1 A. LATAR BELAKANG
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pengalaman peneliti sendiri pada saat terjadinya fenomena kabut asap diwilayah Kab. Belitung. Peneliti memperhatikan masyarakat sekitar wilayah kerja Puskesmas Air Saga Kab.
Belitung yang sedang menemani balitanya bermain di salah satu objek wisata yang menyediakan wahana bermain untuk anak. Peneliti melihat balita dan anak-anak yang bermain dan keluar rumah ada yang di pakaikan masker dan tanpa menggunakan masker. Mengingat kondisi udara di Kab. Belitung waktu itu sedang tidak bagus yang di sebapkan oleh pencemaran udara dampak dari kabut asap. Dampaknya balita balita tersebut beresiko terkena ISPA.
Peneliti semangkin tertarik melakukan penelitian ini setelah melihat fenomena di sekitar lingkungan sendiri serta menarik rasa penasaran yang sangat tinggi tentang bagaimana pengalaman orang tua merawat balita usia 12- 59 bulan dengan Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) dampak dari fenomena kabut asap yang terjadi pada 5 bulan kebelakang di daerah kabupaten Belitung.
Kabut asap yang menyelimuti wilayah Belitung. Kabut asap akibat dari kebakaran hutan berdampak jangka pendek (akut) akan mengakibatkan iritasi pada mata hidung dan tenggorokan serta bisa mengakibatkan balita dan anak- anak terkena Infeksi Saluran Nafas Akut (PDPI, 2019).
Peneliti kemudian melakukan studi pendahuluan pada tanggal 4 januari 2020 diwilayah kerja Puskesmas Air Saga Kab. Belitung tehadap
beberapa orang tua yang mempunyai balita usia 12-59 bulan. Berdasarkan penuturan urang tua dalam hal ini ibu balita, pada awalnya ibu balita tersebut tidak mengetahui bahwa anaknya terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Berikut peryataan informan berkaitan dengan pengalaman : “ iya bang ibu tidak tau awalnya kalok si dedek terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), ibu piker Cuma flu biasa aja, setelah ibu bawa ke puskesmas ibu baru tau kalok si dedek ISPA, baru habis itu ibu mulai tanya tanya ke teman teman ibu yang anaknya pernah terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan ibu praktekan cara cara yang di anjurkan oleh orang puskasmas dan teman teman ibu bang...)”.
Pernyataan informan 1 berkaitan dengan pengetahuan : “ banyak hal yang ibu, lakuin bang, seperti masang masker untuk si dedek. Pokoknye yang diajarek dari urang tu ibu lakuek kan ini se,waktu dedek sakit ISPA tu dak nak makan sampai ibu suapin makannye.”
Pernyataan informan 1berkaitan dengan perasaan : “ ibu tu pas dedek sakit to was-was la dak mau makan, nangis terus dak boleh salah sikit pokoknye”.
Pernyataan informan 1 berkaitan dengan pendapat : “ibu raga heran ko ngape kebakaran utan ne sampai ke belitong ne asap ne, ngerenong jak paya, kan ini bang disinek rajin juak terjadi kebakaran utan tapi mun disebut dampak dari kemarau ngape jadi kebakarannye malam, mudah mudahan taun depan dak ada kebakaran utan agik. Ngasin kan masyarakat belitong ne”.
Pengalaman lain yang di sampaikan oleh seorang ayah yang mempunyai balita usia 28 bulan yang mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada saat kabut asap menyerang wilayah wilayah di kabupaten Belitung 5 bulan kebelakang. Berikut peryataan informan 2 berkaitan dengan pengalaman : “ gini bang kemarin anak saya yang kecil sempat flu saya kira flu bisa, kemarin untung cepat saya bawa ke puskesmas, jadi saya tau penyakit yang di derita anak saya, nah waktu tau anak saya tetkana ISPA saya mulai memperhatiakan apa saja yang bisa menjadi faktor resiko anak saya terkena ISPA dan sampai sekarang saya berhenti merokok demi anak saya bang..)”.
Pernyataan informan 2 berkaitan dengan pengetahuan: “untuk sekarang aku la tau bannyak, sekali penyebab ISPA ne. mun untuk perawatan pasa nok kecik to sakit se cuman aku bawak ke rumah sakit atau dak ke puskes”.
Pernyataan informan 2 barkaitan dengan perasaan: “bini abang se yang paling was-was pas nok kecik to sakit. Mun abang si ukan dak was-was tapi mun la tejadi kan kiape ken. Tinggal berusahe carik solusi terbaik untuk menanggulanginye”.
Pernyataan informan 2 berkaitan dengan pendapat: “ tinggal kite pribadi se gimane carenye supaya ISPA ne dak terjadi, kalok kabut asap ne kan kiape agik ken, mudah mudahan se taun depan biarpun terjadi agik kabut asap ne, abang kan benar benar la ngelakuek pencegahannye biar anak abang dak kenak ISPA agik”.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mencoba untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam mengenai pengalaman orang tua merawat
balita usia 12-59 bulan dengan Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) dampak dari fenomena kabut asap dengan menggunakan disain penelitian kualitatif.
Penelitian ini menggunakan di sain kualitatif karena adanya perbedaan budaya dan nilai nilai yang dianut oleh keluarga keluarga di Indonesia yang telah dilakuakan penelitian penelitian sebelumnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakuakn Cipto (2015), Penanganan yang dilakukan masing-masing orang tua berbeda - beda dan banyak cara alternatif yang dilakuan orang tua untuk merawat serta menanggulangi ISPA salah satunya menggosakan minyak kayu putih dan memberikan minyak campuran pala. Pengalaman orang tua dalam merawat balita dengan penyakit ISPA, berkaitan dengan tingkat pengetahuan orang tua. Semangkin rendah tingkat pengetahuan orang tua semangkin tinggi resiko balita dengan ISPA.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Stela (2016), Orang tua memiliki peran penting dalam masa pertumbuhan balita, sekaligus dalam proses pencegahan dan merawat balita yang terkena infeksi saluran nafas akut.
