• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RSUD dr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RSUD dr"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Bronkopneumonia merupakan suatu peradangan yang menyerang paru-paru dimana daerah konsolidasi atau daerah putih pada paru-paru mengandung cairan atau sel-sel yang tersebar luas disekitar bronkus dan tidak mempunyai pola lobar (Wijaya & Putri, 2013). Bronkopneumonia biasanya banyak ditemukan pada anak-anak dan bayi, karena pada anak-anak dan bayi daya tahan tubuhnya belum kuat sehingga menyebabkan virus, bakteri, jamur dan protozoa mudah masuk ke dalam tubuh. Proses inflamasi pada bronkopneumonia menimbulkan manifestasi klinis sehingga timbul beberapa permasalahan, salah satunya adalah tidak efektifnya bersihan jalan nafas yaitu ketidakmampuan membersihkan sekret atau adanya hambatan jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka.

Masalah keperawatan bersihan jalan nafas yang tidak efektif apabila tidak ditangani dengan cepat dapat menimbulkan masalah yang lebih serius seperti pasien mengalami sesak nafas yang parah dan dapat menyebabkan kematian (PPNI, 2017). Masalah keperawatan yang sering terjadi pada anak mengalami bronkopneumonia adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktivitas, resiko ketidakseimbangan elektrolit (Nurafif & Kusuma, 2016). Bronkopneumonia pada anak menitikberatkan pada pengkajian dan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda dan gejala gangguan pernafasan yaitu diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif yang ditandai dengan batuk tidak efektif, ketidakmampuan batuk, sputum berlebihan, mengi, mengi, ronki, gelisah, sianosis, pernafasan. perubahan frekuensi, perubahan pola pernafasan (PPNI, 2017).

Rumusan Masalah

Tujuan

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Bronkopneumonia

  • Definisi
  • Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
  • Etiologi
  • Klasifikasi
  • Manifestasi Klinik
  • Patofisiologi
  • Pemeriksaan Penunjang
  • Penatalaksanaan
  • Komplikasi

Paru-paru terdiri dari beberapa lobus yang ditutupi oleh pleura parietal dan pleura visceral, serta dilindungi oleh cairan pleura yang mengandung surfaktan. Orang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernapasan, yang terdiri atas: refleks glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan mikroba dari organ, dan sekret humoral lokal (Nurafif & Kusuma, 2016). . Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen, yang berinteraksi dengan histamin dan prostaglandin untuk mengendurkan otot polos pembuluh darah paru dan meningkatkan permeabilitas kapiler paru.

Lobus tetap padat dan warna merah berubah menjadi abu-abu muda karena sel darah putih berkoloni di area paru-paru yang terinfeksi. Proses kerusakan yang terjadi dapat dibatasi dengan pemberian antibiotik sedini mungkin sehingga sistem bronkopulmonal yang tidak terkena dapat terselamatkan. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan asupan cairan yang tidak mencukupi dapat menyebabkan dehidrasi.

Masalah Keperawatan

  • Pengertian Masalah Keperawatan
  • Komponen Masalah Keperawatan
  • Pathway Bronkopneumonia

Kriteria luaran : 1) Penurunan mual 2) Penurunan muntah 3) Penurunan dispepsia 4) Peningkatan peristaltik usus 5) Peningkatan asupan cairan Intervensi keperawatan Observasi.

Asuhan Keperawatan pada Bronkopneumonia

  • Pengkajian Keperawatan
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) pada individu atau kelompok, dimana perawat dapat secara bertanggung jawab mengidentifikasi dan memberikan intervensi tertentu untuk mempertahankan status kesehatan, mengurangi, membatasi, mencegah dan mengubah. Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau komunitas sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan saat ini atau yang mungkin terjadi. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan, hal ini sangat perlu didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Abdul, 2016).

Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, intervensi adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang dihadapi pasien. Tujuan: setelah intervensi keperawatan, termoregulasi membaik (L menggigil berkurang 2) Kemerahan pada kulit berkurang 3) kejang berkurang 4) pucat berkurang 5) takikardia menurun 6) suhu tubuh membaik 7) Suhu kulit membaik.

Konsep Keperawatan Anak

  • Pertumbuhan dan Perkembangan
  • Paradigma Keperawatan Anak
  • Prinsip Keperawatan Anak
  • Batasan Usia Anak
  • Peran Perawat Anak
  • Hospitalisasi

Dalam keperawatan, anak yang bersifat individu adalah anak yang diartikan sebagai seseorang yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, yang mempunyai kebutuhan khusus, yaitu kebutuhan jasmani, rohani, sosial, dan rohani. Dalam memberikan pelayanan keperawatan, anak selalu mendapat prioritas, mengingat kemampuannya dalam mengatasi permasalahan masih dalam proses pendewasaan yang berbeda dibandingkan dengan orang dewasa, karena struktur fisik anak dan orang dewasa berbeda mulai dari ukuran hingga aspek kematangan fisik. Lingkungan paradigma keperawatan anak yang dimaksud adalah lingkungan eksternal dan internal yang berperan dalam perubahan status kesehatan anak.

