DORMANSI GULMA PADA BOKASHI DENGAN PERLAKUAN SUHU
DINGIN DAN PANAS
Oleh :
NURMAYANTI SUMARLIN
NIM. 120500076
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
DORMANSI GULMA PADA BOKASHI DENGAN PERLAKUAN SUHU
DINGIN DAN PANAS
Oleh :
NURMAYANTI SUMARLIN
NIM. 120500076
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Dormansi Gulma Pada Bokashi Dengan Perlakuan Suhu Dingin dan Panas
Nama : Nurmayanti Sumarlin
Nim : 120500076
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian
Pembimbing
Riama Rita Manullang, SP, MP NIP. 197011162000032002
Penguji II
DR. Fadli Mulyadi, SP. MP
NIP. 197802212001121002
Menyetujui,
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Nur Hidayat, SP, M.Sc NIP. 19721025 2001121 001 Penguji I Jamaluddin, SP.M.Si NIP. 197206122001121003 Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. M. Masrudy, MP NIP. 196008051988031003
ABSTRAK
NURMAYANTI SUMARLIN. Dormansi Gulma Pada Bokashi Dengan Perlakuan Suhu Panas dan Dingin. (di bawah bimbingan Riama Rita Manullang).
Penelitian ini dilatar belakangi oleh dormansi biji gulma yang merupakan strategi reproduksi gulma untuk dapat bertahan hidup. Dormansi gulma diartikan sebagai suatu tahapan istirahat metabolisme gulma pada kondisi yang tidak sesuai. Dengan sifat dormansi ini, gulma dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim lalu tumbuh sewaktu-waktu saat kondisi lingkungan sudah sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Dormansi benih gulma dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim, beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun tergantung pada jenis tanaman, tipe dari dormansinya, dan kondisi lingkungannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat pertumbuhan biji gulma pada bokashi yang berbahan dari jenis-jenis gulma.
Penelitian dilaksanakan pada 2 tempat yaitu bertempat di Lab Agronomi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan kebun percntohan kelapa sawit di Politeknik Pertanian Negerti Samarinda. Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 6 bulan terhitung dari tanggal 1 Desember 2014 sampa 30 Mei 2015. Meliputi indentifikasi gulma awal pada permukaan tanah di kebun kelapa sawit, pengukuran luasan kebun percontohan, pengambilan gulma yang berada pada plot-plot yang sudah di identifikasi, pembuatan bokashi dari gulma-gulma, serta pengamatan pertumbuhan biji gulma pada bak semai.
Hasil dari identifikasi gulma pada permukaan tanah di kebun kelapa sawit adalah Ageratum conyzoides, Asystasia ganggetica (L), Axonopus compressus,
Chromolaena odorata, Clidemia Hirta (L), Colocasia sp, Cyperus rotundus, Davallia denticulata, Eleusine indica, Lantana camara, Melastoma malabratichum, Mikania micranthan, Nheprolepis biserata, Stenochlaena palustris. Hasil dari pengamatan pertumbuhan biji gulma pada bokashi tidak di
temukan adanya pertumbuhan gulma pada bak semai, hal ini di duga biji-biji gulma mengalami massa dormansi.
RIWAYAT HIDUP
NURMAYANTI SUMARLIN, lahir pada tanggal 7 Januari 1994 di Samarinda, Kalimantan Timur. Merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sumarlin dan Ibu Jamniah.
Pendidikan di mulai di Sekolah Dasar Negri 004 Samarinda dan lulus pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri 18 Samarinda dan lulus pada tahun 2009. Melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 Samarinda dan lulus pada tahun 2012. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2012 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian. Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
Pada bulan Maret-April 2015 mengikuti program Praktek Kerja Lapang di perusahaan perkebunan PT. Telen Sei Karangan Estate, Desa Karangan, Kecamatan Karangan Seberang, Kabupaten Kutai Timur.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pratek kerja Lapang dengan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
2. Bapak Nur Hidayat, SP. M.Sc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
3. Ibu Riama Rita Manullang, SP.MP selaku Dosen pembimbing PKL. 4. Bapak Fadli Mulyadi, SP. MP selaku Dosen penguji karya ilmiah 1. 5. Bapak Jamaluddin SP.M.Si selaku Dosen penguji PKL.
6. Kedua Orang Tua, keluarga, dan sahabat yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik secara moril dan materi kepada penulis.
