ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS INKOMPLIT POST KURETASE PADA NY. A DI BANGSAL BERSALIN BUDI RAHAYU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR MAGELANG
KTI
Di susun untuk memenuhi sebagian syarat Ujian Akhir Program Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang
Oleh:
Dyah Sari Romadona P17420512013
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG JURUSAN KEPERAWATAN MAGELANG POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG MEI, 2015
ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS INKOMPLIT POST KURETASE PADA NY. A DI BANGSAL BERSALIN BUDI RAHAYU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR MAGELANG
KTI
Di susun untuk memenuhi sebagian syarat Ujian Akhir Program Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang
Oleh:
Dyah Sari Romadona P17420512013
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG JURUSAN KEPERAWATAN MAGELANG POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG MEI, 2015
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ‘’Asuhan Keperawatan Abortus Inkomplit Post Kuretase Pada Ny. A Di Bangsal Bersalin Budi Rahayu RSUD Tidar Magelang’’.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini digunakan dalam rangka Ujian Akhir Komprehensif untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan program Diploma III Keperawatan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Semarang Program Studi Keperawatan Magelang Tahun Akademik 2015.
Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak menghadapi masalah dan hambatan. Tetapi, berkat bantuan, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak maka laporan ini dapat di selesesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Sugiyanto, S.Pd, M.APP, Sc., Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan studi khususnya daam pembuatan Laporan Kasus..
2. Budi Ekanto, S.Kp., M.Sc Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan studi khususnya dalam pembuatan Laporan Kasus..
Magelang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan studi khususnya dalam pembuatan Laporan Kasus.
4. Wiwin Renny. R, S.ST, S.Pd, M.Kes pembimbing sekaligus penguji Laporan Kasus ini.
5. Direktur Rumah Sakit Umum Tidar Kota Magelang.
6. Tim Penguji Uji Akhir Program keperawatan maternitas: Wiwin Renny. R, S.ST, S.Pd, M.Kes; Sri Adiyati, S.Pd, S.Kep; Tulus Puji Hastuti S.Kep, Ns., M.Kes.
7. Seluruh dosen dan karyawan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Semarang Program Studi Keperawatan Magelang, yang telah memberikan ilmu, bimbingan, bantuan dan arahan selama penulis menempuh pendidikan dan awalan hingga akhir.
8. Orang tua dan adik tersayang yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat selama penulisan Karya Tulis Ilmiah.
9. Sahabat yang telah memberikan semangat dan dukungan serta doanya selama penulisan Karya Tulis Ilmiah.
10. Latief Maulana yang telah memberikan dukungan, semangat, dan doanya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuannya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masihjauh dari sempurna, masih terdapat kekurangan yang penulis belum atau tidak mengetahuinya. oleh
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan laporan ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pembaca, Amin.
Magelang, Mei 2015
Penulis
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penulisan ... 4
B. Manfaat penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Abortus 1. Pengertian Abortus ... 6
2. Klasifikasi Abortus ... 7
3. Diagnosis dan Manifestasi Klinis Abortus ... 8
4. Etiologi Abortus ... 10
5. Patofisiologi Abortus... 11
6. Pathways Abortus ... 13
8. Penatalaksanaan Abortus ... 15
9. Pemeriksanaan Penunjang ... 17
10. Komplikasi ... 18
B. Proses Keperawatan 1. Pengkajian Fokus... 19
2. Pemeriksaan Fisik ... 22
3. Diagnosa Keperawatan ... 24
4. Perencanaan Tindakan ... 30
5. Evaluasi ... 40
BAB III LAPORAN KASUS A.Biodata (biographic information) ... 42
B.Pengkajian (Assessment) ... 43
1.Riwayat keperawatan (nursing history) ...43
2.Pemeriksaan fisik ...45
3.Pengkajian fokus ...46
4.Pemeriksaan diagnostik ...48
C.Perumusan masalah ...49
D.Perencanaan (plan) ...51
E.Pelaksanaan ...55
F.Evaluasi ...57
BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A.Pembahasaan ...62
2. Diagnosa ...66
3. Intervensi ...73
4. Implementasi ...73
5. Evaluasi ...75
B.Simpulan ...77 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Tabel Halaman 2.1 Manifestasi klinis abortus menurut derajatnya………10
Gambar Halaman 2.1 Pathway Abortus………12 2.2 Penatalaksanaan Abortus……….. 15
Lampiran
1. Asuhan Keperawatan Ny. A 2. SAP abortus
3. Leaflet abortus inkomplit 4. Lembar Bimbingan 5. Daftar Riwayat Hidup
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus keguguran pada masa kehamilan sering terjadi saat ini.
Terjadinya keguguran menjadi tragedi bagi kaum ibu (kira-kira lebih dari 20% dari total kehamilan). Sekitar 80% dari keguguran tersebut terjadi pada bulan ketiga, antara minggu 8 dan 12 karena faktor hormonal (Dr.
Athif, 2012). Kata abortus bersinonim dengan keguguran, meskipun dalam dunia medis, kata itu sering dipertukarkan. Kata abortus oleh orang awam di anggap sebagai penghancuran kehamilan dengan disengaja saja, oleh karena itu kata keguguran untuk menunjukkan kematian janin spontan sebelum janin dapat bertahan hidup di dalam kandungan.
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010). F. Gary Cunningham (2013, p.226) mendefinisikan abortus sebagai persalinan kurang bulan sebelum usia janin yang memungkinkan untuk hidup.
World Health Organization (WHO) (2009), sebanyak 4,2 juta abortus terjadi di Asia Tenggara, dimana Indonesia merupakan salah satu Negara bagian di Asia Tenggara, yang mempunyai angka kematian paling tinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu 248 per 100.000 kelahiran hidup, bisa diartikan 50 ibu meninggal setiap hari, disebabkan oleh perdarahan,
infeksi, eklamsi, partus lama, dan komplikasi abortus. Angka kematian ibu hamil di Jawa Tengah sebanyak 11% akibat abortus tercatat sebesar 141 pada tahun 2011 (Dinkes Pemprov Jateng, 2012) dan berdasarkan data angka abortus di Bangsal Budi Rahayu RSUD Tidar Magelang terdapat 157 kasus dengan abortus inkomplit rata-rata usia 20-25 tahun, 87 abortus imminen rata-rata usia 22-32 tahun, 33 missed abortus, 3 abortus insipien, dan 1 abortus komplet (Rekam Medis Budi Rahayu, Januari – Oktober 2014). Data tersebut menunjukkan masih tinggi angka kejadian abortus inkomplit.
Resiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas dan semakin bertambahnya usia ibu. Usia kehamilan saat terjadinya abortus dapat memberi gambaran tentang penyebab dari abortus tersebut. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik (Prawirohardjo, 2009 dan SPMPOGI, 2006). Widyastuti (2007 : 3), Estimasi Nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus abortus di Indonesia, artinya terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup pada perempuan usia 15-49 tahun. Angka tersebut diatas angka kejadian Abortus Inkomplit menempati urutan paling atas yaitu sebesar 34 kasus (80%).
