• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN Teknik perkembang biakan

N/A
N/A
Rizqy Mulia Kusuma

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN Teknik perkembang biakan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Teknik perkembang biakan murni tidak hanya mempedulikan mengenai cara untuk memperoleh suatu biakan yang murni, akan tetapi juga tentang cara pemeliharaan dan pencegahan agar tidak terkontaminasi dari lingkungan luar.Inokulasi bertujuan untuk membuat mikroba tumbuh secara optimal sehingga mendapatkan populasi dari mikroba dengan murni. Inokulasi adalah kegiatan memindahkan mikroba dari medium yang lama kepada medium yang baru dengan tingkatan yang sangat tinggi untuk ketelitiannya. Medium yang digunakan dalam perkembang biakkan mikroba diharuskan steril.Kontaminasi umumnya berasal dari udara yang terkandung banyak mikroba di dalamnya. Pemindahan biakan mikroba harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan mematuhi prosedur yang terdapat pada laboratorium sehingga tidak terjadinya kontaminasi. Teknik dalam perkembang biakkan mikroba yang disebut dengan teknik inokulasi biakan sangat diperlukan.

Identifikasi untuk Perkembang biakan mikroba seringkali memerlukan pemindahan meuju rempat perkembang biakan yang segar sehingga tidak terjadi kontaminasi. Pemindahan mikroba dapat dilakukan dengan teknik-teknik seperti teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian mikroba dari hasil perkembang biakan sebelumnya selama pemindahan berulangkali. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam medium biakan cair atau padat bergantung kecocokannya.

Pertumbuhan mikroba dalam kaldu seringkali menggambarkan aktivitas metabolismenya untuk contoh pada medium biakkan cair. Mikroba aerob obligat berkembang biak pada permukaannya karena memiliki kandungan oksigen tinggi.

Mikroba juga menunjukkan perkembangan dengan ciri spesifik pada biakan padat seperti agar miring atau lempengan agar. Agar miring digunakan sebagai tempat penyimpanan biakan murni sedangkan agar lempengan untuk pemurnian mikroba.

Perolehan dari perkembang biakan mikroba dapat digunakan sebagai media pembelajaran pada mikrobiologi. Praktikum ini akan dilakukan teknik inokulasi biakan mikroorganisme pada medium steril untuk mempelajari mikrobiologi dengan satu kultur murni. Praktikum ini juga menunjang berbagai informasi yang dibutuhkan pada proses pembuatan medium dan metode pemindahan mikroba.

(2)

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan metode inokulasi?

2) Bagaimana pengaruh sifat inokulum yang dipakai terhadap keberhasilan proses inokulasi?

3) Bagaimana akibat yang terjadi pada proses inokulasi jika menggunakan inokulum yang tidak sesuai?

1.3. Tujuan

1) Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan metode inokulasi.

2) Mengetahui pengaruh sifat inokulum terhadap keberhasilan proses inokulasi.

3) Mengetahui akibat yang terjadi pada proses inokulasi jika menggunakan inokulum yang tidak sesuai.

1.4. Manfaat

1) Untuk kehidupan sehari-hari, memberikan informasi mengenai medium yang bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari dengan adanya teknik isolasi pada bakteri.

2) Untuk masyarakat, dapat menjadi acuan untuk pemanfaatan mikroba ataupun menghindari mikroba yang berpeluang sebagai hama.

3) Secara penelitian, dapat menjadi literatur untuk penelitian mengenai pengaruh inokulum yang tidak sesuai dengan proses inokulasi..

1.5. Hipotesis

1) Efektivitas proses inokulasi sangat dipengaruhi suhu, konsentrasi inokulum, kelembapan udara, intensitas cahaya, individu, dan isolat patogennya, umur, dan varietas tanaman. (Hartati dan Karyani, 2014).

2) Keberhasilan proses inokulasi jamur bergantung pada kemampuan inokulum dalam berkompetisidengan mikroba lain dan dengan adaptasi lingkungan (Devi dkk, 2013)

3) Penggunaan inokulum yang tidak sesuai dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba (Andrestian dkk, 2014).

