• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Anti - Inflamasi Rimpang Temulawak (Curcumae Rhizoma) Terhadap Dermatitis Alergika Dengan Hewan Coba Mencit.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Anti - Inflamasi Rimpang Temulawak (Curcumae Rhizoma) Terhadap Dermatitis Alergika Dengan Hewan Coba Mencit."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEK ANTI-INFLAMASI RIMPANG TEMULAWAK (Curcumae Rhizoma) TERHADAP DERMATITIS ALERGIKA

DENGAN HEWAN COBA MENCIT

Chandni P. Daryanani, 2006; Pembimbing : Diana Krisanti Jasaputra, dr.,MKes

Dermatitis alergika merupakan suatu reaksi alergi yang bermanifestasi pada kulit yang disebabkan oleh proses inflamasi. Pengobatan alergi dapat dilakukan secara konvensional maupun inkonvensional dengan obat tradisional, seperti rimpang temulawak ( Curcumae rhizoma). Tujuan penelitian : untuk mengetahui efek infusa temulawak terhadap dermatitis alergika pada hewan coba mencit.

Penelitian bersifat prosfektif eksperimental laboratoris, komparatif, dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)., menggunakan 25 ekor mencit jantan, yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan (n=5). Kelompok I (Kontrol negatif) disuntik 0.2 ml aquades intrakutan . Kelompok II (kontrol positif), kelompok III, IV dan V masing-masing disuntik 0,2 ml ovalbumin 10 % intrakutan , pada hari ke 1, 7 dan 22. Kelompok III, IV dan V pada hari ke 22 diberikan masing-masing 0,5 ml infusa temulawak dosis-1, dosis-2 dan dosis 3 secara peroral

Hasil penelitian : diameter peradangan kelompok yang diberi infusa temulawak dosis-1, dosis-2 dan dosis-3 , menunjukkan penurunan yang signifikan bila dibandingkan dengan kontrol positif (p < 0.05), sedangkan bila dibandingkan dengan kontrol negatif, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p > 0.05)

Jumlah sel radang kelompok yang diberi infusa temulawak dosis-1, dosis-2 dan dosis-3 , menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan dengan kontrol positif (p < 0.05), tetapi dibandingkan dengan kontrol negatif penurunan ini tidak setara (p< 0.05).

Kesimpulan : infusa temulawak berefek antiinflamasi dengan mengurangi diameter peradangan dan jumlah sel radang.

Kata kunci : temulawak , anti inflamasi

(2)

ABSTRACT

THE ANTI-INFLAMMATION EFFECT OF TURMERIC (Curcumae Rhizoma) AGAINTS DERMATITIS ALLERGIC IN MICE

Chandni P. Daryanani, 2006; Tutor: Diana Krisanti Jasaputra, dr., Mkes

Allergic Dermatitis is an allergy manifesting on the skin which is caused by inflammatory process. The therapy of this allergy can be done conventionally and unconventionally with the appliance of traditional medicine such as turmeric. The aim of this research is to understand the effect of turmeric in mice with allergic dermatitis.

The characteristic of this research is prospective experimental laboratory, comparative with complete random sampling using 25 male mice, which was divided into 5 groups (n=5). Group I (negative control) was injected with 0.2 ml aquadest intracutaneously. Group II (positive control), group III, IV, and V each of which was injected with 0,2 ml ovalbumin 10% intracutaneously, on the first, seventh, and twenty-second days. Group III, IV, and V on the twenty-second day was treated per orally with 0,5 ml of turmeric dose 1, dose 2, dose 3.

The result of this research shows that the inflammatory diameters of groups that were treated with turmeric dose 1, dose 2, and dose 3 indicates a significant decrement compared to the positive control (p<0,05), whereas if compared to the negative control, it does not indicate a significant difference (p>0,05).

The amount of inflammatory cells for groups that were treated with turmeric dose 1, dose 2, and dose 3 indicates a significant decrement compared to the positive control (p<0,05) but if compared to the negative control the decrement is not equivalent (p<0,05).