Abidin (2011, p.8) menyatakan “kejadian abortus merupakan kejadian yang sering dijumpai tetapi masyarakat masih menganggap abortus sebagai kasus yang biasa. Komplikasi abortus termasuk abortus inkomplit yang dapat menyebabkan kematian ibu antara lain karena
perdarahan dan infeksi. Perdarahan yang terjadi selama abortus dapat mengakibatkan pasien menderita anemia sehingga dapat meningkatkan risiko kematian ibu. Infeksi juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami abortus dan menyebabkan pasien tersebut mengalami sepsis sehingga terjadi kematian ibu. Komplikasi lain dari abortus inkomplet yaitu infeksi, perforasi, dan syok. Perdarahan akibat abortus inkomplit pada kehamilan tahap lebih lanjut kadang parah tetapi jarang mematikan, sehingga pada wanita dengan kehamilan tahap lebih lanjut atau dengan perdarahan hebat, evakuasi segera dilakukan. Jika terjadi demam maka pasien diberi antibiotik yang sesuai sebelum kuretase (F. Gary Cunningham, 2013).
Dampak psikologis juga ikut berperan sebagai dampak akibat kejadian abortus yang di alami klien. Lebih dari 90 persen wanita yang telah mengalami abortus memberikan reaksi berkabung dan mengalami stress karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada janinnya.
Mereka merasa stres karena diminta untuk beristirahat di tempat tidur tanpa penjelasan lebih lanjut (Derek Llewellyn, 2001). Beberapa dampak tersebut dapat menyebabkan klien merasa tidak berdaya.
Kejadian-kejadian abortus dan angka prevalensi abortus inkomplit di atas, penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS INKOMPLIT POST KURETASE PADA NY. A DI BANGSAL BERSALIN BUDI RAHAYU RSUD TIDAR KOTA MAGELANG”.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum
Menggambarkan kompetensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan pendekatan studi kasus abortus inkomplit.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin penulis capai dalam penulisan asuhan keperawatan ini adalah :
a. Dapat menggambarkan kemampuan penulis dalam mengkaji pasien tentang identitas klien, riwayat keperawatan klien, pengkajian fungsional, pemeriksaan fisik, data pemeriksaan diagnostik.
b. Dapat menggambarkan kemampuan penulis dalam menegakkan diagnosa keperawatan sesuai data-data yang diperoleh.
c. Dapat menggambarkan kemampuan penulis dalam merumuskan rencana tindakan untuk pasien abortus inkomplit..
d. Dapat menggambarkan kemampuan penulis dalam implementasi tindakan.
e. Dapat menggambarkan kemampuan penulis dalam melakukan evalusi asuhan keperawatan.
C. Manfaat Penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Ibu Hamil
Dapat memberikan informasi kepada ibu tentang bagaimana cara mencegah terjadinya abortus inkomplit.
2. Tenaga Kesehatan
Dapat memberikan masukan pada tenaga kesehatan yang lain untuk terus memberikan asuhan keperawatan untuk pasien abortus inkomplit sesuai dengan kebutuhan pasien yang di butuhkan.
3. Institusi Pendidikan
Dapat menjadikan masukan dalam memberikan materi khususnya dalam perawatan pasien abortus inkomplit.
4. Rumah Sakit
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan pasien abortus inkomplit.
5. Penulis
Syarat memenuhi tugas akhir dan dapat menambah pengalaman dalam penyusunan dan tindakan asuhan keperawatan abortus inkomplit tentang pengkajian pasien abortus inkomplit., cara menegakkan diagnosa keperawatan, dan tindakan yang dilakukan untuk pasien abortus inkomplit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Abortus
1. Pengertian Abortus
a. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran premature (dr.Taufan, 2010)
b. Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup. Definisi lain yang sering digunakan adalah keluarnya janin-neonatus yang beratnya kurang dari 500 gram (F. Gary C, 2006).
c. Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Hanifa Wiknjosastro, 2005).
Kesimpulan dari beberapa pengertian para ahli di atas, abortus inkomplit adalah keluarnya sebagian hasil pertemuan sel sperma dan sel ovum dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal, sebelum mampu
dalam kandungan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sehingga janin belum dapat bertahan di dalam kandungan.
2. Klasifikasi Abortus
Klasifikasi abortus menurut dr. Taufan, 2010, p. 11), klasifikasi abortus yaitu abortus spontan, buatan dan terapeutik. Abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 20 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik.
Kalsifikasi abortus berdasarkan jenisnya menurut Anik dan Yulianingsih (2009, p. 15-19) antara lain sebagai berikut :
a. Abortus imminiens adalah abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan pervaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam uterus.
b. Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap didalam uterus.
c. Abortus Inkomplit adalah abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
d. Abortus Komplit adalah abortus dimana seluruh hasil konsepsi telah keluar dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
e. Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus tel ah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
f. Abortus Infeksius dan abortus septik adalah abortus infeksius, adanya abortus yang disertai dengan infeksi genital.
g. Abortus Habitualis adalah abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut-turut atau lebih.
3. Diagnosis dan Manifestasi Klinis abortus
Terjadinya abortus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengalami atau mengeluh perdarahan per vaginam setelah menstruasi terlambat dan sering merasa mules. Akan tetapi, setiap diagnosis – diagnosis abortus mempunyai manifestasi klinis yang berbeda- beda menurut derajat perdarahannya, derajat pembukaan serviks, derajat besarnya uterus, dan adanya gejala lainnya. Tabel di bawah ini akan membahas menifestasi klinis menurut derajat perdarahan, derajat pembukaan serviks, derajat besarnya uterus, dan gejala lainnya berdasarkan masing-masing diagnosis abortus.
Tabel 2. 1
Manifestasi klinis abortus menurut derajatnya.
Diagnosis
Derajat Perdarahan Serviks
Besar
uterus Gejala lain Abortus
Imminiens
sedikit hingga sedang
Tertutup sesuai umur kehamilan
Plano test (+), kram, uterus
lunak Abortus
Insipiens
sedang hingga
banyak Terbuka
sesuai atau lebih
kecil
Kram, uterus lunak
Abortus Inkomplit
sedikit hingga
banyak Terbuka
Lebih kecil dari
umur kehamilan
Kram, keluar jaringan uterus
lunak
Abortus Komplit
sedikit atau tidak
ada
Lunak (terbuka
atau tertutup)
Lebih kecil dari
umur kehamilan
sedikit/kram (+), uterus
kenyal
Missed Abortion
agak kenyal dan tertutup
agak kenyal
dan tertutup
Lebih kecil dari
umur kehamilan
gejala kehamilan menghilang,
uterus tak membesar
(Anik dan Yulianingsih 2009, p. 19)
Tanda dan gejala abortus inkomplit menurut Anik dan Yulianingsih (2010, p. 23) adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan sedikit atau banyak dan terdapat bekuan darah.
b. Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat.
c. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
d. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
e. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok.
