• Tidak ada hasil yang ditemukan

KTI DWI RIZKY FAUZY.pdf - Repository Poltekkes Kaltim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KTI DWI RIZKY FAUZY.pdf - Repository Poltekkes Kaltim"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim, suatu area pada organ reproduksi wanita yang menjadi pintu masuk menuju rahim, terletak di antara rahim dan lubang vagina. Responden dirawat di Ruang Nifas Mawar RSUD Abdul Wahab Sjahranie dengan diagnosa medis kanker serviks.

Tujuan Penelitian

Manfaat

Hari/tanggal tinjauan diagnosis keperawatan (SOAP). D.0019) Kekurangan gizi berhubungan dengan faktor psikis (keengganan makan).

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Neoplasma muncul dari transformasi atau mutasi sel akibat kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel.

Patofisiologi

Neoplasma adalah kelainan pertumbuhan sel dalam tubuh yang ditandai dengan berkembang biaknya sel-sel baru abnormal yang bersifat merusak atau bersifat kanker. Karsinoma serviks invasif dapat menyerang atau menyebar ke dinding vagina, ligamen kardinal dan rongga endometrium, menyerang kelenjar getah bening dan pembuluh darah, sehingga mengakibatkan metastasis ke bagian tubuh yang jauh (Price & Wilson, 2012). Karsinoma serviks invasif tidak memiliki gejala, namun karsinoma invasif dini dapat menyebabkan keputihan atau pendarahan vagina.

Meskipun pendarahan merupakan gejala yang penting, hal ini tidak selalu terjadi pada tahap awal, sehingga kanker mungkin sudah berkembang pada saat didiagnosis. Seiring dengan tumbuhnya tumor, muncul gejala kemudian seperti nyeri pada punggung bagian bawah atau kaki akibat kompresi saraf lumbosakral, sering dan mendesak buang air kecil, hematuria atau pendarahan dubur (Price & Wilson, 2012). Pengobatan kanker serviks saja akan menimbulkan beberapa efek samping antara lain mual, muntah, kesulitan menelan, diare, maag, kesulitan membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan (yang biasanya terjadi pada terapi radiasi sinar eksternal).

Semua itu akan berdampak buruk pada tubuh, menyebabkan lemas atau lelah, sehingga daya tahan tubuh menurun dan timbul risiko cedera. Tak sedikit pasien yang terdiagnosis positif kanker serviks merasa cemas terhadap penyakitnya.

Pathway

III A: Tumor telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina dan belum menginvasi perimetrium atau mencapai dinding panggul. III B: Tumor telah menyebar ke dinding panggul dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau ginjal tidak berfungsi. IV B: Metastasis Jauh Penyakit Mikroinvasif: Invasi stroma dengan kedalaman 3 mm atau kurang dari membran basal epitel atau tanpa invasi limfatik/pembuluh darah atau melekat pada lesi kanker serviks.

Laki-laki/pasangan seks pertama kali melakukan hubungan seksual pada usia di bawah 20 tahun, mempunyai beberapa pasangan dan menikah dengan seorang wanita yang menderita kanker serviks. Terapi kanker serviks dilakukan apabila diagnosis sudah pasti secara histologis dan telah dilakukan perencanaan yang matang oleh tim yang mampu melakukan rehabilitasi dan observasi lanjutan (tim onkolik). Menurut Wijaya (2010), ada beberapa tindakan klinis yang dapat dipilih untuk mengobati kanker serviks sesuai dengan setiap tahap perkembangannya, yaitu:.

Pengobatan alternatif kanker serviks stadium II B meliputi terapi radiasi internal dan eksternal yang dilanjutkan dengan kemoterapi. F. Pengobatan alternatif kanker serviks stadium III meliputi terapi radiasi internal dan eksternal yang dikombinasikan dengan kemoterapi. G.

Deteksi Kanker Serviks

Klien mengatakan masih merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapinya b. D.0142) Resiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit. Kamis, 05 April 2019 (D.0019) Defisit gizi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan makan). D.0142) Resiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit. Jumat, 06 April 2019 (D.0027) Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan kesulitan bernafas. D.0023) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien pertama dengan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis didasarkan pada kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri akut dapat diselesaikan. Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua klien dengan masalah keperawatan Risiko Infeksi berhubungan dengan penyakit kronis berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan.