7. Rekan–rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyusunan materi laporan maupun dari segi pengetahuan.
Namun demikian penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ...i
ABSTRAK ...ii
RIWAYAT HIDUP ...iii
KATA PENGANTAR ...iv
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN ...1
II. TINJAUAN PUSTAKA ...5
A. Definisi Gulma ...5
B. Manfaat Gulma ...6
C. Sifat-Sifat Khusus Gulma ...6
D. Pengelompkan Gulma ...7
E. Karakteristik Biji Gulma ...10
F. Dormansi Biji ...11
G. Bokashi ...17
III. METODE PENELITIAN ... 20
A. Tempat dan Waktu ... 20
B. Alat Dan Bahan ... 20
C. Prosedur Penelitian ... 20
1. Pengukuran Areal Kebun Percontohan ... 20
2. Pengambilan Plot ... 21
3. Identifikasi Dan Dokumentasi ... 21
4. Mengambil Gulma Untuk Pembuatan Bokashi ... 22
5. Pembuatan Bokashi ... 22
6. Mengencambahkan Biji Gulma ... 22
D. Pengamatan Pertumbuhan Biji Gulma Pada Bokashi ... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
A. Hasil ... 24
1. Identifikasi Gulma Pada Lahan Tanaman Kelapa Sawit Di Kebun Perontohan ... 24
2. Pertumbuhan Biji Gulma Pada Bokashi ... 25
B. Pembahasan ... 25
1. identiikasi Gulma Pada Lahan Tanaman Kelapa Sawit ... 25
iv
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
A. Kesimpulan ... 29
B. Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
v
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Tabel 1. Identifikasi Gulma Pada Lahan Kelapa Sawit ... ….24 2. Tabel 2. Pertumbuhan Biji Gulma Pada Kompos ... ….25
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Lampiran 1. Identifikasi gulma di lahan kelapa sawit ... 33
2. Lampiran 2. Pengambilan Gulma Di lahan Kelapa Sawit ... 34
3. Lampiran 3. Pembuatan Kompos ... 36
I. PENDAHULUAN
Perkembangan pertanian dewasa ini menunjukan kemajuan yang semakin pesat. Namun bersamaan dengan itu banyak segi yang secara langsung ataupun tak langsung dapat memacu pertumbuhan gulma, seperti penanaman dalam baris, jarak tanam yang lebar, mekanisasi, pengairan, pengunaan bahan-bahan kimia berupa pupuk dan pestisida. Berarti dengan meningkatnya intensifikasi pertanian maka masalah gulma tidaklah semakin ringan, tetapi justru semakin berat. Keadaan suhu yang relatif tinggi, cahaya matahari melimpah, dan curah hujan yang cukup di daerah tropik, juga mendorong gulma untuk tumbuh subur. Akibatnya gulma menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perairan, dan lahan non pertanian lainnya (Sukman dan Yakup, 2002).
Biji khususnya dari jenis-jenis gulma semusim mempunyai peranan penting dalam kaitannya dengan keberhasilan usaha-usaha pencegahan dan pengendalian gulma. Biji merupakan salah satu alat perkembangbiakan gulma. Produksi biji gulma sangat bervariasi, tergantung dari lingkungan di mana gulma tumbuh. Pada tanah yang tidak subur pun gulma dapat tumbuh dan memproduksi biji. Banyaknya biji dalam tanah yang dikenal dengan simpanan biji (seed bank) dan banyaknya biji yang masuk ke dalam tanah akan menentukan besarnya potensi gangguan di lahan tersebut (Satroutomo dan Soetikno , 1990).
Kehadiran gulma pada suatu pertanaman berkaitan dengan deposit biji gulma di dalam tanah. Biji gulma dapat tersimpan dan bertahan hidup selama puluhan tahun dalam kondisi dorman, dan akan berkecambah ketika kondisi lingkungan dapat mematahkan dormansi itu, yaitu jika syarat perkecambahan
dapat terpenuhi, untuk perkecambahan biji gulma perlu; cahaya, air, suhu, oksigen, dan kelembaban ( Anonim, 2008 )
Salah satu sifat biji adalah dormansi. Dormansi merupakan strategi reproduksi gulma untuk dapat bertahan hidup. Dormansi gulma diartikan sebagai suatu tahapan istirahat metabolisme gulma pada kondisi yang tidak sesuai. Dengan sifat dormansi ini, gulma dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim lalu tumbuh sewaktu-waktu saat kondisi lingkungan sudah sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Dormansi benih gulma dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim, beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun tergantung pada jenis tanaman, tipe dari dormansinya, dan kondisi lingkungannya. Oleh karena itu, dormansi benih gulma penting untuk diketahui agar dapat menentukan cara pengendalian gulma yang tepat (Satroutomo, 1990)
Anonim (2009), menyatakan bahwa dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Benih dari segi teknologi diartikan sebagai organisme mini hidup yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi.
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu
reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi. Selain itu, dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi.
Dari kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh gulma, salah satu manfaat dari gulma adalah dapat gigunakan sebagai bahan bokashi. Bokashi adalah bahan organik kaya akan sumber hayati. Bokashi merupakan hasil fermentasi bahan organik dari limbah pertanian (pupuk kandang, jerami, sampah, sekam serbuk gergaji, rumput dll.) dengan menggunakan Efektif Microorganisme (EM-4). EM-4 merupakan sumber bakteri pengurai dari bahan organik yang digunakan untuk proses pembuatan bokashi, yang dapat menjaga kesuburan tanah sehingga berpeluang untuk meningkatkan produksi dan menjaga kestabilan produksi. Bokashi selain dapat digunakan sebagai pupuk tanaman juga dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Bokashi adalah bahan organik kaya akan sumber hayati. Bokashi merupakan hasil fermentasi bahan organik dari limbah pertanian (pupuk kandang, jerami, sampah, sekam serbuk gergaji, rumput dll.) dengan menggunakan EM-4. EM-4 (Efektif Microorganisme-4) merupakan bakteri pengurai dari bahan organik yang digunakan untuk proses pembuatan bokashi, yang dapat menjaga kesuburan tanah sehingga berpeluang untuk meningkatkan produksi dan menjaga kestabilan produksi. Bokashi selain dapat digunakan sebagai pupuk tanaman juga dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Pupuk Bokashi merupakan salah satu pupuk organik yang banyak memberikan manfaat bagi masyarakat. Dengan penggunaan pupuk bokashi diharapkan dapat membantu menyuburkan tanaman, mengembalikan unsur hara dalam tanah, sehingga kesuburan tanah tetap terjaga dan ramah lingkungan.
