi diperlukan benar-benar telah dimiliki siswa atau belum, melalui standar-standar penilaian kompetensi yang bersifat continous comprehensive evaluation in the classroon yang ditetapkan.
Pelaksanaan penilaian, baik dalam arti produk maupun hasil amat tergantung pada perumusan indikator yang dikembangkan dalam silabus dan rencana pembelajaran. Perumusan indikator akan mempengaruhi juga terhadap teknik dan jenis penilaian yang dikembangkan, bila rumusan indikator berdimensi kognitif maka teknik penilaian yang dikembangkan, bila rumusan indikator berdimensi kognitif maka teknik penilaian yang digunakan a dalah tes. Namun, apabila rumusan indikator yang berdimensi afektif atau psikomotor maka tenik penilaian y ang digunakan adalah non tes
1) Objek yang akan dinilai 2) Kriteria sebagai tolak ukur 3) Data tentang objek yang dinilai 4) Pertimbangan keputusan
penilaian pengukuran tes
Secara prinsip, penilaian PKN tidak berbeda dengan penilaian dalam mata pelaaran lainnya, hanya berbeda tekanannya dimana penilaian dalam mata pelajaran PKN lebih menekankan pada aspek afektif. Jaromilek dan W. C Parker (1993) menyatakan bahwa dalam kaitannya degan proses
pembelajaran, penilaian yang dilakukan guru bertujuan untuk : 1) membantu mengklarifikasi tujuan pembelajaran (aspek-aspek belajar penting) bagi peserta didik; 2) menginformasikan kelebihan dan kekurangan peserta didik dalam belajar; 3) menginformasikan peserta didik bagaimana meningkatkan proses dan hasil belajarnya 4) bahan informasi esensial kepada orang tua dan masyarakat mengenai efektivitas program sekolah. Dalam kaitan ini, penilaian formatif sangat ditekankan. Penilaian formatif merupaan bagian esensial dan proses pembelajaran. Dengan kata lain penilaian formatif mempertemukan antara dimensi tujan, prosedur dan penilaian pembelajaran
Penilaian diartikan sebagai kegiatan menentukan nilai suatu objek seperti baik atau buruk sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.Gronlund (1985) mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa teah mencapai tujuan pembelajaran. Penilaian lebih bersifat komprehensif meliputi pengukuran dan bersifat kualitatif
Pengukuran adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh individu (siswa) Pengukuran lebih membatasi kepada gambaran yang bersifat kuantitatif (berupa angka-angka).
Salah satu alat atau bentuk pengukuran
Berbagai Alat Penilaian dalam PKN SD/MI
Penilaian kelas Pengertian
Tujuan Penilaian kelas merupakan suatu proses
pengumpulan pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa menerapkan konsep prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam suaana resmi maupun tidak resmi, di dalam atau di luar kelas, menggunakan waktu khusus untuk penilaian aspek sikap/nilai dengan tes atau no tes atau terintegrasi dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Apabila informasi tentang hasil belajar siswa telah terkumpul dalam jumlah yang memadai maka guru perlu
membuat keputusan terhadap prestasi siswa
Penilaian kelas bertujuan untuk memberikan penghargaan terhadap pencapaian belajar siswa serta memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu penilaian kelas menekankan pencapaian hasil belajar siswa sekaligus mencakup seluruh proses mengajar dan belajar yang menilai karakteristik siswa, metode mengajar dan belajar, pencapaian kurikulum, alat dan bahan belajar serta administrasi sekolah.