The conclusion of this research signifies that turmeric offers an anti-inflammatory effect by reducing the diameters of inflammation and the amount of inflammatory cells.

Key word: Turmeric, anti inflammation

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……… ii

KATA PENGANTAR ………...……… iii

DAFTAR ISI ………...… v

DAFTAR TABEL ………...…… viii

DAFTAR GAMBAR ………...……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ………...…… xi

BAB I PENDAHULUAN ………....………. 1

1.1. Latar Belakang ………....… 1

1.2. Identifikasi Masalah ………....… 2

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ………...…… 2

1.4. Kegunaan Penelitian ………...……… 2

1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ……...……… 2

1.5.1. Kerangka Pemikiran ………...………… 2

1.5.2. Hipotesis ………....………… 3

1.6. Metodologi Penelitian ………...………… 4

1.7. Lokasi dan Waktu ………...…… 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….……… 5

2.1. Inflamasi ………...……… 5

2.1.1. Klasifikasi Imunologis …………...……… 6

2.1.1.1. Inflamasi/imunitas berlandasan cell-mediated 6 2.1.1.2. Inflamasi berlandasan immune-complex- mediated ……... 6

2.1.1.3. Inflamasi berlandasan Ig.E-mediated... 7

2.1.2. Klasifikasi Berdasarkan Waktu Terjadinya... 7

2.1.2.1. Inflamasi Akut ………...… 7

2.1.2.1.1. Penyebab Inflamasi Akut…...… 8

(4)

2.1.2.1.2. Gambaran Makroskopis yang penting

pada inflamasi akut... 9

2.1.2.1.3. Stadium awal inflamasi akut... 10

2.1.2.1.4. Stadium lanjut inflamasi akut... 13

2.1.2.1.5. Mediator kimia pada inflamasi akut 14 2.1.2.1.6. Sel-sel Inflamasi Akut ... 16

2.1.2.1.7. Gambaran Makroskopik yang khas pada inflamasi akut... 20

2.1.2.1.8. Efek Inflamasi ………...… 22

2.1.2.1.9. Cacat yang terjadi pada inflamasi akut 23 2.1.2.1.10. Efek Sistemik ……….... 25

2.1.2.2. Inflamasi Kronis ………...… 25

2.1.2.2.1. Penyebab Inflamasi Kronis ...… 25

2.1.2.2.2. Gambar Makroskopis Inflamasi Kronis 26 2.1.2.2.3. Bentuk khusus makrofag dan inflamasi granulomatosa... 26

2.2. Prostaglandin ………... 28

2.2.1. Sintesis Prostaglandin ………...……. 28

2.2.2. Efek Prostaglandin ………... 30

2.3. Dermatitis ………... 30

2.3.1. Dermatitis Atopik ………... 30

2.3.1.1. Gambaran klinik ………... 30

2.3.1.2. Komplikasi ………... 31

2.3.1.3. Diagnosis ………... 31

2.3.1.4. Patogenesis ………... 32

2.3.2. Dermatitis Kontak Alergika …………... 32

2.3.2.1. Dermatitis kontak alergika akuta ……... 33

2.3.2.2. Dermatitis kontak alergika kronis …... 33

2.3.2.3. Pola Penyakit Dermatitis Alergika ……... 33

2.3.2.4. Diagnosis banding dermatitis kontak alergika 33 2.3.2.5. Patogenesis dermatitis kontak alergika... 34

(5)

