1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dilansir dari http://bisnis.liputan6.com/ pada 19 Oktber 2015, Sepanjang kuartal III-2015, sektor industri makanan mencatat perkembangan paling kuat diantara sektor bisnis lainnya. Kondisi ini akan membuka kesempatan kerja maupun peningkatan produktivitas tenaga kerja sehingga mampu menumbuhkan pasar dalam negeri. Data BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) menunjukan, dari total nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sepanjang Januari-September 2015 yang mencapai Rp 94,1 triliun, industri manufaktur dan jasa berkontribusi besar dengan nilai investasi masing-masing sebesar 40% dan 43%. Sedangkan pertambangan menyumbang 12% atau Rp 11,3 triliun dari keseluruhan nilai PMDN.
Dilansir dari Dari http://voaindonesia.com/ 5 Februari 2016 Puluhan produsen tahu dan tempe di Sentra Produksi Tahu Cibuntu, Kota Bandung, merugi akibat naiknya harga kedelai. Meski terus mengalami kerugian, sebagian produsen tahu tempe lainnya memilih untuk tetap melakukan produksi. Namun, untuk menyiasati kenaikan ongkos produksi, mereka terpaksa mengurangi ukuran tahu dan tempe.
Berdasarkan dua berita diatas dapat disimpulkan bahwa walaupun industri makanan paling kuat diantara bisnis lainnya, tetap memiliki peluang untuk goyah ketika harga bahan baku dalam produksi mengalami kenaikan. Harga bahan baku
2
yang menjadi bagian dari harga pokok produksi sangat berpengaruh terhadap para produsen makanan lebih tepatnya dalam penentuan harga jual.
Harga jual ditentukan oleh harga pokok produksi, sedangkan perhitungan laba ditentukan oleh harga jual. Untuk menentukan harga pokok produksi dibutuhkan informasi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead.. Harga jual yang lebih rendah dibanding dengan harga pokok produksi
akan mengakibatkan kerugian. Begitupun jika kita terlalu tinggi menentukan harga jual maka konsumen akan memilih produk sejenis namun dengan harga yang lebih rendah.
Menurut Sukirno dalam Anita (2016:3) mengemukakan bahwa “semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut”. Maka dari itu perusahaan harus tepat dalam menentukan harga jual, jangan sampai terlalu rendah ataupun terlalu tinggi karena berpengaruh terhadap laba, dimana laba menentukan keberlangsungannnya suatu perusahaan.
Menurut Serliana dan Restiani (2015) mengemukakan bahwa “Dalam penentuan harga pokok produksi banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya, biaya produksi dan laba yang diharapkan perusahaan. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Oleh karena itu penentuan harga pokok merupakan masalah penting bagi setiap perusahaan”. Bisa disimpulkan bahwa dasar dari penentuan harga jual dengan tujuan memperoleh laba adalah harga pokok produksi, dengan
3
begitu harga jual dengan harga pokok produksi saling berkaitan dan sangat mempengaruhi.
Menurut Hansen dan Mowen (2011:48) mengemukakan “harga pokok produksi adalah mewakili jumlah biaya barang yang diselesaiakan pada periode tertentu”. Bisa disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah biaya yang keluar untuk menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu atau setiap kali melakukan produksi.
Menurut Mulyadi (2010:65) mengemukakan bahwa “harga jual adalah harga yang siap untuk dijual yang dapat menutup semua biaya (biaya produksi dan biaya nonproduksi) ditambah dengan laba yang wajar, umumnya biaya tidak menentukan harga jual produk dan jasa. Perusahaan yang memproduksi massa memproses produknya untuk memenuhi persediaan digudang, dengan demikian biaya produksi dihitung dengan jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya lain serta informasi nonbiaya”.
PT. Rumah Pedas Ayut bergerak dibidang produksi makanan ringan. Seperti pada perusahaan umumnya PT. Rumah Pedas Ayut bertujuan untuk mendapatkan laba dengan maksimal. Langkah yang diambil yaitu dengan menetukan harga jual yang tepat, namun berdasarkan laporan keuangan yang penulis peroleh dapat dilihat bahwa harga pokok produksi yang menjadi acuan dalam penentuan harga jual terjadi fluktuasi baik penurunannya maupun peningkatannya seperti pada tabel dibawah ini :
4 Tabel I.1
Harga pokok produksi
Bulan Harga pokok produksi
Kerupuk kulit Basreng Makaroni Seblak Januari
26.100
33.791 44.654
44.654
Februari 26.100 33.791 44.654 44.654
Maret 25.469 33.791 44.654 44.654
April 25.469 34.200 44.654 44.654
Mei 25.469 34.200 44.654 44.654
Juni 27.360 34.541 45.250 45.250
Juli 27.258 34.320 45.100 45.100
Agustus 27.491 34.362 45.247 45.247
September 27.347 34.325 45.163 45.163
Oktober 27.862 34.634 46.246 46.246
November 28.1300 34.720 46.327 46.327
Desember 28.220 34.810 46.386 46.386
Sumber : Laporan keuangan yang telah diolah
Berdasarkan tabel I.1 dapat dilihat harga pokok produksi dari setiap produk yang dihasilkan dari perusahaan. Dalam periode satu tahun, perusahaan melakukan produksi satu bulan sekali untuk menjaga persediaan barang digudang.
