• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 03 RENCANA KERJA pdf

N/A
N/A
Amar Husein

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 03 RENCANA KERJA pdf"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB - 3

RENCANA KERJA

3.1 GAMBARAN UMUM

Setelah dilakukan survey pendahuluan yang merupakan perencanaan awal, untuk mendukung tercapainya keberhasilan didalam melaksanakan Pekerjaan DED Lingkar Luar – Segmen Mijen-Cangkiran-Perintis Kemerdekaan pada Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga Kota Semarang diperlukan adanya suatu Rencana Kerja yang tersusun secara konsepsional, dan efektif serta efisien sedemikian rupa sehingga setiap aktivitas kerja terencana dengan baik dalam rangka mencapai sasaran hasil kerja yang tepat khususnya tepat waktu penyelesaiannya.

Penyusunan Rencana kerja yang akan dilaksanakan oleh konsultan sudah tentu harus sesuai dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), yang diterbitkan oleh Sub Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga Kota Semarang. Dalam penyusunan Rencana kerja ini Konsultan antara lain berdasarkan pada:

 Ruang lingkup pekerjaan perencanaan

 Peralatan yang akan digunakan

 Volume pekerjaan

 Jadwal mobilisasi personil

 Batas waktu penyelesaian

 Garis kebijaksanaan dari Pemberi Tugas

 Keahlian dan jumlah personil yang dibutuhkan

(2)

 Aspek-aspek teknis dan non teknis lainnya 3.2 RENCANA KERJA KONSULTAN

Agar dapat melaksanakan pekerjaan secara tepat waktu dengan hasil yang berkualitas, maka harus dilaksanakan sesuai dengan jadwal kerja yang telah direncanakan. Dan rencana kerja tersebut disusun serta dilaksanakan berdasarkan urutan pekerjaan, efisiensi dan waktu pelaksanaannya, secara sistematis dengan tujuan agar tercapai sasaran dan tujuannya.

Untuk mendapatkan efektivitas tinggi atas hasil akhir konsultan dan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia secara efisien, maka dipandang perlu untuk mengikuti suatu perencanaan dan pelaksanaan sistem kerja yang baik. Pada umumnya dengan menggunakan cara ini baik kualitas pekerjaan maupun kuantitasnya dapat dipantau dengan baik khususnya pada saat beban pekerjaan puncak yang cukup besar.

Secara umum beberapa tahapan serta aktivitas pekerjaan Perencanaan Teknis ini, dapat meliputi beberapa hal sebagai berikut:

1. Persiapan Pendahuluan

2. Koordinasi Konsultan dengan Kepala Satuan Kerja dan instansi terkait 3. Koordinasi team konsultan

4. Tahap detail engineering design:

a. Studi teknis

b. Penelaahan informasi dan data sekunder c. Survey pendahuluan dan survey lapangan d. Penyusunan perencanaan teknis

5. Tugas dan tanggung jawab tenaga ahli

(3)

6. Penempatan tugas

7. Hubungan kerja (struktur organisasi) konsultan 8. Penggunaan program komputer untuk perencanaan 9. Pelaporan

10. Waktu pelaksanaan 3.3 PERSIAPAN PENDAHULUAN

Setelah Konsultan memobilisasikan personil yang dibutuhkan, selanjutnya tim Konsultan akan dipimpin oleh Ketua Tim (Team Leader) yang merupakan personil yang pertama kali dimobilisasi dan kemudian disusul oleh personil yang lain sesuai Jadwal penugasan personil atau sesuai kebutuhan aktifitas pekerjaan. Selanjutnya tim Konsultan segera mengadakan persiapan awal untuk melaksanakan Pekerjaan DED Lingkar Luar – Segmen Mijen – Cangkiran - Perintis Kemerdekaan, yang antara lain :

 Mempersiapkan kantor/ studio, furniture, perlengkapan kantor dll.

 Mempersiapkan perlengkapan pekerjaan survey lapangan.

 Mengadakan rapat koordinasi awal seluruh team konsultan.

 Mengadakan kunjungan/ koordinasi awal dengan instansi-instansi dan pihak-pihak terkait.

 Penyiapan format/ form-form standar yang akan diperlukan/digunakan selama periode pekerjaan.