Konsep Asuhan Keperawatan

  • Pengkajian Keperawatan
  • Diagnosa Keperawatan
  • Perencanaan Keperawatan
  • Pelaksanaan Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

METODE PENULISAN

Subyek Studi Kasus

Sedangkan pada klien terdapat 2 perbedaan diagnosa keperawatan pertama dan kedua yaitu Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kesulitan bernafas, Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Menurut penulis, tingkat kecemasan pasien ditentukan oleh lamanya waktu dan pengalaman pasien mengidap kanker serviks. . g) Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis. Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua klien dengan masalah keperawatan Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri dari kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kecemasan dapat teratasi dengan kriteria hasil : pasien mampu mengungkapkan kecemasan yang dirasakannya, tekanan darah, denyut nadi. , suhu tubuh dalam batas normal.

Hasil pengkajian yang dilakukan setelah masa pengobatan selama 2 hari pada pasien pertama dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen fisiologis yaitu skala nyeri 2 pada tanggal 3 April 2019. Diagnosa keperawatan perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin pada pasien Pertama, masalah teratasi pada hari ketiga pengobatan tanggal 4 April 2019, dengan hasil hemoglobin 10 g/dL. Berdasarkan kriteria hasil yang direncanakan, maka intervensi diagnostik tidak efektif. perfusi jaringan dihentikan. Diagnosa keperawatan hipovolemia berhubungan dengan kekurangan cairan aktif adalah masalah teratasi pada kedua pasien pada hari kelima pengobatan tanggal 6 April.

Tabel  4.1  Identitas  klien  dengan  Kanker  Serviks  di  ruang  Mawar  Nifas RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tabel 4.1 Identitas klien dengan Kanker Serviks di ruang Mawar Nifas RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Definisi Operasional

Lokasi dan Waktu Penelitian

Prosedur Studi Kasus

Meminta izin pengumpulan data dengan metode studi kasus melalui surat izin pelaksanaan studi kasus dari RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Bagi responden yang setuju untuk berpartisipasi dalam studi kasus ini, formulir informed consent dibagikan untuk ditandatangani.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

  • Instrumen Pengumpulan Data

Keabsahan Data

  • Analisis Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan

Berdasarkan pendapat penulis mengenai persamaan dan perbedaan kasus yang ditemukan peneliti dengan teori yang dikemukakan pada klien kanker serviks dengan defisiensi nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan yaitu mual, muntah, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, kulit kering, mata anemia, penurunan hemoglobin dan rambut rapuh. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka ditegakkan 5 diagnosa keperawatan pada klien 1 dan klien 2. Pada klien 1 yaitu nyeri berhubungan dengan cedera fisiologis, perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin, defisiensi nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, kecemasan yang berhubungan dengan ancaman terhadap harga diri, dan risiko infeksi yang berhubungan dengan penyakit kronis. Diagnosa keperawatan yang penulis buat adalah nyeri kronik yang berhubungan dengan kerusakan biologis (penekanan sel saraf). c) Perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin.

Perfusi jaringan perifer tidak efektif pada pasien pertama karena adanya perdarahan dan penurunan hemoglobin, sedangkan pada pasien kedua tidak ada keluhan perdarahan. Semua itu akan berdampak buruk pada tubuh, menyebabkan lemas atau lelah, sehingga daya tahan tubuh menurun dan timbul risiko cedera. e) Defisit gizi berhubungan dengan asupan makanan yang tidak mencukupi. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan berat badan yang nyata, kelemahan umum, perubahan kapasitas fungsional, penyembuhan luka yang tertunda, peningkatan kerentanan terhadap infeksi, dan rawat inap yang berkepanjangan (Barbara et al., 2011). f) Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri.