4. Etiologi Abortus
Penyebab abortus sering kali di dahului oleh kematian mudigah atau janin, oleh karena itu perlu dipastikan faktor penyebab kematian janin. Tetapi dari macam-macam abortus di atas, janin biasanya meninggal sebelum ekspulsi. Menurut Hanifa Wiknjosastro (2005, p. 303) hal-hal yang dapat menyebabkan abortus adalah sebagai berikut :
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau kecacatan. Factor-faktor yang menyebabkan kelainan pada pertumbuhan di anataranya yaitu :
1) Kelainan kromosom, seperti trisomi 18, trisomi 21 dan poliploidi.
2) Lingkungan kurang sempurna, bila lingkungan endometrium di sekitar implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan hasil konsepsi terganggu.
3) Pengaruh dari luar, seperti radiasi, obat-obatan, dan lain sebagainya.
b. Kelainan pada plasenta
Endareritis terjadi di villi koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
c. Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria yang dapat menyebabkan abortus karena toksin, bakteri, virus atau plasmodiummasuk ke janin melalui plasenta, sehingga menyebabkan kematian janin kemudian terjadi abortus.
d. Kelainan Traktus Genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan uterus menyebabkan abortus.
5. Patofisiologi Abortus
Perdarahan dalam desidua basalis terjadi pada awal abortus kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Usia kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas
umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, di susul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap, peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.
Hasil konsepsi pada abortus dapat berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum) mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion), apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat maka ia diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola krueta, bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semaunya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberosa dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion, pada abortus inkomplit masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak sekali sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan (Winkjosastro, 2006, p. 303).
6. Pathways
Di kembangkan oleh Winkjisastro 2005, Williams 2006, dan Sarwono 2010
7. Diagnosis Abortus
Tindakan klinis yang dapat dilakukan untuk mengetahui terjadinya abortus menurut Anik Maryunani dan Yulianingsih (2009, p.
17-18) antara lain :
a. Terlambat haid atau amenorea kurang dari 20 minggu.
b. Pemeriksaan fisik yang terdiri dari keadaan umum tampak lemah, tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan suhu badan normal atau meningkat (jika keadaan umum buruk, lakukan resusitasi dan stabilisasi)
c. Adanya perdarahan pervaginam yang dapat disertai keluarnya jaringan janin, mual dan nyeri pinggang akibat kontraksi uterus (rasa sakit atau kram perut diatas daerah synopsis).
d. Pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan janin, dan tercium/tidak bau busuk dari vulva inspekulo.
e. Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, dan ada/tidak jaringan busuk dari ostium.
f. Pada Periksa Dalam, dengan melihat porsio masih terbuka atau sudah tertutup teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada saat perabaan adneksa dan kavum Douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
8. Penatalaksanaan Abortus
(dr. Taufan, 2010, p. 251) Penatalaksanaan abortus inkomplit menurut Anik dan Yulianingsih (2009, p.n 23-24), yaitu sebagai berikut :
a. Bila disertai syok karena perdarahanm diberikan infuse cairan fisiologis NaCl atau Ringer Laktat dan trasfusi darah selekas mungkin
b. Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan dengan kuret tajam dan diberikan suntikan untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, dilakukan pengeluaran plasenta secara manual.
d. Diberikan antibiotika untuk mencegah infeksi.
Syok pada abortus inkomplit teratasi, dilakukan kuretase.
Kuretase adalah suatu teknik dimana bibir serviks anterior dijepit dengan tenakulum bergerigi dan diberikan anestetik local disuntikkan secara bilateral ke dalam serviks. (F. Gary Cunningham, 2006, p.
970).
Teknik dilatasi dan kuretase adalah dilator Hegar, Hank, atau Pratt sampai kanula penghisap yang sesuai dimasukkan. Memilih kanula disesuaikan terhadap pertimbangan, kanula kecil memiliki risiko tersisanya jaringan intrauterus pascapembedahan sementara kanula besar berisiko cedera serviks dan rasa tidak nyaman. Jari tangan keempat dan kelima dari tangan yang memasukkan dilator didorong melalui ostium internus. Pemasangan sonde uterus untuk mengukur kedalaman dan arah rongga uterus sebelum insersi kanula.
Kanula penghisap didorong kearah fundus dan kemudian ditarik kearah ostium dan diputar secara berkeliling untuk mencakup keseluruhan permukaan rongga uterus. Kuretase tajam dilakukan jika tidak ada lagi jaringan yang terhisap untuk membersihkan semua potongan jaringan janin atau plasenta (F. Gary Cunningham, 2013, p.241).
Perawatan pasca kuretase menurut Bibilung (2007, p. 56), perawatan setelah kuretase pada umumnya sama dengan operasi lain sebagai berikut :
1. Ibu harus menjaga daerah kemaluannya pasca kuretase dengan baik 2. Tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat.
3. Tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang.
4. Meminum obat secara teratur, seperti antibiotik dan analgetik.
5. Konsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein.
6. Personal hygiene yang baik.
Menganjurkan untuk ibu beristirahatkan uterus pasca tindakan kuretase sampai kondisi sehat dan siap hamil kembali, terutama bila kuretase saat kondisi kehamilan tua karena kondisi uterus sudah membesar sehingga perlu istirahat. Teknik kuretase dilakukan pada saat kehamilan masih muda (batasannya hingga 20 minggu) kehamilan bisa dilakukan lebih cepat jika ibu sudah merasa siap.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang abortus menurut dr. Taufan (2010, p.
22) adalah sebagai berikut :
a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
b. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah 10. Komplikasi
Abortus yang terjadi berulang-ulang atau abortus tanpa penanganan lebih lanjut ataupun abortus yang tidak aman akan menyebabkan komplikasi. Komplikasi abortus menurut dr. Taufan (2010, p.21) sebagai berikut :
a. Perdarahan
Pada abortus komplitus, perdarahan akan terjadi banyak dan akan mengakibatkan kematian. Sedangkan pada abortus inkomplitus, perdarahan akan terjadi terus-menerus sehingga dapat mengakibatkan gangguan koagulasi yang pada akhirnya menyebabkan anemia dan kematian. Perdarahan dapat diatasi dengan pengolongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi dan dampak dari kuretase akan menyenankan perforasi pada dinding uterus yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehamilan berikutnya. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti jika ada tanda
bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkompletus yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortion). Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
B. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Abortus 1. Pengkajian Fokus
Pengkajian fokus menurut Doenges (2001, p.236) adalah : a. Sirkulasi
Adanya perdarahan pervaginam, amenorea < 20 minggu, terlambat menstruasi, riwayat peningkatan tekanan darah, masalah jantung, edema, penurunan pengisian vena, peningkatan nadi, penurunan volume darah, riwayat penyakit vaskuler, hematokrit meningkat, suhu
badan meningkat (jika keadaan umum buruk, lakukan resusitasi dan stabilisasi).