 Pengumpulan data-data yang tersedia (data sekunder)

 Pengumpulan informasi yang diperoleh dilapangan

 Studi/ analisa terhadap data sekunder, serta informasi lainnya yang tersedia

(4)

3.4 KOORDINASI DENGAN SATUAN KERJA DAN INSTANSI TERKAIT

Untuk tujuan agar pekerjaan perencanaan yang dilaksanakan oleh Konsultan dapat dilaksanakan sesuai dengan sasaran yang dikehendaki, maka konsultan perencana harus melakukan koordinasi sebagai berikut ini:

1) Koordinasi konsultan dengan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

Dengan pertimbangan bahwa Kepala Satuan Kerja akan bertindak sebagai Representative dari Pemberi Kerja terhadap Konsultan. Untuk alasan tersebut, Konsultan harus berkoordinasi dengan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan dan dilakukan secara rutin serta sesuai jadwal yang telah ditetapkan dengan frekuensi yang dapat dianggap cukup.

2) Koordinasi dengan instansi terkait

Dalam tahap perencanaan, Konsultan juga akan melakukan koordinasi dengan instansi yang terkait dengan cakupan pekerjaan perencanaan, hal ini dilakukan agar hasil yang diperoleh tidak tumpang-tindih satu dengan lainnya, hasil pekerjaan perencanaan dapat sesuai dengan program rencana, dan mengikuti standar/ peraturan yang tidak bertentangan, serta masukan-masukan yang berguna untuk keperluan perencanaan.

3.5 KOORDINASI TIM KONSULTAN

Dalam melaksanakan tugas, team konsultan selain akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan cakupan tugas dan tanggung jawabnya seperti yang diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja, juga perlu ada koordinasi antara Team Leader (Pemimpin Tim) dengan stafnya, yang antara lain akan tetapi tidak terbatas pada:

(5)

a. Rapat dua mingguan antara Ketua tim (Team Leader) dengan staff yang akan membahas:

 Masalah lapangan dan pemecahannya.

 Penjelasan dan diskusi teknis untuk menunjang kelancaran pekerjaan.

b. Tenaga Ahli (Profesional Staff) Konsultan akan melakukan kunjungan kelapangan sesuai dengan kebutuhan untuk meyakinkan bahwa pekerjaan yang dilaksanakannya sesuai dengan kontrak dan persyaratan-persyaratan teknis, standart-standart yang berlaku, serta telah sesuai dengan kondisi lapangan.

b. Pertemuan-pertemuan khusus antara Team Leader (Pemimpin Tim) dengan tim atau antar staff konsultan dengan frekuensi yang cukup atau sesuai kebutuhan agar terjadi komunikasi, koordinasi, informasi yang baik serta membahas masalah-masalah teknis perencanaan.

3.6 TAHAP SURVEY PENDAHULUAN 3.6.3 Pengumpulan Data Sekunder

Tujuan dari survei pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data-data pendukung yang dapat digunakan dalam perencanaan teknis.

Data-data yang dibutuhkan yaitu:

 Peta topografi

 Data lalu-lintas

 Data utilitas (PLN, PDAM, Telpkom, dll)

 Data Curah hujan

 Data Kereta Api yang lewat

(6)

 Data-data lainnya

3.6.4 Inventarisasi Sekitar Lokasi Kegiatan

Selain mengumpulkan data sekunder, juga dilakukan inventarisasi sekitar lokasi kegiatan. Dalam inventarisasi dicatat antara lain:

 Kondisi perkerasan jalan

 Rumah dan bangunan yang ada di kanan-kiri jalan

 Data bangunan pelengkap jalan 3.7 TAHAP SURVEY DATA LAPANGAN

3.7.1 Survey topografi

Pengukuran topografi dilakukan sepanjang lokasi as jalan yang akan direncanakan secara detail termasuk bangunan di sekitar lokasi kegiatan.