Karena bahan yang digunakan adalag gulma, dimana gulma merupakan tumbuhan penghasil biji yang banyak sehingga kemungkinan terdapat masalah yang ditimbulkannya, untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai biji-biji gulma pada bokashi dengan perlakuan panas dan dingin.
Tujuan penelitian ini adalah melihat pertumbuhan biji gulma pada bokashi yang berbahan dari jenis-jenis gulma.
Penelitian ini menggunakan gulma-gulma yang berada di lahan tanaman kelapa sawit, yang dijadikan bokashi dan diberi perlakuan panas dan dingin. Kemudian menumbuhkannya pada baki semai.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 14 jenis gulma yang dijadikan bahan bokashi dan tidak ada perkecambahan biji gulma baik pada bokashi kontrol maupun pada perlakuan. Diiharapkan dari pembuatan bokashi ini dapat direkomendasikan kepada masyarakat tentang jenis gulma yang dapat dijadikan bokashi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi gulma
Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang didefinisikan sebagai berikut : tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya, tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya, tumbuhan yang mempunyai nilai negatif, tumbuhan yangtumbuh di tempat yang tidak dikehendaki, tumbuhan yang tumbuh sendiri diantara tanaman yang diusahakan, tumbuhan yang kompetitif dan agresif, tumbuhan yang kukuh dan tahan terhadap pengendalian atau pemberantasan. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada disekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannnya secara khas, gulma dapat tumbuh dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan (Moenandir,1993).
Barus (2003), menambahkan gulma merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaan pada lahan budidaya pertanian karena dapat berkompetisi dengan tanaman budidaya sehingga berpotensi untuk menurunkan hasil tanaman budidaya tersebut.
Sedangkan menurut Djafaruddin (2007), tumbuhan dikatakan gulma kalau keberadaannya akan mengganggu terhadap pemanfaatan suatu lahan, suatu sumber air/perairan, suatu sarana jalan (darat maupun air) untuk transport yang merugikan, baik langsung maupun tidak langsung bagi kesejahteraaan manusia.
Tjitrosoedirdjo (1984), menyatakan bahwa gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendakioleh manusia atau tumbuhan yang kegunaannya belum diketahui.
Pahan (2008), menjelaskan bahwa kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup. Gulma juga mampu menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian gulma, mengganggu pertumbuhan tanama, menjadi inang bagi hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan.
B. Manfaat Gulma
Disamping gulma menimbulkan kerugian seperti penurunan hasil pertanian akibat adanya persaingan dalam perebutan unsur hara, air udara, cahaya dan tempat hidup namun gulma juga mempunyai manfaat yaitu : 1. Dapat digunakan sebagai tanaman pencegah erosi,
2. bahan makanan ternak, 3. Bahan industri,
4. Bahan obat-obatan, 5. Bahan kayu bakar,
6. Dapat dijadikan mulsa dan atap
7. Dapat dijadikan bahan untuk membuat bokashi (Sukman dan Yakup, 2002).
C. Sifat-sifat Khusus Gulma
Gulma sebagai tumbuhan memiliki beberapa sifat-sifat khusus yaitu : 1. Memliki sifat tumbuh yang cepat.
2. Mempunyai daya saing yang kuat dalam perebutan faktor kebutuhan hidup,
3. Mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim.
4. Mempunyai daya berkembang biak yang tinggi secara vegetatif dan generatif.
5. Mempunyai sifat dormansi yang memungkinkan untuk dapat bertahan hidup dalam kondisi yang kurang menguntungkan.
6. Alat-alat perkembangbiakan tersebar melalui angin, air, hewan bahkan manusia berkembang biak pada periode yang panjang
(Moenandir, 1993). D. Pengelompokan Gulma
Berdasarkan pengelompokan ini gulma dibedakan menjadi : rumput, teki, dan daun lebar. Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan terdiri atas : gulma berkayu, gulma air, gulma perambat termasuk ephipytes dan parasit. Ditinjau dari siklus hidupnya dikenal : gulma semusim, dua musim, dan tahunan (Sukman dan Yakub, 2002).
1. Teki (Sedges)
Teki mempunyai batang berbentuk segitiga, kadang – kadang bulat tidak berongga, daun berasal dari nodia dan berwarna unggu tua. Gulma ini memiliki sistem rhizoma dan umbi sangat luas. Sifat yang menonjol adalah cepatnya membentuk umbi baru yang bersifat dorman pada lingkungan tertentu.
2. Rumput (Grasses)
Rumput memiliki batang bulat atau pipih dan berongga, kesamaannya dengan teki karena bentuk daunnya sama-sama sempit. Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan dibedakan rumput semusim (annual) dan tahunan (perennial). Rumput semusim biasanya tumbuh melimpah
tetapi kurang menimbulkan masalah dibandingkan dengan rumput tahunan.
3. Gulma daun lebar (Broad-leaved weeds)
Daun-daun gulma lebar, memiliki tunas-tunas pada nodus atau titik memencarnya daun. Meristem apikal dari gulma berdaun lebar adalah bagian batang yang terbentuk sebagai bagian terbuka yang sensitif terhadap perlakuan kimia.
4. Gulma semusim, dua musim, dan tahunan (annual, biennial, dan
perenial weeds).
