• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

10. Komplikasi

Abortus yang terjadi berulang-ulang atau abortus tanpa penanganan lebih lanjut ataupun abortus yang tidak aman akan menyebabkan komplikasi. Komplikasi abortus menurut dr. Taufan (2010, p.21) sebagai berikut :

a. Perdarahan

Pada abortus komplitus, perdarahan akan terjadi banyak dan akan mengakibatkan kematian. Sedangkan pada abortus inkomplitus, perdarahan akan terjadi terus-menerus sehingga dapat mengakibatkan gangguan koagulasi yang pada akhirnya menyebabkan anemia dan kematian. Perdarahan dapat diatasi dengan pengolongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

b. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi dan dampak dari kuretase akan menyenankan perforasi pada dinding uterus yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehamilan berikutnya. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti jika ada tanda

bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.

c. Infeksi

Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkompletus yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortion). Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.

d. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

B. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Abortus 1. Pengkajian Fokus

Pengkajian fokus menurut Doenges (2001, p.236) adalah : a. Sirkulasi

Adanya perdarahan pervaginam, amenorea < 20 minggu, terlambat menstruasi, riwayat peningkatan tekanan darah, masalah jantung, edema, penurunan pengisian vena, peningkatan nadi, penurunan volume darah, riwayat penyakit vaskuler, hematokrit meningkat, suhu

badan meningkat (jika keadaan umum buruk, lakukan resusitasi dan stabilisasi).

b. Eliminasi

Penurunan haluaran urine, konsentrasi urine meningkat, nyeri saat defekasi, darah merah segar menyertai pengeluaran feses, penggunaan kateterisasi, penurunan volume feses, penurunan frekuensi defekasi, pola defekasi menurun (konstipasi), mengejan saat defekasi, tidak mampu mengeluarkan feses, penggunaan laksatif, karakter feses, defekasi terakhir, adanya hemoroid, adanya perdarahan dalam pengeluaran feses, peningkatan frekuensi perkemihan, karakter urine, riwayat penyakit ginjal, riwayat penyakit diuretik, perasaan penuh pada rektum, peningkatan tekanan abdomen.

c. Makanan / cairan

Penolakan makan dan minum, kebiasaan diet, frekuensi makanan dalam sehari, terjadi mual muntah, penurunan berat badan, membran mukosa kering, adanya alergi, anoreksia, adanya nyeri ulu hati, perubahan selera makan, merasa cepat kenyang, penurunan turgor kulit dan lidah.

d. Aktivitas/istirahat

Enggan untuk tidur, keterbatasan aktifitas, kebiasaan tidur, pembatasan aktivitas karena tindakan kuretase, gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur, dan menyeringai), kebiasaan aktivitas, ketidaknyamanan / dispnea saat beraktivitas, kelemahan.

e. Nyeri/ kenyamanan

adanya kontraksi uterus, rasa mules, kram perut atas simfisis, kram kaki, adanya nyeri tekan dan bengkak pada payudara, nyeri abdomen, nyeri tekan abdomen, nyeri punggung, lokasi nyeri, intensitas, frekuensi, dan kualitas nyeri, faktor pencetus nyeri, ekspresi wajah, posisi klien untuk menghindari nyeri, bukti nyeri dapat di amati, pucat.

f. Keamanan

Riwayat penyakit dan inflamasi pelvis, gerakan janin, keluarnya jaringan hasil konsepsi.

g. Seksualitas

Perdarahan vagina, rentang dari bercak-bercak sampai perdarahan nyata, riwayat abortus sebelumnya, catat perkiraan tanggal lahir peningkatan progresif pada ukuran uterus missal TFU, posisi uterus, perubahan payudara, pembesaran jaringan adiposa.

h. Integritas Ego

Kehamilan mungkin sudah atau belum direncanakan, mungkin sangat cemas/ketakutan akan kehilangan, menunjukan masalah keputusasaan, ekonomi dan rencana individu untuk masa datang, kemungkinan merasakan penolakan misal kehilangan kontak dengan pasangan pria, perubahan status mental, ansietas, perilaku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan berlebih, peka rangsangan, menghela nafas panjang), afektif (gelisah, kesedihan yang mendalam, distress, ketakutan, gugup, perasaan tiak adekuat, gembira berlebihan, marah,

menyesal, perasaan takut, ketidakpastian, dan khawatir); fisiologis (wajah tegang, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, terguncang, gemetar, dan suara bergetar), marah, menyalahkan, merasa terpisah, putus asa, distress psikologis, memberi makna kehilangan, perilaku panik, dan kepedihan.

i. Penyuluhan atau Pembelajaran

Harapan individu terhadap tindakan abortus dan kehamilan selanjutnya, tingkat pengetahuan, pengalaman, keinginan terhadap anak, mengungkapkan masalah secara verbal, tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan abortus menurut Saktya Airlangga (cit.Johnson dan Taylor, 2005 : 39), 2012, p. 17) adalah sebagai berikut :

a. Inspeksi

Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, dan adanya keterbatasan fisik.

b. Palpasi :

1) Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

2) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

3) Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan / tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.

c. Perkusi

a) Menggunakan jari : ketuk lutut, dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, masa atau konsolidasi.

b) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks / gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.

d. Auskultasi

Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/ paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

Pemeriksaan Ginekologi abortus inkomplit menurut Saktya Airlangga (cit.Johnson dan Taylor, 2005 : 39), 2012, p. 8) adalah sebagai berikut :

a. Inspeksi vulva, meliputi perdarahan pervaginam, bekuan darah, jaringan keluar sebagian.

b. Pemeriksaan dalam spekulum, meliputi perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka, tampak jaringan keluar dari ostium, cairan/jaringan berbau busuk dari ostium.

c. Pemeriksaan colok vagina, meliputi portio terbuka, teraba jaringan dalam cavum uteri, besar uteri lebih kecil dari usia kehamilan, nyeri pada porsio digoyang, nyeri perabaan adneksa, terasa tumor/tidak, cavum douglasi menonjol nyeri/tidak.

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut Judith M. Wilkinson (2013) : a. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Definisi : berisiko terhadap invasi organism patogen

Faktor risiko : penyakit kronis, penekanan system imun, ketidakadekuatan imunitas dapatan, pertahanan primer tidak adekuat ( misal kulit luka, trauma jaringan, penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh, perubahan pH sekresi dan gangguan peristaltik), pertahanan lapis kedua yang tidak memadai (misal hemoglobin turun, leukopenia, dan supresi respons inflamasi), peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen, pengetahuan yang kurang untuk menghindari pajanan patogen, prosedur invasif, malnutruisi, agens farmasi (misal obat imunosupresi), ketuban pecah, kerusakan jaringan, trauma.

b. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus yang kuat

Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti (International Association for the Study of Pain); awitan dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.

Batasan Karakteristik : 1) Subyektif

Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat.

2) Obyektif

Posisi untuk menghindari nyeri, perubahan tonus otot, respons autonomic (misal perubahan tekanan darah, penafasan, atau nadi;

dilatasi pupil), perubahan selera makan, perilaku distraksi (misalnya, mondar-mandir, mencari orang dan/atau aktivitas berulang), perilaku ekspresif (misalnya, gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsangan, dan menghela nafas panjang), wajah topeng (nyeri), perilaku menjaga atau sikap melindungi, fokus menyempit (misalnya, gangguan persepsi waktu, gangguan proses pikir, interaksi dengan orang lain menurun), bukti nyeri yang dapat diamati, berfokus pada diri sendiri, gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur dan menyeringai), dan pucat.

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

Definisi : penurunan cairan intravascular, interstisial, atau intrasel.

Diagnosis ini merujuk pada dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.

Batasan Karakteristik :

1) Subyektif Haus 2) Obyektif

Perubahan status mental, penurunan turgor kulit dan lidah, penurunan haluaran urine, penurunan pengisian vena, kulit dan membrane mukosa kering, hematokrit meningkat, suhu tubuh meningkat, peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume dan tekanan nadi, konsentrasi urine meningkat, penurunan berat badan tiba-tiba, kelemahan.

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, kepekaan uterus Definisi : ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologi untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan.

Batasan Karakteristik : 1) Subyektif

Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas dan melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal

2) Obyektif

Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respons terhadap aktivitas dan perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia.

e. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen

Definisi : penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai pengeluaran feses yang sulit atau tidak lampias atau pengeluaran feses yang sangat keras dan kering.

Batasan Karakteristik : 1) Subyektif

Nyeri abdomen, nyeri tekan abdomen, anoreksia, perasaan penuh pada rektum, kelelahan umun, sakit kepala, peningkatan tekanan abdomen, indigesti, mual, nyeri saat defekasi.