Harga bahan baku setiap produk pada bulan maret mengalami penurunan, namun pada bulan juni sampai desember mengalami kenaikan. Harga pokok produksi mengalami penurunan dan kenaikan dipengaruhi oleh harga bahan baku dan biaya overhead yang mengalami perubahan.
Tabel I.2 Harga jual
Bulan Harga jual produk
Kerupuk kulit Basreng Makaroni Seblak
Januari 68.000 60.000 60.000 60.000 Februari 68.000 60.000 60.000 60.000 Maret 68.000 60.000 60.000 60.000
5
April 68.000 62.000 60.000 60.000 Mei 68.000 62.000 60.000 60.000 Juni 70.000 62.000 62.000 62.000 Juli 70.000 62.000 62.000 62.000 Agustus 70.000 62.000 62.000 62.000 September 70.000 62.000 62.000 62.000 Oktober 70.000 63.000 64.000 64.000 November 72.000 63.000 64.000 64.000 Desember 72.000 63.000 64.000 64.000 Sumber: Laporan keuangan yang telah diolah
Berdasarkan tabel I.2 dilihat harga jual dari setiap produk pada bulan juni mengalami kenaikan dan pada bulan November juga mengalami kenaikan. Bisa disimpulkan bahwa dalam satu tahun harga jual setiap produk mengalami kenaikan sebanyak dua kali.
Harga pokok produksi berdasarkan tabel I.1 memang mengalami kenaikan pada periode mejelang akhir tahun, yang menjadi permasalahan adalah harga jual ikut mengalami kenaikan yang ditunjukan oleh tabel I.2. jika harga jual terus naik dikhawatirkan akan menurunkan daya beli konsumen yang akan berimbas pada laba yang akan dihasilkan perusahaan.
Menurut Serliana dan Restiani (2015) Dalam penentuan harga jual banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya, biaya produksi dan laba yang diharapkan perusahaan. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Oleh karena itu penentuan harga pokok merupakan masalah penting bagi setiap perusahaan khususnya perusahaan dengan sebab kesalahan dalam penentuan harga pokok produksi dapat menyebabkan perusahaan mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan. Apabila penetapan harga jual terlalu rendah maka perusahaan akan mengalami kerugian, sedangkan penetapan harga jual terlalu tinggi maka pada saat memasarkan produk
6
tersebut akan mengalami kesulitan dan dengan sendirinya kontinuitas perusahaan akan terhambat.
Berdasarkan Uraian tersebut maka penulis tertarik meneliti dengan mengambil judul “Harga pokok produksi sebagai dasar penentuan harga jual produk (Studi kasus pada PT. Rumah Pedas Ma’ Haji Ayut tahun 2017.”
1.2.Identifikasi dan Rumusan masalah 1.2.1.Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan tabel I.1 harga pokok produksi mengalami flutuasi terlalu cepat, waluaupun mengalami penurunan dibulan maret, namun setelah bulan april sampai akhir tahun mengalami kenaikan secara berkala.
2. Berdasarkan tabel I.2 harga jual terus terjadi kenaikan, dimulai dari bulan juni sampe desember.
1.2.2.Rumusan masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah tersebut, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Harga pokok produksi di PT. Rumah Pedas Ayut ? 2. Bagaimana Harga jual produk di PT. Rumah Pedas Ayut ?
3. Seberapa besar pengaruh harga pokok produksi terhadap harga jual di PT.
Rumah Pedas Ayut ?
7 1.3.Maksud dan Tujuan penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud dari peneitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besarpengaruh Harga pokok produksi terhadap Harga jual pada PT. Rumah Pedas Ma’ Haji Ayut tahun 2017 dan untuk memenuhi salah satu syarat yang telah ditentukan untuk mencapai kelulusan Program Strata Satu (S-1) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas BSI Bandung.
1.3.2. Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui harga pokok produksi di PT. Rumah Pedas Ayut 2. Untuk mengetahui harga jual produk di PT. Rumah Pedas Ayut
1. Untuk mengetahui pengaruh harga pokok produksi terhadap harga jual di PT. Rumah Pedas Ayut ?
1.4.Manfaat penelitian
Pada dasarnya sebuah penelitian harus memberikan manfaat baik secara Akademis maupun Praktis, adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.4.1. Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang sejauh mana dampak harga pokok produksi pada PT. Rumah Pedas Ma’ Haji Ayut tahun 2017. Selain itu penelitian ini juga
8
bermanfaat untuk memberikan kontribusi sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis.
1.4.2. Manfaat Praktis 1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi reperensi bagi akademisi atau penelitian selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji lebih dalam khususnya mengenai harga pokok produksi dan harga jual.
2. Praktisi a. Penulis
Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai perhitungan harga pokok produksi sebagai dasar penetapan harga jual produk.
b. Perusahaan
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan yang telah menjadi objek penelitian.
c. Pihak lain
Hasil dari penelitian ini diahrapkan dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.