• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Wanprestasi Pada Umumnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "B. Wanprestasi Pada Umumnya "

Copied!
45
0
0

Teks penuh

Suatu perjanjian dianggap sah apabila perjanjian itu memenuhi syarat-syarat, sesuai dengan isi Pasal 1320 KUH Perdata yang menyatakan hal tersebut. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang dibuat dengan mencatat hak dan kewajiban para pihak yang mengadakan perjanjian. Perjanjian musyawarah adalah suatu perjanjian yang sah apabila telah tercapai kesepakatan antara pihak-pihak yang membuat perjanjian.

Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang dibuat dengan membebankan kewajiban hanya kepada satu pihak saja. Perjanjian serampangan adalah perjanjian yang ditinjau dari segi hukum hanya menguntungkan salah satu pihak saja. Perjanjian yang mengikat adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak, yang dalam perjanjian yang mengikat ini pada umumnya dinyatakan dalam Pasal 1313 KUHPerdata.

Perjanjian pelepasan merupakan suatu perjanjian dimana para pihak melepaskan diri dari kewajiban sebagaimana tercantum dalam Pasal 1438 KUHPerdata (Herlien Budiono, 2014, hlm. 43). Perjanjian publik adalah suatu perjanjian yang keseluruhan perjanjiannya diatur oleh hukum publik karena pihak-pihak yang mengadakan perjanjian adalah pemerintah dan pihak swasta lainnya.

Asas-Asas Perjanjian

Asas konsensualisme merupakan asas kesepakatan yang dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata. Beberapa ahli hukum mendasarkan asas kebebasan ini pada Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa segala perjanjian yang dibuat mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi yang membuat perjanjian tersebut. Begitu pula dengan syarat-syarat hukum perjanjian berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata.

Asas pacta sunt servanda berkaitan dengan akibat-akibat dari suatu perjanjian dan tertuang dalam kalimat “berlaku sah menurut hukum bagi yang membuatnya” yang terdapat pada akhir Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata. Artinya suatu perjanjian mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya, dan kalimat ini juga menjelaskan larangan bagi pihak lain termasuk hakim untuk mencampuri isi perjanjian yang dibuat oleh para pihak dengan memperhatikan norma dan aturan hukum. ditetapkan Ada. Asas ini menjelaskan bahwa suatu pihak yang mengadakan suatu perjanjian dengan pihak lain akan menimbulkan rasa percaya diantara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian tersebut, atau dapat dikatakan bahwa kinerja dimasa yang akan datang akan terpenuhi.

Sebab dengan penuh keyakinan, kedua belah pihak juga telah mengikatkan diri pada kenyataan bahwa perjanjian tersebut mempunyai kekuatan hukum. Asas persamaan hukum ini menempatkan para pihak pada kedudukan yang setara, yaitu tidak membeda-bedakan bangsa, kekayaan, kekuasaan, warna kulit, kedudukan dan hal-hal lain. Para pihak harus memperhatikan kesetaraan dalam membuat perjanjian dan mewajibkan kedua belah pihak untuk saling menghormati sebagai makhluk-Nya.

Asas itikad baik merupakan asas yang harus terkandung dalam suatu kontrak, karena dalam suatu kontrak harus terdapat itikad baik para pihak, hal ini tertuang dalam ayat 3 Pasal 1338 KUH Perdata yaitu. Artinya itikad baik harus dimaknai seluruh proses perjanjian, yang berarti itikad baik harus menjadi landasan hubungan para pihak pada tahap sebelum dibuatnya perjanjian atau disebut dengan prakontrak, dan itikad baik. juga dapat dilaksanakan sebelum dan sesudah dibuatnya perjanjian (Badrulzaman, 2014, p. 138) hal. Oleh karena itu asas ini mempunyai kekuatan mengikat yaitu sebagai undang-undang bagi pihak-pihak yang membentuknya (Badrulzaman, 2015, p. 89).

Dasar adat tersebut diatur dalam pasal 1339 dan pasal 1347 KUH Perdata yang dilihat sebagai bagian dari perjanjian itu sendiri.