b. Eliminasi
Penurunan haluaran urine, konsentrasi urine meningkat, nyeri saat defekasi, darah merah segar menyertai pengeluaran feses, penggunaan kateterisasi, penurunan volume feses, penurunan frekuensi defekasi, pola defekasi menurun (konstipasi), mengejan saat defekasi, tidak mampu mengeluarkan feses, penggunaan laksatif, karakter feses, defekasi terakhir, adanya hemoroid, adanya perdarahan dalam pengeluaran feses, peningkatan frekuensi perkemihan, karakter urine, riwayat penyakit ginjal, riwayat penyakit diuretik, perasaan penuh pada rektum, peningkatan tekanan abdomen.
c. Makanan / cairan
Penolakan makan dan minum, kebiasaan diet, frekuensi makanan dalam sehari, terjadi mual muntah, penurunan berat badan, membran mukosa kering, adanya alergi, anoreksia, adanya nyeri ulu hati, perubahan selera makan, merasa cepat kenyang, penurunan turgor kulit dan lidah.
d. Aktivitas/istirahat
Enggan untuk tidur, keterbatasan aktifitas, kebiasaan tidur, pembatasan aktivitas karena tindakan kuretase, gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur, dan menyeringai), kebiasaan aktivitas, ketidaknyamanan / dispnea saat beraktivitas, kelemahan.
e. Nyeri/ kenyamanan
adanya kontraksi uterus, rasa mules, kram perut atas simfisis, kram kaki, adanya nyeri tekan dan bengkak pada payudara, nyeri abdomen, nyeri tekan abdomen, nyeri punggung, lokasi nyeri, intensitas, frekuensi, dan kualitas nyeri, faktor pencetus nyeri, ekspresi wajah, posisi klien untuk menghindari nyeri, bukti nyeri dapat di amati, pucat.
f. Keamanan
Riwayat penyakit dan inflamasi pelvis, gerakan janin, keluarnya jaringan hasil konsepsi.
g. Seksualitas
Perdarahan vagina, rentang dari bercak-bercak sampai perdarahan nyata, riwayat abortus sebelumnya, catat perkiraan tanggal lahir peningkatan progresif pada ukuran uterus missal TFU, posisi uterus, perubahan payudara, pembesaran jaringan adiposa.
h. Integritas Ego
Kehamilan mungkin sudah atau belum direncanakan, mungkin sangat cemas/ketakutan akan kehilangan, menunjukan masalah keputusasaan, ekonomi dan rencana individu untuk masa datang, kemungkinan merasakan penolakan misal kehilangan kontak dengan pasangan pria, perubahan status mental, ansietas, perilaku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan berlebih, peka rangsangan, menghela nafas panjang), afektif (gelisah, kesedihan yang mendalam, distress, ketakutan, gugup, perasaan tiak adekuat, gembira berlebihan, marah,
menyesal, perasaan takut, ketidakpastian, dan khawatir); fisiologis (wajah tegang, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, terguncang, gemetar, dan suara bergetar), marah, menyalahkan, merasa terpisah, putus asa, distress psikologis, memberi makna kehilangan, perilaku panik, dan kepedihan.
i. Penyuluhan atau Pembelajaran
Harapan individu terhadap tindakan abortus dan kehamilan selanjutnya, tingkat pengetahuan, pengalaman, keinginan terhadap anak, mengungkapkan masalah secara verbal, tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abortus menurut Saktya Airlangga (cit.Johnson dan Taylor, 2005 : 39), 2012, p. 17) adalah sebagai berikut :
a. Inspeksi
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, dan adanya keterbatasan fisik.
b. Palpasi :
1) Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
2) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
3) Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan / tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.
c. Perkusi
a) Menggunakan jari : ketuk lutut, dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, masa atau konsolidasi.
b) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks / gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
d. Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/ paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
Pemeriksaan Ginekologi abortus inkomplit menurut Saktya Airlangga (cit.Johnson dan Taylor, 2005 : 39), 2012, p. 8) adalah sebagai berikut :
a. Inspeksi vulva, meliputi perdarahan pervaginam, bekuan darah, jaringan keluar sebagian.
b. Pemeriksaan dalam spekulum, meliputi perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka, tampak jaringan keluar dari ostium, cairan/jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan colok vagina, meliputi portio terbuka, teraba jaringan dalam cavum uteri, besar uteri lebih kecil dari usia kehamilan, nyeri pada porsio digoyang, nyeri perabaan adneksa, terasa tumor/tidak, cavum douglasi menonjol nyeri/tidak.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Judith M. Wilkinson (2013) : a. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Definisi : berisiko terhadap invasi organism patogen
Faktor risiko : penyakit kronis, penekanan system imun, ketidakadekuatan imunitas dapatan, pertahanan primer tidak adekuat ( misal kulit luka, trauma jaringan, penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh, perubahan pH sekresi dan gangguan peristaltik), pertahanan lapis kedua yang tidak memadai (misal hemoglobin turun, leukopenia, dan supresi respons inflamasi), peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen, pengetahuan yang kurang untuk menghindari pajanan patogen, prosedur invasif, malnutruisi, agens farmasi (misal obat imunosupresi), ketuban pecah, kerusakan jaringan, trauma.
b. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus yang kuat
Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti (International Association for the Study of Pain); awitan dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
Batasan Karakteristik : 1) Subyektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat.
2) Obyektif
Posisi untuk menghindari nyeri, perubahan tonus otot, respons autonomic (misal perubahan tekanan darah, penafasan, atau nadi;
dilatasi pupil), perubahan selera makan, perilaku distraksi (misalnya, mondar-mandir, mencari orang dan/atau aktivitas berulang), perilaku ekspresif (misalnya, gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsangan, dan menghela nafas panjang), wajah topeng (nyeri), perilaku menjaga atau sikap melindungi, fokus menyempit (misalnya, gangguan persepsi waktu, gangguan proses pikir, interaksi dengan orang lain menurun), bukti nyeri yang dapat diamati, berfokus pada diri sendiri, gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur dan menyeringai), dan pucat.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Definisi : penurunan cairan intravascular, interstisial, atau intrasel.
Diagnosis ini merujuk pada dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.
Batasan Karakteristik :
1) Subyektif Haus 2) Obyektif
Perubahan status mental, penurunan turgor kulit dan lidah, penurunan haluaran urine, penurunan pengisian vena, kulit dan membrane mukosa kering, hematokrit meningkat, suhu tubuh meningkat, peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume dan tekanan nadi, konsentrasi urine meningkat, penurunan berat badan tiba-tiba, kelemahan.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, kepekaan uterus Definisi : ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologi untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan.
Batasan Karakteristik : 1) Subyektif
Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas dan melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
2) Obyektif
Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respons terhadap aktivitas dan perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia.
e. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
Definisi : penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai pengeluaran feses yang sulit atau tidak lampias atau pengeluaran feses yang sangat keras dan kering.