(3)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Inokulasi dan Metodenya

Proses penanaman bakteri atau biasa disebut dengan proses inokulasi adalah kegiatan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian tinggi (Goodman dan Wood, 1986). penanaman bakteri (inokulasi) dilakukan terlebih dahulu alat yang ada dalam hubungannya untuk proses tetap steril sehingga dapat menghindari terjadi adanya kontaminasi.

Metode gores merupakan teknik yang menguntungkan jika dilihat dalam segi ekonomi dan waktu, namun memerlukan keterampilan khusus yang didapat dengan latihan. Penggoresan yang dilakukan dengan baik dan sempurna akan mengakibatkan koloni yang terpisah. Inokulum mula-mula digoreskan pada permukaan media agar nutrient dalam alat bernama cawan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Goresan yang terdapat di antara garis-garis mengakibatkan sel-sel yang terpisah sehingga dapay tumbuh kembali menjadi koloni. Cara memberikan garis yaitu dengan membentuk lempeng pada medium perkembang biakkan padat. Cara tersebut jika dilakukan dengan baik akan menjadikanya praktis.

Pengerjaan dalam laboratorium dengan teknik ini terkadang berbeda-beda, namun masih dengan tujuan yang sama yaitu membuat goresan sebanyak mungkin.

Metode tebar adalah cara dengan setetes inokulum ditorehkan dalam sebuah medium agar nutrient pada cawan petridish dan dengan penggunaan batang kaca bengkok yang sudah disterilkan terlebih dahulu. Inokulasi tersebut disebar dalam medium batang yang sama untuk digunakan seperti menginokulasikan pinggan kedua agar dapat menjamni penyebaran bakteri merata dengan sebaik mungkin. Beberapa pinggan akan memunculkan koloni yang terpisah-pisah.

Metode tuang adalah cara yang digunakan dengan melakukan isolasi media cair yang sebelumnya diencerkan terlebih dahulu. Dasar untuk perlakuan pengenceran tersebut supaya agar penurunan jumlah mikroorganisme dan di dapat hanya satu sel saja yang berada di dalam tabung. Metode tusuk adalah metode dengan menggunakan cara penetesan atapun penusukkan dengan ujung jarum ose yang didalamnya terdapat inokulum. Jarum inokulum tersebut kemudian akan dimasukkan kembali kedalam medium pertumbuhan mikroba (Adhi dkk, 2019).

(4)

2.2. Inokulan Jamur Fusarium Sp

Tingginya harga media NA (Natrium Agar) menyebabkan timbulnya pendorong para peneliti untuk menemukan media alternatif dari bahan-bahan yang mudah dijumpai dan tidak membutuhkan biaya yang tinggi. Bahan-bahan yang mudah dijumpai tersebut tentunya harus mengandung nutrisi yang baik seperti karbohidrat ataupun lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan bakteri.

Gaharu adalah resin yang dihasilkan oleh pohon A.malaccensis, resin terbentuk akibat adanya infeksi mikroba dengan sebab daripada dua faktor yaitu, secara alami ataupun sengaja dilakukan oleh manusia. Infeksi pada pohon A.malaccensis yang terjadi secara alami dengan adanya luka pada bagian pohon tersebut. Luka pada pohon tersebut diakibatkan oleh adanya patahan yang tertimpa dahan dari tanaman lain yang patah ataupun dicakar oleh hewan sehingga dapat menjadi tempat bakteri, atau karena sengaja dilukai oleh manusia (Liu dkk, 2013).

Infeksi pada pohon tersebut terjadi ketika mikroba masuk melalui luka pada pohon dan menyebabkan keluarnya senyawa kimi dari pohon sebagai respon yang bertujuan unruk menghambat atau membunuh mikroorganisme yang masuk.

Mikroba tersebut justru tetap hidup dalam kenyataannya bahkan senyawa kimia yang dikeluarkan oleh pohon A.malaccensis tidak mampu melawan mikroba yang masuk. Hal ini dapat menyebabkan senyawa tersebut menjadi tertumpuk dan tertimbun dalam jaringan xilem dan floem dan menyebabkan pohon A.malaccensis menjadi mati. Senyawa kimia tersebut berupa resin dengan warna coklat sampai kehitaman berbau sangat harum. Senyawa utama gaharu adalah seskuiterpen.

