• Tidak ada hasil yang ditemukan

</b> Pendudukan Jepang di Indonesia

N/A
N/A
Ibu Yuni

Academic year: 2024

Membagikan "</b> Pendudukan Jepang di Indonesia"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

A. Runtuhnya Hindia Belanda

Pada tanggal 8 Desember 1941 para pasukan Jepang menyerang Pearl Harbour, pusat pertahanan Amerika Serikat (AS) di Pasifik. Selama 6 bulan sejak jatuhnya Pearl Harbour Jepang melakukan gerakan ofensif. Sejak itu pula serangan diarahkan ke Indonesia untuk melumpuhkan pasukan Hindia Belanda, sampai akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati ditandatangani penyerahan kekuasaan dari Jenderal Ter Poorten,panglima pasukan Hindia Belanda, kepada Jenderal Imamura. Sejak itu kekuasaan Jepang secara resmi berada di Indonesia. Penyerahan Hindia Belanda kepada Jepang tanpa syarat, ini membuktikan betapa lemahnya pasukan Belanda yang tidak lebih dari beambtestaat atau negara yang diatur oleh pegawai-pegawai yang hanya mencari keuntungan saja sedangkan pertahanannya sama sekali tidak diperhatikan.

B. Kedatangan Jepang ke Indonesia

Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945, bersamaan dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan Mohammad Hatta untuk kepentingan rakyat Indonesia.

Jepang masuk ke Indonesia melibatkan Tarakan, Kalimantan Timur, kemudian, pada saat itu memasuki berbagai wilayah di Indonesia dan dalam waktu yang sangat singkat telah menguasai seluruh wilayah Hindia Belanda. Pada Mei 1940, pada awal Perang Dunia II, Belanda terlibat dengan Nazi Jerman. Hindia Belanda menyatakan kondisi siap dan pada bulan Juli memindahkan pengiriman ke Jepang, Amerika Serikat dan Inggris. Perjanjian dengan Jepang pada bulan Juni 1941, mengarah pada pengurangan pasokan bahan bakar pesawat, dan Jepang memulai kesuksesannya di Asia Tenggara pada bulan Desember tahun itu. Sekitar waktu (bulan) yang sama, kelompok dari Sumatra mendapat bantuan Jepang untuk menyelesaikan kerusuhan terhadap otoritas publik Belanda.

Pada 9 Maret 1942, Gubernur Jenderal Jonkheer Tjarda van Starkenborgh Stachouwer bersama Letnan Jenderal Hein ter Poorten, Panglima Tertinggi Tentara Hindia Belanda datang ke Kalijati dan dimulai perundingan antara Pemerintah Hindia Belanda dengan pihak Tentara Jepang yang dipimpin langsung oleh Letnan Jenderal Imamura. Imamura menyatakan, bahwa Belanda harus menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat. Letnan Jenderal ter Poorten, mewakili Gubernur Jenderal menanda-tangani pernyataan menyerah tanpa syarat. Dengan demikian secara de facto dan de jure, seluruh wilayah bekas Hindia Belanda sejak itu berada di bawah

(2)

kekuasaan dan administrasi Jepang. Hari itu juga, tanggal 9 Maret Jenderal Hein ter Poorten memerintahkan kepada seluruh tentara Hindia Belanda untuk menyerahkan diri kepada balatentara Kekaisaran Jepang.

Respon umat Islam pada pendudukan Jepang, salah satu program yang memperoleh empati dari pihak awal penjajahan Jepang yaitu di bidang pendidikan dimana dalam hal ini para pelajar Indonesia diberi kesempatan untuk mendapatkan beasiswa belajar di Jepang dengan alasan untuk memajukan rakyat pribumi.