Prinsip-prinsip
1. Valid; penilaian kelas harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya, tepat atau sahih 2. Mendidik; penilaian memberikan sumbangan positif terhadap
pencapaian hasil belajar siswa
3. Beorientasi pada kompetensi; penilaian harus menilai pencapaian kompetensi dasar yang dimaksud dalam kurikulum
4. Adil dan objektif; penilaian harus adil terhadap semua siswa dan tidak membeda-bedakan latar belakang siswa yang tidak berkaitan dengan pencapaian hasil belajar
5. Terbuka; kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak yang berkepentingan
6. Berkesinambungan; penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terus menerus
7. Menyeluruh; meliputi aspek pengetahuan, sikap dan nilai serta keterampilan
8. Bermakna; mencerminkan gambaran utuh tentang prestasi siswa
Teknik Pengumpulan Informasi Tes tertulis
Tes Perbuatan
Tes Lisan
Penilaian Tes Penilaian Non Tes
Penilaian bentuk tertulis untuk mengukur hasil belajar siswa yang bersifat kompleks. Penilaian juga dapat lebih bersifat objektif karena tulisan merupakan bukti otentik yang dapat dijamin akuntabilitasnya.
1. Nitko (1996) mengatakan bahwates uraian terbatas tepat dipergunakan untuk menilai hasil belajar kompleks yang berupa kemampuan: menjelaskan hubungan sebab-akibat; melukiskan pengaplikasian prinsip; mengajukan argumentasi yang relevan; merumuskan hipotesis dengan tepat; merumuskan asumsi yang tepat; melukiskan keterbatasan data; merumuskan kesimpulan dan hal sejenis yang menuntut kemampuan siswa untuk melengkapi jawabnnya.
2.Tes uraian bebas tepat digunakan untuk menilai hasil belajar yang bersifat kompleks berupa kemampuan menghasilkan dan menyatakan ide; memadukan berbagai hasil belajar dan merekayasa bentuk orisinil seperti mendesian sebuah eksperimen menilai suatu ide
Uraian
Objektif Tes tertulis objektif terdiri atas pilihan ganda, b enar-salah,
menjodohkan dan isian singkat. Tes objektif tepat digunakan untuk menilai hasil belajar berupa kemampuan-kemampuan mengingat dan mengenal kembali fakta-fakta, memahami hubungan antara dua hal atau lebih, dan mengaplikasikan prinsip-prinsip.Tes ini lebih praktis dan dapat digunakan untuk jumlah siswa yang cukup besar, serta mutunya dapat dipertanggungjawabkan.
Kriteria tes objektif yang baik:
1. Memiliki validitas yang tinggi, mampu mengungkap hasil belajar secara tepat
2. Memiliki reliabilitas yang tinggi, mampu memberi gambaran yang relatif tetap tentang kemampuan yang dimiliki siswa 3. Tiap butir soal memiliki daya pembeda yang memadai, setiap
butir tes dapat membedakan siswa yang menguasai bahan dan tidak
4. Tingkat kesukaran tes berdasar kelompok yang akan dites, kira-kira 30% mudah, 50% sedangdan 20% sukar.
5. Mudah diadministrasikan, tes tersebut memiliki petunjuk tentang bagaimana cara pelaksanaannya, cara mengerjakan dan cara mengoreksi
6. Memiliki norma atau patokan penafsiran data
Penilaian perbuatan adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku yang diharapkan muncul dalam diri siswa (keterampiln). Alat yang digunakan adalah lembar perbuatan. Tes perbuatan dapat dipergunakan untuk menilai mutu suatu pekerjaan yang telah selesai dikerjakan, keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu pekerjaan Penilaian berbentuk lisan digunakan untuk menilai hasil belajar
dalam bentuk kemampuan mengemukakan ide dan pendapat secara lisan. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun soal tes lisan:
1. Buatlah format soal dengan beberapa kemungkinan jawaban serta bobot skornya
2. Siapkan beberapa format soal yang paralel untuk beberapa orang siswa, kalaupun sama hanya diperuntukkan maksimal tiga orang tiga siswa saja
3. Untuk memenuhi persyaratan paralel maka setiap format soal harus memiliki isi, derajat kesukaran dan waktu menjawab sama
1. Observasi, Teknik ini baik untuk menilai hasil belajar aspek psikomotor misalnya praktek keterampilan, diskusi, bermain, atletik. Agar observasi lebih efektif dan terarah hendaknya: a) dilakukan dengan tujuan yang jelas dan direncanakan; b) menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek atau skala; c) pencatatan dilakukan sekelas mungkin tanpa diketahui oleh siswa yang diobservasi; d) kesimpulan dibuat setelah program observasi selasai dilaksanakan seluruhnya.