Gulma semusim (annual) menyelesaikan siklus hidupnya dalam satu tahun atau satu musim. Gulma semusim merupakan gulma yang mempunyai daur hidup hanya satu tahun atau kurang dari mulai perkecambahan hingga dapat menghasilkan biji lagi. Gulma semusim dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu semusim dingin (winter
annuals) dan semusim panas (summer annuals). Gulma semusim panas
akan berkecambah di musim semi, menghasilkan biji dan kemudian mati pada musim panas dari tahun yang sama. Gulma semusim dingin akan berkecambah di musim gugur, istirahat di musim dingin, tumbuh lagi untuk menghasilkan biji kemudian mati di musim semi atau panas musim berikutnya.
Gulma biennial memerlukan dua musim pertumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya, biasanya berbentuk roset pada tahun pertama dan pada tahun kedua menghasilkan bunga, memproduksi biji lalu mati. Jenis
Gulma perennial hidup lebih dari dua tahun dan mungkin dalam kenyataannya hampir tidak terbatas. Beberapa jenis spesies gulma ini mungkin secara alami berkembang biak dengan biji, potongan batang, umbi, rizhoma, stolon, dan daun..
5. Gulma berkayu (woody weeds)
Golongan ini mencakup tumbuh-tumbuhan yang batangnya membentuk cabang-cabang skunder. gulma berkayu gulma spesifik dimana batangnya akan mengalami penebalan setiap musimnya yang ditandai dengan peningkatan pertumbuhan lingkar tahun (termasuk jenis semak dan pohon).
6. Gulma air (Aquatic weeds)
Tumbuhan air adalah tumbuhan yang beradaptasi terhadap keadaan air kontinu atau paling tidak toleran terhadap kondisi tanah berair untuk periode waktu hidupnya. Tidak mudah mendefinisikan vegetasi air secara tepat, mengingat suatu jenis mungkin ditemukan dilingkungan perairan maupun daratan dan terdapat kisaran yang luas terhadap kadar air. Dalam praktek gulma air diklasifikasikan sebagai marginal (tepian), emergen (gabungan antara tenggelam dan terapung), submerged (melayang), anchored with floating leaves (tenggelam), free floating (mengapung), dan plankton algae.
7. Gulma perambat (climbers)
Tumbuhan merambat yang berstatus sebagai gulma, bisa sangat agresif dan perlu pengendalian. Karakternya yang melilit dan memanjat dapat menyebabkan penutupan areal yang luas dengan cepat.
8. Gulma epifit dan parasit
Perambat kadang-kadang juga epifit atau semiparasit. Parasit benalu dilakukan oleh berbagai spesies dari famili Viscaceae, Loranthaceae, Santalaseae, dan Mydendraceae. Akibat serangan parasit tersebut biasanya pepohonan yang terserang akan kehilangan daun karena cabang-cabangnya telah dimatikan oleh parasit tersebuh (Triharso, 2004).
E. Karakteristik Biji Gulma
Biji didefinisikan sebagai sel telur yang masak dan telah dibuahi dan mempunyai lembaga, persedian makanan dan lapisan perlindungan. Biji memiliki semua sifat-sifat keturunan yang diperoleh dari tumbuhan induknya, mampu mempertahankan hidup kecambahnya meskipun hanya sementara sehingg dapat menyerap makanan sendri . Berikut ini ciri-ciri biji gulma : 1. Ciri-cir luar biji
Biji gulma memiliki ciri luar yang bervariasi, ukurannya juga dapat bervariasi dari yang paling kecil sampai biji yang paling besar . Ciri-ciri biji luar gulma dapat berupa ukurannya, bentuk, warna, dan detail bentuk permukaan
2. Ciri-ciri dalam biji
Ciri-ciri bagian dalam juga sangat bervariasi dari jenis satu ke jenis yang lainnya. Perbedaan bagian dalam biji dapat berupa ciri-ciri dan letak lembaga, jumlah persediaan makanan yang tersimpan, dan komposisi kimiawi. Perbedaan yang paling jelas dari ciri-ciri yang ada pada pada lembaga adalah jumlah kotiledon. Pada lembaga tumbuhan monokotil
mempunyai satu kotiledon, sedangkan tumbuhan dikotil mempunyai dua kotiledon..
3. Jumlah biji
Setiap jenis gulma memiliki potensi untuk menghasilkan biji dengan jumlah yang berbeda-beda. Ini sangat berpengaruh pada keadaan lingkungan di mana tumbuhan ini tumbuh. Hampir semua jenis gulma yang dianggap penting memiliki potensi untuk menghasilkan populasi yang mempunyai daya kompetisi yang tinggi jika biji-biji yang di hasilkan dapat terpencar merata di suatu daerah dan mempunyai tingkat perkecambahan yang tinggi pada setiap musimnya. Gulma cenderung mempunyai kemampuan untuk menghasilkan biji-biji yang dapat mengimbangi tingkat kematian yang tinggi dari individu-individunya setelah perkecambahan (Satroutomo, 1990)
F. Dormansi Biji
Umumnya biji terdiri dari embrio, cadangan makanan, dan kulit biji. Biji mengandung semua bahan-bahan yang diperlukan dari induknya. Selain itu karena mempunyai cadangan makanan, biji mampu mempertahankan kecambahnya meskipun hanya sementara. Perkecambahan biji ditandai oleh beberapa tahapan proses fisiologis yaitu, imbibisi air, peningkatan respirasi, mobilisasi cadangan makanan dan penggunaan simpanan makanan. Akhirnya akan terbentuk sel-sel baru, jaringan-jaringan baru dan organ-organ baru yang meristematis (Sutopo, 2002)
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Dormansi pada benih
berlangsung selama beberapa hari, beberapa minggu, berbulan bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya (Sutopo, 2004).
