BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Upaya untuk menciptakan hidup sehat harus dimulai sejak bayi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sehingga bila terjadi gangguan pada masa ini tidak dapat dicukupi pada masa berikutnya dan yang akan menentukan di masa yang akan datang (Siswanto, 2010). Perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-f aktor yang mempengaruhi perkembangan diantaranya faktor internal dan lingkungan (eksternal). Faktor internal meliputi perbedaan ras, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Sedangkan faktor eksternal atau faktor lingkungan meliputi faktor prenatal, faktor persalinan dan faktor pascanatal. Faktor-faktor tersebut dapat secara langsung dapat berpengaruh terhadap perkembangan, bahkan beberapa faktor dapat saling tumpang tindih dalam mempengaruhi perkembangan yang menimbulkan masalah perkembangan (Narendra, dkk. 2014)
Salah satu cara untuk menciptakan hidup sehat yaitu ibu harus melakukan perawatan bayi yang benar dan tepat agar tercipta hidup yang sehat pada bayi, karena ibu merupakan pengasuh utama bagi bayi dalam memenuhi perkembangan fisik, sosial, emosional, dan kognitif (Bloomfield dkk, 2005;Mashaldkk, 2008).
Fenomena yang terjadi dimasyarakat saat ini ibu hamil khususnya primigravida sering merasa bingung dengan tugas barunya dalam merawat bayinya. Hal ini diak ibatkan karena beberapa alasan, yaitu ibu belum memiliki pengalaman dan tidak percaya diri dalam merawat bayinya, khawatir terhadap tindakan perawatan yang
harus dilakukan. seperti memandikan, merawat tali pusat dan menggendong bayi dapat menimbulkan cedera, sehingga ibu cenderung takut untuk memenuhi kebutuhan bayinya sendiri. Sehingga membuat ibu menjadi takut, cemas, dan bingung pada perasaan dan keyakinan nya dalam merawat bayi, terutama pada anak pertama karena ketidaktahuan akan cara merawat bayi yang benar (Missal, 2013;Nursalam dkk, 2005). Hal ini lah yang membuat anak pertama sering disebut sebagai experimental child (Rahmi, 2008 dalam Wulan ningrum &Irdawati, 2011).
Untuk mengembangkan kemampuan pribadi yang mandiri dibutuhkan rasa percaya diri dan rasa tenang sebagai orang tua yang berpengalaman baik pada ibu yang pertama kali melahirkan (primipara) maupun ibu yang pernah melahirkan sebelumnya (multipara) (Lusa, 2010).
Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi dari negara ASEAN lainnya, jika dibandingkan dengan target dari MDGs (Millenium Development Goals) tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup. Data angka kematian bayi (AKB) di Indonesia mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Tahun 2016 AKB pada posisi 23,6 per 1.000 KH. ( Profil Kesehatan Jawa Timur 2016). Proporsi kematian bayi menurut umur terbanyak adalah usia 28 hari-11 bulan (60%).
Penyebab kematian neonatal di Indonesia terbesar adalah berat badan lahir rendah (BBLR) yakni 29%, dan penyebab kematian bayi terbesar adalah masalah perinatal (SKRT, 2011). Angka kematian bayi (AKB) Kota Malang Selama tahun 2016 terjadi 114 kasus kematian bayi. Kasus ini menurun jika dibandingkan dengan kasus tahun 2015 yang mencapai 116 kasus juga. Kasus kematian bayi terbanyak terjadi ke wilayah Puskesmas Kedung Kandang dengan 18 kasus kematian bayi dan
diikuti Puskesmas Arjowinangun dan Puskesmas Mulyorejo dengan 14 kasus kematian untuk masing-masing Puskesmas.
Menurut Nurcahyo (2008) mengatakan saat-saat awal perawatan bayi terutama pada saat masa nifas merupakan kurun waktu ibu memulai aktivitas yang tidak biasa dari hari sebelumnya, walaupun bagi mereka yang pernah melahirkan yang kedua, dan seterusnya. Sehingga perlu adanya perubahan perilaku dari kebiasaan sebelumnya menjadi kebiasaan mengasuh bayi yang baru dilahirkannya. Salah satu cara yang bisa dilakukan ibu hamil dan Ibu nifas adalah dengan memanfaatkan buku KIA yang sudah di berikan pada setiap puskesmas untuk menambah wawasan mereka tentang perawatan bayi baru lahir. Pemerintah melalui Kepmenkes No 284/Menkes/SK/III/2004 menyatakan bahwa buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan informasi yang penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat.
