• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH - Repository Poltekkes Kaltim

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH - Repository Poltekkes Kaltim"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada studi kasus ini adalah seperti apa asuhan keperawatan pada pasien fraktur ekstremitas bawah di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Bagi Penulis
  • Bagi Tempat Penelitian
  • Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Demikian kesimpulan penulis mengenai beberapa keluhan yang terjadi pada pasien 1 pasca operasi fraktur ekstremitas bawah dengan teori menurut beberapa penelitian sesuai teori dan fakta. Perencanaan Asuhan Keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 1 dengan masalah kerusakan integritas kulit terkait pemasangan traksi berdasarkan kriteria hasil yaitu Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam,. Pada saat pemeriksaan terdapat fraktur ekstremitas bawah pasca operasi dengan tipe luka horizontal dengan panjang luka ± 10 cm pada pasien 2 yang masih dibalut perban.

Pada pasien pasca operasi dengan fraktur ekstremitas bawah, komplikasi dapat terjadi jika perawatan yang tepat tidak dilakukan, seperti kegagalan untuk menjaga kebersihan diri, yang dapat menyebabkan infeksi. Wiknjosastro (2008). Bersama Hardja Lukita Yogyakarta, ia menunjukkan bahwa latihan relaksasi nafas dalam efektif untuk mengurangi nyeri pada pasien pasca fraktur. Diagnosa keperawatan yang terjadi pada pasien 1 dan pasien 2 adalah Nyeri berhubungan dengan penyebab cedera fisik, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan rusaknya integritas struktur tulang, cedera.

Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dan sebagai tolak ukur untuk melakukan studi kasus lebih lanjut terkait asuhan keperawatan pada pasien pasca operasi fraktur ekstremitas bawah. Kami mahasiswa Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes Kalimantan Timur, dengan ini mohon kesediaan saudara/i ​​untuk berpartisipasi dalam melakukan studi kasus bertajuk Asuhan Keperawatan Pasien Fraktur Ekstremitas Bawah Pasca Operasi Di Ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian

Organ dapat terluka akibat gaya yang disebabkan oleh patah tulang atau oleh fragmen tulang (Brunner & Suddart, 2013). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang utuh, biasanya disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik yang ditentukan oleh jenis dan luasnya trauma (Lukman dan Ningsih, 2012). Fraktur ekstremitas adalah patah tulang yang terjadi pada tulang yang membentuk letak anggota gerak atas (tangan, pergelangan tangan, lengan bawah, siku, lengan atas, dan bahu) dan anggota gerak bawah (pinggul, paha, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki) (UT Pusat Medis Barat Daya, 2016).

Etiologi

  • Kekerasan Langsung
  • Kekerasan Tidak Langsung
  • Kekerasan Akibat Tarikan Otot

Ketika tulang patah, jaringan di sekitarnya terpengaruh, yang dapat menyebabkan edema jaringan lunak, dislokasi sendi, dan kerusakan saraf. Trauma ringan adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan patah tulang jika tulang itu sendiri rapuh atau mengalami kelonggaran atau patah tulang patologis (Sjamsuhidayat, 2010).

Patofisiologi

  • Fase Inflamasi
  • Fase Polifrasi
  • Fase Pembentukan Kallus
  • Fase Konsolidasi
  • Fase Remodeling

Peninjauan riwayat kesehatan pasien 1 dan pasien 2 memiliki kesamaan yaitu sama-sama mengeluhkan nyeri pada area fraktur. Pada tahap evaluasi pasca operasi fraktur ekstremitas bawah pada pasien 1, penulis mendapatkan data keluhan nyeri akibat fraktur ekstremitas bawah pasca operasi dengan karakteristik luka insisi vertikal dengan panjang luka ±19 cm, nyeri dirasakan sebagai. Perencanaan Asuhan Keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 1 dengan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen kerusakan fisik, nadi membaik, tekanan darah membaik, nafsu makan dan pola tidur membaik.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 1 dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik terkait kerusakan integritas struktur tulang berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan intervensi 3x24 jam mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil : Meningkat. gerakan tungkai, kekuatan otot meningkat, keterbatasan gerak berkurang, kelemahan fisik berkurang. Hasil evaluasi yang diperoleh setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 menunjukkan hasil gangguan mobilitas fisik pada pasien 1, gangguan gerak sebagian dieliminasi sesuai dengan kriteria hasil yaitu pasien meningkatkan kinerja aktivitas fisik yang sesuai, pada pasien 1 tidak mampu untuk melakukan aktivitas fisik. melakukan aktivitas dan mobilisasi secara mandiri karena rusaknya integritas struktur tulang atau terputusnya kontinuitas tulang yang mengakibatkan kinerja pasien fraktur ekstremitas bawah pasca operasi pada mobilisasi dini dapat meningkatkan kemandirian dan aktivitas pasien menurut Sumaryati, dkk 2018. pasien 1, adalah panjang luka ±19 cm, tipe sayatan vertikal pada tulang paha kiri, pasien mengatakan bekas luka operasi nyeri saat bergerak.