Peran serta orang tua dalam merawat anak yang sakit menjadi sebuah pengalaman yang berguna untuk mencegah dan menanggulangi saat anaknya terkena infeksi saluran nafas akut. Dalam hal ini peneliti mencoba mendapatkan pengalaman pengalaman orang tua dalam merawat balita usia 12 – 59 bulan dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dampak dari fenomena kabut asap.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala:
tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. ISPA
selalu menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bila mengenai saluran pernapasan bawah, khususnya pada bayi, anak-anak, dan orang tua, memberikan gambaran klinik yang berat dan jelek, berupa Bronchitis, dan banyak yang berakhir dengan kematian.Penyakit ISPA diawali dengan panas disertai dengan satu atau lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri pada saat menelan, pilek, batuk kering atau berdahak. prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu satu bulan terakhir (Kemenkes RI, 2015).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sering kali di jumpai pada balita dan anak anak, Menurut Agustina (2013), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang mencapai 15 % -20 % pertahun, dengan jumlah balita yang meninggal mencapai ± 13 juta setiap tahun, dimana ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian yang membunuh ± 4 juta balita setiap tahun. Hal tersebut dikarenakan Balita merupakan induvidu yang masih berada pada masa tumbuh kembang. Sistem imun pada masa ini masaih relatif rendah di bandingkan di usia selanjutnya. Hal ini mengakibatkan balita rentan terkena infeksi, salah satunya ISPA.
Meningkatnya prevalensi ISPA di Indonesia bisebabkan oleh berbagai hal salah satunya pencemaran udara. Beberapa bulan kebelakang indonesia mengalami kebakarn hutan yang di sebapkan oleh kemarau di wilayah Indonesia. Pada musim kemarau lahan lahan gambut ini beresiko mengalami kebakaran hutan yang mengakibatkan timbulnya kabut asap yang menyebar di wilayah Indonesia hingga Negara-negara tetangga (samsul, 2015).
Menurut Christy, dkk 2015, pencemaran udara merupakan salah satu
dari faktor resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA).
Fenomena kabut asap ini mengakibatkan banyak kerugian dan berdampak pada meningkatnya CO2 di udara yang mengakibatkan udara menjadi tercemar. Di wilayah kabupaten belitung sempat menglami kebakaran hutan seperti di wilayah wilayah indonesia lainnya.
Menirut Polit & Beck, 2012 peran perawat adalah meningkatkan pemahaman masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit untuk meningkatkan derajat kesehatan dan pengaetahuan. Dengan pendidikan kesahatan yang diberikan kepada masyarakat dapat di harapkan akan bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit dan dapat meningkatkan derajat kesehatan sehinga prevalensi penyakit tidak mengalami peningkatan.
Prevalensi ISPA di Indonesia di temukan sebanyak 1.017.290 kasus.
Serta sebanyak 556.419 kasus ISPA yaitu meraka yang tinggal di perkotaan.
Dan prevalensi ISPA pada balita di Indonesi 2018 ditemukan sebanyak 93.620 kasus ISPA dari usia 0-59 bulan. Sedangkan di wilayah Bangka Belitung angka kejadian ISPA pada balita yaitu sebanyak 527 kasus (Riskesdas, 2018).
Prevalensi Infeksi saluran nafas akut (ISPA) di wilayah Kabupaten.
Belitung merupan penyakit tertinggi pada tahun 2017 dan 2018 berdasarkan 20 penyakit terbanyak menurut kunjungan di puskasmas di wilayah Kab. Belitung.
Jumlah kasus mengalami kenaikan dari tahun 2017 hingga tahun 2018.
Kenaikan ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya fenomena kabut
asap. Kenaikannya yaitu 12.741 pada 2017 dan menjadi 15.847 pada tahun 2018 (Dinkes Kab. Belitung, 2019).
Berdasarkan data data di atas peneliti pertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengalaman Orang Tua Merawat Balita Usia 12 -59 Bulan Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dampak dari Fenomena Kabut Asap di Wilayah Kerja Puskesmas Air Saga Kabupaten Belitung”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan dilatar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengalaman orang tua merawat balita usia 12- 59 bulan dengan ISPA dampak dari fenomena kabut asap di wilayah kerja puskesmas Air Saga Kab. Belitung”?.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini untuk mengeksplorasi pengalaman orang tua merawat balita usia 12-59 bulan dengan ISPA dampak dari fenomena kabut asap di wilayah kerja puskesmas Air Saga Kab. Belitung.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi dalam bidang keperawatan anak dalam menanggulangi ISPA sarta sebagai penambah referensi pustaka tentang ISPA dampak dari fenomena kabut asap.
2. Manfaat Praktis
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi reverinsi untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam tentang ISPA pada balita usia 12-59 bulan.
4. Bagi Propesi Keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mebangun dan meningkatkan pelayanan keperawatan secara propesional.
5. Bagi orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang merawat balita usia 12-59 bulan dengan ISPA dampak dari fenomena kabut asap.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Runga lingkup penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang Keperawatan Anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengalaman orang tua dalam merawat balita usia 12-59 bulan dengan ISPA dampak dari fenomena kabut asap. Penelitian dilakukan di Kab. Belitung. Pengambilan data akan dilakukan pada Maret 2020. Penelitian ini dilakukan dikarenakan ISPA menduduki urutan teratas dalam 20 penyakit terbanyak berdasarkan kunjungan puskesmas di Kab. Belitung.