Terkhusus untuk umat Islam, sebagai basis pergerakan yang massif (untuh) dan sangat diperhitungkan. Jepang berusaha menarik perhatian dengan cara mengirim umat Islam untuk berhaji ke Mekah, di Ibu kota Jepang didirikan masjid dan yang paling menarik adalah diadakannya konferensi umat Islam di Tokyo. Tetapi, bangsa Indonesia menyadari bahwa Jepang mempunyai tujuan yang sangat buruk, yaitu ingin menipponkan bangsa Indonesa, dan menggantikan Islam Sintoisme. Walaupun umat Islam Indonesia telah dilatih dengan kemusyrikan seperti berseikeirei, tetapi perlawanan dari umat Islam tetap berjalan baik secara keras maupun lunak. Di lain pihak, Jepang juga menyadari bahwa muslim Indonesia bukanlah sesuatu yang mudah diarahkan.

Sikap umat Islam terbagi menjadi dua, yaitu, sikap keras dengan perang yang diperlihatkan oleh ulama-ulama secara individual dan sikap lunak yang diperlihatkan oleh pemimpin-pemimpin muslim melalui organisasi-organisasi. Cara keras yang diperlihatkan oleh ulama-ulama secara individual menimbulkan pemberontakan lokal, seperti yang dilakukan Tengku Abdul Jalil di Aceh. Ia mengatakan bahwa Jepang lebih buruk dari pada Belanda. Perangpun terjadi pada bulan Agustus 1942. Jepang awal mulanya ingin menyelesaikan dengan damai, dengan mengirim utusan tetapi tidak berhasil, sehingga Jepang melakukan serangan mendadak di pagi hari sewaktu rakyat sedang melaksanakan berhasil memukul mundur pasukan Jepang. Begitu juga dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat.

Baru pada serangan terakhir (ketiga) Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil) berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat sedang salat. Kemudian muncul pemberontakan pemuda muslim Muhammadiyah di Pontianak, 8 Desember 1943, dan juga di Jawa, yang dipimpin oleh K.H. Zaenal Mustafa, pemimpin pesantren Sukamanah Singaparna Tasikmalaya, pemberontakan meletus bulan Februari 1944. Dari pemberontakan-pemberontakan itu, dapat disimpulkan bahwa

(3)

motif pemberontakan pada hakikatnya selain motif kekejaman dan kebrutalan Jepang, tetapi yang paling utama adalah motif membela agama.

Belanda, A. Runtuhnya Hindia. "PERTEMUAN V MASA PENDUDUKAN JEPANG (1942-1945)."

Rizal, A. N. S. (2014). Pergerakan Islam Indonesia Masa Jepang (1942-1945).

JURNAL INDO-ISLAMIKA, 4(2), 179-189.

Referensi

Dokumen terkait

Namun demikian, patut diduga bahwa tentara Jepang masuk ke Cirebon tidak lama setelah terjadi peristiwa menyerahnya Pemerintah Hindia Belanda tanpa syarat

kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta tahun 1942-1945 tersebut. Dokumen itu diperoleh dari perpustakaan-perpustakaan yang peneliti. kunjungi diantaranya adalah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1), Kondisi Gereja Kristen Jawa Purbalingga pada masa Pendudukan Jepang tahun 1942-1945, (2), Sikap Gereja Kristen Jawa

Pemerintah Hindia Belanda menjawab bahwa tidak akan ada konsesi yang akan diberikan kepada Jepang, dan bahwa semua produk strategis (termasuk minyak dan karet) telah

Skripsi berjudul “Pendudukan Amerika Serikat Di Jepang Tahun 1945-1952” telah diuji dan disahkan oleh Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 prangko yang pertama kali di gunakan di Indonesia adalah prangko Hindia Belanda dan Pendudukan Jepang yang di cetak

i PERANAN NAHDLATUL ULAMA DALAM DAKWAH ISLAM PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG 1942-1945 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora S.Hum Pada

Pendudukan Jepang dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Politik di Indonesia Tahun 1942-1945.. Bijkerk, selamat Berpisah, sampai Berjumpa di saat yang Lebih Baik dokumenter