Batasan Karakteristik : 1) Subyektif
Nyeri abdomen, nyeri tekan abdomen, anoreksia, perasaan penuh pada rektum, kelelahan umun, sakit kepala, peningkatan tekanan abdomen, indigesti, mual, nyeri saat defekasi.
2) Obyektif
Darah merah segar menyertai pengeluaran feses, perubahan suara abdomen (borborigmi), perubahan pola defekasi, penurunan frekuensi, penurunan volume feses, distensi abdomen, feses kering keras padat, bising usus hipoaktif, masa abdomen dapat di palpasi, bunyi pekak pada perkusi abdomen, flatus berat, mengejan saat defekasi, tidak mampu mengeluarakan feses, dan muntah.
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
Definisi : asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Batasan karakteristik : 1) Subyektif
Kram abdomen, nyeri abdomen, menolak makan, indigesti, persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan, melaporkan
perubahan sensasi rasa, merasa cepat kenyang setelah mengkonsumsi makanan.
2) Obyektif
Pembuluh kapiler rapuh, diare, bising usus hiperaktif, membran mukosa pucat, menolak untuk makan.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi yang diperoleh.
Definisi : tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topil tertentu.
Batasan karakteristik : 1) Subyektif
Mengungkapkan masalah secara verbal 2) Obyektif
Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat, perfoma uji tidak akurat, dan perilaku yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan
h. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan mengenai prosedur dan perawatan pasca prosedur.
Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekahawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan
memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik :
Perilaku (penurunan produktivitas, gelisah, memandang sekilas, insomnia, kontak mata buruk, resah, menyelidik dan tidak waspada);
afektif (gelisah, kesedihan yang mendalam, distress, ketakutan, gugup, perasaan tiak adekuat, gembira berlebihan, marah, menyesal, perasaan takut, ketidakpastian, dan khawatir); fisiologis (wajah tegang, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, terguncang, gemetar, dan suara bergetar); parasimpatis (diare, pingsan, keletihan, gangguan tidur, mual, nyeri abdomen, dan urgensi berkemih); simpatis (anoreksia, mulut kering, jantung berdebar-debar, peningkatan nadi, peningkatan refleks, dan dilatasi pupil); kognitif (konfusi, blocking pikiran, penurunan lapang pandang, dan kesulitan berkonsentrasi).
i. Berduka berhubungan dengan kematian janin sekunder akibat kehilangan, rasa bersalah.
Definisi : proses kompleks yang normal yang mencakup respond an perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika individu, keluarga, dan komunitas menghadapi kehilangan aktual, kehilangan yang di antisipasi, atau persepsi kehilangan ke dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Batasan karakteristik : 1) Subyektif
Marah, menyalahkan, merasa terpisah, putus asa, mengalami peredaan, nyeri, pertumbuhan personal, distress psikologis, dan kepedihan.
2) Obyektif
Perubahan tingkat aktivitas, perubahan pola mimpi, perubahan fungsi imun, perubahan fungsi neuroendokrin, perubahan pola tidur, disorganisasi, member makna terhadap kehilangan, serta perilaku panik.
4. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan menurut Judith M Wilkinson (2013) : a. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan keperawatan dan hasil NOC :
Faktor risiko infeksi akan hilang, dibuktikan oleh pengendalian Risiko : Keparahan infeksi (tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait), status imun (resistensi alami dan dapatan yang bekerja tepat terhadap antigen internal maupun eksternal), penyembuhan luka primer (tingkat regenerasi sel dan jaringan setelah penutupan luka secara sengaja) dan penyembuhan luka sekunder (tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka).
Intervensi NIC :
1) Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya : suhu tubuh, denyut jantung, penampilan luka, sekresi, penampilan urine, lesi kulit, keletihan, dan malaise)
2) Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (misalnya usia lanjut, luluh imun, dan malnutrisi)
3) Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung protein serum, dan albumin)
4) Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa sakit dan risiko infeksi
5) Ajarkan pasien dan keluarga teknik mencuci tangan yang benar 6) Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-
masing pasien
7) Kolaborasi pemberian terapi antibiotik b. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
Tujuan keperawatan dan hasil NOC :
1) Memperlihatkan pengendalian nyeri (tindakan individu untuk mengendalikan nyeri), yang dibuktikan oleh indikator mengenali awitan nyeri, menggunakan tindakan pencegahan, melaporkan nyeri dapat dikendalikan.
2) Menunjukkan tingkat nyeri (keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan), yang di buktikan oleh indikator yaitu ekspresi nyeri pada wajah, gelisah atau ketegangan otot, durasi episode nyeri, merintih dan menangis, dan gelisah.
Intervensi NIC :
1) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keperahan nyeri, dan factor presipitasinya.
2) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
3) Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
4) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya, umpan balik biologis, hypnosis, relaksasi, imajinsi terbimbing, terapi music, distraksi, kompres hangat atau dingin, dan bersama penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain.
5) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik jika tindakan tidak berhasil atau perubahan bermakna dari pengalaman nyeri pasien masa lalu.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan Tujuan keperawatan :
1) Kekurangan volume cairan teratasi dibuktikan dengan keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa, hidrasi (jumlah yang adekuat, dan status nutrisi: asupan makanan dan cairan yang adekuat.
2) Keseimbangan elektrolit dan asam basa akan dicapai, dibuktikan oleh indikator frekuensi nadi dan irama jantung apical, frekuensi
dan irama nafas, kewaspadaan mental dan orientasi kognitif, elektrolit serum, dan BUN.
Intervensi NIC :
1) Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
2) Pantau perdarahan (misalnya periksa semua secret dari adanya darah nyata atau darah samar)
3) Identifikasi faktor-faktor pengaruh terhadap bertambah buruknya dehidrasi (misalnya obat-obatan, demam, stress, program pengobatan)
4) Tingkatkan asupan oral
5) Pantau status hidrasi (misalnya kelembapan membrane mukosa, keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik)\
6) Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya 7) Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran
8) Ajurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus 9) Kolaborasi pemberian terapi IV, sesuai program
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, kepekaan uterus Tujuan dan kriteria hasil NOC :
Klien akan :
1) mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kecemasan yang mengakibatkan intoleran aktivitas
2) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan normal denyut jantung
3) Mengungkapakan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen , obat atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
4) Menampilkan aktifitas sehari-hari (AKS) dengan beberapa bantuan Intervensi NIC :
1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI.
2) Tentukan penyebab keletihan (misalnya perawatan, nyeri, dan pengobatan).
3) Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energi yang adekuat.
4) Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.
5) Bantu dengan aktivitas fisik teratur (misalnya ambulasi, berpindah, mengubah posisi, dan perawatan personal).
6) Kolaborasi pemberian pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri sebagai salah satu faktor penyebab.
7) Kolaborasi dengan ahli terapi (misalnya latihan ketahanan), atau rekreasi untuk merencanakan dan memantau aktivitas.
e. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen Tujuan dan kriteria hasil NOC :
1) Konstipasi menurun, dibuktikan dengan defekasi (gangguan
pada : pola eliminasi (dalam rentang yang diharapkan), feses lunak dan berbentuk, mengeluarkan feses tanpa bantuan.
