• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS PARU (TBC) DI RUANG ST BERNADETH III RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS PARU (TBC) DI RUANG ST BERNADETH III RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Tujuan Penulisan

Mendapatkan pengalaman dunia nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien tuberkulosis (TB) paru di Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Melaksanakan asesmen terhadap pasien tuberkulosis (TB) paru di RS Ny. M di RS Stella Maris Makassar. Perumusan diagnosa keperawatan pada pasien tuberkulosis (TB) paru pada Tn. M di RS Stella Maris Makassar.

Menyusun rencana tindakan intervensi atau rencana keperawatan pada pasien tuberkulosis (TB) paru untuk Tn. M di RS Stella Maris Makassar. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien tuberkulosis (TB) paru pada Tn. M di RS Stella Maris Makassar. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien tuberkulosis (TB) paru pada Tn. M di RS Stella Maris Makassar.

Manfaat Penulisan

Metode Penulisan

Sistematika Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Anatomi dan Fisiologi

Bentuk paru-paru berbentuk kerucut dengan puncak di atas tulang rusuk pertama dan dasar di diafragma. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh suatu ruang yang disebut mediastinum (Huda, 2018). Pada keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada, sehingga paru-paru mudah meluncur ke dinding dada karena mempunyai struktur yang elastis.

Tekanan yang masuk ke ruang antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. Volume Residu, yaitu jumlah udara yang tersisa di paru-paru setelah dihembuskan dengan kuat. Pada akhir inspirasi, recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi, dimana tekanan recoil di paru-paru dan dinding dada menjadi seimbang.

Tekanan pada saluran pernafasan diseimbangkan menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir dari paru-paru (Algasaff, 2017). Kekuatan otot paru maksimal pada usia 20-40 tahun dan dapat menurun sebesar 20% setelah usia 40 tahun.

Gambar 1. 1 Anatomi Sistem Pernapasan   (Grard & Bryan, 2019)
Gambar 1. 1 Anatomi Sistem Pernapasan (Grard & Bryan, 2019)

Etiologi

Pada pria, penyakit ini lebih tinggi karena kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh sehingga lebih mudah terpapar agen penyebab TBC paru.

Patofisiologi

S : - Pasien mengatakan bahwa dia tidak menyukai makanan yang ditawarkan di rumah sakit, seperti bubur O: - Tampaknya pasien hanya menghabiskan setengahnya.

Gambar 1. 3 Hasil CT-Scan dengan TB Paru   (Grard & Bryan, 2019)
Gambar 1. 3 Hasil CT-Scan dengan TB Paru (Grard & Bryan, 2019)

Patoflowdiagram

Klasifikasi

Manifestasi Klinis

Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan Medis

Komplikasi

Konsep Dasar Keperawatan

  • Pengkajian
  • Diagnosis Keperawatan
  • Intervensi/Rencana Keperawatan
  • Perencanaan Pulang/Discharge Planning

Data subyektif : Riwayat pasien dan keluarga, riwayat penyakit TBC paru dan riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat pekerjaan seperti jenis dan. Data obyektif : Terdapat pola pernafasan takipnea atau dispnea, takikardia saat melakukan aktivitas, ketidakmampuan atau kesulitan dalam melakukan aktivitas secara mandiri. Data subyektif : Terdapat perasaan rendah diri dan ideal diri, merasa tidak berdaya dan putus asa serta mengeluh cemas.

Data obyektif : Tampak cemas dan takut, murung serta berkurangnya kontak mata dan interaksi dengan orang lain. Data subyektif : Adanya faktor stres jangka panjang akibat perasaan tidak berdaya dan kebutuhan obat penenang. Diagnosa keperawatan: Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi saluran napas atau retensi sekret.

Alasan: Ronki dan mengi menunjukkan penumpukan sekret atau ketidakmampuan membersihkan saluran udara, yang dapat menyebabkan penggunaan otot pernapasan tambahan dan peningkatan kerja pernapasan. (3) Periksa dahak (jumlah, warna, aroma). Alasan: Ronki dan mengi menunjukkan penumpukan sekret atau ketidakmampuan membersihkan saluran udara, yang dapat menyebabkan penggunaan otot pernapasan tambahan dan peningkatan kerja pernapasan. (3) Periksa dahak.