Pada beberapa jenis benih dormansi dapat disebabkan oleh : struktur benih, misalnya kulit benih. Kelainan fisiologis pada embrio. Penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang lainnya. Gabungan dari faktor-faktor di atas (Justice dan Bass, 1990).
Menurut Moenandir (1993), dormansi adalah kegagalan sementara bagi biji gulma yang masih viabel untuk dapat berkecambah karena pada saat itu biji-biji gulma dalam keadaan istirahat, atau dormansi adalah suatu keadaan perkecambahan yang tertunda. Selain itu, dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi. Bila suatu benih berada dalam suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan, itu juga berarti benih dalam keadaan dorman. Sebagian besar benih menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku dorman adalah kuncup. Ciri-ciri benih yang mengalami dormansi ditandai oleh rendahnya/tidak adanya proses imbibisi air, proses respirasi
tertekan/terhambat, rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan, dan rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Triharso (2004), mengemukakan beberapa jenis dormansi yaitu : 1. Dormansi bawaan (innate) kadangkala juga disebut dormansi primer.
Dormansi bawaan dapat terjadi dan terus bertahan akibat adanya beberapa faktor dan mekanisme. Beberapa diantaranya : pertumbuhan embrio yang belum sempurna, kulit biji yang tidak kedap air, kulit biji yang tidak memungkinkan untuk berlangsungnya pertukara gas, kulit biji yang keras yang tidak dapat ditembus oleh tunas dan adanya hormon tumbuhan yang tidak seimbang di dalam embrio. Semua keadaan ini dikendalikan secara genetis dengan derajat ekspresi yang berbeda-beda pada setiap jenis tergantung dari keadaan pertumbuhannya.
2. Dormansi rangsangan (induced) biasanya juga sering disebut dormansi sekunder.
Biji dari beberapa jenis gulma yang berada dalam keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan tidak dapat berkecambah, meskipun diberi kondisi yang optimal. Biasanya rangsangan cahaya dapat membantu perkecambahannya dan beberapa pemberian perlakuan dapat menghilangkan dormansinya.
3. Dormansi paksaan (enforced).
Banyak biji-biji gulma yang tidak dapat berkecambah disebabkan kurangnya kelembaban yang dapat mempengaruhi penyerapan air oleh biji. Air penting sekali peranannya dalam proses perkecambahan biji. Di daerah bermusim dingin, suhu rendah dapat menghambat perkecambahan. Dalam keadaan ini dormansi terpaksa dipertahankan
karena kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan, segera setelah kondisi berubah menjadi memungkinkan bagi perkecambahan, maka biji-biji ini akan bekecambah dan tumbuh menjadi dewasa.
Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio (Satroutomo , 1990) .
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya.
a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi
1. Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
2. Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri
b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji
1.
Mekanisme fisik : merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri terdiri dari : a) Mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik b) Fisik : penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeable c) Kimia : bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat2. Mekanisme fisiologis Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis terbagi menjadi :
a) Photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
b) Immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang
c) Thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu. c. Berdasarkan bentuk dormansi
1. Kulit biji impermeabel terhadap air/O2
a) Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp, endocarp
b) Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam -macam
substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.
c) Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi mekanik.
d) Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit
biji, raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum.
e) Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.
2. Biji membutuhkan suhu rendah
Biasa terjadi pada spesies daerah temperatur rendah, seperti apel dan familia Rosaceae. Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur, melampaui satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya. Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi. Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:
a) jika kulit dikupas, embrio tumbuh
b) embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
c) embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
d) perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil
e) akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
3. Biji bersifat light sensitif
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari).
4. Kuantitas cahaya
Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan pada biji-biji yang positively photoblastic
(perkecambahannya dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya).
Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam gelap untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif terhadap cahaya, dan hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively photoblastic menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini dapat dipatahkan dengan temperatur rendah ( Anonim. 2009 ).
G. Bokashi
Menurut Gasol (2008), Bokashi adalah fermentasi bahan organik ( sisa panen, sekam, kotoran ternak, dll) dengan bantuan efektive mikroorganisme. Aplikasi di lahan pertanian dapat membantu memperbaiki struktur fisik kimia dan biologi tanah.
Bokashi juga merupakan hasil dari fermentasi bahan organik dengan menggunakan teknologi EM4 yang digunakan sebagai pupuk orgaik untuk menyuburkan tanaman, meningkatkan dan produksi tanaman serta memperbaiki sifat-sifat tanah, bokashi juga disebut juga dengan kompos fermentasi. Bahan yang digunakan untuk membuat bokashi sangat banyak terdapat di sekitar lahan pertanian, misalnya jerami, arang sekam, pupuk kandang, rumput,serbuk gergaji, dan lain-lain (Murbandono, 1998).
Bokashi dapat digunakan untuk memupuk sekaligus memperbaiki sifat fisik tanah, lapisan tanah akan menjadi lebih tebal setelah diberi bokashi, tanah menjadi poros, dengan demikian sirkulasi udara cukup baik, drainase
tanah jadi lebih baik sehingga tanah mampu menyimpan air lebih lama dan penguapan menjadi lebih kecil ( Umpel, 1997 ).