Keberhasilan inokulan Fusarium sp menggunakan metode infus dalam penginfeksian terhadap pohon A.malaccensis ditandai dengan adanya perubahan warna coklat kehitaman disekitar lubang yang sangat pekat. Perubahan warna ini juga disertai dengan diameter yang lebih besar dibandingkan metode injeksi. Ciri tersebut dikarenakan suplai inokulan pengguna metode infus lebih mencukupi melakukan infeksi sehingga menyebabkan toksin mikroba menjadi maksimal. Hasil ini menunjukan bahwa metode infusi adalah metode yang lebih maksimal jika dibandingkan dengan metode injeksi. Inokulasi yang dilakukan dengan Fusarium sp menggunakan metode infus secara morfologi menunjukan adanya perubahan warna kayu signifikan dari putih menjadi hitam. Inokulasi tersebut membuktikan bahwa belum ditemukan indikator penentu resin gaharu (Vantompan dkk, 2015).

(5)

5

2.3. Faktor Pengaruh Pertumbuhan Mikroba

Tanaman jati (Tectona grandis L.f.) diketahui sebagai penghasil kayu mewah berkualitas terbaik dengan nilai ekonomis tinggi. Pengolahan pohon jati biasanya dijadikan untuk perabot, venir untuk permukaan kayu lapis dan sebagai parket penutup lantai. Jati sering juga digunakan sebagai dok pelabuhan, bantalan pada rel kereta api, jembatan, dan juga kapa. Pasokan jati Indonesia masih sangat banyak kekurangan, yaitu dengan sebesar 1,7 juta m3/tahun (Sanjaya, 2011).

Pengembangan jati diperkirakan mempunyai prospek yang sangat besar di masa yang akan datang. Banyak permasalahan sayangnya harus dihadapi saat ini, diantaranya adalah masih kurangnya budidaya teknologi dengan wawasan pada lingkungan guna mendukung cepatnya pertumbuhan jati secara cepat dan efisien.

Para petani di Indonesia masih kurang minat dalam penanaman jati dikarenakan waktu panen kayu jati yang relatif lumayan lama. Pengembangan teknologi budidaya unruk dapat mempercepat proses pertumbuhan jati sangatlah diperlukan, termasuk pada saat pembibitan. Pemenuhan kebutuhan akan bibit jati dengan jumlah besar di daerah-daerah yang jauh menyebabkan bibit jati tersebut sering diangkut menggunakan organ stump. Organ tersebut merupakan bibit yang sudah dibongkar dan dipotong bagian batang dan akarnya sehingga hanya tersisa akar utama dengan pangkal batang beberapa sentimeter. Masih juga terdapat permasalahan lain yaitu seberapakah tinggi batang yang terbaik utuk digunakan sebagai sisa dari stump. Pemotongan yang terlalu pendek akan mengakibatkan tumbuhnya tunas baru secara cepat terhambat sedangkan pemotongan yang terlalu panjang tidak efisien dan memiliki kemungkinan tumbuhnya tunas yang berlebihan.

Salah satu upaya perlakuan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melalui pemberian pupuk pada pohon jati tersebut.

Pemupukan jati menggunakan pupuk NPK anorganik berhasil meningkatkan diameter batang, tinggi batang, tinggi bibit, banyak daun, panjang daun, dan lebar daun pohon jati pada penelitian yang dilakukan sebelumnya (Efendi, 2011).

Pemupukan dengan pupuk anorganik selain memiliki harga tinggi, juga memiliki kemungkinan impact negatif terhadap sifat tanah, seperti keasaman tanah, tertekannya kehidupan biologis tanah, dan kerusakan sifat fisik tanah lainnya.

penggunaan pupuk alternatif, seperti pupuk hayati perlu dikaji untuk mengatasi permasalahan lingkungan serta usaha mempercepat pertumbuhan bibit jati.

(6)

Salah satu pupuk hayati yang banyak digunakan pada masa ini adalah mikoriza, akan tetapi banyaknya dosis untuk mikoriza yang tepat agar dapat mendorong pertumbuhan stump jati secara cepat belum diketahui dengan baik.

Mikoriza dengan pemberian dosis yang terlalu rendah diduga akan mengakibatkan ketidak efektifan akan pertumbuhan dan perkembang biakkan pohon jati tersebut.