Risiko infeksi dapat terjadi pada pasien yang kemungkinan mengalami luka pasca operasi, pada pasien pasca operasi dengan fraktur ekstremitas bawah, tidak tertutup kemungkinan pasien mengalami komplikasi jika tidak dilakukan penanganan yang tepat, seperti tidak menjaga kebersihan diri, yang akan mengakibatkan infeksi (Wiknjosastro, 2008). Pada pasien 1 tidak ada tanda dan gejala infeksi, infeksi dapat terjadi karena adanya luka pasca operasi, pasien pasca operasi dengan fraktur ekstremitas bawah memungkinkan pasien mengalami komplikasi jika perawatan yang tepat tidak dilakukan, seperti tidak menjaga kebersihan diri. kebersihan, yang akan mengakibatkan infeksi (Wiknjosastro, 2008). Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 2 dengan nyeri akut Masalah keperawatan berhubungan dengan agen bahaya fisik pada pasien Tujuan penulis antara lain : denyut jantung membaik, tekanan darah membaik, nafsu makan membaik, dan pola tidur.

Perencanaan Asuhan Keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 2 dengan kesulitan keperawatan atau gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan intervensi 3x24 jam mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil : Anggota gerak bertambah gerakan, kekuatan otot meningkat, keterbatasan gerak berkurang, kelemahan fisik berkurang. Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 didapatkan hasil penurunan mobilitas fisik pada pasien 2 didapatkan gangguan mobilitas teratasi sesuai kriteria outcome yaitu pasien meningkat dalam melakukan aktivitas fisik relevan dengan teori bahwa tingkat . Rencana Asuhan Keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 2 dengan masalah kerusakan integritas kulit terkait pemasangan traksi berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah 3x24 jam intervensi, integritas kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil: peningkatan elastisitas, penurunan kerusakan jaringan, penurunan perdarahan, kerusakan lapisan berkurang, rasa membaik, tekstur membaik.

Risiko infeksi dapat terjadi pada pasien yang mungkin memiliki luka pasca operasi. Pada pasien pasca operasi, fraktur ekstremitas bawah dapat menyebabkan komplikasi jika tidak dilakukan penanganan yang tepat, seperti kegagalan menjaga kebersihan diri, yang dapat menyebabkan infeksi (Wiknjosastro, 2008). . Hasil evaluasi didapatkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, risiko infeksi teratasi dengan kriteria peningkatan kebersihan tangan, peningkatan kebersihan tubuh, penurunan nyeri, penurunan pembengkakan, peningkatan kadar sel darah putih, perbaikan kultur area luka. bahwa pasien tidak memiliki tanda dan gejala infeksi, sesuai dengan teori bahwa risiko infeksi dapat terjadi pada pasien yang mungkin mengalami luka pasca operasi. Pada diagnosa keperawatan nyeri akut akibat cedera menurut penulis diperoleh perbandingan antara data evaluasi yang muncul pada pasien 1 dan pasien 2. Tingkat skala nyeri pada pasien 1 menurun menjadi skala 4 (nyeri sedang). pada pasien 2 sampai skala 3 (nyeri ringan). ) dan pada pasien 2, didukung dengan perilaku pasien yang sesuai.

Dalam diagnosis keperawatan, risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, menurut penulis data evaluasi asuhan keperawatan yang muncul pada pasien 1 dan pasien 2, masalah keperawatan menurunkan risiko infeksi pada kedua pasien. Konsisten dengan teori Wiknjosastro (2008), pada pasien pasca operasi fraktur, pasien dapat mengalami komplikasi jika tidak dilakukan perawatan yang tepat, seperti kegagalan menjaga kebersihan diri, yang akan mengakibatkan infeksi dan tindakan pengendalian infeksi sedang diselidiki. Pelaksanaan keperawatan dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 sesuai dengan intervensi yang direncanakan berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan kebutuhan pasien.

Institusi pendidikan sebagai bahan acuan dan acuan bahan penelitian selanjutnya serta dapat dijadikan intervensi bagi mahasiswa dalam mengatasi masalah pada pasien pasca operasi fraktur ekstremitas di Ruang Cempaka RS Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Tabel 2.1  Intervensi keperawatan  No  Diagnosa  Tujuan dan Kriteria
Tabel 2.1 Intervensi keperawatan No Diagnosa Tujuan dan Kriteria

Klasifikasi Frakur

Gambar

Tabel 4.8 Evaluasi asuhan keperwatan Pasien post Op Fraktur
Tabel 2.1  Intervensi keperawatan  No  Diagnosa  Tujuan dan Kriteria

Referensi

Dokumen terkait

risiko terjadinya syok pada penderita demam berdarah dengue di RSUD Abdul. Wahab

Untuk mengetahui Karakteristik Penderita Demam tifoid rawat inap Anak. di RSUD Abdul Wahab

K DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OPERATIVE CLOSE FRAKTUR RADIUS ULNA 1/3 DEXTRA DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN.” adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain

Untuk melakukan analisis terhadap perlakuan akuntansi persediaan obat-obatan pada RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, maka penulis menggunakan alat analisis

x ABSTRAK “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN THALASEMIA” Penyakit Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah muda rusak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien 1 dan Klien 2 dengan penyakit Post Stroke Non Hemoragik di UPTD Panti

5.2 Simpulan Dari hasil yang menguraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis post Sectio Caesarea dengan indikasi letak sungsang di ruang Mawar - 4 RSUD

Hubungan Usia dengan Kadar Prostate Specific Antigen pada Penderita Benign Prostatic Hyperplasia di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.. Pathology