Wanprestasi Pada Umumnya

  • Pengertian Wanprestasi
  • Syarat dan Bentuk Wanprestasi
  • Akibat Hukum Wanprestasi
  • Ganti Kerugian Akibat Wanprestasi
  • Pembatalan Suatu Perjanjian
  • Berakhirnya Suatu Perikatan

Akibatnya apabila salah satu pihak tidak memenuhi atau tidak melaksanakan isi perjanjian yang dibuat atau disetujuinya, maka pihak yang melanggar isi perjanjian dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi. Dalam hukum kontrak, jika para pihak tidak dapat memenuhi sesuatu yang telah diperjanjikan, maka pihak yang tidak dapat memenuhinya dapat dikatakan lalai, lalai atau juga ingkar janjinya, sehingga dapat pula dikatakan bahwa ia melakukan wanprestasi. suatu perjanjian yang diadakan oleh para pihak, dan apabila debitur berbuat atau berbuat sesuatu yang tidak seharusnya dilakukannya, maka tidak mudah dikatakan orang itu lalai, karena sering kali ia tidak dijanjikan sebagaimana mestinya. Kegagalan untuk mematuhinya mempunyai akibat hukum bagi pihak-pihak yang melakukan hal tersebut, sehingga menimbulkan akibat yang cukup tinggi bagi pihak-pihak yang melakukan hal tersebut, dan juga akan menimbulkan hak bagi pihak-pihak yang melakukan hal tersebut.

Pihak yang wanprestasi wajib membayar ganti rugi atau menanggung akibat yang diterimanya, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1243 KUHPerdata yang mengatur hal tersebut. Apabila perjanjian itu bersifat timbal balik, maka pihak yang dirugikan dapat pula meminta pembatalan perjanjian itu atau pembatalan perjanjian itu dengan suatu putusan pengadilan, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1266 KUHPerdata yang mengatur hal itu. Pihak yang wanprestasi wajib memenuhi perjanjian, bila masih memungkinkan, dan membatalkan dengan membayar ganti rugi.

Pihak yang tidak memenuhi kewajibannya dapat memilih; memaksa pihak lain untuk memenuhi perjanjian, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau menuntut pembatalan perjanjian dengan penggantian biaya, kerugian, dan bunga. Pihak yang melakukan wanprestasi wajib membayar biaya perkara apabila perkaranya dibawa ke pengadilan negeri dan pihak tersebut dinyatakan bersalah. Dalam suatu perjanjian, jika terjadi wanprestasi maka kreditur harus dapat membuktikan di pengadilan bahwa pihak lawan atau debitur telah melakukan wanprestasi, dan bagi pihak yang melakukan wanprestasi atau pihak (debitur) harus meyakinkan hakim. bahwa perbuatan yang dilakukannya itu bukan merupakan kewajibannya untuk membela diri sebagai force majeure, melainkan kreditur telah melepaskan hak-haknya, dan hukuman atau akibat yang diterima debitur karena kelalaiannya yang dilakukan dalam perjanjian ada 4 (empat) jenis hukumnya, yaitu sebagai berikut.

Membayar segala kerugian yang ditimbulkan oleh debitur, atau dapat dikatakan ganti rugi yang dibayarkan debitur kepada kreditur sesuai dengan Pasal 1243 KUHPerdata. Dalam suatu kontrak, wanprestasi sering kali terjadi ketika suatu perbuatan tidak memenuhi kewajiban para pihak, sehingga dalam hal ini perbuatan tersebut akan menimbulkan kerugian yang harus dibayar oleh pihak yang melakukannya karena pelanggaran hukum tersebut (Djojodirjo, 2016). , halaman 11). Kompensasi atas tidak terpenuhinya kewajiban adalah, apabila para pihak dalam kontrak tidak dapat memenuhi rencana atau komitmen yang tertuang dalam kontrak, maka menurut hukum dapat dianggap bertanggung jawab atas tuntutan jika ada pihak yang kontraknya dirusak oleh hal ini (Fuady, 2014, halaman 233).

Apabila yang dimaksud dalam undang-undang ini adalah perlindungan terhadap pihak yang membuat perjanjian, misalnya orang yang masih di bawah umur atau apabila ada suatu kewajiban, kekeliruan atau bahkan penipuan yang mengakibatkan pembatalan, hanya pihak yang ingin dilindungi sajalah yang dapat dituntut. Permohonan pembatalan dapat dilakukan oleh pihak yang merasa tidak puas, dengan alasan perjanjian itu dalam jangka waktu lima tahun. Penuntutan pidana atas pembatalan perjanjian tidak akan diterima oleh hakim, apabila ada penerimaan yang baik dari pihak yang merasa dirugikan.

Perjanjian Kerjasama

Pengertian Perjanjian Kerjasama

Mengenai batalnya suatu perjanjian atau dapat dikatakan berakhirnya suatu perjanjian, terdapat pada buku III KUHPerdata. Aturan mengenai perjanjian kerjasama tidak diatur secara rinci dalam KUH Perdata, namun penjelasan pada Pasal 1319 KUH Perdata adalah perjanjian kerjasama termasuk dalam perjanjian innominaat (Syaifuddin, 2016, p. 19). Perjanjian kerjasama tidak dikenal dalam KUH Perdata sehingga tergolong perjanjian tanpa nama (innominaat), sebagaimana diatur dalam Pasal 1319 KUH Perdata.