2.3.2.6. Terapi dermatitis kontak alergika... 34

2.4. Obat Anti Inflamasi ………... 35

2.4.1. Obat Anti Inflamasi Non-steroid ………... 35

2.4.2. Obat Anti Inflamasi Analgesik Non Narkotik... 35

2.4.3. Obat Anti Inflamasi Kerja Lambat ………...… 35

2.4.4. Obat Penyakit Gout ………... 35

2.4.5. Obat Anti Inflamasi Kortikosteroid …………...… 36

2.5. Rimpang Temulawak (Curcumae Rhizoma)………... 36

2.5.1. Kegunaan rimpang Temulawak di Masyarakat... 37

2.5.2. Kandungan Kimia ... 38

2.5.3. Efek kerja curcumin ... 38

BAB III METODE PENELITIAN………...… 39

3.1. Rancangan Penelitian ………...… 39

3.2. Hewan Coba ………...… 40

3.3. Penentuan Besar Sampel ………...…… 40

3.4. Variabel Penelitian ………...… 40

3.5. Bahan dan Alat ………...…… 41

3.6. Prosedur Kerja ………...… 41

3.7. Analisis Statistik ………...…… 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………...………..… 43

4.1. Hasil dan Pembahasan ………...…… 43

4.2. Uji Hipotesa ………...…… 49

4.2.1. Hipotesa 1 ………...…… 49

4.2.2. Hipotesa 2 ………...… 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...…… 50

5.1. Kesimpulan ………...… 50

5.2. Saran ………...…… 50

DAFTAR PUSTAKA………...… 54

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………..…...… 57

(6)

DAFTAR TABEL

4.1 Hasil dan Pembahasan... 43 4.2 Hasil analisis uji lanjut dengan metoda Student Newman Keuls pada masing-masing kelompok... 44 4.3 Hasil jumlah perhitungan sel radang... 45 4.4 Hasil analisis uji lanjut dengan metoda Student Newman Keuls

pada masing-masing kelompok... 46

(7)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Innate Immunity and Inflamation... 5

2.2 Lapisan Fibrin Peritoneum pada Apendiksitis Akuta... 11

2.3 Leukosit Menempel pada Endothel Kapiler Pembuluh Darah (Marginasi Netrofil) di Daerah Inflamasi Paru... 12

2.4 Gerakan Ameboid Leukosit yang Melewati Dinding Vena Kecil 13 2.5 Sel Mast ………...… 17

2.6 Neutrofil ………...………...… 17

2.7 Eosinofil………....…...… 18

2.8 Basofil ………...….…... 18

2.9 Limfosit ………... 19

2.10 Makrofag ……….……...…… 19

2.11 Lapisan Tebal Fibrin pada Pericarditis Acuta yang Memberikan Gambaran Bread and Butter Appearance pada Pericardium Parietal dan Visceral………….….…………... 20

2.12 Pancreatitis Acuta dengan Destruksi Dinding Vascular... 21

2.13 Empyema pada Kandung Empedu ………... 21

2.14 Inflamasi Gangrenosa ………...… 22

2.15 Sel Datia Langhans ……….………... 27

2.16 Sel Datia Benda Asing ………...… 27

2.17 Sel Datia Touton ……….……...… 28

2.18 Skema Sintesis Prostaglandin dan Leukotrien………... 29

2.19 Anak dengan Dermatitis Alergika ………...…… 32

2.20 Dermatitis Kontak Alergika... 34

2.21 Rimpang Temulawak (Curcumae Rhizoma)…………...….. 36

4.1 Kontrol - ……… 47

4.2 Kontrol +……….………..…… 47

4.3 Dosis 1………...………... 48

4.4 Dosis 2………...……... 48

4.5 Dosis 3... 48

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1……… 51 Perhitungan konversi dosis... 51 LAMPIRAN 2……… 52 Hasil analisis statistik diameter peradangan pada dermatitis alergika

dengan hewan percobaan mencit ... 52 LAMPIRAN 3……… 53 Hasil analisis statistik jumlah sel radang pada dermatitis alergika dengan

hewan percobaan mencit ... 53

(9)

LAMPIRAN 1

PERHITUNGAN KONVERSI DOSIS

Infus Temulawak 10%

10 gr Temulawak dalam 100 cc dibuat menggunakan panci infuse

Konversi dosis III

12 gr Temulawak untuk manusia dikonversikan ke mencit 25 gr menjadi = 25/20 x 12 gr x 0,0026 = 0,039 gr (dalam 0,5 ml air)

Selanjutnya infuse Temulawak 10% ditambahkan air sampai 128,2 ml.