Keuntungan pemakaian mikoriza adalah untuk dapat membantu akar tanaman dalam penyerapan unsur hara makro dan mikro lebih banyak menyerap air. Penyerapan lebih banyak air diakibatkan oleh pori-pori mikro tanah yang tidak bisa dijangkau oleh rambut-rambut akar. Keuntungan lainnya adalah meningkatkan ketahanan tumbuhan terhadap kekeringan dan patogen akar serta menghasilkan zat pengatur tumbuh yang dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman. Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur memberikan manfaat yang sangat baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tumbuh dan berkembang biak

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi batang, pertambahan tinggi bibit, pertambahan diameter batang, panjang daun, dan banyaknya berat stump pohon jati.

Pemberian yang baik dijumpai pada perlakuan mikoriza 5 g/polybag dari hasil percobaan inokulasi mikoriza. Kondisi tersebut terjadi karena dosis mikoriza yang diberikan untuk mendorong perkembangan bibit stump jati menjadi lebih baik lagi.

Perkembangan tersebut disebabkan karena mikoriza dapat bersimbiosis dengan akar tanaman dengan sangat baik. mikoriza merupakan salah satu jamur yang keberlangsungan hidupnya bersimbiosis dengan baik pada perakaran tanaman.

Mikoriza mempunyai benang hifa yang berperan dalam melakukan penyerapan unsur hara dan pengambilan air di dalam tanah (Wareing dan Phillips, 1986).

Pemotongan batang berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit, pertambahan tinggi batang, dan pertambahan diameter batang stump pohon jati.

Berpengaruh atau tidak nyatanya terhadap pertambahan jumlah daun, panjang daun, lebar daun, berat berangkasan basah bibit, dan berat berangkasan akar bibit diakibatkan kembali oleh dosis pemberiannya. Inokulasi ini akan meningkatkan pertambahan tinggi batang, pertambahan tinggi bibit, pertambahan diameter batang, berat berangkasan tanaman, dan panjang daun. Mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah daun dan lebar daun. Pemberian dosis mikoriza tidak tergantung pemotongan batang untuk pertumbuhan stump jati (Efendi dkk, 2012).

(7)

7

2.4. Inokulasi Jamur pada Produksi Cabai

Indonesia merupakan negara agraris yang masyarakatnya sebagian besar bertahan hidup pada bidang pertanian. Pencapaian swasembada pangan terkhusus beras adalah bukti atas berhasilnya pembangunan pertanian. Indonesia terkenal menjadi salah satu negara pengimpor beberapa produk pertanian, seperti beras, jagung, kedelai, kapas, gula pasir, gandum kacang tanah, kacang hijau, dan beberapa jenis buah-buahan, dengan volume yang bertambah setiap tahun.

Penduduk Indonesia memerlukan lahan garapan minimal 22 juta hektar untuk menjadikan kebutuhan pangan tercukupi. Saat ini luas lahan pertanian yang terdapat seluas 17,04 juta hektar yang terdiri dari 7,8 juta hektar lahan basah dan 9,24 juta hektar lahan kering. Luas lahan kering di Indonesia berkisar 116,91 juta hektar, namun yang memiliki potensi untuk menjadi lahan pertanian berkisar hanya 64,83 juta hektar dan lahan pada garapan baru hampir mencapai 9,24 juta hektar.

Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tumbuhan hortikultura yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Pemanfaatannya di bidang industri membuat cabai menjadi komoditas dengan nilai ekonomi tinggi.

Keuntungan budidaya cabai umumnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan budidaya sayuran lain. Saat ini cabai adalah komoditas ekspor yang menjanjikan.

Banyak kendala yang harus dihadapi petani membuatnay semakin terasa sulit untuk meneruskan berbudidaya cabai. Salah satu faktor penghambatnya adalah hama dan penyakit seperti kutu kebul, antraknosa, dan busuk buah yang dapat mengakibatkan gagal panen. Produktivitas buah yang relatif rendah dan waktu panen yang lama akan memperkecil rasio keuntungan petani cabai (Rukhmana dan Oesman, 2006).

Luas areal panen cabai merah di Indonesia pada tahun 2008 tercatat seluas 109.178 ha dan pada tahun 2012 meningkat menjadi120.275 ha, 22.706 ha diantaranya di Jawa Tengah (Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal, 2012).