Peran lainnya adalah menjaga kelangsungan hidup anak dan keluarga, menjaga keselamatan anak dan meningkatkan kesejahteraan anak untuk mencapai masa depan anak yang lebih baik, melalui interaksi tersebut kesejahteraan anak terwujud. Dalam meningkatkan kesejahteraan anak, keperawatan selalu mengedepankan kepentingan anak, dan upayanya tidak lepas dari peran keluarga, sehingga selalu melibatkan keluarga. Dengan mendengarkan segala keluhan, menyentuh dan hadir secara fisik, perawat dapat bertukar pikiran dan pendapat dengan orang tua mengenai masalah pada anak dan keluarganya serta membantu mencari alternatif solusi.

Sebagai peneliti perawat anak, diperlukan keterlibatan penuh dalam upaya menemukan masalah keperawatan anak dengan menyelidiki, melakukan penelitian langsung, dan menggunakan hasil penelitian kesehatan/keperawatan anak untuk tujuan perbaikan. Peran tersebut memerlukan kemampuan berpikir kritis dalam melihat fenomena yang terjadi dalam pelayanan keperawatan anak sehari-hari, menelusuri penelitian yang telah dilakukan dan menggunakan literatur untuk memvalidasi permasalahan penelitian yang ditemukan. Pada tingkat kualifikasi tertentu, perawat harus mampu melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu praktik keperawatan anak.

Ketika anak-anak menjalani perawatan di rumah sakit, mereka mungkin kehilangan teman dan keluarga. Anak-anak mungkin tidak mengerti mengapa mereka dirawat di rumah sakit atau mungkin memiliki keyakinan yang salah tentang apa yang terjadi (Mendiri & Prayogi, 2016). Proses masuk rumah sakit dapat menjadi pengalaman yang membingungkan dan menegangkan bagi anak-anak, remaja dan keluarga mereka.

Proses rawat inap mempengaruhi anak-anak dengan cara yang berbeda-beda, tergantung pada usia, alasan rawat inap, dan temperamen.

METODE PENELITIAN

  • Pendekatan/Desain Penelitian
  • Subyek Penelitian
  • Batasan Istilah
  • Lokasi dan Waktu Penelitian
  • Prosedur Penelitian
  • Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
  • Keabsahan Data
  • Analisis Data

Kata mama An.C sudah bisa jalan tapi belum bisa berdiri sendiri tanpa bantuan 17 sampel medis. Sang ibu mengatakan bahwa An.C merupakan anak yang aktif dan lebih sering bermain pada sore hari. Ibunya mengatakan bahwa An.F adalah anak yang sedikit pemalu jika bertemu orang baru dan An.F bermain di dalam.

Diagnosa yang ditegakkan sama pada klien 1 dan 2 yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif, hipertermia, resiko terjatuh dan resiko infeksi. Tidak ada tanda-tanda infeksi di An.c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien. Pembalut An.c IV bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi - Orang tua mengakui. takan akan melakukan saran memantau suara na-.

An.F tidak terlalu aktif - Skor Humpty. Karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan risiko jatuh. Orang tua An.F ingin mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai penyakit cuci tangan anaknya. setelah kontak dengan pasien dan lingkungannya. Hasil evaluasi yang didapat setelah 3 hari perawatan pada klien 1 dan klien 2 yaitu bersihan jalan nafas klien 1 teratasi pada hari ke 3 tanggal 29 Mei 2021 dengan hasil ibu mengatakan anaknya tidak sesak nafas lagi, ibu dikatakan. An.C sudah tidak ada lendir lagi, tidak ada bunyi nafas lagi, RR 28 x/menit, SpO2 99% Denyut nadi 95 x/menit, tidak ada tambahan otot untuk pernafasan.

Pada klien 1 dan klien 2 terdapat 2 diagnosa yang terjadi sesuai teori yaitu bersihan jalan nafas dan hipertermia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  • Gambaran Lokasi Penelitian
  • Hasil Asuhan Keperawatan

Ibunya mengatakan bahwa An.F bisa berpakaian dan membuka pakaian sendiri, bahkan An.F bisa makan dengan sendok. 19 – Pola tidur Kata ibu An.C tidur 10 jam pada malam hari dan 3 jam pada siang hari. Ibu An.F mengaku khawatir dengan kondisi putrinya, karena awalnya hanya demam, batuk, dan pilek.