2. Kuesioner, digunakan untuk menilai hal-hal yang bersifat umum seperti identitas siswa, keadaan sosial-ekonomi orangtuanya, minat, pendapat. Agar efektif hendaknya: a) dilaksanakan dengan tujuan dan program yang jelas b) isinya tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan c) bahannya sesuai dengan kemampuan dan kebiasaan siswa d) penarikan kesimpulan harus hati-hati
3. Wawancara, tidak jauh berbeda dengan angket. H anya di sini pertanyaan dijawab langsung sehingga terjadi hubungan timbal balik.Perbedaan wawancara dan ujian lisan terletak pada jawaban yang inginkan.
4. Daftar cek, lebih menunjukkan sebagai alat dari pada sebagai teknik penilaian, juga dapat digunakan dalam observasi, wawancara maupun dalam angket. Sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar yang berupa produk maupun proses yang dirinci e dalam komponen yang lebih kecil. Hanya ada 2 alternatif jawaban, ya/tidak
5. Skala pilihan (rating scale), disediakan 3, 4, 5 pilihan, skala pilihan digunakan untuk: observasi, wawancara, angket, mengukur sikap, kebiasaan atau minat. Conotoh skala likert, thurstone, dan guttman
6. Studi kasus, diperlukan untuk mempelajari siswa yang bersikap ekstrim. Dilakukan oleh staf BK dan hasilnya dirapatkan di antara staf sekolah.
7. Portofolio merupakan penilaian secara berkesinambungan dengan metode pengumpulan informasi atau data secara sistematik atau hasil pekrjaan mahasiswa dalam kurun waktu tertentu (Popham, 1994). Dengan sistem penilaiain portofolio, dosen/guru membuat file untuk masing-maisng mahasiswa, berisi kumpulan sistematis atas hasil prestasi belajar selama mengikuti proses pendidikan. Wayan Wida (1984:18) mengemukakan pertimbangan dalam
Model-Model Alat Penilaian PKN SD/MI
A. Pengembangan Alat Penilaian Kelas dalam PKN
B. Model-Model Alat Penilaian PKN SD/MI
2.Model Penilaian Perbuatan 1. Model Penilaian Sikap 3. Model Penilaian Daftar Cek 4. Model Penilaian Catatan Anekdot 5. Model Penilaian Daftar Cocok 6. Model Penilaian Skala Bertingkat 7. Model Penilaian Sosiometri 8. Model Penilaian Pedoman Wawancara 9. Model Penilaian Daftar Baik Buruk 10. Model Penilaian Daftar Tingkat Urutan Langkah-langkah :
1. Menyusun spesifikasi tes: a) menentukan kompetensi dasar 2) menyususn kisi-kisi tes (berisi: kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator dan pengujian yang berisi jenis tagihan, bentuk soal, contoh soal.
2. Menulis soal tes (mengacu kisi-kisi dan sesuai indikator dan bentuk tes) 3. Menelaah soal tes (dilakukan teman sejawat meliputi materi dan bahasa) 4. Melakukan uji coba tes
5. Menganalisis butir soal 6. Memperbaiki soal tes 7. Merakit soal 8. Melaksanakan tes
Model Penilaian Tes
Model Penilaian Non Tes Pilihan Ganda
Uraian
Contoh soal pilihan Ganda a. Bentuk soal pilihan ganda
b. Bentuk hubungan antar hal (sebab) c. Bentuk soal pilihan ganda kompleks
Kaidah Pengembangan Soal Pilihan ganda
1. Pokok soal yang akan ditanyakan harus jelas
2. Perumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya jangan bertele-tele 3. Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban benar
4. Pada pokok soal sedapat mungkin dicegah perumusan pernyataan yang bersifat negatif 5. Alternatif jawaban logis dan pengecoh harus berfungsi
6. Diusahakan tidak ada petunjuk jawaban yang benar
7. Diusahakan untuk mencegah penggunaaan option yang terakhir berbunyi “semua jawaban di atas benar” atau “semua jawaban di atas salah”