Pupuk Bokashi dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi tanaman, serta menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan lingkungan. Pupuk bokashi memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, sehingga pupuk anorganik masih diperlukan (Cahyani, 2003). Pupuk bokashi, seperti pupuk kompos lainnya, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan material organik pada tanah yang keras seperti tanah podzolik sehingga dapat meningkatkan aerasi tanah dan mengurangi bulk density tanah (Susilawati, 2000 dan Cahyani, 2003).
Kecepatan pembuatan bokasi dipandang penting mengingat berlimpahnya bahan organik buangan, sedangkan kebutuhan pupuk terus meningkat dengan harga yang semakin tinggi dan makin sulit terjangkau oleh petani. Seperti halnya kompos tradisional, bokasi juga ramah lingkungan. Dengan teknologi yang sederhana, petani dapat membuat sendiri sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan bahan-bahan organik buangan di sekitar tempat tinggal. Berbagai bahan organik seperti jerami, sekam padi, dedak, kotoran ternak, serbuk gergaji dan lain-lain dapat digunakan sebagai bahan pembuat bokasi yang baik (Subadiyasa, 1997).
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu, di kebun percontohan tanaman kelapa sawit dan di Lababoratorium Agronomi Politeknik Pertanian Negri Samarinda. .
Sadangkan waktu yang dibutuhkan untuk penelitian adalah selama 6 bulan, dimulai pada tanggal 1 Desember 2014 sampai 1 mei 2015 meliputi proses pengukuran luasan kebun percontohan, mengidentifikasi gulma, pembuatan bokashi, pengamatan pertumbuhan gulma pada bokashi.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Meteran, tali rapiah, baki plastik, karung, timbangan, mesin pencacah, parang, ember oven, kulkas, alat tulis, dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Gulma, tanah topsoil, air, dan Efektif Mikroorganisme (EM4) C. Prosedur Penelitian
1. Pengukuran areal kebun percontohan
Pengukuran lahan dilakukan di kebun percontohan tanaman kelapa sawit Politeknik Pertanian Negri Samarinda dengan luasan lahan 100 x 100 ? ?.
2. Pengambilan plot
Untuk pengambilan gulma yang diidentifakasi digunakan metode sebagai berkut :
a) Membuat plot 1 ukuran 1 x 1 M2 (P1), memotong semua jenis gulma yang ada P1 kemudian memisahkan gulma berdasarkan jenisnya, mencatat semua jenis gulma
b) Setelah memperoleh jenis gulma pada P1 membuat plot 2 ukuran 1 x 1 m2 (P2), memotong semua jenis gulma yang ada di P2 melakukan hal yang sama pada P1 dan mencatat semua jenis gulma.
c) Karena menemukan jenis yang berbeda pada P2 sehingga membuat kembali plot 3 ukuran 2 x 2 m2 (P3), memotong semua jenis gulma pada P3 dan mencatat semua jenis gulma. Pada P3 ini tidak ditemukan adanya perbedaan jenis gulma sehingga tidak dilakukan kembali pembuatan plot selanjutnya.
3. Identifikasi dan dokumentasi
Cara mengidentifikasi gulma dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari cara-cara di bawah ini :
a) Mencari sendiri dengan buku identifikasi
b) Membandingkan dengan gambar-gambar yang tersedia c) Konsultasi langsung ke para ahli di bidang yang bersangkutan
(Nasution, 1986 ; Sobiapradja, 1987 ; Soejani, 1987) 4. Mengambil gulma untuk pembuatan bokashi
Setelah identifikasi gulma selesai gulma-gulma yang telah dipotong dimasukan ke dalam karung dan ditambah dengan gulma-gulma di sekitar plot identiffikasi.
5. Pembuatan bokashi
gulma yang telah diambil ditimbang sebnayak 30 kg kemudian dicacah menggunakan mesin pencacah, memasukkan gulma-gulma yang telah dicacah ke dalam ember, kemudian memberikan larutan EM4 (15 ml dicampur air 1l) dengan cara memercik-mercikan cacahan gulma menjadi basah, menutup ember menggunakan plastik transparan, tunggu hingga bokashi masak/jadi (bewarna coklat kehitaman dan berbau tana ).
6. Mengencambahkan biji gulma
Setelah bokashi matang / jadi , lalu menimbang bokashi masing-masing sebanyak 1 kg untuk diberi perlakuan , yaitu perlakuan terdiri : a) Perlakuan kontrol ( tanpa adanya perlakuan ) = K
b) Perlakuan panas dengan cara mengoven kompos sebanyak 1 kg dengan suhu 1000c = P
c) Perlakuan dingin dengan cara memasukkan kompos ke dalam prizer ( lemari es ) dengan suhu -40c = S
Setelah selesai diberikan perlakuan, bokashi tersebut ditambahkan tanah steril masing-masing sebanyak 1 kg dan dicampur hingga rata, kemudian ditaburkan di dalam baki untuk ditumbuhkan.
D. PENGAMATAN PERTUMBUHAN BIJI GULMA PADA BOKASHI
Pengamatan pertumbuhan biji gulma pada bokasih gulma dilakukan dengan mengamati baki semai seminggu sekali selama 2 bulan.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil IDENTIIKASI GULMA PADA LAHAN TANAMAN KELAPA SAWIT DI KEBUN PERCONTOHAN
7. Identiikasi gulma pada lahan tanaman kelapa sawit di kebun percontohan
Berdasarkan hasil identifikasi gulma pada lahan kelapa sawit di kebun percontohan politeknik pertanian negeri samarinda terdapat 14 jenis gulma yang teridentifikasi Jenis-jenis gulma yang teridentiikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Identifikasi gulma pada lahan kelapa sawit.
No Jenis gulma Biji
Berbiji Tidak Berbiji
1 Ageratum conyzoides v 2 Asystasia ganggetica (L) v 3 Axonopus compressus v 4 Chromolaena odorata v 5 Clidemia Hirta (L) - 6 Colocasia sp. v 7 Cyperus rotundus v 8 Davallia denticulata - 9 Eleusine indica v 10 Lantana camara v 11 Melastoma malabratichum v 12 Mikania micranthan v 13 Nheprolepis biserata - 14 Stenochlaena palustris - Ket : v : Berbiji - : Tidak Berbiji
8. PERTUMBUHAN BIJI GULMA PADA BOKASHI
Berdasarkan hasil pengamatan tidak terdapat adanya pertumbuhan biji gulma. Hasil pengamatan pertumbuhan biji gulma pada kompos dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Pengamatan pertumbuhan biji gulma pada bokashi NO Perlakuan Pengamatan Pada Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kontrol ( K ) - - - - 2 Panas ( P ) - - - - 3 Dingin ( D ) - - - -
B. Pembahasan
1. IDENTIFIKASI GULMA PADA LAHAN TANAMAN KELAPA SAWIT Berdasarkan hasil dentifikasi gulma pada lahan tanaman kelapa sawit terdapat 14 jenis gulma. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2012), gulma yang terdapat di perkebunan kelapa sawit di desa Killangan kecamatan Muaro Bulian kabupaten Batang Hari adalah
Paspalum conjugatum Berg, Asystasia coromandeliana Nees, Clidemia hirta (L.) D. Don, Axonopus compressus (Swartz) Beauv, Eupatorium odoratum L.f, Ageratum conyzoides L, Imperata cylindrica (L.) Beauv, Borreria alata (Aubl.) DC, Euphorbia hirta L, Melastoma malabathricum Auct. non L.
Anonim (2014) menambahkan benar bahwa gulma jenis Borreria
alata (Aubl.) DC, Clidemia hirta (L.) D. Don, Asystasia coromandeliana Nees, Ageratum conyzoides L, merupakan jenis-jenis gulma yang
mudah tumbuh di areal perkebunan tanaman kelapa sawit.
Fauzi (2001), menambahkan bahwa gulma Asystasia
coromandeliana, Axonopus compressus , Ageratum conyzoides L, Imperata cylindrica, Borreria alata , Melastoma malabathricum,Cyperus rotundus merupakan jenis-jenis gulma tanaman kelapa sawit.
2. PERTUMBUHAN BIJI GULMA PADA BOKASHI
Berdasarkan pengamatan pertumbuhan biji gulma pada bokashi tidak di temukan adanya pertumbuhan biji, hal ini diduga biji-biji gulma mengalami dormansi.
Menurut Sutopo, ( 2004 ) dormansi benih dapat berlangsung beberapa hari, beberapa minggu dan beberapa bulan tergantung jenis tanaman, apabila benih mengalami dormansi maka benih tidak akan berkecambah walaupun diletakkan dalam keadaan umum dianggap memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan.
Dormansi pada biji atau benih gulma merupakan salah satu strategi gulma untuh tetap bertahan hidup. Selain itu dormansi memberikan masa penyimpanan untuk menyediakan cadangan bahan tanam untuk musim berikutnya. Karena benih atau biji gulma mengalami dormansi sehingga gulma memiliki sifat persistensi. Sifat persistensi pada gulma artinya gulma akan tetap ada sepanjang masa. Apabila dalam keadaan kondisi yang optimum, maka sifat dormansi ini akan tetap membantu kelangsungan hidup gulma karena jika biji gulma berkecamb ah ada kemungkinan kecambah yang terbentuk tidak mampu tumbuh menjadi gulma dewasa, bahkan akan mati. Sebagai contoh apabila mekanisme dormansi biji ini tidak dimiliki gulma, maka biji gulma yang berada pada lapisan tanah bagian dalam akan berkecambah. Karena kecambah tidak mampumenembus lapisan tanah tersebu maka gulma akan mati sebelum muncul ke permukaan.
Menurut Sastoutomo (1990), ada beberapa faktor yang menyebabkan dormansi pada biji, yaitu : tidak sempurnanya embrio
,embrio yang belum matang secara fisiologis, kulit biji yang tebal, Kulit biji impermeable, adanya zat penghambat untuk perkecambahan.
Anonim (2009), menambahkan terjadinya dormansi biji gulma ini dapat disebabkan oleh ciri-ciri dari kulit biji gulma yang memiliki kriteria-kriteria seperti ini kulit biji impermeabel terhadap air/O2, bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp, endocarp. Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran. Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji, raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum. Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji.
