• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny F DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONKITIS DI RUANG MELATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny F DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONKITIS DI RUANG MELATI "

Copied!
74
0
0

Teks penuh

Pendahuluan

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat

Metode Penulisan

  • Metode
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Sumber Data
  • Studi Kepustakaan

Sistematika Penulisan

Tinjauan Pustaka

Konsep Penyakit

  • Definisi
  • Etiologi
  • Manifestasi Klinis
  • Patofisiologi
  • Diagnosa banding
  • Komplikasi
  • Pemeriksaan diagnostik
  • Penatalaksanaan

Pada bronkitis kronis, peradangan pada bronkus berlanjut selama beberapa waktu dan terjadi penyumbatan pada aliran normal udara di bronkus. Menurut laporan, penyebab lain mungkin terjadi dari iritasi asam lambung seperti asam lambung, atau pencemaran lingkungan dan dapat ditemukan setelah paparan berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau paparan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh bahan kimia penyebab bronkitis kronis. Bronkitis karena terhadap bakteri biasanya berhubungan dengan Mycoplasma Pneumonia yang dapat menyebabkan bronkitis akut dan biasanya terjadi pada anak di atas 5 tahun atau remaja, Bordetella pertussis dan Corynebacterium diphtheriae sering terjadi pada anak yang tidak diimunisasi dan berhubungan dengan tracheobronchitis, yang pada tahap catarrhal. pertusis, gejala infeksi pernafasan lebih dominan. Pada bronkitis kronis dan brinkhiolis, terjadi penumpukan lendir dan sekret yang sangat banyak sehingga menyumbat jalan napas.

Menurut (Subagia, 2015), komplikasi pada bronkitis merupakan bentuk perjalanan penyakit yang progresif dan tidak sepenuhnya reversibel, misalnya: 2.1.6.1 Gagal napas kronik dan gagal napas akut pada gagal napas kronik.

Dampak Masalah

Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pola pernafasan kembali efektif yang ditunjukkan dengan klien menunjukkan jalan nafas paten, TTV dalam batas normal, klien dapat menunjukkan batuk efektif, dan suara nafas jernih tanpa sianosis. . atau dispnea. Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak terjadi obstruksi bersihan jalan nafas seperti yang ditunjukkan oleh klien yang dapat menunjukkan jalan nafas paten, TTV dalam. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nutrisi pasien kembali terisi, ditandai dengan penurunan berat badan yang kurang, nafsu makan yang kurang, tanda-tanda kurang gizi.

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tidak ada tukak gangren, tidak ada nanah, tidak berbau. Pada tinjauan kasus tidak ditemukan perubahan yang menonjol seperti tidak nyeri dada, irama jantung teratur, denyut kuat, bunyi jantung s1 s2 tunggal, CRT < 2 detik, tidak sianosis, tidak ada jari dipukul, tidak teraba JVP. Pada tinjauan kasus tidak ditemukan perubahan yang menonjol seperti komposisi kesadaran, GCS 4-5-6, orientasi baik, tidak kejang, leher tidak kaku, tidak ada Brundsky, tidak sakit kepala, istirahat/tidur : 2 jam siang hari / siang dan malam 7 jam/hari, tidak ada kelainan saraf kranial.

Pada pemeriksaan kasus tidak ditemukan adanya perubahan yang nyata, seperti bentuk alat kelamin normal, kebersihan alat kelamin bersih, frekuensi dan jumlah buang air kecil teratur 700 24/jam, bau khas dan warna kuning jernih, lokasi yang digunakan: kantong urin, kateter yang digunakan. Pada pemeriksaan kasus tidak ada perubahan nyata seperti mulut bersih, mukosa lembab, bentuk bibir normal, gigi : karies dan gigi tidak pernah disikat selama dirawat di rumah sakit, tenggorokan tidak diperiksa, lambung lunak dan gerak peristaltik usus 12 x/menit, tidak pernah buang air besar. di RS, RS selama 3 hari dan pola BAB di rumah 1x1 hari. Pada pemeriksaan kasus tidak terdapat perubahan nyata seperti kemampuan gerak sendi dan anggota badan (ROM): leluasa, kekuatan otot normal, tidak patah tulang, tidak terjadi dislokasi, CRT < 2 detik, akral hangat, turgor baik, lembab dan baik. , tidak ada edema, kulit bersih, kemampuan melakukan ADL.

Pada pemeriksaan kasus tidak ditemukan adanya perubahan yang mencolok seperti pembesaran tiroid, pembesaran kelenjar parotis, luka gangren, nanah maupun bau. Berdasarkan kasus yang ada, diperoleh hasil bahwa tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan penimbunan sekret, yaitu pasien mengaku batuk pada saat evaluasi, namun pasien mengatakan tidak batuk pada saat evaluasi. masuk ke rumah sakit. sesak napas selama penilaian.

Konsep Asuhan Keperawatan

  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

Pathway

Tinjauan Kasus

Pengkajian

  • Identitas
  • Keluhan Utama
  • Genogram
  • Pemeriksaan fisik
  • Pengkajian persistem
  • Data Penunjang
  • Terapi

Sebelum pasien sakit nafsu makannya baik, saat pasien sakit nafsu makannya menurun, sebelum pasien sakit pola makannya 3x1 kali makan dan saat pasien sakit pola makannya 3x1/2 kali makan. sedang sakit jenisnya minum teh, air putih dan bila pasien sakit jenisnya minum air putih dan jumlah sebelum pasien sakit 1500 ml dan saat pasien sakit 600 ml, tidak ada pantangan makanan. , berat badan pasien tidak diperkirakan, pasien tidak mengetahui pola makannya. Tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur dengan denyut kuat, posisi klavikula tengah sebelah kiri berukuran 1 cm, bunyi jantung : tunggal S1 dan S2, tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada sianosis, tidak ada jari klab, JVP tidak teraba . Kesadaran composmentis, GCS : 4-5-6, orientasi baik, tidak sesak, leher tidak kaku, tidak Brudsky, tidak nyeri kepala, istirahat/tidur : siang 2 jam/siang dan malam 7 jam/hari, tidak ada gangguan saraf kranial.

Kemampuan menggerakkan sendi dan anggota badan (ROM): bebas, kekuatan otot normal, tidak ada patah tulang, tidak ada dislokasi, CRT < 2 detik, akral hangat, turgor baik, kelembaban baik, tidak edema, kulit bersih, kemampuan melakukan ADL: parsial adalah, pasien dibantu untuk merawat dirinya sendiri dan ini termasuk mengganti popok. Mata normal, konjungtiva tidak anemia, sklera putih, kelopak mata tidak bengkak, strabismus tidak dinilai, tajam penglihatan normal, tidak ada alat bantu, hidung normal, mukosa hidung lembab. Dok, keluar cairan, ketajaman penciuman normal, tidak ada kelainan, telinga normal, pendengaran tidak ada, ketajaman pendengaran normal, alat bantu dengar tidak ada, rasa : manis, pahit, asam, asin, rasa normal.

Gambar 3.1 Genogram Ny. F dengan diagnosa medis Bronkitis + DM di Ruang  Melati RSUD Bangil Pasuruan
Gambar 3.1 Genogram Ny. F dengan diagnosa medis Bronkitis + DM di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan

Diagnosa Keperawatan

  • Diagnosa Masalah Keperawatan …
  • Daftar Diagnosa Prioritas
  • Rencana Tindakan
  • Implementasi Keperawatan
  • Catatan Perkembangan
  • Evaluasi Keperawatan

Pada pembahasan kali ini penulis akan memaparkan kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pasien terdiagnosis bronkitis di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Identitas pasien: Pada dasarnya, tidak banyak kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus. Tinjauan literatur menunjukkan bahwa dispnea, riwayat batuk kronis, dan riwayat merokok biasanya merupakan masalah utama yang muncul. Sementara itu, hasil tinjauan kasus pasien yang mengeluh batuk terkadang nyeri saat batuk, namun keluhan yang paling banyak adalah batuk.

Menurut Muttaqin (2008), tinjauan pustaka menunjukkan nafsu makan klien di rumah sebesar 3x1/2 porsi, sedangkan nafsu makan klien di rumah sakit sebesar 3x1/2 porsi. Pada tinjauan kasus, nafsu makan klien di rumah sebesar 3x1/2 porsi, sedangkan nafsu makan klien di rumah sakit sebesar 3x1/2 porsi. Pada tinjauan kasus, bentuk dada normal, susunan ruas tulang belakang normal, ritme tidak teratur tipe Kussmaul, terdapat retraksi otot pernafasan interkostal, perkusi sonorthorax, alat pernafasan dengan 4 lpm kanula hidung, alat vokal fremitus : tidak dinilai, bunyi pernafasan rhonchi di lobus kiri bawah, tidak ada nyeri dada saat bernafas, ada batuk dengan dahak berwarna kuning.

Pada pemeriksaan kasus tidak ditemukan perubahan yang nyata, seperti: mata normal, konjungtiva tidak anemia, sklera putih, kelopak mata tidak bengkak, strabismus, ketajaman penglihatan normal, tidak ada alat bantu, hidung normal, mukosa hidung lembab, adanya sekret. , ketajaman penciuman, normal, tidak ada kelainan, telinga normal, tidak ada gangguan pendengaran, ketajaman pendengaran normal, tidak ada alat bantu dengar, rasa : manis, pahit, asam, asin, rasa normal. Dalam tinjauan kasus, tidak ada diagnosis pola pernapasan tidak efisien karena pasien dibantu pernapasan dengan kanula hidung dengan 4 lmin O2. Pada tinjauan literatur desain menggunakan ukuran outcome yang berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan pada tinjauan kasus desain menggunakan tujuan dalam intervensinya dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. pengetahuan kognitif, mengubah perilaku afektif, dan keterampilan mengatasi masalah psikomotorik.