Pasal ini menyatakan bahwa perjanjian tanpa nama juga tunduk pada ketentuan umum perjanjian dalam KUH Perdata. Penjelasan dalam Pasal 1319 KUH Perdata, perjanjian dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu perjanjian yang mempunyai nama (nominaat) dan perjanjian tanpa nama (innominaat). Kitab Undang-undang Hukum Perdata juga berlaku terhadap perjanjian kerjasama, di samping peraturan-peraturan lainnya, agar perjanjian kerjasama tetap sah.

Perjanjian tanpa nama merupakan perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata, namun tumbuh dalam masyarakat. KUH Perdata memberikan keleluasaan bagi para pihak yang mengadakan perjanjian untuk mengadakan perjanjian di dalam atau di luar KUH Perdata itu sendiri. Perjanjian sub agen merupakan hubungan antara dua pihak yang dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis, perjanjian kerjasama ini dilakukan oleh agen sebagai pihak pertama yang memberikan kepercayaan untuk bekerjasama dalam pendistribusian gas elpiji 3Kg kepada konsumen. atau masyarakat Sub Agen berwenang melakukan kerjasama untuk membantu penyaluran gas.

Subagen merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pendistribusian, yang dimaksud dengan distribusi adalah kegiatan penjualan dan pengiriman produk dari produsen ke pembeli, sedangkan subagen adalah bagian pelanggan yang melakukan proses pendistribusian, selain itu Selain itu, subagen juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendistribusian barang, sehingga fungsi subagen ini adalah menciptakan kelancaran arus pasar (Sendari, 2020, p. 1). Jadi dalam hal ini tidak hanya peraturan khusus saja yang berlaku, tetapi ketentuan KUHPerdata juga berlaku bagi para pihak yang mengadakan kontrak kerjasama sublembaga. Lancarnya pemasaran barang oleh agen disebabkan adanya sub agen atau bisa juga disebut sub agen yaitu yang bertugas membantu agen distributor dalam melaksanakan kewajibannya, dan Perbuatan sub-agen akan mengikat prinsipal jika perbuatan itu dilakukan oleh agen, sehingga sejak sub-agen mengikatkan perjanjian kerjasama, maka sub-agen berhak memenuhi kewajiban keduanya (Santoso, 2015). , P.

Objek dan pokok perjanjian kerjasama antar subagen sama dengan objek dan pokok perjanjian pada umumnya. Pasal 1266 KUH Perdata secara khusus mengatur syarat-syarat pembatalan dalam perjanjian bersama. Dalam suatu perjanjian harus dilaksanakan suatu kewajiban yang disebut kinerja, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1234 Kitab Undang-undang.

Referensi

Dokumen terkait

Akibat hukum wanprestasi dalam perjanjian pemasangan air pada PDAM Tirtanadi Medan, maka pihak yang merasa dirugikan oleh wanprestasi salah satu pihak dapat saja

Akibat Hukum wanprestasi Klien Dalam Membayar honorarium Pengacara maka dapat dikatakan klien tersebut telah melakukan wanprestasi dan dengan sebab wanprestasi tersebut

terselesaikan, sehingga tidak ada lagi pihak yang merasa dirugikan. Tanggung Jawab Hukum Apabila Pihak Debitur Melakukan Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang-Piutang.

bentuk wanprestasi dan akibat hukumnya, serta aspek yuridis klausula akibat wanprestasi berkaitan dengan perlindungan hukum bagi lessee dalam

Akibat hukum terhadap jaminan apabila debitur wanprestasi dalam perjanjian kemitraan bantuan usaha kepada ekonomi kecil maka jaminan tersebut dapat dialihkan kepada pihak lain

Upaya hukum di luar pengadilan sebagai akibat dari wanprestasi tersebut di atas adalah dengan melakukan perdamaian antara para pihak untuk menyelesaikan sengketa

Skripsi yang berjudul “AKIBAT HUKUM PERJANJIAN LISAN APABILA TERJADI WANPRESTASI (Studi Kasus Perjanjian Sewa Menyewa Rumah Toko “Solikin” Di Desa Tenggeles)”

Kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah bagaimanakah akibat hukum yang timbul dari wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak atas perjanjian sewa menyewa yang