PENGAMATAN KASUS

Analisa Data

Diagnosis Keperawatan

Rencana Keperawatan

Evaluasi Keperawatan

Daftar Obat

PEMBAHASAN KASUS

Intervensi Keperawatan

Setelah selesai melakukan proses pengkajian, mengidentifikasi masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan, penulis menyusun rencana asuhan keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang dimiliki pasien. Perencanaan yang dilakukan meliputi tindakan observasi, terapeutik, edukatif dan kolaboratif berdasarkan Buku Standar Keperawatan Indonesia (PPNI). Pada diagnosa utama ini, penulis melakukan 8 intervensi penatalaksanaan saluran nafas dan 5 intervensi monitoring pernafasan yang sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan Standar Intervensi Medis Indonesia (SIKI), yaitu: monitoring pola pernafasan (frekuensi, kedalaman, usaha pernafasan), monitoring suara pernafasan tambahan (misalnya gurgling, wheezing, wheezing), pemantauan dahak (jumlah, warna, aroma), posisi semi fowler atau fowler, pemberian minuman hangat, pemberian oksigen, asupan cairan 2000 ml/hari dianjurkan jika tidak ada kontraindikasi. , ikut serta dalam pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik dan pemantauan pernapasan dengan intervensi: Auskultasi suara pernapasan, pemantauan saturasi oksigen, pemantauan hasil rontgen dada, dokumentasi hasil pemantauan, pemberitahuan hasil pemantauan bila diperlukan.

Pada diagnosis ketiga ini, penulis melakukan 6 intervensi manajemen energi, yaitu: mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang menyebabkan kelelahan, memantau pola dan jam tidur, memberikan lingkungan yang nyaman dengan rangsangan rendah, memberikan aktivitas menenangkan yang mengganggu, menganjurkan tirah baring, menganjurkan pemakaian pakaian. kegiatan secara bertahap.

Implementasi Keperawatan

Evaluasi Keperawatan

Bersihan jalan nafas yang tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi saluran nafas ditandai dengan pasien mengeluhkan sesak nafas yang dialami sejak sebulan yang lalu kemudian setelah dua minggu pasien mengeluh batuk berlendir disertai muntah darah, sputum berlebihan, nafas ronki berbunyi semua. waktu. bidang paru-paru pasien, pasien tampak tertekan. Pada hari ketiga pelaksanaan, permasalahan belum teratasi, ditandai dengan pasien masih batuk berlendir dan pasien masih merasa sesak napas, P: 24x/menit. Defisit gizi berhubungan dengan faktor psikologis: keengganan makan ditandai dengan penurunan berat badan minimal 10%.

Intoleransi olah raga berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan pasien mengeluh lemas dan lelah, pasien mengalami dispnea setelah olah raga, SPO2 setelah olah raga: 95%.

Pembahasan Penerapan EBN

Dalam hal asuhan keperawatan, tujuan dari latihan siklus teknik pernafasan aktif adalah untuk menurunkan produksi sputum, mengurangi sesak nafas pada pasien, dan meningkatkan ekspansi dada. Menggunakan teknik siklus otak aktif untuk mengatasi masalah bersihan jalan nafas pada pasien tuberkulosis paru. HASIL Intervensi siklus teknik pernafasan aktif pada bronkiektasis menunjukkan peningkatan saturasi oksigen dan penurunan jumlah sputum serta dispnea.

Para peneliti hanya melakukan 1 intervensi untuk mengetahui efektivitas teknik siklus pernapasan aktif dengan menggunakan empat jurnal pendukung. HASIL Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa siklus pernafasan aktif dapat membantu meningkatkan nilai ekspansi toraks dan mengatasi masalah sesak nafas dan masalah sekresi sputum. WAKTU Tidak diketahui dalam jurnal ini kapan terapi siklus pernapasan aktif diberikan dan tidak diketahui kapan penelitian dilakukan.

Sebelum melakukan intervensi, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan tata cara pelaksanaan teknik Active Cycle of Breathing (ACBT). Setelah mengukur hasilnya, peneliti melakukan atau merekomendasikan terapi Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) kepada pasien. Setiap responden diberikan intervensi Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) satu kali sehari selama 4 siklus selama 5 hari.

HASIL Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya pengaruh pemberian terapi Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) terhadap frekuensi pernafasan pasien tuberkulosis paru dengan nilai yang signifikan. Jadi secara statistik terdapat pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah intervensi terapi Active Cycle Of Breathing Technique (ACBT) terhadap laju pernafasan pasien tuberkulosis paru, sehingga diharapkan mempertimbangkan untuk menggunakan terapi Active Cycle Of Breathing Technique (ACBT). untuk mengatasi masalah laju pernapasan (respiratory rate) pada penderita tuberkulosis paru. TIME Pada jurnal ini intervensi dilakukan dengan pemberian teknik pernafasan siklus aktif (ACBT) untuk membantu memperbaiki pola pernafasan pada pasien tuberkulosis paru sebanyak 5 kali dalam seminggu dengan pemberian 4 kali/4 siklus dalam 1 hari dan dilakukan pada bulan Agustus 2021.

Setelah dilakukan penyuluhan tentang terapi teknik pernapasan siklus aktif, diharapkan pasien dapat mengetahui dan melakukannya secara mandiri untuk mengurangi rasa kaku atau membantu mengeluarkan dahak. Tujuan dari teknik pernapasan siklus aktif adalah metode keperawatan fleksibel yang digunakan untuk memobilisasi dan membersihkan sekresi bronkial yang berlebihan. Teknik Pernapasan Siklus Aktif (ACBT) bertujuan untuk membersihkan saluran napas dari dahak untuk mencapai hasil dalam mengurangi sesak napas, mengurangi batuk, dan memperbaiki pola pernapasan.

SIMPULAN DAN SARAN

Saran

Agar rumah sakit tetap menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pasien TBC paru dengan mengajarkan teknik terkini untuk mengatasi permasalahan yang dialami pasien. Agar profesi keperawatan berperan aktif dalam pemberantasan TBC paru dengan memberikan pendidikan kesehatan dan menjadi pedoman kepatuhan dalam minum obat, sehingga diharapkan angka kejadian TBC paru dapat diturunkan. Diharapkan lembaga pendidikan dapat memanfaatkan karya ilmiah ini untuk memperkaya ilmu pengetahuan guna meningkatkan kapasitas dan mutu pendidikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien TB paru berbasis Evidence-Based Nursing.

Sasaran : pasien Bpk. M didiagnosis menderita tuberkulosis paru Tempat : St. Bernadeth III Ruang 372 Hari/Tanggal : Sabtu. Teknik Pernapasan Siklus Aktif (ACBT) adalah tindakan yang dapat digunakan untuk memobilisasi dan membersihkan kelebihan sekresi paru-paru pada penyakit paru-paru kronis dan secara umum meningkatkan fungsi paru-paru. Indikasi dan kontraindikasi teknik siklus pernapasan aktif Indikasi ACBT adalah untuk membantu menghilangkan sisa sekret, atelektasis, sebagai profilaksis terhadap komplikasi paru pasca operasi, memperoleh sampel dahak untuk analisis diagnostik, mendorong pembersihan dada secara mandiri.

Gambar

Gambar 1. 1 Anatomi Sistem Pernapasan   (Grard & Bryan, 2019)
Gambar 1. 2 Anatomi Paru-paru (Setiadi, 2018)
Gambar 1. 3 Hasil CT-Scan dengan TB Paru   (Grard & Bryan, 2019)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada RS Stella Maris Makassar mengenai stres kerja yang dialami oleh perawat IGD di Rumah Sakit Stella