2) Konstipasi menurun, yang dibuktikan oleh defekasi (sangat berat ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada): darah di dalam feses, nyeri saat defekasi.
Intervensi NIC :
1) Kaji warna, konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, adanya impaksi, ada atau tidak ada bising usus dan distensi abdomen.
2) Ajarkan kepada pasien tentang efek diet (misalnya cairan dan serat) pada eliminasi.
3) Tekankan pentingnya menghindari mengejan selama defekasi untuk mencegah perubahan pada tanda vital atau perdarahan.
4) Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam diet.
5) Minta program dari dokter untuk memberikan bantuan eliminasi, seperti diet tinggi serat, pelunak feses, enema, dan laksatif.
6) Anjurkan aktivitas optimal untuk merangsang eliminasi defekasi pasien.
7) Sediakan cairan sesuai dengan pilihan pasien.
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
Tujuan dan criteria hasil NOC :
1) Klien akan mempertahankan berat badan atau bertambah berat badannya.
2) Klien akan menjelaskan komponen diet bergizi adekuat.
3) Klien akan mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet.
4) Klien akan menoleransi diet yang dianjurkan.
5) Klien akan mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal.
6) Klien akan memiliki nilai laboratorium (misalnya, tranferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas normal.
7) Klien akan melaporkan tingkat energi yang adekuat.
Intervensi NIC :
1) Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit.
2) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
3) Timbang pasien pada interval yang tepat.
4) Ajarkan keluarga dan pasien tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal.
5) Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
6) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
7) Tawarkan makanan porsi besar di siang hari ketika nafsu makan
8) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi yang diperoleh
Tujuan dan kriteria hasil NOC :
1) Klien dan keluarga akan mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang program terapi
2) Klien dan keluarga akan memperlihatkan kemampuan dan pengetahuan tentang abortus
Intervensi NIC :
1) Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman terhadap abortus.
2) Kaji gaya belajar klien.
3) Beri penyuluhan sesuai tingkat pemahaman klien dan keluarga.
4) Beri informasi tentang sumber-sumber dalam mempertahankan program terapi.
5) Ikut sertakan keluarga dan orang terdekat dalam pemberian pendidikan kesehatan.
h. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan mengenai prosedur dan perawatan pasca prosedur.
Tujuan dan kriteria hasil NOC :
1) Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan atau sedang dan selalu menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, konsentrasi, dan koping.
2) Menunjukkan pengendalian dri terhadap ansietas di buktikan dengan berkurang atau tidak ada rencana strategi koping untuk situasi penuh tekanan, pertahanann perfoma peran, dan pemantauan distorsi persepsi sensori.
Intervensi NIC :
1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik.
2) Kaji kemampuan pengambilan keputusan pasien.
3) Instruksikan klien tentang penggunaan teknik relaksasi.
4) Ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panik dan gejala penyakit fisik.
5) Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas.
6) Beri dorongan kepada klien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas.
i. Berduka berhubungan dengan kematian janin sekunder akibat kehilangan, rasa bersalah.
Tujuan dan Kriteria hasil NOC : Klien dan keluarga akan :
1) Menunjukkan kemampuan untuk membuat keputusan yang bermanfaat tentang kehilangan yang dirasakan.
2) Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kepercayaan spiritual tentang kehilangan.
3) Menyatakan secara verbal ketakutan dan kekhawatiran tentang potensial kehilangan.
4) Berpartisipasi dalam penyelesaian proses dukacita.
5) Tidak menunjukkan distress somatic.
6) Mengungkapkan perasaan tentang produktivitas, kebergunaan, keberdayaan, dan optimisme.
Intervensi NIC :
1) Tentukan penyebab dan lamanya waktu sejak diagnosis abortus 2) Identifikasi kehilangan
3) Ajarkan karakteristik proses berduka yang normal dan tidak normal, serta ajarkan fase-fase proses dukacita
4) Beri informasi tentang harapan yang realistis yang berhubungan dengan perilkau pasien
5) Identifikasi sumber-sumber dukungan dalam komunitas
6) Bantu pasien dan keluarga untuk mengungkapkan ketakutan, rencana, kekhawatiran, dan harapan satu sama lainnya.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan setelah melakukan tindakan keperawatan bertujuan untuk menilai sejauh mana keefektifan dan keberhasilan tindakan keperawatan yang telah diberikan. Effendy (1998, p.
59) mengemukakan bahwa penilaian adalah tahap apakah tujuan tercapai atau keberhasilan dari tindakan keperawatan yang di kaitkan dengan pencapaian tujuan. Hasil asuhan keperawatan dapat diukur dari tiga
dimensi yaitu keadaan fisik, fisiologis, dan sikap serta pengetahuan dan perubahan perilaku.
Tahap evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif adalah evalusi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. Menurut Irene M. Bobak (2005, p. 648) untuk menjadi efektif, evaluasi perlu didasarkan pada kriteria yang dapat diukur, yang mencerminkan hasil akhir perawatan yangdi harapkan.
Subyektif : hal-hal yang ditemukan oleh keluarga secara subyektif setelah intervensi dilakukan
Obyektif : hal-hal yang ditemui secara obyektif setelah intervensi keperawatan
Analisa : analisa hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkaji diagnose
Planning : perencanaan yang akan dating setelah melihat respon dari keluarga pada thap evaluasi
Evaluasi klien abortus bisa dilihat dari setiap diagnosa keperawatan yang muncul menurut Viviparitha (2013), seperti :
a. Evaluasi ada tidaknya infeksi akibat kuretase atau pembedahan, status imun meningkat, dan penyembuhan luka meningkat.
b. Evaluasi pengendalian nyeri akibat perdarahan atau kuretase, kualitas nyeri yang di rasakan pasien, cara pencegahan dan pengalihan nyeri
c. Evaluasi kekurangan volume cairan klien, keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit klien.
d. Evaluasi aktifitas fisik klien, mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kecemasan klien, dan menampilkan aktifitas sehari-hari (AKS) klien.
e. Evaluasi konstipasi menurun dengan pola eliminasi fekal normal (<3x sehari), feses lunak berbentuk, feses keluar tanpa bantuan dorongan, tidak ada darah dan nyeri saat defekasi.
f. Evaluasi status gizi berupa asupan makanan dan cairan.
g. Evaluasi kemampuan dan pengetahuan klien dan keluarga tentang abortus dan program terapi abortus.
h. Evaluasi ansietas berkurang pada klien dan pengendalian diri terhadap ansietas yang berhubungan dengan tindakan abortus.
i. Evaluasi mekanisme koping, keberhasilan dan penyelesaian klien dalam mengatasi proses berduka dan kehilangan terhadap keguguran atau kehilangan janin yang dikandungnya.