Gulma mempunyai perbedaan dengan tanaman lain selain mempunyai daya saing yang kuat, dapat tumbuh di tanah yang miskin, mudah berkembang biak namun biji-biji gulma mempunyai sifat dormansi yang memungkinkan untuk dapat bertahan hidup dalam kondisi yang kurang menguntungkan inilah sifat khusus yang dimiliki gulma. Karena sifat ini dormansi yang dimiliki gulma ini pada bokashi yang ditumbuhkan tidak terdapat adanya pertumbuhan gulma (Moenandir, 1993)
Triharso (2004), menambahkan bahwa biji-biji gulma mengalami dormansi bawaan atau dormansi prime, dormansi rangsangan dan dormansi paksaan. Dormansi bawaan Biji-biji gulma terus bertahan akibat adanya beberapa faktor dan mekanisme diantaranya :
pertumbuhan embrio yang belum sempurna, kulit biji yang tidak kedap air, kulit biji yang tidak memungkinkan untuk berlangsungnya pertukara gas, kulit biji yang keras yang tidak dapat ditembus oleh tunas dan adanya hormon tumbuhan yang tidak seimbang di dalam embrio. Dormansi rangsangan
Biji-biji dari beberapa jenis gulma yang berada dalam keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan tidak dapat berkecambah, meskipun mendapatkan rangsangan cahaya. Dormansi paksaan banyak biji-biji gulma yang tidak dapat berkecambah disebabkan kurangnya kelembaban yang dapat mempengaruhi penyerapan air oleh biji.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Terdapat 14 jenis gulma yang teridentifikasi pada lahan tanaman kelapa sawit. Setelah dijadikan bokashi untuk ditumbuhkan tidak terdapat pertumbuhan biji gulma pada bokashi baik pada perlakuan panas, dingin, dan tanpa perlakuan.
B. SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap analisis unsur hara pada bokashi dan aplikasi bokashi terhadap tanaman di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Manfaaat gulma di lahan kelapa sawit. Diakses dari
http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpambon/berita-209-manfaat-gulma-ageratum-conyzoides-l-.html. Diakses pada tanggal 06 Agustus 2015
pukul 12.44 WIB
Anonim. 2009. Dormansi biji-biji gulma di lahan kelapa sawit. Diakses melalui.
https://agrica.wordpress.com/2009/01/03/dormansi-biji. Diakses pada
tanggal 06 Agustus 2015 pukul 12.30 WIB
Anonim. 2012. Keuntungan serta kelebihan gulma di perkebunan. Diakses dari
http://kejarlingkunganhidupspensya.blogspot.com/2012/07/pengaruh-gulma-yang-menguntungkan-bagi.html. Diakses pada tanggal 06 agustus
2015 pukul 12.33 WIB
Anonim. 2014. pengertian gulma dan pemanfaatannya. Diakses dari
http://www.agronomers.com/2014/09/pengertan-gulma.html. Diakses
pada Tanggal 06 Agustus 2015 pukul 12.44 WIB
Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Kanisius, Jakarta.
Cahyani, Sri Susanti. 2003. Pengaruh Pemberian Bokashi Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Tanah serta Pertumbuhan Tanaman Pak Choi (Brassica chinensis L), sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 12 Juni 2010. Djafaruddin, 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta
Elisa. 2009. Dormansi. Diakses dari
http://elisa.ugm.ac.id/files/yeni_wn_ratna/6L4WiASR/III-dormansi.doc. Pada tanggal 06 agustus 2015 pukul 12.40 WIB
Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti., I. Satyawibawa, dan R. Hartono. 2002. Budidaya Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Gasol. 2008. Pengertian Bokashi. Penerbit Rajawali. Jakarta
Justice, O.L dan L.N. Bass., 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Press, Jakarta
Moenandir, J . 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. Rajawali Press, Jakarta
Nasution, U. 1986 . Gulma dan Pengendalian di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan perkebunan Tanjung Morawa (P4TM).
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Siska. 2012. Pengenalan dan Identifikasi Gulma. Diakses melalui
http://floranegeriku.blogspot.com/2013/09/suruhan-peperomia-pellucida.html. Diakses pada tanggal 19 Juli 2015 pukul 13.00
Soerjani, M., M. Soendaru dan C. Anwar. 1996. Present Status of Weed Problems and Their Control in Indonesia. Biotrop. Special Publication. No.24.
Subadiyasa, N. 1997. Teknologi Effektive Microorganism (EM) potensi dan prospeknya di Indonesia. Seminar Nasional Pertanian Organik. Jakarta. Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Penerbit Rajawali: Jakarta.
Susilawati, Rini. 2000. Penggunaan Media Kompos Fermentasi (Bokashi) dan Pemberian Effective Microorganism - 4 (EM-4) Pada Tanah Podzolik Merah Kuning Terhadap Pertumbuhan Semai Acacia mangium Wild, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 12 Juni 2010.
Tjirosoedirdjo, S. I.H Utomo dan J, Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta.
Triharso, 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Edisi 3. Gadja Mada. University Press, Yogyakarta.
Umpel,G.J. 1997. Pengalaman Penerapan Teknologi EM. Seminar Nasional Organik. Jakarta
Yernelis sukman, M.S. dan Yakub. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. CV. Rajawali. Jakarta Utara
Lampiran 1. Mengidentifikasi gulma di lahan kelapa sawit
Gambar 1. Pembuatan plot serta mengidentifikasi gulma yang ada di lahan tanaman kelapa sawit.
Lampiran 2. Pengambiilan gulma di lahan kelapa sawit
Gambar 3. Pengambilang gulma di lahan menggunakan parang
Gambar 5. mencacah gulma menggunakan mesin pencacah
Lampiran 3. Pembuatan Bokashi
Gambar 7. pencampuran menggunakan EM4 dan Glukosa
Lampiran 4. Perlakuan di dalam bak semai
Gambar 9 . perlakuan suhu dingin -40C
Gambar 11. bahan yang akan dicampurkan setelah di lakukan perlakuan
Gambar 13. Tanpa perlakuan
Gambar 15. Perlakuan dingin