Bertambahnya luas areal tersebut disebabkan kebutuhan cabai meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang menggunakan cabai sebagai bahan baku. Kebutuhan konsumsi cabai yang tinggi harus diimbangi peningkatan produksi agar kebutuhan cabai dapat terpenuhi.

Seiring berkembangnya zaman, ekstensifikasi sulit untuk dilakukan karena lahan di Indonesia semakin sempit, terutama pada kawasan-kawasan ibukota maka dari itu peningkatan produksi dilakukan dengan cara intensifikasi. Salah satu cara

(8)

intensifikasi untuk meningkatkan produksi tanaman cabai yaitu dengan pemanfaatan cendawan mikoriza. Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) memiliki banyak manfaat yaitu meningkatkan ketersediaan unsur-unsur fosfor, air, dan dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh patogen tular tanah (Talanca, 2010).

Jumlah mikoriza sangat melimpah di alam dan ditemukan hampir 80%

dapat bersimbiosis dengan tumbuhan angiospermae, serta berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman agrikultur, hortikultura, dan tanaman hutan.

Secara umum mikoriza tergolong dalam dua tipe yaitu ektomikoriza dan endomikoriza atau mikoriza arbuskula.Mikoriza arbuskular banyak ditemukan pada sebagian besar tanaman budidaya dan berperan penting dalam serapan unsur hara.

Pemberian pupuk hayati mikoriza dapat meningkatkan bobot tongkol berkelobot/m2 jagung sebesar 17,9% dibandingkan tanpa pupuk hayati mikoriza.

Perlakuan pupuk hayati mikoriza memberi pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan yang dibuktikan dari peningkatan luas daun, pertumbuhan produksi tanaman jagung di lahan kering, dengan hasil panen rata-rata sebesar 8,57 ton pipilan kering/hektar.

Hal ini perlu dilakukan penelitian mengenai inokulasi jamur mikoriza arbuskular terhadap pertumbuhan dan produksi cabai (Capsicum annum L.) dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan. Tujuan lainnya adalah untuk melihat akan adanya produksi tanaman cabai, dosis yang terbaik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman cabai (Capsicum annum L).

Pemberian mikoriza meningkatkan penyerapan unsur hara, yaitu unsur P, Zn, Cu, Mn, dan Fe sehingga dapat meningkatkan kesegaran buah cabai Capsicum annuum. Jumlah biji per tanaman dan jumlah bobot biji kering per tanaman semakin banyak seiring dengan bertambahnya dosis mikoriza. pemberian mikoriza 40 gram per tanaman dapat meningkatkan bobot biji kering. Pemberian mikoriza dapat meningkatkan hasil produksi tanaman pada tanaman Capsicum chinense Jacquin.

Pemberian dosis mikoriza berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang pada minggu ke 10, sedangkan jumlah daun berpengaruh pada minggu ke 8 dan ke 10. Dosis mikoriza yang terbaik untuk pertumbuhan dan produksi terdapat pada perlakuan P3 dengan produksi buah rata-rata sebesar 94,12 gram/tanaman/minggu, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengamatan derajat infeksi mikoriza pada tanaman cabai Capsicum annuum (Madusari dkk, 2018).

(9)

9

2.5. Inokulasi Kacang Kedelai

Kedelai merupakan salah satu tumbuhan kaya akan protein yang sangat digemari dalam kehidupan manusia, terutama dalam proses penyediaan makanan, Kedelai merupakan tumbuhan makanan ketiga setelah padi dan jagung pada negara Indonesia. Tidak hanya berfungsi sebagai bahan makanan, kedelai (Glycine max L) juga diketahui sebagai bahan pakan ternak dan industri yang baik (Adisarwanto dan Widyastuti, 2000). Pentingnya tumbuhan tersebut mengharuskan banyaknya kebbutuhan akan kacang kedelai, walaupun ternyata produksi kedelai di Indonesia masih sangatlah rendah. Rendahnya produksi kacamg kedelai dapat dilihat dari jumlah protein yang dihasilkan tiap hektar dengan hasil rata-rata 0,8 ton/ha. Kedelai yang menghasilkan 225 kg protein sedangkan jagung dengan hasil 3,5 ton/ha hanya dapat menghasilkan 225 kg protein. Jumlah tersebut diakibatkan karena belum menyebarnya varietas unggul dan cara menanam yang belum diperbaiki.

