BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes adalah penyakit pembunuh diam-diam. Hal ini dikarenakan banyak penderita diabetes yang tidak menyadari komplikasi sebelum terjadi. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain penyakit pada sistem kardiovaskular seperti aterosklerosis, retinopati, gangguan fungsi ginjal, dan kerusakan saraf (Lestari, et.al, 2021).
Menurut World Health Organization (WHO) DM didefinisikan sebagai penyakit salah satu penyakit kronis yang produksi insulin lebih rendah dari kebutuhan tubuh. Diabetes Tipe 1 membutuhkan pemberian insulin setiap hari, sedangkan Diabetes Tipe 2 tidak membutuhkan insulin setiap hari (WHO, 2015).
Menurut Internasional Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2021, prevalensi diabetes mellitus berdasarkan usia (20–79 tahun) yaitu 10.5% atau total penderita diabetes yaitu 536.6 million
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur menurut karakteristik kelompok umur 45-54 tahun yaitu 3,8%, 55-64 tahun yaitu 6,29%, 65-74 tahun yaitu 6,03%, dan 75+ tahun yaitu 3,32% . Sedangkan di Jawa Barat berdasarkan prevalensi dibetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur menurut provinsi adalah 1,3% atau 186.809 orang.
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, berdasarkan data tahun 2022, Kabupaten Cirebon menduduki urutan ke-9 dari total 108 Kabupaten/Kota di Jawa Barat dengan total Jumlah Penderita Dm adalah 21.981 orang.
Diabetes tipe II merupakan jenis diabetes umum yang terjadi pada 85-90%
dari seluruh pasien DM dan lebih banyak terjadi pada kelompok lanjut usia.
Diabetes merupakan masalah kesehatan global, dengan angka kejadian, komplikasi, dan kematian lebih tinggi pada populasi lanjut usia dibandingkan pada populasi muda (Arini et al., 2022).
Lansia dengan gejala terbatas memerlukan perhatian anggota keluarga untuk mengatasi penyakitnya. Dukungan keluarga berhubungan signifikan dengan penuaan dalam hal kepatuhan pengobatan dan pengendalian gula darah.
Meningkatkan efektivitas dukungan swadaya memiliki dampak yang lebih besar terhadap kesehatan dibandingkan pengelolaan pengobatan. Oleh karena itu, dukungan keluarga merupakan faktor penting untuk mencapai hasil pengobatan yang optimal pada DM lansia (Arini et al., 2022).
Angka kejadian kasus DM yang tinggi membuat masyarakat perlu mengetahui terapi yang tepat untuk mencegah adanya komplikasi atau kematian.
Berbagai terapi yang dapat dilakukan untuk penderita DM untuk menjaga kestabilan gula darah, yaitu minum obat sesuai advis dokter, perubahan gaya hidup yang lebih sehat, konsumsi makanan yang bergizi dan menjauhkan diri dari makanan yang tidak dianjurkan. Selain itu penderita DM juga perlu menjaga metabolisme tubuh agar tidak terjadi tingginya kadar fula darah seperti melakukan aktivitas yang membantu proses metabolisme tubuh ataupun berolahraga. Bukan hanya terapi farmakologi yang dapat membantu kestabilan gula darah. Terapi non farmakologi juga dapat membantu kestabilan kadar gula darah. Banyak sekali terapi yang dapat dilakukan penderita DM seperti terapi relaksasi otot progresif, tarik nafas dalam, terapi relaksasi benson dan terapi relaksasi autogenic. Salah satu terapi yang sudah disebutkan yaitu terapi relaksasi autogenik, dilakukan 15- 20 menit dapat dilakukan dimana saja dengan instuksi gerakan yang sederhana dan posisi senyaman mungkin menjadi keunggulan terapi relaksasi yang dapat dilakukan penderita DM (Silvia, 2021).
Terapi relaksasi autogenic sangat penting dilakukan karena bertuuan untuk
mengontrol gula darah yang mekanisme kerjanya meningkatkan hormon kortisol mengurangi stres yang secara otomatis mengurangi kadar gula darah (Angraini et al., 2020).
Terapi relaksasi autogenic ini dilakukan oleh diri sendiri dengan menyampaikan kalimat pendek seperti kalimat motivasi atau kalimat menenangkan penderita DM untuk merilekskan fikiran dan tubuh (Silvia, 2021).
Terapi relaksasi autogenic berfokus pada detak jantung dan pola pernapasan yang stabil, sehingga menciptakan perasaan rileks pada bagian tubuh seperti lengan, kepala, dada, pergelangan tangan, jempol kaki, dan punggung. Area tubuh ini akan terasa lebih hangat, yang membantu mengendurkan otot dan meredakan kecemasan. Terapi ini dianggap sebagai self-hypnosis dan dapat dilakukan oleh pasien sendiri, sehingga dapat mengontrol detak jantung dan aliran darah untuk menormalkan tekanan sirkulasi darah (Ningrum, R.A. Alma, Murti et al., 2021)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Limbong dkk (2015) “Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenic Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II”, yang dilakukan intervensi berupa Terapi Relaksasi Autogenic yang dilakukan 2 kali sehari (pukul 11.00 dan 17.00) selama 3 hari, dimana kadar gula darah diukur sebelum dan sesudah intervensi, didapatkan penurunan gula darah dari rata-rata 350,19 mg/dl menjadi rata-rata 170,13 mg/dl.
Temuan penelitian lebih lanjut oleh Wahyuni dkk (2018) tentang “Relaksasi Autogenic Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2” , mengungkapkan bahwa terbukti mengalami penurunan dimana rata-rata kadar gula darah sebelum relaksasi autogenic rata-rata 214,4 mg/dl, kemudian sesudah relaksasi autogenic mengalami penurunan dengan rata-rata 205 mg/dl.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang “Asuhan keperawatan keluarga ... dengan diabetes mellitus tipe II pada gerontik yang dilakukan terapi relaksasi autogenic di Wilayah Kerja
Puskesmas ...”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan ... dengan diabetes mellitus tipe II pada gerontik yang dilakukan terapi relaksasi autogenic di Wilayah Kerja Pukesmas ..?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan studi kasus penulis mamapu melakukan asuhan keperawatan pada pasien gerontik dengan diabetes mellitus tipe II yang dilakukan tindakan relaksasi autogenic.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan studi kasus pada pasien gerontik dengan diabetes mellitus tipe II dengan fokus intervensi terapi relaksasi autogenic penulis dapat :
a. Menggambarkan tahapan proses keperawatan pada pasien gerontik dengan diabetes mellitus tipe II yang dilakukan tindakan relaksasi autogenic.
b. Menggambarkan pelaksanaan tindakan relaksasi autogenic pada pasien gerontik dengan diabetes mellitus tipe II.
c. Menggambarkan respon atau perubahan pada pasien gerontik dengan diabetes mellitus tipe II yang dilakukan tindakan relaksasi autogenic.
d. Menganalisis kesenjangan pada kedua pasien gerontik dengan diabetes mellitus tipe II yang dilakukan tindakan relaksasi autogenic.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Tertulis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta referensi dalam melakukan intervensi terapi relaksasi autogecic pada gerontik dengan diabetes mellitus tipe II.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Klien dan Keluarga
Meningkatkan wawasan dan pemahaman keluarga dan klien sehingga dapat mengatasi masalah diabetes mellitus tipe II, diharapkan klien dan keluarga bisa mempraktikkan teknik non farmakologo yang telah diajarkan untuk mengontrol kadar gula darah.
1.4.2.2 Bagi Puskesmas
Hasil studi ini dapat memberi masukan bagi puskesmas dalam rangka mengembangkan intervensi keperawatan terapi relaksasi autogenic terhadap klien diabetes mellitus tipe II, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan.
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi informasi dan wawasan bagi mahasiswa tentang pelaksanaan relaksasi autogenic pada gerontik dengan diabetes mellitus tipe II.
1.4.2.4 Bagi Penulis
Penulis dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan keterampilan dalam penerapan relaksasi autogenic terhadap pasien gerontik dengan diabetes mellitus tipe II serta mendapatkan pengalaman melakukan studi kasus secara sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
Angraini, S. S., Ibrahim, I., & Nur, S. A. (2020). Pengaruh Daun Sirih Merah Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 11(2), 271– 281.
Arini, H. N., Anggorowati, A., & Pujiastuti, R. S. E. (2022). Dukungan keluarga pada lansia dengan Diabetes Melitus Tipe II: Literature review. NURSCOPE:
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 7(2), 172–180.
Dinas Kesehatan Jawa Barat (DINKES JABAR). 2022. Jumlah Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Kabupaten/Kota di Jawa Barat.
https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-penderita-diabetes-melitus- berdasarkan-kabupatenkota-di-jawa-barat
International Diabetes Federation (IDF). International Diabetic Federation Diabetic Atlas 10th edition. IDF; 2021.
Lestari, I. (2021). Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 di Kota Surakarta. 2.
Limbong, M., Jaya, R. D., & Ariani, Y. (2015). Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Pancoran Mas Depok. Jurnal Skolastik Keperawatan, 1(1), 21–28.
Ningrum, R.A. Alma, Murti, C., Hasanah, U., & Ludiana. (2021). Penerapan Relaksasi Autogenik Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Application. Jurnal Cendikia Muda, 1(4), 549–553.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_20 18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses Januari 2024.
Silvia, K. B. (2021). Teknik Relaksasi Autogenik Pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe II Dengan Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan. MAHESA: MALAHAYATI HEALTH
STUDENT JOURNAL, 1(3), 484.e1-484.e2.
https://doi.org/10.1016/j.ajodo.2021.07.002
Wahyuni, A., Kartika, I. R., & Pratiwi, A. (2018). Relaksasi Autogenik Menurunkan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Real in Nursing Journal, 1(3), 133. https://doi.org/10.32883/rnj.v1i3.475