Konversi dosis II

6 gr Temulawak untuk manusia dikonversikan ke mencit 25 gr menjadi = 25/20 x 6 gr x 0,0026 = 0,0195 gr (dalam 0,5 ml air)

Dosis II = 20 cc dosis III + 20 cc air

Konversi dosis I

3 gr Temulawak untuk manusia dikonversikan ke mencit 25 gr menjadi = 25/20 x 3 gr x 0,0026 = 0,00975 gr (dalam 0,5 ml air)

Dosis I = 10 cc dosis II + 10 cc air

(10)

LAMPIRAN 2

HASIL ANALISIS STATISTIK DIAMETER PERADANGAN PADA DERMATITIS ALERGIKA DENGAN HEWAN PERCOBAAN MENCIT

One way analysis of variance Data source: data 1 in notebook. Normality test: failed (p < 0,001)

Test executor ended by user request, ANOVA on ranks begun kruskal-wallis one way analysis of variance on ranks

Data source: data 1 in notebook

group N missing

Gol 1 5 0

Gol 2 5 0

Gol 3 5 0

Gol 4 5 0

Gol 5 5 0

group median 25% 75%

Gol 1 0.000 0.000 0.000

Gol 2 9.100 8.450 10.388

Gol 3 0.000 0.000 0.410

Gol 4 0.000 0.000 0.130

Gol 5 0.000 0.000 0.000

H = 18,199 with 4 degrees of freedom (p = 0,001)

The different in the median values among the treatment groups are greater than would be expected by chances, there is a statistically significant difference (p = 0,001). To isolate the group or groups that differ from the others use a multiple comparison procedure.

All pair wise multiple comparison procedures (student newman keuls method)

Comparison Difference of ranks p q P < 0,05

2 vs 5 70.000 5 4.254 Yes

2 vs 1 70.000 4 5.252 Yes

2 vs 4 59.000 3 5.900 Yes

2 vs 3 51.000 2 7.533 Yes

3 vs 5 19.000 4 1.436 No

3 vs 1 19.000 3 1.900 No test needed

3 vs 4 8.000 2 1.182 No test needed

4 vs 5 11.000 3 1.100 No test needed

4 vs 1 11.000 2 1.625 No test needed

1 vs 5 0.000 2 0.000 No test needed

(11)

LAMPIRAN 3

HASIL ANALISIS STATISTIK JUMLAH SEL RADANG PADA DERMATITIS ALERGIKA DENGAN HEWAN PERCOBAAN MENCIT

One way analysis of variance Data source: data 1 in notebook. Normality test: failed (p < 0,001)

Test executor ended by user request, ANOVA on ranks begun kruskal-wallis one way analysis of variance on ranks

Data source: data 1 in notebook

group N missing

Gol 1 5 0

Gol 2 5 0

Gol 3 5 0

Gol 4 5 0

Gol 5 5 0

group median 25% 75%

Gol 1 24.000 22.500 29.250

Gol 2 338.000 278.000 351.000

Gol 3 134.000 128.750 137.500

Gol 4 115.000 100.250 118.500

Gol 5 66.000 63.500 66.750

H = 18,199 with 4 degrees of freedom (p < 0,001)

The different in the median values among the treatment groups are greater than would be expected by chances, there is a statistically significant difference (p < 0,001). To isolate the group or groups that differ from the others use a multiple comparison procedure.

All pairwise multiple comparison procedures (student newman keuls method)

Comparison Difference of ranks p q P < 0,05

2 vs 1 100.000 5 6.076 Yes

2 vs 5 75.000 4 5.669 Yes

2 vs 4 49.000 3 4.900 Yes

2 vs 3 26.000 2 3.840 Yes

3 vs 1 74.000 4 5.594 Yes

3 vs 5 49.000 3 4.500 Yes

3 vs 4 23.000 2 3.397 Yes

4 vs 1 51.000 3 5.100 Yes

4 vs 5 26.000 2 3.840 Yes

5 vs 1 25.000 2 3.693 Yes

(12)
(13)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Chandni P. Daryanani