Faktor-faktor pengaruh pertumbuhan pada kedelai untuk masyarakat terkhusus para petani seperti kekeringan, banjir hujan besar pada saat pertumbuhan dan perkembangan, serangan penyakit dari hama dan persaingan dengan gulma.

Pandangan petani ada juga yang mengatakan bahwa tumbuhan kedelai hanyalah diumpamakan sebagai tanaman samping, suatu persepsi seperti inilah yang dapat menjadi salah satu faktor rendahnya tingkat teknologi budidaya tanaman kedelai.

Penyebab utamanya dikarenakan pemeliharaan yang kurang intensif sehingga akan mengakibatkan pertumbuhan tumbuhan tersebut akan menurun (Sopacua, 2014).

Kedelai memiliki banyak kandungan nilai gizi seperti protein, lemak dan vitamin sehingga tidak mengherankan bila kedelai mendapat julukan “Gold from the soil” (emas yang muncul dari dalam tanah). Penggunaan kedelai sebagai bahan makanan oleh masyarakat seperti tahu, kecap, tempe dan makanan lainnya oleh masyarakat bisa digunakan untuk membantu memajukan bidang ekonomi.

Kemajuan ekonomi khususnya pada pemasaran dalam negeri dan luar negeri.

Berbeda dengan tumbuhan padi dan jagung, tumbuhan kedelai pada umumnya tidak memberikan hasil secara mencolok jika diberikan pupuk urea yang mengakibatkan salah satu faktor lambatnya peningkatan produksi suatu kedelai.

Pengembangan tumbuhan kedelai (Glycine max L) pada Indonesia terus dilakukan.

Salah satu jalan alternatif yang dapat diambil adalah dengan cara menghadirkan varietas-varietas baru yang salah satunya adalah Dieng. Dieng inilah yang

(10)

mengakibatkan perkembangan dalam ilmu pengetahuan semakin meluas dalam usaha dengan tujuan memperluas penanaman kedelai. Berbagai cara yang dapat digunakan dalam proses tersebut yaitu inokulasi bakteri Rhizobium Japanicum pada lahan yang baru di buka dengan tingkat keasaman rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan perolehan hasil yang baik. Kondisi tersebut juga menjadikan alasan tanah bekas tanaman padi atau kacang tanah menjadi sangat baik digunakan sebagai bahan inokulan. Penggunaan teknik inokulasi buatan juga dapat dimanfaatkan dengan menggunakan bantuan bakteri rhizobium pada benih kacang kedelai.

Umumnya bakteri ada yang memiliki sifat patogen dan ada juga yang menguntungkan terkhusus terhadap bakteri rhizobium yang hidupnya bersimbiosis dengan akar kacang polong-polongan. Bakteri rhizobium tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam proses pertumbuhan pada tanaman kacang kedelai.

Perihal tersebut dikarenakan kacang kedelai pada proses pertumbuhannya sangat membutuhkan Nitrogen (N2) yang berfungsi sebagai pengikat nitrogen bebas di udara (Irianto, 2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh Inokulasi bakteri Rhizobium japanicum terhadap pertumbuhan kacang kedelai (Glycine max L). Tujuan lainnya adalah melihat konsentrasi inokulasi bakteri Rhizobium japanicum pada kondisi bagaimana yang paling berpengaruh terhadap terhadap pertumbuhan dan perkembang biakkan pada tanaman kacang kedelai.

Perlakuan inokulasi terhadap bakteri rhizobium akan mengakibatkan peningkatan pembesaran pada diameter batang kacang kedelai. Ternyata perlakuan inokulasi dengan bakteri rhizobium tidak memberiikan dampak yang nyata terhadap diameter batang kacang kedelai berdasarkan hasil analisis. Dampak tersebut mungkin disebabkan oleh adanya bentuk batang kacang kedelai itu sendiri.

Kedelai mempunyai batang berbentuk seperti semak-semak. Kemungkinkan untuk melakukan peningkatan pembesaran pada tiap batangnya tidak akan berbeda jauh antara satu dengan yang lainnya dalam proses inokulasi yang dilakukan tersebut.