Jenis pengukuran ini meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:

 Pengukuran titik kontrol horizontal dan vertikal

 Pengukuran situasi

 Pengukuran penampang memanjang dan melintang

 Perhitungan dan penggambaran peta

1) Pengukuran titik kontrol horizontal dan vertikal

a) Pengukuran titik kontrol di sini berupa jaring poligon yang diikatkan pada titik tetap / bench mark (BM).

b) Titik kontrol antaranya berupa BM, dipasang pada awal dan akhir lokasi pekerjaan

(7)

2) Pengukuran situasi

a) Pengukuran situasi daerah sepanjang jalan harus mencakup semua keterangan yang ada di daerah sepanjang jalan, misalnya rumah, pohon, pohon pelindung jalan, pinggir selokan, letak gorong-gorong, tiang listrik, tiang telepon, jembatan, batas sawah, batas kebun, arah aliran air, patok DMJ dan lain sebagainya. Untuk itu pegukuran dapat dilakukan dengan cara tachymetri.

b) Patok KM dan HM yang ada pada tepi jalan harus diambil dan dihitung koordinatnya. Ini dimaksudkan untuk memperbanyak titik referensi pada penemuan kembali sumbu jalan yang direncanakan.

3) Pengukuran Penampang

a) Pengukuran Penampang Memanjang

Pengukuran penampang memanjang adalah memanjang sumbu jalan yang ada. Untuk pengukuran penampang memanjang ini peralatan yang digunakan sama dengan yang dipakai untuk kontrol tinggi.

b) Pengukuran Penampang Melintang

Pengukuran penampang melintang diambil setiap jarak 50 m pada bagian ruas jalan lurus dan landai dan setiap jarak 25 m untuk daerah-daerah tikungan dan berbukit. Lebar pengukuran harus mengikuti daerah sejauh 50 m sebelah kiri kanan sumbu jalan pada bagian yang lurus dan 25 m ke sisi luar dan 75 m ke sisi dalam bagian jalan yang menikung.

(8)

Titik yang perlu diperhatikan adalah tepi perkerasan, tepi bahu jalan, dasar permukaan selokan, saluran irigasi, lantai kendaraan jembatan dan tebing sungai. Peralatan yang digunakan untuk pengukuran situasi dapat digunakan untuk pengukuran penampang ini.

4) Patok-patok

Patok beton dengan ukuran 20 x 20 x 75 cm harus ditanam sedemikian rupa sehingga bagian patok yang ada diatas tanah adalah kurang lebih 20 cm. Patok poligon dan profil dibuat dari kayu dengan ukuran 5 x 7 x 60 cm. Patok beton dan kayu harus diberi tanda BM dan nomor urut.

Untuk memperbanyak nilai tinggi yang tetap, perlu ditempelkan titik tinggi referensi pada tempat lain yang permanen dan mudah diketemukan kembali. Baik patok poligon maupun patok profil diberi cat kuning dengan tulisan merah yang diletakkan di sebelah kiri ke arah jalannya pengukuran.

Khusus untuk profil memanjang titik yang terletak di sumbu jalan diberi paku payung dengan dilingkari cat kuning sebaga tanda.

5) Perhitungan dan Penggambaran peta

Titik poligon utama harus dihitung koordinatnya berdasarkan titik ikat yang dipergunakan. Perhitungan harus berdasarkan pada metode kuadrat terkecil.

Penggambaran titik poligon harus berdasarkan pada hasil perhitungan koordinat.

Penggambaran titik poligon tersebut tidak diperkenankan secara grafis. Gambar ukur yang berupa gambar situasi harus digambar pada kertas standar dengan skala 1: 500 dan garis tinggi dengan

(9)

interval 1,00 m atau 0,50 m. Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur, begitu pula semua keterangan yang penting. Titik ikat atau titik mati serta titik ikat baru harus dimasukkan dalam gambar dengan diberi tanda khusus. Ketinggian titik tersebut perlu juga dicantumkan. Daftar koordinat beserta ketinggian titik poligon utama harus dilampirkan.

3.7.2 Survey Penyelidikan Tanah

1) Pengambilan Sample Tanah dan Test Laboratorium

Pengambilan contoh asli ( undisturbed sample ) Untuk cara ini diperlukan tabung contoh dengan ukuran 6,8 cm dan panjang 40 cm. Tabung contoh dimasukkan kedalam lubang bor dan kemudian ditekan perlahan-lahan sampai mencapai kedalaman 40 cm.

Untuk memudahkan pemeriksaan dilaboratorium, minimal 60%

dari tabung harus terisi tanah. Stang bor kemudian diputar dengan arah terbalik sehingga contoh tanah terlepas dari kelilingnya dan contoh dapat diangkat keatas.