2) Obyektif

Darah merah segar menyertai pengeluaran feses, perubahan suara abdomen (borborigmi), perubahan pola defekasi, penurunan frekuensi, penurunan volume feses, distensi abdomen, feses kering keras padat, bising usus hipoaktif, masa abdomen dapat di palpasi, bunyi pekak pada perkusi abdomen, flatus berat, mengejan saat defekasi, tidak mampu mengeluarakan feses, dan muntah.

f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

Definisi : asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Batasan karakteristik : 1) Subyektif

Kram abdomen, nyeri abdomen, menolak makan, indigesti, persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan, melaporkan

perubahan sensasi rasa, merasa cepat kenyang setelah mengkonsumsi makanan.

2) Obyektif

Pembuluh kapiler rapuh, diare, bising usus hiperaktif, membran mukosa pucat, menolak untuk makan.

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi yang diperoleh.

Definisi : tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topil tertentu.

Batasan karakteristik : 1) Subyektif

Mengungkapkan masalah secara verbal 2) Obyektif

Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat, perfoma uji tidak akurat, dan perilaku yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan

h. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan mengenai prosedur dan perawatan pasca prosedur.

Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekahawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan

memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

Batasan karakteristik :

Perilaku (penurunan produktivitas, gelisah, memandang sekilas, insomnia, kontak mata buruk, resah, menyelidik dan tidak waspada);

afektif (gelisah, kesedihan yang mendalam, distress, ketakutan, gugup, perasaan tiak adekuat, gembira berlebihan, marah, menyesal, perasaan takut, ketidakpastian, dan khawatir); fisiologis (wajah tegang, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, terguncang, gemetar, dan suara bergetar); parasimpatis (diare, pingsan, keletihan, gangguan tidur, mual, nyeri abdomen, dan urgensi berkemih); simpatis (anoreksia, mulut kering, jantung berdebar-debar, peningkatan nadi, peningkatan refleks, dan dilatasi pupil); kognitif (konfusi, blocking pikiran, penurunan lapang pandang, dan kesulitan berkonsentrasi).

i. Berduka berhubungan dengan kematian janin sekunder akibat kehilangan, rasa bersalah.

Definisi : proses kompleks yang normal yang mencakup respond an perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika individu, keluarga, dan komunitas menghadapi kehilangan aktual, kehilangan yang di antisipasi, atau persepsi kehilangan ke dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Batasan karakteristik : 1) Subyektif

Marah, menyalahkan, merasa terpisah, putus asa, mengalami peredaan, nyeri, pertumbuhan personal, distress psikologis, dan kepedihan.

2) Obyektif

Perubahan tingkat aktivitas, perubahan pola mimpi, perubahan fungsi imun, perubahan fungsi neuroendokrin, perubahan pola tidur, disorganisasi, member makna terhadap kehilangan, serta perilaku panik.

4. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan menurut Judith M Wilkinson (2013) : a. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Tujuan keperawatan dan hasil NOC :

Faktor risiko infeksi akan hilang, dibuktikan oleh pengendalian Risiko : Keparahan infeksi (tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait), status imun (resistensi alami dan dapatan yang bekerja tepat terhadap antigen internal maupun eksternal), penyembuhan luka primer (tingkat regenerasi sel dan jaringan setelah penutupan luka secara sengaja) dan penyembuhan luka sekunder (tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka).

Intervensi NIC :

1) Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya : suhu tubuh, denyut jantung, penampilan luka, sekresi, penampilan urine, lesi kulit, keletihan, dan malaise)

2) Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (misalnya usia lanjut, luluh imun, dan malnutrisi)

3) Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung protein serum, dan albumin)

4) Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa sakit dan risiko infeksi

5) Ajarkan pasien dan keluarga teknik mencuci tangan yang benar 6) Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-

masing pasien

7) Kolaborasi pemberian terapi antibiotik b. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

Tujuan keperawatan dan hasil NOC :

1) Memperlihatkan pengendalian nyeri (tindakan individu untuk mengendalikan nyeri), yang dibuktikan oleh indikator mengenali awitan nyeri, menggunakan tindakan pencegahan, melaporkan nyeri dapat dikendalikan.