Inokulasi bakteri Rhizobium Japanicum memberikan dampak nyata dalam pertumbuhan pada tanaman kacang kedelai, yaitu tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah bintil akar dan tidak memberikan dampak nyata terhadap diameter batang.

Hasil yang lebih baik bisa didapakan jika menggunakan inokulasi Rhizobium Japanicum dengan konsentrasi yang disesuaikan yaitu 5-7 gr sehingga penelitian lain lebih lanjut bisa dilakukan dengan indikator yang lain (Sopacua, 2014).

(11)

11

2.6. Penelitian Terkait

Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya tata cara yang dapat dilakukan dalam melakukan inokulasi jamur pada suatu medium. Inokulasi tentunya haruslah memakai metode yang sesuai dengan mikroba yang ingin di inokulasi (inokulan) agar mendapatkan hasil yang optimal. Hasil juga dipengaruhi oleh jenis dan nutrisi medium yang digunakan untuk pemindahan mikroba.

Jamur tiram putih (P.ostreatus) terdiri dari 4 bagian dan sekitar 40 jenis tersebar diseluruh dunia (Patel dkk, 2012). Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) termasuk golongan kingdom fungi, tidak memiliki klorofil, sehingga tidak dapat melakukan proses fotosintesis atau golongan heterotrof. Jamur tiram putih adalah suatu jenis jamur konsumsi yang mempunyai prospek penjualan tinggi, sumber pendapatan petani. Jamur jenis tiram putih sangat populer dan sangat banyak dibudidayakan seluruh Asia dan eropa karena memiliki teknologi pembudidayaan yang sangat sederhana juga. Beberapa spesies Pleurotus digunakan sebagai bahan pangan karena mempunyai kandungan serat, protein dan mineral yang tinggi.

Jamur tiram putih menghasilkan polisakarida, fenolat, asam askorbat, lektin dan ergothioneine serta mempunyai kegiatan anti tumor, anti oksidan dan anti mikroba. Jamur tiram putih memiliki potensi untuk ditumbuhkan karena memiliki nutrisi dan obat misalnya anti kanker, antioksidan, anti tumor, anti diabetes, anti hiperkolesterol, anti-artritis dan sifat antimikroba. Jamur tiram bisa tumbuh secara alami ataupun secara buatan, namun tingginya permintaan pasar terhadap jamur tiram menjadi penyebab sulit ditemukan dihabitat alaminya. Jamur tiram putih jadi bahan pangan alternative untuk masyarakat sebagai pengganti protein hewani.

Secara umum penggunaan substrat dalam budidaya jamur tiram putih adalah serbuk kayu, mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin sehingga dapat dijadikan sebagai medium pertumbuhan jamur. Jamur tiram membutuhkan nutrisi dari media tumbuhnya seperti karbohidrat, lignin dan selulosa. Jamur tiram putih bisa dibudidayakan dengan limbah yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin. Limbah pertanian dapat dijadikan sebagai media pertumbuh jamur tiram.

Contoh media pemanfaatan yaitu limbah kapas, ampas tebu, jerami gandum, jerami padi, sisa kertas, serbuk gergaji dari berbagai jenis pohon, tangkai dan daun jagung,millet, tongkol jagung, cangkang kacang polong (Sánchez, 2010).

Sorgum biasanya digunakan di Indonesia untuk bisa melakukan budidaya jamur,

(12)

namun ada banyak substrat lain yang digunakan sebagai bahan sorgum misalnya kurakkan, jagung, padi, beras merah, jagung kuning, gandum, dan millet. Substrat serbuk gergaji karet yang sangat umum untuk digunakan dalam budidaya jamur tiram putih (P. ostreatus). Limbah lainnya yaitu adalah kulit singkong, kulit biji kapas, sekam kopi, jerami gandum, jerami, serbuk gergaji dan juga jerami .

Jamur tiram bisa dibudidayakan dengan beberapa substrat termasuk jerami padi, jagung tangkai /tongkol, residu tanaman sayur dan ampas tebu (Alemu &

Fisseha, 2015). Pemakaian jenis media yang baik untuk media pertumbuhan jamur tiram putih yaitu pemilihan serbuk kayu yang keras, tidak memiliki kandungan senyawa resin atau minyak karena akan menggangu pertumbuhan jamur.

