PENDAHULUAN
Tujuan Penulisan
Melaksanakan atau menerapkan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit yang mengalami permasalahan nyaman dan nyeri dengan terapi Murattal di RSI SULTAN AGUNG Semarang.
Manfaat Penulisan
TINJAUAN TEORI
- Tujuan Asuhan Keperawatan Abortus
- Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Abortus
- Penatalaksanaan Abortus
- Konsep Asuhan Keperawatan Abortus Inkomplitus
- Pathways
Hasil pembuahan yang tersangkut di leher rahim dan disertai pendarahan hingga membesar dapat dikeluarkan secara digital. Jika terjadi perdarahan, kaji sisa hasil pembuahan dengan AVM (aspirasi vakum manual) dan D&K (pilihan tergantung pada usia kehamilan, pembukaan serviks dan keberadaan janin). Keluhan yang timbul pada saat klien berobat ke rumah sakit atau pada saat pemeriksaan, seperti terlambat haid, keluarnya darah dari vagina yang baru berhenti bila hasil pembuahan dikeluarkan, nyeri ulu hati atau kram perut, keluhan nyeri pada perut bagian bawah.
Mungkin ada perubahan untuk mengatasi permasalahan yang dialami karena terkadang klien mudah kesal dan khawatir. Apakah terdapat kelainan kepala dan leher seperti pembesaran tiroid, kelainan rambut, stomatitis, penyakit kuning atau anemia dan apakah terdapat kloasma gravidarum. Apakah terdapat nyeri dada, gerakan pernafasan, kebersihan payudara, hiperpigmentasi pada puting susu, pembesaran payudara. f) Perut.
Termasuk apakah ukuran fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan, apakah terdapat linea alba dan linea nigra serta selebihnya harus dilakukan operasi SC. g) Genetika. Merupakan informasi yang telah dikelompokkan kemudian dipisahkan berdasarkan informasi subjektif dan objektif sehingga dapat diidentifikasi permasalahannya. Implementasi adalah tindakan yang konsisten dengan apa yang direncanakan, termasuk tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri merupakan tindakan keperawatan berdasarkan analisa dan kesimpulan perawat tanpa adanya keputusan dari tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaboratif merupakan tindakan keperawatan berdasarkan hasil keputusan bersama dengan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan pengkajian adalah untuk menyelesaikan rencana tindakan keperawatan, memodifikasi rencana tindakan keperawatan dan melanjutkan tindakan keperawatan baik secara mandiri maupun bersama-sama (Nikmatur, 2012).
Hasil observasi langsung perawat terhadap klien dan apa yang dialami klien setelah mencoba tindakan keperawatan. Analisis merupakan permasalahan keperawatan yang masih ada akibat adanya perubahan status kesehatan klien, yang informasinya teridentifikasi dalam informasi subjektif dan objektif. Perencanaan keperawatan harus dilanjutkan, dihentikan, atau dimodifikasi dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
- Diagnosa Keperawatan
- Intervensi
- Implementasi
- Evaluasi
Asupan makan klien adalah 1 porsi nasi, klien menyatakan tidak mengalami kehilangan nafsu makan dan sebelum dilakukan kuretase klien menyatakan puasa 6 jam dari WIB. Saat tidur siang hari, klien mengatakan tidak terbiasa tidur siang; jika dia tidur sekitar 30 menit dia akan mudah bangun. Pada saat dilakukan pemeriksaan terhadap Ny. S pada tanggal 27 Januari 2021 pukul 17.00 WIB, klien melaporkan mengalami nyeri pada daerah perut, nyeri terasa seperti dicubit dan nyeri datang dan pergi. 2 menit.