Tabel 3.4 Implementasi keperawatan pada Ny. F dengan diagnosa medis Bronkitis  dan DM di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan
Tabel 3.4 Implementasi keperawatan pada Ny. F dengan diagnosa medis Bronkitis dan DM di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan

PEMBAHASAN

Pengkajian

Menurut Muttaqin (2008), data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan, RR: >22 x/menit, serta penggunaan otot bantu pernafasan. Menurut Muttaqin (2008), diperoleh data, penurunan tekanan darah (hipotensi), takikardia, disritmia, pulsus paradoksus, kadar oksigen rendah (hipoksemia), distensi vena jugularis, jari kapalan, edema perifer, sianosis sentral. Menurut Muttaqin (2008), data diperoleh untuk mengukur jumlah produksi urin karena berhubungan dengan asupan cairan.

Menurut Muttaqin (2008), data yang diperoleh menunjukkan bahwa pasien sering mengalami mual dan muntah, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan. Menurut Muttaqin (2008), pada data yang diperoleh tidak ditemukan adanya pembesaran pada daerah kelenjar tiroid dan parotis.

Diagnosa Keperawatan

Kriteria luaran menunjukkan batuk efektif, tidak ada sianosis dan dyspnoea, keluar sekret menunjukkan jalan nafas terbuka, irama pernafasan normal. Lakukan BHSP, pantau tanda vital terutama frekuensi pernafasan, pantau status oksigen pasien, lakukan fisioterapi dada bila perlu, ajarkan batuk efektif, auskultasi bunyi nafas, catat bunyi nafas tambahan, kerjasama dengan nebullasing dan dilator cabang. Sedangkan implementasi dalam kasus nyata sudah disiapkan dan dilaksanakan oleh klien, serta terdapat dokumentasi dan intervensi.

Observasi lokasi, monitoring tanda vital terutama frekuensi pernafasan, RR : 26 x/menit, monitoring status oksigen pasien dengan kanul hidung 4 lpm, posisi pasien semi Fowler 45o, lakukan fisioterapi dada, ajarkan batuk efektif , mengauskultasi suara pernapasan, yang berkolaborasi dalam pemberian nebula. Untuk mengatasi batuk yang dialami klien menurut penulis dapat dilakukan secara farmakologis dan nonfarmakologis yaitu dengan menggunakan teknik relaksasi pernafasan dalam, batuk efektif, pernafasan melalui hidung kemudian dihembuskan melalui mulut secara perlahan dan batuk efektif. tekniknya, batuk sampai 3 kali, jadi terakhir tidak bisa diminum, lalu batuk sampai keluar sekret, dan pengobatan farmakologi dengan PPnebul 2,5 mg. Jika ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penimbunan sekret, maka pada saat dilakukan penilaian pasien dilakukan nebulisasi dan pemberian nonfarmakologis seperti batuk efektif, nafas dalam, pasien masih dalam batas normal dalam waktu 2x24/jam karena tindakan telah berhasil. selesai dan tujuan kriteria kinerja telah tercapai sebagian.

Pada akhir evaluasi, seluruh tujuan dan kriteria hasil dapat tercapai berkat kerjasama yang baik antara perawat dan klien, serta keluarga klien dan tim kesehatan lainnya. Setelah melakukan observasi dan memberikan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dengan diagnosa medis bronkitis di ruang rawat inap Melati RSUD Bangil, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan serta saran yang dapat membantu dalam meningkatkan mutu pengobatan. asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Bronkitis. Dari hasil uraian yang menggambarkan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis bronkitis, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut.

Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas pasien kembali efisien dengan kriteria : Pasien memahami ketidakefektifan bersihan jalan nafas, pasien mampu batuk efektif dan bernapas dalam-dalam, kata pasien dia bisa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis melibatkan secara aktif keluarga dan klien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, karena banyak tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama antara perawat, klien dan keluarga.

Rencana Tindakan Keperawatan

Penatalaksanaan

Evaluasi

SIMPULAN

Simpulan

Saran

Gambar

Tabel 2.2 Intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis hipertermi  berhubungan dengan proses infeksi
Gambar 2.1 Pohon masalah pada klien dengan diagnosa medis Bronkitis  (Raharjoe, 2012)
Gambar 3.1 Genogram Ny. F dengan diagnosa medis Bronkitis + DM di Ruang  Melati RSUD Bangil Pasuruan
Tabel  3.1  Hasil  pemeriksaan  laboratorium  pada  Ny  F  dengan  diagnosa  medis  Bronkitis  dan  DM  di  Ruang  Melati  RSUD  Bangil  Pasuruan  (22  Desember 2018)
+5

Referensi

Dokumen terkait

4.3 Intervensi Keperawatan Pada diagnosa nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskoloskeletal kronis mengalami kesenjangan dikarenakan pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus ada