Buku KIA berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, dan anak balita) serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak. Setiap ibu hamil mendapat satu buku KIA. Jika ibu melahirkan kembar ibu mendapatkan dua buku KIA. Buku KIA dapat diperoleh secara gratis di puskemas, posyandu, bidan, rumah bersalin dan dokter (Kemenkes, 2016). Dengan adanya buku KIA ini mempermudah ibu hamil dalam mempersiapakan diri untuk merawat bayinya yang akan akan dilahirkan nanti.
Akan tetapi sebagian ibu menganggap buku KIA sekedar buku catatan pemeriksaan kehamilan, sehingga para ibu hanya memanfaatkan pelayanan KIA
saja. Padahal penggunaan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu strategi pemberdayaan masyarakat terutama keluarga untuk memelihara kesehatannya agar terbentuk kemandirian keluarga dalam mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas.
Berdasarkan hasil penelitian Kusindijah (2015) bahwa mayoritas pengetahuan ibu hamil yang memiliki Buku KIA di Puskesmas 73,2 % kurang, sedangkan kepemilikan Buku KIA terhadap sikap dalam perawatan kehamilan mayoritas 84,2% sedang. Hasil penelitian Sri Mulyati (2017) yaitu menunjukkan responden yang tidak ikut kelas ibu hamil 36,4% kurang baik dalam merawat bayi sedangkan responden yang mengikuti kelas ibu hamil 21,7% yang kurang baik dalam merawat bayi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Kedungkandang yang dilakukan oleh peneliti jumlah ibu hamil yang datang untuk kunjungan ulang setiap hari rata-rata ada 12 sampai 15 ibu hamil sedangkan pemanfaatan buku KIA di Puskesmas kedungkandang masih rendah, Berdasarkan keterangan dari petugas kesehatan masih banyak ibu hamil tidak membawa buku KIA pada saat melakukan pemeriksaan dan ibu hamil tidak kooperatif kepada petugas kesehatan. Sementara buku KIA sudah disebarkan secara merata.
Melihat fenomena yang ada diatas peneliti tertarik untuk menyusun propsal yang berjudul “Hubungan Antara Pemanfaatan Buku KIA Dengan Kesiapan Ibu Hamil Primigravida Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diambil suatu perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Antara Pemanfaatan Buku
KIA Dengan Kesiapan Ibu hamil Primigravida Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir Di Wilayah Puskesmas Kedungkandang Kota Malang”?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan buku KIA dengan kesiapan ibu hamil primigravida dalam perawatan bayi baru lahir di wilayah Puskesmas Kedungkandang Kota Malang”
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengindentifikasi pemanfaatan buku KIA pada ibu hamil primigravida b. Mengindentifikasi kesiapan ibu hamil primigravida dalam perawatan
bayi baru lahir
c. Menganalisa hubungan antara pemanfaatan buku KIA dengan kesiapan ibu hamil primigravida dalam perawatan bayi baru lahir
1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang Hubungan Antara Pemanfaatan Buku KIA Dengan Kesiapan Ibu Hamil Primigravida Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir untuk perkembangan penelitian selanjutnya sehubungan dengan pemanfatan buku KIA sebagai edukasi dan monitoring ibu hamil dalam merawat bayi baru lahir.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Malang
Sebagai dokumen untuk menambah bahan bacaan serta menambah pengetahuan Hubungan Antara Pemanfaatan Buku KIA Dengan Kesiapan Ibu Hamil Primigravida Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir Di Wilayah Puskesmas Kedungkandang Kota Malang
b. Bagi Peneliti
Menambah wawasan tentang Hubungan Antara Pemanfaatan Buku Kia Dengan Kesiapan Ibu Hamil Primigravida Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir Di Wilayah Puskesmas Kedungkandang Kota Malang dan mengaplikasikan mata kuliah metode penelitian.
c. Bagi Ibu (Responden)
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana cara merawat bayinya yang baik dan benar sesuai dengan yang ada di Buku KIA. Karena didalam buku KIA terdapat edukasi yang berkaitan dengan perawatan bayi baru lahir.
d. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai Bahan Masukan Dalam mengupaya agar penyebarannya bisa merata kesemua ibu hamil diwilayahnya dalam Pemanfatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) sebagai sumber komonikasi, informasi, dan edukasi.