Berdasarkan hasil analisa peneliti, permasalahan keperawatan risiko infeksi pada pasien pertama dan kedua ditemukan dari diagnosa medis pasien yang menunjukkan kanker serviks stadium Iib dan dari pemeriksaan laboratorium. Perencanaan asuhan keperawatan sebaiknya dilakukan pada pasien kedua dengan masalah keperawatan pola nafas tidak efektif. Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien kedua dengan masalah keperawatan Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif berdasarkan kriteria outcome yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6x24 jam diharapkan hipovolemia dapat teratasi dengan kriteria outcome : tekanan darah, nadi, tubuh suhu dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, selaput lendir lembab, tidak ada rasa haus berlebihan, jumlah dan irama pernafasan dalam batas normal, elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua klien dengan masalah keperawatan defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan didasarkan pada kriteria outcome yaitu setelah dilakukan upaya keperawatan selama 4x24 jam diharapkan defisit nutrisi dapat tercapai. diselesaikan dengan kriteria hasil: peningkatan berat badan sesuai target, berat badan ideal sesuai tinggi badan, mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi. Sesuai dengan kriteria hasil perencanaan, intervensi dalam diagnosis hipovolemia dihentikan. e) Defisit gizi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan Hasil evaluasi yang didapat pada klien satu setelah dilakukan perawatan selama empat hari pada klien satu keluhan subyektif klien menunjukkan mual dan muntah mulai mereda, klien menghabiskan 1 porsi makanan data obyektif berat badan 46 kg, tinggi badan 150 cm, pemeriksaan laboratorium hemoglobin 10,0 g/dl, kulit kering, konjungtiva merah muda, dan rambut rontok Masalah masih terselesaikan sebagian sesuai kriteria hasil Ada masalah yang tidak terselesaikan seperti kulit kaki klien kering dan bibir. Permasalahan masih sebagian teratasi sesuai kriteria hasil, terdapat permasalahan yang tidak terpenuhi seperti kulit kering pada kaki dan bibir klien. f) Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri.

Hasil pengkajian yang dilakukan setelah masa perawatan dengan diagnosa keperawatan kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri adalah pada pasien pertama permasalahan teratasi pada hari kedua perawatan tanggal 3 April 2019 dengan pergantian pasien. menjadi kurang humoris dan kooperatif, sedangkan pada pasien kedua permasalahan teratasi, pada pengobatan hari ketiga tanggal 4 April 2019 pasien berubah menjadi kurang tersedia dan kooperatif. g) Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis. Hasil pengkajian yang didapat dari diagnosa keperawatan risiko infeksi berhubungan penyakit kronis dilakukan pada pasien pertama, permasalahan teratasi pada hari keempat perawatan yaitu tanggal 5 April 2019, dan pada pasien kedua diselesaikan pada tanggal enam. hari pengobatan tanggal 7 April 2019, dengan tercapainya kriteria hasil pasien bebas tanda dan gejala infeksi, tanda vital normal TD mmHg Nadi : 60-100x/m RR : 16- 20x/m Suhu : 36- 37,5oC. Dalam pengkajian yang peneliti lakukan pada kedua klien berdasarkan kriteria yang peneliti kembangkan, terdapat 5 diagnosa keperawatan yang terselesaikan dengan baik sesuai rencana yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kesulitan bernafas, nyeri akut berhubungan dengan agen perusak fisiologis. , perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi, hemoglobin, hipovolemia berhubungan dengan kekurangan cairan aktif, kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, namun terdapat 2 diagnosa keperawatan.

Gambar

Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan
Tabel  4.2  Hasil  pengkajian  klien  dengan  Kanker  Serviks  di  ruang  Mawar Nifas RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tabel  4.1  Identitas  klien  dengan  Kanker  Serviks  di  ruang  Mawar  Nifas RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tabel 4.3 Analisa data klien I (Ny.S) dengan Kanker Serviks di ruang Mawar  Nifas RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Evalusi untuk diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya jaringan sekunder didapatkan data subyektif, pasien mengatakan terdapat luka robek di punggung tangan kanan dan

Intervensi pertama yang dibuat penulis berdasarkan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)

Berdasarkan prioritas diagnosa keperawatan dari pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan diagnosa keperawatan hipertermia berhubungan dengan penyakit (00007)

1) Evaluasi terhadap diagnosa keperawatan Nyeri Kronis berhubungan dengan gangguan metabolisme pada tanggal 24 Februari 2021 didapatkan data subjektif yaitu klien

F mengeluh badan panas dan demam, pasien juga mengelami penurunan nafsu makan dikarenakan mual dan muntah 5.1.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang didapat yaitu hipertermia berhubungan

Pada hari Jumat tanggal 01 juli 2021, telah dilakukan implementasi pertama namun masalah keperawatan belum teratasi Risiko Ketidak seimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan

ix ABSTRAK “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT” Pendahuluan : Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mendapatkan gambaran pelaksanaan dalam “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik di Ruang Flamboyan, Rumah Sakit Abdul Wahab