2) Menunjukkan tingkat nyeri (keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan), yang di buktikan oleh indikator yaitu ekspresi nyeri pada wajah, gelisah atau ketegangan otot, durasi episode nyeri, merintih dan menangis, dan gelisah.

Intervensi NIC :

1) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keperahan nyeri, dan factor presipitasinya.

2) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan

3) Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur

4) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya, umpan balik biologis, hypnosis, relaksasi, imajinsi terbimbing, terapi music, distraksi, kompres hangat atau dingin, dan bersama penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain.

5) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik jika tindakan tidak berhasil atau perubahan bermakna dari pengalaman nyeri pasien masa lalu.

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan Tujuan keperawatan :

1) Kekurangan volume cairan teratasi dibuktikan dengan keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa, hidrasi (jumlah yang adekuat, dan status nutrisi: asupan makanan dan cairan yang adekuat.

2) Keseimbangan elektrolit dan asam basa akan dicapai, dibuktikan oleh indikator frekuensi nadi dan irama jantung apical, frekuensi

dan irama nafas, kewaspadaan mental dan orientasi kognitif, elektrolit serum, dan BUN.

Intervensi NIC :

1) Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan

2) Pantau perdarahan (misalnya periksa semua secret dari adanya darah nyata atau darah samar)

3) Identifikasi faktor-faktor pengaruh terhadap bertambah buruknya dehidrasi (misalnya obat-obatan, demam, stress, program pengobatan)

4) Tingkatkan asupan oral

5) Pantau status hidrasi (misalnya kelembapan membrane mukosa, keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik)\

6) Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya 7) Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran

8) Ajurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus 9) Kolaborasi pemberian terapi IV, sesuai program

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, kepekaan uterus Tujuan dan kriteria hasil NOC :

Klien akan :

1) mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kecemasan yang mengakibatkan intoleran aktivitas

2) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan normal denyut jantung

3) Mengungkapakan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen , obat atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas

4) Menampilkan aktifitas sehari-hari (AKS) dengan beberapa bantuan Intervensi NIC :

1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI.

2) Tentukan penyebab keletihan (misalnya perawatan, nyeri, dan pengobatan).

3) Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energi yang adekuat.

4) Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.

5) Bantu dengan aktivitas fisik teratur (misalnya ambulasi, berpindah, mengubah posisi, dan perawatan personal).

6) Kolaborasi pemberian pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri sebagai salah satu faktor penyebab.

7) Kolaborasi dengan ahli terapi (misalnya latihan ketahanan), atau rekreasi untuk merencanakan dan memantau aktivitas.

e. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen Tujuan dan kriteria hasil NOC :

1) Konstipasi menurun, dibuktikan dengan defekasi (gangguan

pada : pola eliminasi (dalam rentang yang diharapkan), feses lunak dan berbentuk, mengeluarkan feses tanpa bantuan.

2) Konstipasi menurun, yang dibuktikan oleh defekasi (sangat berat ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada): darah di dalam feses, nyeri saat defekasi.

Intervensi NIC :

1) Kaji warna, konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, adanya impaksi, ada atau tidak ada bising usus dan distensi abdomen.

2) Ajarkan kepada pasien tentang efek diet (misalnya cairan dan serat) pada eliminasi.

3) Tekankan pentingnya menghindari mengejan selama defekasi untuk mencegah perubahan pada tanda vital atau perdarahan.

4) Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam diet.

5) Minta program dari dokter untuk memberikan bantuan eliminasi, seperti diet tinggi serat, pelunak feses, enema, dan laksatif.

6) Anjurkan aktivitas optimal untuk merangsang eliminasi defekasi pasien.

7) Sediakan cairan sesuai dengan pilihan pasien.

f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual

Tujuan dan criteria hasil NOC :

1) Klien akan mempertahankan berat badan atau bertambah berat badannya.

2) Klien akan menjelaskan komponen diet bergizi adekuat.

3) Klien akan mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet.

4) Klien akan menoleransi diet yang dianjurkan.

5) Klien akan mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal.

6) Klien akan memiliki nilai laboratorium (misalnya, tranferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas normal.

7) Klien akan melaporkan tingkat energi yang adekuat.

Intervensi NIC :

1) Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit.

2) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.

3) Timbang pasien pada interval yang tepat.

4) Ajarkan keluarga dan pasien tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal.

5) Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.

6) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

7) Tawarkan makanan porsi besar di siang hari ketika nafsu makan

8) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi yang diperoleh

Tujuan dan kriteria hasil NOC :

1) Klien dan keluarga akan mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang program terapi

2) Klien dan keluarga akan memperlihatkan kemampuan dan pengetahuan tentang abortus

Intervensi NIC :

1) Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman terhadap abortus.

2) Kaji gaya belajar klien.

3) Beri penyuluhan sesuai tingkat pemahaman klien dan keluarga.

4) Beri informasi tentang sumber-sumber dalam mempertahankan program terapi.

5) Ikut sertakan keluarga dan orang terdekat dalam pemberian pendidikan kesehatan.

h. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan mengenai prosedur dan perawatan pasca prosedur.

Tujuan dan kriteria hasil NOC :

1) Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan atau sedang dan selalu menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, konsentrasi, dan koping.

2) Menunjukkan pengendalian dri terhadap ansietas di buktikan dengan berkurang atau tidak ada rencana strategi koping untuk situasi penuh tekanan, pertahanann perfoma peran, dan pemantauan distorsi persepsi sensori.

Intervensi NIC :

1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik.

2) Kaji kemampuan pengambilan keputusan pasien.

3) Instruksikan klien tentang penggunaan teknik relaksasi.

4) Ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panik dan gejala penyakit fisik.

5) Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas.

6) Beri dorongan kepada klien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas.

i. Berduka berhubungan dengan kematian janin sekunder akibat kehilangan, rasa bersalah.

Tujuan dan Kriteria hasil NOC : Klien dan keluarga akan :

1) Menunjukkan kemampuan untuk membuat keputusan yang bermanfaat tentang kehilangan yang dirasakan.

2) Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kepercayaan spiritual tentang kehilangan.

3) Menyatakan secara verbal ketakutan dan kekhawatiran tentang potensial kehilangan.

4) Berpartisipasi dalam penyelesaian proses dukacita.

5) Tidak menunjukkan distress somatic.

6) Mengungkapkan perasaan tentang produktivitas, kebergunaan, keberdayaan, dan optimisme.

Intervensi NIC :

1) Tentukan penyebab dan lamanya waktu sejak diagnosis abortus 2) Identifikasi kehilangan

3) Ajarkan karakteristik proses berduka yang normal dan tidak normal, serta ajarkan fase-fase proses dukacita

4) Beri informasi tentang harapan yang realistis yang berhubungan dengan perilkau pasien

5) Identifikasi sumber-sumber dukungan dalam komunitas

6) Bantu pasien dan keluarga untuk mengungkapkan ketakutan, rencana, kekhawatiran, dan harapan satu sama lainnya.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan dilakukan setelah melakukan tindakan keperawatan bertujuan untuk menilai sejauh mana keefektifan dan keberhasilan tindakan keperawatan yang telah diberikan. Effendy (1998, p.

59) mengemukakan bahwa penilaian adalah tahap apakah tujuan tercapai atau keberhasilan dari tindakan keperawatan yang di kaitkan dengan pencapaian tujuan. Hasil asuhan keperawatan dapat diukur dari tiga

dimensi yaitu keadaan fisik, fisiologis, dan sikap serta pengetahuan dan perubahan perilaku.

Tahap evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.

Evaluasi formatif adalah evalusi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. Menurut Irene M. Bobak (2005, p. 648) untuk menjadi efektif, evaluasi perlu didasarkan pada kriteria yang dapat diukur, yang mencerminkan hasil akhir perawatan yangdi harapkan.

Subyektif : hal-hal yang ditemukan oleh keluarga secara subyektif setelah intervensi dilakukan

Obyektif : hal-hal yang ditemui secara obyektif setelah intervensi keperawatan

Analisa : analisa hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkaji diagnose

Planning : perencanaan yang akan dating setelah melihat respon dari keluarga pada thap evaluasi

Evaluasi klien abortus bisa dilihat dari setiap diagnosa keperawatan yang muncul menurut Viviparitha (2013), seperti :

a. Evaluasi ada tidaknya infeksi akibat kuretase atau pembedahan, status imun meningkat, dan penyembuhan luka meningkat.

b. Evaluasi pengendalian nyeri akibat perdarahan atau kuretase, kualitas nyeri yang di rasakan pasien, cara pencegahan dan pengalihan nyeri

Dokumen terkait