Pengkajian pada tanggal 27 Januari 2021 pukul 21.00 WIB menunjukkan bahwa dari data subjektif klien dikatakan sulit tidur dan ketika tertidur mudah terbangun, klien mengatakan pola tidurnya berubah, klien mengatakan demikian. tidak merasa cukup. istirahat dengan diagnosis objektif 120/75 mmHg, N: 95x/menit, RR: 22x/menit, S:36 C. Evaluasi dilakukan keesokan harinya pada tanggal 28 Januari 2021 pukul 08 WIB, diperoleh data subjektif dari klien yang menyatakan yang tidak bisa istirahat, klien mengatakan kedinginan, dan klien mengatakan sulit tidur. Pukul 09.00 dilakukan evaluasi diagnosa ketiga yaitu : klien mengatakan perasaan nyaman bertambah, klien tampak tenang, masalah teratasi.
Berdasarkan penelitian yang diperoleh, penulis menegakkan diagnosis awal nyeri kronis yang berhubungan dengan zat berbahaya secara fisiologis. Masalah pola tidur adalah masalah kualitas dan kuantitas tidur karena aspek (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018), karena informasi subjektif yang diperoleh dari klien mengatakan bahwa klien sulit tidur, jika tidur mudah terbangun. , klien menyatakan pola tidurnya berubah, klien menyatakan kurang istirahat. Dari hasil observasi dan wawancara, penulis mengutamakan diagnosis nyeri yang berhubungan dengan agen cedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma) sebagai prioritas utama karena diperoleh informasi subjektif dari klien yang mengatakan bahwa mereka mengalami nyeri pada perut bagian bawah. daerah punya. , nyeri seperti ditekan, nyeri hilang setelah kurang lebih 2 menit, sebaliknya informasi obyektif klien tampak meringis, tampak cemas, dengan tekanan darah 120/75 mmHg, denyut nadi 88x/menit, frekuensi pernapasan 20x /menit , suhu 36,7 C.
Dalam diagnosis nyeri kronik berhubungan dengan agen cedera fisiologis, tujuan keperawatan yang ditegakkan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 8 jam nyeri teratasi dengan kriteria hasil keluhan nyeri pada pasien menurun dari skala 5 menjadi 3. , seringai pada pasien berkurang, kekhawatiran pada pasien berkurang, dan kesusahan mengurangi tidur penderitanya. Terdapat pula tujuan keperawatan pada diagnosa ketiga yaitu masalah rasa aman berhubungan dengan masalah stimulus lingkungan, yaitu setelah mencoba asuhan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan masalah rasa aman berkurang sehingga timbul keluhan. ketidakpastian akan berkurang dan kekhawatiran akan berkurang. Penulis melakukan salah satu penerapan keperawatan non farmakologi pada prioritas diagnosis nyeri kronik terkait obat cedera fisiologis yaitu pengobatan murattal Al-Quran.
Penilaian dilakukan pada tanggal 27-28 Januari 2021. Pengkajian terakhir menghasilkan : Nyeri kronik berhubungan dengan zat berbahaya fisiologis Pada diagnosa ini penulis telah melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan penyelesaian masalah nyeri kronik. Pembatasan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur dari pengkajian keperawatan yang telah penulis upayakan selama 3x8 jam yaitu dengan bantuan kriteria yang ditetapkan. Permasalahan pembatasan pola tidur teratasi karena klien dapat tidur dengan aman dalam lingkungan yang telah diubah oleh penulis. Masalah rasa aman berhubungan dengan masalah stimulus area berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan selama 3x8 jam yaitu dengan kriteria kecemasan berkurang dan rasa aman berkurang karena klien merasa nyaman dan tenang.
S dengan prekuretase aborsi inkomplit, nyeri kronis berhubungan dengan agen bahaya fisiologis, diagnosis kedua keterbatasan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur, dan diagnosis ketiga keterbatasan keamanan berhubungan dengan keterbatasan stimulus area. Tindakan keperawatan pada masalah pola tidur non farmakologi adalah dengan memberikan dukungan tidur dan untuk diagnosa akhir dengan diagnosis non farmakologi masalah rasa aman adalah dengan memberikan terapi relaksasi.
PEMBAHASAN