Setelah tabung contoh diangkat keluar, dilepas dari kepala tabung. Ujung tanah diratakan dan dibersihkan kemudian diberi lilin/parafin pada ujung-ujungnya sebagai isolator. Setelah lilin/parafin mengering contoh diberi label dan ditempatkan pada tempat yang terlindung.

2) Sumur uji Kegunaannya:

(10)

 Penelitian visual tentang keadaan setempat.

 Pengujian detail tentang perbedaan tanah, struktur dan profil akibat perubahan cuaca.

 Observasi aliran air dan pengukurannya.

 Pengujian rendaman.

 Pencarian benda-benda geologi, detail pondasi atau timbunan dengan melokasikan daerah longsor.

 Penetapan model kelongsoran dari lereng galian, pondasi atau timbunan.

 Mencari kelongsoran geologis dengan membuat/ memperluas sumur uji menjadi paritan untuk mendapatkan kedalaman lapisan tanah/batuan.

 Mendapatkan cara yang mudah untuk penggalian ditinjau dari segi biaya.

 Mengadakan percobaan ditempat dalam skala besar termasuk percobaan pembebanan.

 Melokasikan titik bor.

 Mendapatkan contoh-contoh tanah.

 Menetapkan kestabilan tanah.

3) Tinggi muka air tanah

Kedalaman tinggi muka air tanah dalam banyak hal akan mempengaruhi perencanaan pondasi dan cara pelaksanaan.

Pengamatan biasanya dengan mengamati tinggi muka air tanah dalam lubang pengeboran selama 24 jam.

(11)

Untuk tanah tembus air ( pasir dan kerikil lepas ) dalam beberapa jam adalah cukup, sedangkan untuk tanah tembus air yang rendah ( lanau dan lempung ) memerlukan beberapa hari/minggu untuk menentukan kedalaman yang pasti tinggi muka air tanah.

4) Ukuran butir

Ukuran dan gradasi butir tanah ditentukan dengan saringan dan analisa hydrometer. Analisa saringan untuk menentukan gradasi pasir dan kerikil, sedangkan analisa hydrometer untuk menentukan gradasi lanau dan lempung.

Tanah harus diklasifikasikan mempunyai karakteristik seperti bahan berbutir kasar (pasir atau kerikil) atau bahan berbutir halus (lanau atau lempung).

Deskripsi mengenai pasir dan kerikil atas dasar ukuran butir: kasar, sedang, halus. Tanah dengan penyebaran ukuran berbutir yang baik dari yang kasar sampai ke yang halus disebut gradasi baik ( well graded ), sedangkan untuk tanah dengan ukuran butir satu jenis disebut gradasi seragam dan untuk tanah yang kekurangan ukuran butir tertentu disebut gradasi celah ( gap graded ).

Disamping komposisinya pasir dan kerikil juga diuraikan bentuk butirnya: bulat, hampir bulat, tajam, hampir tajam.

5) Berat jenis

Berat jenis ditetapkan sebagai perbandingan berat butir tanah dengan berat air dengan volume yang sama pada suatu suhu tertentu. Berat jenis tanah tergantung kepada bahan tanah.

6) Berat satuan

(12)

Berat satuan masa tanah, ditentukan sebagai perbandingan berat masa dengan volume masa tersebut.

7) Moisture contents

Untuk menentukan kadar air tanah, yaitu perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering, dinyatakan dalam %.

8) Batas Atterberg

Untuk petunjuk atau indikasi pengaruh air, lebih lanjut diadakan pengujian yang meliputi Batas cair ( Liquid Limit = LL ), Batas plastis ( Plastic Limit = PL ) dan Index plastis ( Plasticity Index = PI ).

Batas cair adalah batas kadar air apabila perubahan tanah dari tingkat cair ke plastis. Batas plastis adalah kadar air minimum dimana tanah masih dalam tingkat plastis. Perbedaan antara batas cair dan batas plastis disebut Index plastis.

Batas Atterberg digunakan sebagai suatu dasar untuk membedakan bahan yang berplastisitas cukup tinggi (lempung), plastis sebagian dan tidak plastis. Penjelasan batas Atterberg yang bersangkutan adalah suatu dukungan dalam menentukan jenis pondasi.

9) Konsolidasi

Untuk menentukan sifat kemampatan suatu jenis tanah, yaitu sifat- sifat perubahan isi dan proses keluarnya air dari dalam tanah yang

(13)

diakibatkan adanya perubahan tekanan vertikal pada tanah tersebut.

Pengujian hasil konsolidasi dapat digunakan untuk memilih jenis pondasi yang aman dan perhitungan besaran serta waktu penurunan.

10) Pengujian DCP

Pengujian DCP dilakukan untuk mengetahui nilai CBR subgrade yang digunakan untuk mengetahui tingkat daya dukung tanah terhadap lapis perkerasan.

11) Direct shear test

Tujuan pengujian ini adalah serupa dengan pengujian triaxial.

Dibandingkan dengan pengujian triaxial, hasil pengujian ini kurang teliti, karena bidang rusak terjadi dalam geser langsung (direct shear) ditekan oleh cara pengujian, sedangkan pengujian triaxial, contoh rusak melalui bidang yang paling lemah. Apabila diharuskan uji geser tanah atau batuan sepanjang bidang tertentu, direct shear dapat dilaksanakan.

12) Kekuatan tekan bebas ( unconfined )

Pengujian tekan bebas adalah suatu pengujian tekanan yang tidak satu sumbu, tanpa ada tekanan melintang pada contoh selama pembebanan vertikal. Pengujian ini dilaksanakan untuk mengukur kekuatan tekan contoh yang mempunyai suatu bentuk silinder tanah kohesif/batu.

(14)

Pengujian ini tidak digunakan untuk tanah yang tidak kohesif atau tanah kohesif yang amat lembek karena contoh tidak dapat menahan berat sendiri dan runtuh sebelum dibebani.

Biasanya pengujian semacam ini dilaksanakan untuk contoh yang tidak terganggu dengan kadar air yang asli.

Pengujian ini dapat mengurangi jumlah pengujian triaxial yang harus dilakukan, karena kekuatan geser pengujian ini dapat digunakan sebagai perbandingan kekuatan geser tanah dengan pengujian triaxial.

13) Proctor compaction test

Untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah sehingga bisa diketahui kepadatan maksimum dan kadar air optimum.

Pengujian lapangan dan pengujian laboratorium yang lain, disesuaikan dengan TOR dan disesuaikan dengan kebutuhan guna menunjang perencanaan teknis.

3.7.3 Inventarisasi Sumber Material

Inventarisasi sumber material di sekitar lokasi proyek hanya untuk mendapatkan data secara visual mengenai lokasi quarry material, jarak terhadap lokasi pekerjaan, dan perkiraan ketersediaan (deposit) material terhadap material-material yang sudah biasa digunakan pada pekerjaan yang sejenis.

(15)

3.8 TAHAP ANALISA DATA DAN PERENCANAAN

Secara umum aktifitas tim Konsultan pada tahapan ini antara lain akan melakukan analisa dan perhitungan perencanaan tetapi tidak terbatas pada:

1) Studi teknis

Studi teknis terhadap seluruh aspek pekerjaan untuk memperoleh informasi teknis maupun non teknis dari kondisi lapangan.

2) Penelaahan informasi dan data sekunder

Penelaahan informasi dan data sekunder dari Pemberi Tugas dan atau instansi/unit lain terkait merupakan tahapan awal dari perencanaan yang akan dilengkapi dengan studi dilapangan untuk mendapat informasi teknis.

Dari informasi data sekunder ini akan membantu dalam menentukan langkah-langkah pekerjaan survey lapangan yang akan digunakan sebagai data penunjang rencana teknis.

3) Survey pendahuluan dan survey lapangan

Pengumpulan data lapangan yang perlu dilakukan yang berkaitan dengan pekerjaan ini antara lain:

Survey pendahuluan Pengukuran topografi Survey inventarisasi Penyelidikan tanah

4) Penyusunan perencanaan teknis Tahap 1:

 Pemahaman kriteria dan standard design.

(16)

 Evaluasi / analisa data hasil studi / analisa data lapangan.

 Evaluasi / analisa informasi dan data sekunder.

Tahap 2:

 Pengumpulan data lapangan dan pengolahan seluruh data survey lapangan.

 Koordinasi dengan Pemberi Tugas dan instansi terkait di daerah.

Tahap 3:

Evaluasi / analisa penggabungan tahap 1 dan tahap 2.

Tahap 4:

Konsultasi dan persetujuan hasil tahap-tahap sebelumnya kepada pihak Pemberi Tugas.

Tahap 5:

Pengajuan konsep rencana teknik antara lain dan tidak terbatas pada:

 Kriteria dan standard design.

 Gambar plan.

 Typical cross section.

Tahap 6:

Perencanaan / perhitungan teknis.

Tahap 7:

 Konsultasi dan persetujuan tahap 6.

 Revisi atau perbaikan, bila ada.

(17)

Tahap 8:

Penggambaran, antara lain meliputi dan tidak terbatas pada:

 Gambar peta lokasi

 Tabel kuantitas pekerjaan

 Legenda

 Plan

 Potongan penampang memanjang

 Potongan penampang melintang

 Rencana persimpangan

 Gambar struktur

 Gambar lansekap

 Gambar bangunan pelengkap Tahap 9:

 Asistensi gambar dan persetujuan kepada Pemberi Tugas.

 Selanjutnya revisi atau perbaikan gambar bila ada.

Tahap 10:

 Pengajuan analisa kuantitas dan harga.

 Pengajuan analisa waktu pelaksanaan.

Tahap 11:

Persetujuan dari Pemberi Tugas.

Tahap 12:

(18)

Draft penyusunan dokumen pelelangan meliputi:

 Ketentuan lelang

 Syarat kontrak

 Spesifikasi umum/khusus

 Gambar rencana

 Daftar kuantitas dan biaya Tahap 13:

Persetujuan dokumen pelelangan.

Tahap 14:

Penyerahan seluruh hasil akhir/dokumen-dokumen perencanaan.

(19)

LaporanAkhir PerencanaanTeknis Asistensi, Konsultasi &Diskusi denganPemberi Pekerjaan

Draft Laporan Presentasi

Koordinasi denganPemimoin Proyek Koordinasi denganInstansi terkait

Koordinasi Internal hukum PerencanaanAwal BLOK DIAGRAM RENCANA KERJA KONSULTAN

(20)

3.9 PENGGUNAAN PROGRAM KOMPUTER UNTUK DISAIN

Untuk perencanaan dan perhitungan serta penggambaran, konsultan akan menggunakan software dan program-program komputer, sehingga akan didapatkan hasil out-put yang computerise dan pelaksanaan yang jauh lebih cepat sedemikian hingga pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.

Software dan program-program komputer tersebut yang akan digunakan oleh konsultan antara lain adalah AutoCAD-2009, SAP-2000, Office 2010, serta software lainnya yang mendukung.

3.10PENYIAPAN DOKUMEN LELANG

Tujuan dari pekerjaan ini adalah menyiapkan dokumen pelelangan yang diperlukan pada saat pelelangan pekerjaan, meliputi:

a. Menyiapkan gambar rencana detail dalam ukuran A3.

b. Menyusun daftar kuantitas pekerjaan dengan menggunakan dokumen standar.

c. Meneliti konsistensi atau isi dokumen.

d. Menyusun ketentuan-ketentuan yang akan diterapkan, baik dalam proses pelelangan maupun dalam proses pelaksanaan.

Ketentuan-ketentuan tersebut dituangkan dalam dokumen lelang yang terdiri dari:

Bab I : Instruksi Kepada Peserta Lelang Bab II : Data Lelang

(21)

Bab III : Bentuk Penawaran, Informasi Kualifikasi dan Jaminan Penawaran

Bab IV : Syarat Umum Kontrak Bab V : Syarat Khusus Kontrak Bab VI : Spesifikasi Teknis Bab VII : Gambar-gambar

Bab VIII: Daftar Kuantitas, Analisa Harga dan Metode Pelaksanaan Bab IX : Bentuk-bentuk jaminan

3.11PENYERAHAN HASIL PEKERJAAN

Semua hasil laporan pekerjaan dijilid rapi dan diberi sampul sesuai standar Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, ukuran- ukurannya sebagai berikut:

- Buku Laporan, ukuran kertas A4 - Gambar Rencana, ukuran kertas A3

Laporan-laporan yang harus disusun untuk memenuhi persyaratan dalam KAK adalah sebagai berikut:

1. Laporan Rencana Mutu Kontrak 2. Laporan Survey Pendahuluan 3. Laporan Bulanan

4. Laporan Interim

(22)

5. Lapooran Akhir

6. Laporan Perencanaan Akhir

a. Buku A : Laporan Perhitungan Struktur

b. Buku B : Laporan Perhitungan Perkiraan Kwantitas & Biaya Fisik c. Buku C : Laporan Survey & Analisa Penyelidikan Tanah

d. Buku D : Laporan Survey & Analisa Lalu Lintas

e. Buku E : Laporan Survey & Analisa Hidrologi & Hidrolika f. Buku F : Laporan Survey Pengukuran/ Topografi

g. Buku G : Laporan Survey Inventarisasi Jalan & Bangunan Pelengkap

h. Buku H : Laporan Survey Perkerasan Jalan i. Buku I : Dokumen Lelang & Spesifikasi Teknik j. Buku J : Gambar Rencana

7. Foto Dokumentasi

8. Copy Laporan dalam Compact Disk

Laporan-laporan tersebut disusun dalam bahasa Indonesia, kecuali istilah-istilah atau parameter-parameter yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Setiap laporan dijilid dengan rapi serta diberi sampul sesuai petunjuk Pemberi Tugas dengan ukuran kertas A4 kecuali gambar-gambar rencana.

Laporan yang dimaksud dan syarat-syaratnya adalah sebagi berikut:

(23)

1. Laporan Bulanan

Laporan bulanan ini merupakan ringkasan dari kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan setiap bulan, total kemajuan sejak awal kegiatan dan melaporkan keterlarnbatan-ketertarnbatan yang terjadi serta sebab- sebabnya.

Selanjutnya juga rnemberikan saran-saran untuk mengatasi keadaan tersebut di atas dan tindakan-tindakan yang akan/ telah dilakukan.

Susunan dari laporan bulanan ini adalah sebagai berikut a. Daflar Isi

b. Peta Lokasi Proyek c. Uraian

d. Jadual Hasil Pelaksanaan (diplot pada jadual rencana kerja) 2. Laporan Survei Pendahuluan

Merupakan laporan hasil survey pendahuluan dimana harus tercantum semua data yang didapat selama survey pendahuluan.

Susunan laporan Survey Pendahuluan adalah:

a. Daftar Isi

b. Peta Lokasi Proyek c. Uraian

(24)

d. Foto Dokumentasi Asli

3. Laporan Interim

Laporan ini berisi hasil analisa data termasuk data lapangan yang akan menjadi acuan dalam melakukan perhitungan perencanaan.

4. Laporan Perencanaan

Laporan ini berisi hasil analisa dan perhitungan perencanaan termasuk rekomendasi dalam rencana pelaksanaan pekerjaan.

Referensi

Dokumen terkait

melakukan penyuluhan hukum,(2)melakukan kegiatan patroli,(3) Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait dan masyarakat,(4) melakukan pendekatan- pendekatan

Biro Perencanaan dan Keuangan sebagai unit organisasi di Sekretariat Utama memerlukan dukungan regulasi untuk pelaksanaan tugas dan fungsi terkait dengan

Melakukan kegiatan persiapan dalam bentuk rapat koordinasi antar instansi terkait, kegiatan perencanaan maupun tugas-tugas panitia dalam rangka menciptakan kondisi

b) Koordinasi dengan pihak terkait (Tim Penanggulangan Kemiskinan Daerah, Badan Pusat Statistik, Wakil Kepala Daerah) dalam hal pemutakhiran Basis Data Terpadu

Peningkatan Koordinasi dan Kerjasama di Bidang Penanaman Modal dengan Instansi Pemerintah dan Dunia

01 Koordinasi/Sinergi Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan Pemerintahan dengan Perangkat Daerah dan Instansi Vertikal

1) Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat dengan instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain-lain (vide: Pasal 52 A

Selain melakukan revisi pada tahap desain oleh konsultan lanskap, perencanaan Ancol Ecopark juga mengalami revisi saat akan dibuat gambar kerja oleh Departemen Perencanaan