An.c aktif dan pilih-pilih serta ingin dilaksanakan 3.2 mengidentifikasi. lingkungan yang dapat meningkatkan potensi jatuh. An.c pilih-pilih dan mau melepas masker untuk melakukan fisioterapi. sudah selesai dan ibu bilang ada lendir yang keluar.

Tabel diatas menjelaskan mengenai intervensi yang akan dilakukan  pada klien 1 dan klien 2 selama masa perawatan sesuai dengan diagnosa  keperawatan  yang  ditegakkan
Tabel diatas menjelaskan mengenai intervensi yang akan dilakukan pada klien 1 dan klien 2 selama masa perawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan

Pembahasan

  • Pengkajian

Asuhan keperawatan diberikan pada klien 2 selama 3 hari, evaluasi pada klien 2 didapatkan pengetahuan kurang, 2 diagnosa hilang pada hari ketiga yaitu bersihan jalan nafas dan hipertermia, sedangkan 2 diagnosa tidak terjadi yaitu risiko jatuh dan risiko infeksi. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, terdapat 4 diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada klien 1 yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sisa sekret, hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, risiko jatuh ditandai dengan anak dibawah usia 2 tahun. Sedangkan pada klien 2 ditemukan 5 diagnosa yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi, hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, defisit pengetahuan berhubungan dengan ketakutan akan kegagalan dalam keluarga, resiko jatuh ditandai dengan anak <2 tahun, resiko infeksi ditandai dengan efek dari prosedur invasif.

Diagnosis yang didapat pada klien 1 adalah tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan tertahannya sekret, sedangkan tidak efektifnya bersihan jalan nafas pada klien 2 berhubungan dengan hipersekresi. Sedangkan pada klien 2 dibuktikan dengan frekuensi pernafasan 42 x/menit, irama nafas cepat tidak teratur dan suara pernafasan dangkal ronchi, batuk produktif. Diagnosa yang didapat pada klien 2 adalah defisit pengetahuan tentang keselamatan fisik anak terkait kurangnya paparan informasi berdasarkan PPNI (2017).

Hasil evaluasi setelah pengobatan selama 3 hari pada klien 1 dan masalah risiko infeksi klien tidak terjadi. Untuk klien 2 dengan diagnosis risiko jatuh yang dibuktikan oleh anak berusia 2 tahun ke bawah, intervensi terdiri dari observasi: identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko jatuh, identifikasi karakteristik lingkungan. Implementasinya berlangsung sesuai dengan intervensi yang dibuat dan disesuaikan dengan permasalahan keperawatan klien.

Pada klien 2, pantau suhu tubuh, sediakan lingkungan sejuk, longgarkan atau lepaskan pakaian, lakukan pendinginan eksternal, berikan cairan dan elektrolit intravena, berikan obat melalui infus. Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah risiko infeksi pada Klien 1 dan Klien 2 yaitu pemantauan tanda dan gejala infeksi, mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan, membatasi pengunjung. Evaluasi masalah risiko jatuh dan risiko infeksi pada klien 1 dan klien 2 selama 3 hari perawatan yaitu masalah hanya terjadi pada saat pasien datang kembali.

Pelaksanaan asuhan keperawatan bangsal 1 dan bangsal 2 telah sesuai dengan intervensi yang direncanakan sesuai kebutuhan anak bangsal dengan bronkopneumonia.

HASIL DAN KESIMPULAN

Kesimpulan

Sedangkan perbedaannya adalah klien 1 tidak mengalami sianosis, muntah dan diare, sedangkan klien 2 tidak mengalami sianosis, muntah dan diare.

Saran

  • Bagi Peneliti
  • Bagi Tempat Penelitian
  • Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Studi kasus pada klien 1 dan klien 2 dengan asuhan keperawatan pada anak penderita bronkopneumonia dapat menjadi acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan komprehensif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat senantiasa memberikan sumbangan pengetahuan di bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak penderita bronkopneumonia secara komprehensif dan selalu mengikuti perkembangan terkini di bidang keperawatan.

Gambar

Tabel diatas menjelaskan mengenai intervensi yang akan dilakukan  pada klien 1 dan klien 2 selama masa perawatan sesuai dengan diagnosa  keperawatan  yang  ditegakkan
Tabel  diatas  menjelaskan  bahwa  pada  klien  1  dilakukan  asuhan  keperawatan  selama  3  hari,  evaluasi  pada  klien  1  menunjukkan  hipertermia teratasi pada hari kedua, 1 diagnosa teratasi pada hari ketiga  yaitu  bersihan  jalan  napas  sedangkan

Referensi

Dokumen terkait

Dimana didapatkan hasil data subjektif pasien mengatakan sulit mengeluarkan dahak, pasien mengtakan demam 1 hari saat awal sesak napas, pasien mengtakan sesak napas sejak satu minggu