BAB III TINJAUAN KASUS
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 3 Maret 2015 pada jam 12.30 WIB, pada pasien post abortus inkomplit yang dirawat di bangsal Budi Rahayu RSUD Tidar Kota Magelang. Data diperoleh dari wawancara dengan pasien, keluarga dan juga observasi langsung serta dari status pasien. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 2 Maret 2015 jam 06.30 WIB.
A. Biodata Klien
Klien bernama Ny. A berusia 44 tahun dan berjenis kelamin perempuan.Klien beragama Islam. Pendidikan terakhir klien SMA (Sekolah Menengah Atas). Klien berbangsa Indonesia dan bersuku Jawa. Klien bekerja sebagai pedagang di rumah. Alamat klien di Banyurejo, mertoyudan, Magelang. Penanggung jawab klien adalah suami klien yang bernama Tn. M.
Beliau berusia 36 tahun, beragama Islam dan bekerja sebagai buruh. Tn. S beralamat sama dengan pasien yaitu di di Banyurejo, mertoyudan, Magelang.
B. Pengkajian (Assessment):
1. Riwayat Keperawatan (nursing history)
Klien mengatakan mulai tidak menstruasi bulan Januari- Februari, tetapi tanggal 26 Februari 2015 ada bercak-bercak atau flek-flek.
Tanggal 28 Februari 2015 keluar darah dalam bentuk gumpalan- gumpalan warna hitam sampai tanggal 2 Maret 2015 dan klien
mengeluh nyeri perut, mulas-mulas. Sehari ganti pembalut 3x penuh, warna merah segar, bau amis dan kemudian di bawa ke Rumah Sakit Tidar Magelang bangsal Budi Rahayu tanggal 2 Maret 2015 pukul 6.30 WIB oleh keluarganya.
Tanggal 3 Maret 2015 dilakukan tindakan kuretase atas advice dokter dari pukul 9.00 sampai pukul 9.30 WIB. Klien mengeluh nyeri perut pada saat di kaji tanggal 3 Maret 2015 pukul 12.30 WIB.
Klien sebelumnya sudah pernah di rawat di rumah sakit dengan operasi sectio caesaria (SC) pada saat melahirkan anak pertamanya (bayi aterm) dengan atresia ani satu tahun yang lalu dan meninggal dunia usia bayi 14 hari dengan BB bayi 2200 gram. Klien mengatakan belum pernah mengalami keguguran sebelumnya dan belum pernah dilakukan tindakan kuretase sebelumnya.
Keluarga klien (bapak klien) mempunyai penyakit asma dan ibu klien mempunyai riwayat penyakit jantung. Bapak dan ibu klien sudah meninggal dunia. Keluarga tidak mempunyai penyakit menular seperti TBC dan lainnya.
Riwayat penikahan adalah klien menikah usia 41 tahun dan suami klien berusia 33 tahun. Ini merupakan pernikahan pertamanya dengan lama pernikahan 3 tahun.
Riwayat reproduksi klien pertama kali menarche pada usia 15 tahun, lama haid 7 hari, siklus menstruasi 28 hari, banyak darah ± 50
cc/hari, warna merah segar, bau amis, termasuk lokhea rubra. Setiap menstruasi klien mengeluh nyeri perut kadang pegel-pegel.
Riwayat kehamilan klien : P1A1, Hari pertama haid terakhir (HPHT) 10 Desember 2014, hari perkiraan lahir (HPL) : 20 September 2015, klien melakukan test kehamilan di rumah tanggal 24 Februari 2015 dengan hasil positif dengan usia kehamilan 2 bulan. Riwayat persalinan : tahun 2015, klien mengalami keguguran pada kehamilan keduanya dengan umur kehamilan 2 bulan.
Riwayat seksual : aktivitas seksual klien normal, klien tidak menggunakan kontrasepsi.Riwayat pemakaian obat-obatan atau jamu : klien mengatakan jika sakit ringan seperti pusing atau batuk klien membeli obat di warung, klien mengkonsumsi jamu terkadang 2 bulan sekali. Pola psikologis : klien dapat menerima keguguran pada kehamilan keduanya, klien tidak terlarut dalam kesedihan dan berharap bisa hamil kembali.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien lemah, kesadaran compos mentis, tanda – tanda vital : tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi rate 20 x/menit, suhu 36,40 C. Hasil pemeriksaan fisik secara head to toe diperoleh data sebagai berikut yaitu dari kepala mesochepal, rambut bersih warna hitam merata, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, fungsi penglihatan baik, telinga simetris, bersih tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik, hidung bersih tidak ada
polip maupun sekret, fungsi penciuman baik, mulut bersih mukosa bibir kering, pada pemeriksaan leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada distensi vena jugularis.
Pemeriksaan jantung diperoleh data berikut ini : ictus cordis tidak terlihat, ictus cordis teraba di intercostal ke 4 dan intercostal 5 mid clavikula sinistra, perkusi jantung redup, auskultasi bunyi jantung S1 dan S2 reguler, tidak ada suara tambahan (gallop). Pemeriksaan paru – paru diperoleh data ekspansi dada simetris, fokal fremitus teraba kanan dan kiri sama, perkusi paru resonan, auskultasi paru vesikuler.
Pemeriksaan payudara terdapat areola mamae yang masih menghitam dan payudara dalam bentuk normal. Pemeriksaan abdomen simestris, auskultasi bising usus 6 kali per menit, ada nyeri tekan abdomen bawah, perkusi tympani.
Ekstremitas kiri atas terpasang infus RL 20 tpm, kekuatan otot seluruh ekstremitas skala 5, tidak ada edema dan akral hangat.
Genetalia terpasang pembalut dengan jumlah lochea rubra ± 50 cc, warna lochea merah segar, tidak terdapat bau busuk, tidak ada bekuan darah dan nyeri pada porsio digoyang. Kulit teraba hangat, tidak sianosis, dan tidak ada perubahan warna.
3. Pengkajian fokus
Pengkajian sirkulasi diperoleh data obyektif terdapat perdarahan pervaginam ±50 cc, hematokrit 32,6%, TD 140/80 mmHg, N 68x/menit, S 36,4º C, RR 20x/menit, turgor kulit baik kembali <2 detik,
Capillary Refill Time (CRT) <2 detik, tidak ada edema/sianosis dan akral hangat.
Pengkajian eliminasi diperoleh data suyektif, klien mengatakan selama masuk RS klien BAB sehari sekali pada pagi hari. Tanggal 3 Maret 2015 klien mengatakan belum BAB karena puasa menjelang kuretase dan klien BAK 3-4x dalam satu hari. Sebelum tindakan kuretase BAK satu kali pada pagi hari, setelah kuretase (pukul 9.30- 12.30) klien BAK 2 kali warna kuning jernih dan tidak ada darah.
Pengkajian makanan/cairan didapatkan data subyektif yaitu klien mengatakan sebelum klien sakit berat badannya 43 kg dan tinggi badan 148 cm. Klien juga mengatakan nafsu makan menurun karena lidah terasa pahit, malam hari tanggal 3 Maret 2015 klien merasa mual tapi tidak muntah, klien menghabiskan makan seperempat porsi rumah sakit dan minum habis ±100 cc setelah tindakan kuretase. Data Obyektif dari pengkajian makanan/cairan di dapatkan data yaitu berat badan klien tanggal 3 Maret 2015 adalah antropometri : BB sebelum sakit 43 kg, BB saat sakit 42,3 kg, berat badan ideal (BBI) sebesar 42,3 kg.