Nomor Pokok Mahasiswa : 0210156

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 17 Januari 1986

Alamat : Jl. Asia Afrika no. 60 Bandung 40111

Riwayat Pendidikan :

Tahun 1996 : Lulus SD Nehru Memorial International School Bandung Tahun 1999 : Lulus SLTP Nehru Memorial International School Bandung Tahun 2002 : Lulus SMU YPS Bandung

Tahun 2002 : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen Maranatha Bandung 2002 (- sekarang )

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Dermatitis alergika merupakan suatu proses yang terjadi di kulit dan

tidak terlepas dari ruang lingkup proses inflamasi. Inflamasi merupakan

respon biologis berupa reaksi-reaksi kimiawi yang berurutan dan berfungsi

melindungi tubuh dari infeksi dan memperbaiki jaringan yang rusak akibat

trauma. Infeksi dan interaksi antigen – antibodi dalam jaringan yang terkena

akan melepaskan berbagai mediator inflamasi seperti histamin, serotonin,

bradikinin, enzim lisosim, prostaglandin dan leukotrien. Rangkaian reaksi

yang terjadi pada tempat jaringan yang cedera disebut reaksi radang atau

proses inflamasi. Pada jaringan yang terkena, biasanya didapati tanda-tanda

seperti: bengkak, kemerahan, panas, kaku, nyeri, dan daya gerak berkurang.

Obat yang dapat menekan pelepasan mediator kimiawi, dapat mengatasi

gangguan kulit pada penyakit alergika ini (Karnen Garna Bratawidjaja, 2004).

Di Indonesia, banyak tumbuhan yang digunakan sebagai obat

tradisional, salah satunya adalah temulawak. Khasiat temulawak sebagai obat,

secara empiris telah lama dikenal dan penelitian tentang manfaat temulawak

telah banyak juga dilakukan. Temulawak secara empiris antara lain dapat

digunakan sebagai obat anti inflamasi atau anti radang. Aktivitas anti

inflamasi, temulawak efektif untuk mengobati penyakit sendi, rematik atau

artritis rematik.

Penulis tertarik untuk meneliti efek temulawak dalam mengurangi

reaksi peradangan yaitu dengan menekan pelepasan mediator kimiawi

prostaglandin.

(15)

2

1.2 Identifikasi Masalah

• Apakah temulawak mengurangi diameter daerah peradangan pada kulit secara makroskopis pada dermatitis alergika dengan hewan coba mencit.

• Apakah temulawak mengurangi jumlah sel-sel radang pada lesi kulit secara mikroskopis pada dermatitis alergika dengan hewan coba mencit.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian adalah untuk mengetahui efek anti inflamasi temulawak

yang pada gilirannya dapat digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit

yang disertai proses peradangan seperti dermatitis.

Tujuan Penelitian adalah:

• Untuk mengetahui pengaruh temulawak terhadap berkurangnya diameter daerah peradangan secara makroskopis pada dermatitis

alergika dengan hewan coba mencit.

• Untuk mengetahui pengaruh temulawak terhadap berkurangnya jumlah sel-sel radang pada lesi kulit secara mikroskopis pada

dermatitis alergika dengan hewan coba mencit.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan akademis penelitian ini antara lain untuk memperluas cakrawala

ilmu farmakologi tumbuhan obat asli Indonesia khususnya temulawak

dalam mengatasi dermatitis alergika.

1.4.2 Kegunaan praktis penelitian ini sebagai dasar pengembangan kemajuan

pengobatan khususnya dermatitis alergika dengan menggunakan obat

tradisional seperti temulawak.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Pada dermatitis alergika, terjadi reaksi hipersensitivitas type 1 yang

mana alergen menstimulasi sel B untuk memproduksi IgE. Ikatan IgE ke

(16)

3

tersensilitisasi. Paparan allergen selanjutnya akan menyebabkan ikatan

silang dari IgE pada sel mast, dan menghasilkan degranulasi sel mast yang

melepaskan berbagai mediator seperti; prostaglandin, leukotrien,

tromboksan, dan histamine serta mengakibatkan terjadinya proses

inflamasi (Underwood, 1999).