8. Dusahakan agar alternatif jawaban homogen baik dari i si maupun panjag pendek pernyataan
9. Apabila jwaban berupa angka diurut dari yang terendah
10. Di dalam pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata bersifat tidak tentu kebanyakan, kadang-kadang
11. Diusahakan agar jawaban butir soal yang satu tidak bergantung dari jawaban butir soal yang lain.
12. Dalam merakit soal diusahakan agar jawaban benar, kunci jawaban letaknya menyebar diantara A, B, C, dan D
Persyaratan mengembangkan soal uraian:
1. Lebih baik menggunakan soal butir-butir uraian dalam jumlah yang banyak tetapi jawaban yang diminta cukup
singkat dan simpel
2. Soal yang tidak menghendaki jawaban yang terlalu panjang akan memberikan berbagai keuntungan
3. Rumusan kalimat atau pernyataan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa termasuk segi bahasa harus mudah dimengerti siswa
4. Semua siswa diminta menjawab soal yang sama sehingga hasil informasi yang diperoleh akan dapat menggambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya
5. Jumlah soal yang dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia
6. Kalimat yang digunakan dapat memotivasi siswa untuk mngembangkan ide dan daya nalar
No Nama siswa
Aspek yang DInilai Jumlah Skor
Rata-rata skor Persiapan Pelaksanaan Hasil
No Pernyataan SS TS N TS STS
No Pernyataan Ya Tidak
Bentuk catatan anekdot yaitu catatan kejadian khusus yang dapat dipergunakan untuk melihat perkembangan individu atau kelompok siswa.
Butir pernyataan Nomor urutan alasan
No Butir
Pernyataan
Penilaian Saya
Baik Buruk
Bertujuan untuk melihat sejauh mana sikap sosial siswa di kelas terutama terhadap teman-temannya. Proses ini didasarkan pada perasaan pribadi anggota terhadap anggota lain. Hasil sosiometri dapt digunakan untuk menyusun suatu keolompok baru
Pertanyaan diajukan secara lisan. Interviu ada dua yaitu langsung (dilakukan dengan sumber utama untuk menggali data tentang dirinya) dan tidak langsung
No Pernyataan Ya Tidak
Kaidah penyusunan sebagaimana yang dinyatakan oleh Asmawi Zainul (1993:76) :
1. Jumlah pertanyaan atau pernyataan haruslah terbatas, tetapi tetap dapat memberi gambaran yang utuh dari keseluruhan hal yang diukur
2. Angka untuk perangkat rating scale haruslah mempunyai arti yang sama
3. Jumlah kategori angka yang digunakan supaya diusahakan cukup bermakna, tetapi terlalu renik sehingga tidak jelas lagi perbedaan arti satu angka dengan angka lainnya. Sebagai patokan jangan lebih dari 7 kategori
4. Setiap pernyataan hendaknya mengukur satu karakteristik
5. Apabila digunakan untuk mengukur prosedur sebaiknya pertanyaan disusun scera urut beradasrkan urutan pelaksanaan prosedur 6. Apabila digunakan untuk mengukur hasil sebaiknya
Penggunaan Model Alat Penilaian PKN SD/MI
Berbasis Portofolio
Pengertian Konteks Assesment Portofolio Kelebihan/kekurangan Portofoliosebagai Alat Penilaian Koleksi Data
Perbedaaan Tes dan Portofolio
Menurut Nuryani Rustaman (2002:3) Konteks Assesment Portofolio: 1. Tujuan
a. Hakikat hasil belajar: pengetahuan, penalaran, keterampilan, produk, dan afektif
b. Fokus bukti: menunjukan perubahan performance c. Rentang waktu: perlu ada batasan waktu ( satu bulan atau
semester)
d. Hakikat bukti: jenis bukti apa yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan siswa
2. Peran penilaian
a. Pemantapan kembali penanaman nilai dalam penguasaan pelajaran yang belum dipahami
b. Penilaian jati jati diri kehidupan serta lingkungannya c. Penilaian formal peringkat penguasaan dan keberhasilan
belajar sehingga secara formal dan administratif mendapatkan gambaran baik secara individu, kelas, umum d. Momentum dan media untuk mendapatkan umpan balik
pengajaran 3. Tujuan
a. Menghargai perkembangan yang terjadi pada diri siswa b. Menghargai prestasi terbaik yang ditunjukkan siswa c. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang
berlangsung 4. Prinsip
Menurut Sumarna dan Muhammad Hatta (2004:71) dalam melakukan penilaian prinsip yang diperhatikan
a. Saling percaya b. Kerahasiaan bersama c. Milik bersama d. Kepuasaan e. Kesesuaian f. Proses dan hasil 5. Karakteristik
Menurut Sumarna dan Muhammad Hatta (2004:71) penilaian portofolio mempunyai karakteristik
a. Multisumber b. Authentic c. Dinamis d. eksplisit e. integrasi f. kepemilikan g. beragam tujuan Kelebihan
1.Memungkinkan pendidik mengakses kemampuan siswa untuk membuat, meulis, menghasilkan berbagai tipe tugas akademik
2.Memungkinkan pendidik menilai keterampilan/kecakapan siswa
3.Mendorong kolaborasi antara peserta didik dengan pendidik, antara peserta didik dengan peserta didik lainnya 4.Memungkinkan pendidik mengintervensi proses dan
menentukan di mana pendidik tersebut perlu membantu 5.Mampu merefleksikan perubahan penting dalam proses
kemampuan intelektual siswa 6.Menunjukkan prestasi akademik
Azis Wahab (1999:2) mendefinisikan portofolio penilaian “Sebagai sebuah laporan tentang proses belajar siswa” sebuah kumpulan hasil kerja siswa yang menunjukkan kepada siswa atau orang lain tentang hasil kerja siswa yang dicapai dalam satu atau lebih bidang.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu relatif lama 2. Pendidik harus tekun, sabar, dan
terampil
3. Tidak ada kriteria yang standar 1. Pengumpulan data oleh peserta didik
a. Learning log (jurnal atau c atatan pribadi peserta didik untuk mengungkap reaksi dan perasaannya tentang hal yang dipelajari
b. Pemetaan konsep c. Bermain peran
d. Self-assesment (partisipasi siswa dalam menilai karyanya sendiri)
2. Pengumpulan data oleh pendidik
a. Anecdotal notes (catatan spontan kejadian yang faktual dan objektif)
b. Pemberian skor peta konsep
c. Feedback (komentar terhada[ hasil kerja tertulis peserta didik sebagai masukan untuk bahan perbaikan)
No Tes Portofolio
1 Menilai siswa berdasar tugas yang terbatas
Menilai siswa berdasar seluruh tugas dan hasil kerja yang berkaitan dengan kinerja 2 Yang menilai hanya guru berdasarkan
masukan yang terbatas
Siswa turut serta dalam dalam menilai kemajuan yang dicapai dalam penyelesaian berbagai tugas dan perkembangan yang berlangsung selama proses pembelajaran 3 Menilai semua siswa dengan
menggunakan satu kriteria
Menilai setiap siswa berdasarkan pencapaian masing-masing
4 Proses penilaian tidak kloboratif Proses penilaian kolaboratif 5 Penilaian diri oleh siswa bukan
merupakan sesuatu tujuan
Siswa menilai dirinya sendiri menjadi suatu tujuan
6 Yang dijadikan perhatian hanya pencapaian (produk)
Yang dijadikan perhatian meliputi proses dalam bentuk usaha, kemajuan dan pencapaian
7 Terpisah antara kegiatan pembelajaran, testing, dan pengajaran
Terkait erat kegiatan penilaian, pengajaran dan pembelajaran