Biokimia yaitu hemoglobin 11,4 g/dl, hematokrit 32,6%. Clinis (Clinical Sign) yaitu mukosa bibir kering. Diit nasi (tinggi kalori tinggi protein/TKTP) habis seperempat porsi rumah sakit.
Pengkajian aktivitas atau istirahat secara subyektif, didapatkan data klien mengatakan tidur malam dari jam 24.00 bangun pukul 05.00 WIB dan klien tidak biasa tidur siang. Data secara obyektif yaitu klien
tampak lebih banyak di tempat tidur dan semua kegiatan di lakukan klien secara mandiri dengan skala ketergantungan 0.
Pengkajian nyeri diperoleh data subyektif, klien merasakan nyeri dan mulas di daerah perut bawah dan, nyeri hilang timbul dan saat di tekan, kualitas nyeri terasa perih, skala 4, diakibatkan adanya kontraksi uterus. Data obyektif didapatkan data klien terlihat menghindari nyeri ketika abdomen ditekan dan tindakan kuretase dari pukul 09:00 sampai 09:30 WIB pada tanggal 3 maret 2015.
Pengkajian keamanan didapatkan data obyektif yaitu sudah tidak keluar jaringan hasil konsepsi, hanya keluar perdarahan pervaginam.
Pengkajian seksualitas secara obyektif didapatkan data hari perkiraan lahir (HPL) 20 September 2015, sedangkan data suyektif didapatkan data klien mengatakan mules di perut bawah. Klien mengatakan belum pernah mengalami riwayat abortus sebelumnya dan belum mengganti pembalut setelah tindakan kuretase sampai pukul 12.30 WIB dan keluar darah merah segar ±50cc setelah tindakan kuretase.
Pengkajian integritas ego didapatkan data subyektif, klien dan suami sudah merencanakan kehamilan kedua ini, klien mengatakan sedih atas keguguran ini tetapi tidak mau terlarut. Klien dapat menerima dengan ikhlas keguguran ini dan berharap cepat hamil lagi.
Pengkajian penyuluhan atau pembelajaran secara subyektif didapatkan data yaitu klien kurang mengetahui tentang keguguran, penyebab keguguran dan penanganan pasca keguguran, serta klien
berharap cepat mempunyai anak lagi. Data obyektif yaitu klien mengajukan pertanyaan mengenai abortus dan pencegahannya dan minta untuk dijelaskan saat di kaji tingkat pengetahuan.
4. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap tanggal 3 Maret 2015 diperoleh data sebagai berikut : hemoglobin 11,4 g/dl; leukosit 8,1 x 103/ ul; eritrosit 4,4 x 106/ uL; hematokrit 32,6%; trombosit 348 x 103/ ul; MCV 74,4 fL; MCH 26 pg; MCHC 35 g/dL. Pemeriksaan USG tanggal 2 maret 2015 dengan hasil tidak terbaca dan pemeriksaan USG lagi pada tanggal 3 Maret 2015 pukul 7.00 WIB dengan hasil klinis abortus inkomplit. Program terapi tanggal 3 Maret 2015 adalah infus RL 20 tpm, cefadroxil 3 x 500 mg, asam mefenamat 3 x 500 mg, metil ergometrin 3 x 0,1 mg, dan albion 2 x 20 mg.
C. Perumusan Masalah
Data yang diperoleh secara subjektif, klien merasakan nyeri di alat kemaluan dan mulas di daerah perut bawah dan, nyeri hilang timbul dan saat di tekan, kualitas nyeri terasa perih, skala 4, diakibatkan adanya kontraksi uterus. Data obyektif didapatkan data klien terlihat menghindari nyeri ketika abdomen ditekan dan tindakan kuretase dari pukul 09:00 sampai 09:30 WIB pada tanggal 3 maret 2015.
Data di atas dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami permasalahan nyeri dikarenakan adanya rasa nyeri dan mulas di daerah perut bawah,
sehingga dapat dirumuskan menjadi diagnose keperawatan nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus.
Pengkajian di atas didapatkan juga data subyektif, klien mengatakan sebelum klien sakit berat badannya 43 kg dan tinggi badan 148 cm. Klien juga mengatakan nafsu makan menurun karena lidah terasa pahit, malam hari tanggal 3 Maret 2015 klien merasa mual tapi tidak muntah, klien menghabiskan makan seperempat porsi rumah sakit dan minum habis ±100 cc setelah tindakan kuretase. Data Obyektif yang di dapatkan yaitu berat badan klien tanggal 3 Maret 2015 adalah antropometri : BB sebelum sakit 43kg, BB saat sakit 42,3 kg, berat badan ideal (BBI) sebesar 43,2 kg. Biochemical yaitu hemoglobin 11,4 g/dl, hematokrit 32,6%. Clinis (Clinical Sign) yaitu mukosa bibir kering. Diit nasi (tinggi kalori tinggi protein/TKTP) habis seperempat porsi rumah sakit.
Data-data di atas dapat disimpulkan bahwa klien mengalami permasalahan nutrisi dikarenakan terdapat penurunan berat badan dan penurunan nafsu makan, sehingga dapat di rumuskan diagnosa keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual.
Pengkajian selanjutnya didapatkan data obyektif yaitu nilai hemoglobin 11,4 g/dL dan klien telah dilakukan kuretase pada tanggal 3 Maret 2015 pukul 9:00 sampai dengan 9:30 WIB. Data obyektif tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa klien mengalami masalah resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Pengkajian selanjutnya didapatkan data subyektif yaitu klien kurang mengetahui tentang keguguran, penyebab keguguran dan penanganan pasca keguguran. Data obyektif dengan klien mengajukan pertanyaan mengenai abortus dan pencegahannya dan minta untuk dijelaskan saat di kaji tingkat pengetahuan.
Data subyektif dan data obyektif di atas, dapat diketahui bahwa klien mengalami permasalahan kurang pengetahuan terbukti dengan klien belum mengerti mengenai abortus, sehingga dapat diangkat masalah keperawatan kurang pengetahuan berhubungan kurang sumber informasi yang diperoleh.
D. Perencanaan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x 24 jam diharapkan masalah nyeri akut teratasi, dengan kriteria hasil : memperlihatkan pengendalian nyeri menggunakan tindakan relkaksasi distraksi dan nafas dalam, melaporkan nyeri dapat dikendalikan, menunjukkan tingkat nyeri berkurang dan ekspresi wajah rileks.
Intervensi NIC :
a) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keperahan nyeri, dan factor presipitasinya.
b) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
c) Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
d) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis relaksasi distraksi dan nafas dalam
e) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
Setelah dilakukan tindakan kep