Mediator inflamasi disintesis dari asam arakidonat. Arakidonat

dihasilkan dari phosfolipid membran sel yang kemudian akan berinteraksi

dengan phospholipase A2 dan phospholipase C. Selanjutnya asam

arakidonat akan mengalami metabolisme secara enzimatis maupun non

enzimatis menjadi mediator inflamasi melalui beberapa jalur. Mediator

seperti prostaglandin, tromboxane, dan prostasilin disintesis melalui jalur

siklooksigenase. Mediator leukotrien disintesis melalui jalur

lipooksigenase, sedangkan malondialdehida dan beberapa komponen

lainnya melalui jalur peroksidase (Price,1995).

Prostaglandin menyebabkan terjadinya inflamasi sedangkan

curcumin yang terdapat pada temulawak dapat menginhibisi enzim

siklooksigenase sehingga pembentukan prostaglandin dapat dicegah dan

reaksi radang dapat dikurangi (Suwijiyo Promono, 1995).

Dalam penelitian ini peneliti menilai pengaruh rimpang temulawak

(Curcumae Rhizoma) penghambat reaksi peradangan secara makroskopis dan mikroskopis.

1.5.2 Hipotesis

• Pemberian temulawak mengurangi diameter daerah peradangan secara makroskopis pada dermatitis alergika dengan hewan coba mencit.

• Pemberian temulawak mengurangi jumlah sel radang pada lesi kulit secara mikroskopis pada dermatitis alergika dengan hewan coba

(17)

4

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian prospektif eksperimental

laboratoris bersifat komparatif dengan menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan hewan coba mencit jantan

dewasa galur Swiss Webster umur 8 minggu dengan berat badan 25 gram. Penelitian ini menilai efek pemberian infusa temulawak terhadap model

dermatitis alergika pada hewan coba mencit.

Data yang diamati adalah diameter daerah peradangan dan jumlah sel

radang pada dermatitis alergika sebagai respon terhadap efek antialergi

temulawak.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Varian

(ANOVA) dilanjutkan uji lanjut dengan metoda Student Newman Keuls

dengan α = 0,05. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05.

1.7 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Dikerjakan pada bulan Februari

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pemberian infusa temulawak dapat mengurangi diameter daerah

peradangan secara makroskopis pada dermatitis alergika dengan hewan coba mencit.

2. Pemberian infusa temulawak dapat mengurangi jumlah sel radang secara

mikroskopis pada dermatitis alergika dengan hewan coba mencit.

5.2 Saran

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan sehingga masih perlu dilakukan penelitian lanjutan seperti:

1. Menggunakan sediaan infusa dengan dosis yang lebih akurat 2. Menggunakan bentuk sediaan galenik lain.

3. Uji toksisitas,sehingga temulawak dapat dikembangkan sebagai Herbal

Medicine, khususnya sebagai anti-inflamasi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

Kebudayaan meliputi ilmu, kepercayaan, kesenian, tata sosial, hukum, adat istiadat yang diperoleh dari anggota-anggota masyarakat.Bagi komunitas Titawai adat – istiadat merupakan

Tabel 4.5.. Untuk mengetahui tebal taksiran pelat beton apakah aman atau tidak digunakan analisa fatik dan erosi yang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.. Tebal pelat

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komponen fitokimia, pengaruh suhu pengeringan, angka lempeng total, aktivitas antioksidan dan tingkat toksisitas teh daun

HUBUNGAN KONDISI DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP

pada sisi permukaan. Menitik permukaan yang akan dibor, 10 mm dari tepi. Memasang benda kerja pada ragum dengan kuat. Memasang bor diameter 8 mm. Memulai pengeboran dan

Dalam analisis korelasi yang dicari adalah koefesien korelasi yaitu angka yang menyatakan derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen atau