Pembudidayaan jamur yang baik diawali dengan pemilihan biakan murni kemudian diisolasi dalam keadaan steril, dibuat pada cawan petri yang berisi media PSA (Potato sukrosa agar). Media PSA tersebut selanjutnya akan diinkubasi pada suhu ruangan dan nantinya spora bakal membentuk benang-benang halus atau hifa.

Inokulum jamur tiram putih merupakan benih yang dibudidayakan oleh petani jamur. Pembibitan merupakan tahapan awal yang mempunyai peran penting dalam pembudidayaan jamur, memerlukan ketelitian yang relatif sangat tinggi.

Pembibitan lain dapat berupa inokulum jamur yang baik terkait dengan kualitas bibit, bibit yang kurang baik akan mempengaruhi hasil budidaya jamur yang dibiakkan dalam media produksi. Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh.

Pembuatan bibit jamur tiram putih F2 menggunakan bahan yang sudah umum digunakan serta memiliki kandungan yang cocok untuk jamur tiram yaitu serbuk gergaji mengandung selulosa, lignin, gula pentosa, yang dibutuhkan oleh pertumbuhan jamur tiram. Media tepung yang digunakan tersebut mempunyai bahan-bahan seperti tepung jagung mengandung 73,4% karbohidrat (pati) 9,1 % protein, lemak 4,4 %,gula 1,9%,abu 1,4% dan serat 9,5% (Umrah dan Lambui, 2019). Dedak padi terkenal dengan kandungan kaya karbohidrat di masyarakat.

Miselium jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (Jacq.) P.Kumm) bisa tumbuh pada setiap perlakuan. Laju pertumbuhan dan waktu miselium memenuhi media yang terbaik yaitu pada perlakuan P5 (serbuk gergaji 50%, dedak padi 39%, tepung jagung 11%), rata rata pertumbuhan 1,3cm/hari. Formulasi inokulum jamur tiram putih ke media produksi dapat dipercepat, semakin cepat proses pembiakan inokulum jamur tiram putih maka semakin cepat untuk sampai ke tahap produksi.

(13)

13 BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN 3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat

1) Tabung reaksi 2) Jarum oase 3) Nyala bunsen 4) Cawan petri 3.1.2. Bahan

1) Medium yang telah jadi 2) kultur murni

3) Jarum/kawat 4) Alkohol

3.2. Prosedur Percobaan

1) Tabung yang berisi jamur dan tabung medium di dalam lemari laminating disiapkan.

2) Jarum oase dipanaskan sampai pijar lalu didiamkan sebentar.

3) Sumbat pada tabung jamur dibuka, kemudian dilewatkan dekat nyala bunsen.

4) Jamur diambil dengan menggunakan jarum oase.

5) Sumbatan pada tabung jamur dibuka dan mulut tabung dilewatkan pada nyala api bunsen.

6) Jamur yang telah dibawa ujung jarum oase tadi dimasukkan dengan digesek-gesekkan pada permukaan medium dari kiri ke kanan dengan arah dari bawah ke atas medium.

7) Tabung medium kemudian disumbatkan kembali.

8) Tabung yang telah ditanami tadi disimpan.

9) Bentuk jamur yang terbentuk tadi diamati.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tanah masam yang mengandung Al tinggi, kadar lebih dari 20% menyebabkan terjadinya keracunan pada akar kedelai, sehingga akar tidak berkembang, tanaman tumbuh kerdil,

Geragih adalah bagian batang yang menjalar di atas tanah kemudian pada ruas-ruasnya tumbuh akar tunas baru.. Tumbuhan yang berkembang biak dengan geragih, misalnya arbei

tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman. memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara

Dalam penyiraman tanaman yang harus diperhatikan adalah tingkat kelembaban tanah karena tanah tidak boleh kering, tanah yang kering membuat tanaman berkembang

Inokulum diproduksi di tempat dimana tanaman inang itu tumbuh dan biasanya akan dipindahkan ke suatu tempat untuk berkembangnya infeksi. Trasportasi dari beberapa patogen yang

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah

Gulma mempunyai perbedaan dengan tanaman lain selain mempunyai daya saing yang kuat, dapat tumbuh di tanah yang miskin, mudah berkembang biak namun biji-biji gulma mempunyai

Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai