• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perahu Sandeq

Perahu Sandeq merupakan perahu layar tercepat di dunia. Perahu Sandeq juga adalah sebuah ikon kehebatan maritim masyarakat Mandar. Kehebatan para pelaut ulung Mandar dibuktikan melalui pelayaran yang menggunakan perahu bercadik ini. Tercatat dalam sejarah perahu Sandeq telah terbukti sanggup berlayar hingga ke Singapura, Malaysia, Jepang dan Madagaskar, Australia, Amerika.

Sandeq adalah jenis perahu layar bercadik yang telah lama digunakan melaut oleh nelayan Mandar atau sebagai alat transportasi antar pulau. Ukuran Sandeq bervariasi, dengan lebar lambung berkisar antara 0,5 – 1,5 meter dan panjang 5 – 15 meter, dengan daya angkut mulai dari beberapa ratus kilogram hingga 2 ton lebih, bentuknya yang ramping menjadikannya lebih lincah dan lebih cepat dibandingkan dengan perahu layar lainnya. Nama Sandeq berasal dari bahasa Mandar yang berarti runcing. Perahu ini sangat masyhur sebagai warisan kebudayaan bahari Masyarakat Mandar, Provinsi Sulawesi Barat, Indonesia.

Sebelum penggunaan motor (mesin), Sandeq menjadi salah satu alat transportasi antar pulau paling dominan sebab selain lincah dan cepat, Sandeq juga dapat berlayar melawan arah angin, yaitu dengan teknik zig zag (dalam bahasa Mandar disebut sebagai “Makkarakkayi”). Setiap tahun diadakan lomba perahu Sandeq di Sulawesi Barat. Sebenarnya nelayan Mandar membuat banyak jenis perahu baik ukuran kecil maupun besar, namun Sandeq satu-satunya perahu yang sepenuhnya menggunakan tenaga angin dan masih digunakan di Sulawesi Barat saat ini (Syamsurijal, 2011).

Perahu tradisional Mandar merupakan warisan laluhur sebagai sarana para nelayan untuk mencari ikan di laut sebagai mata pencaharian, sebagai sarana transportasi para pedagang pada masa silam mengarungi lautan untuk menjual hasil bumi. Perahu Sandeq mempunyai ciri khas yang membedakan dengan kebanyakan perahu bercadik lainnya. Sandeq yang menjadi kebanggaan masyarakat Mandar, selain ia memiliki bentuk yang elok nan cantik dengan panjang kurang lebih 9 – 16

(2)

meter dengan lebar 0,5 – 1 meter, di sisi kiri dan kanannya dipasang cadik dari bambu sebagai penyeimbang, mengandalkan dorongan angin yang ditangkap layar berbentuk segitiga, mampu dipacu hingga kecepatan 15 – 20 Knot atau 30 – 40 km perjam. Sehingga sebagai perahu layar yang tercantik dan tercepat juga mampu menerjang ombak yang besar sekalipun. Perahu Sandeq juga sanggup bertahan menghadapi angina dan gelombang saat mengejar kawanan ikan tuna. Saat musim ikan terbang bertelur, nelayan menggunakan Sandeq untuk memasang perangkap telur dari rangkaian daun kelapa dan rumput laut, atau berburu rempah-rempah hingga Ternate dan Tidore untuk dibawa ke Bandar Makassar. Perahu Sandeq ditunjukkan pada Gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1 Perahu Sandeq

Perahu Sandeq memiliki macam-macam jenis berdasarkan 2 kategori yaitu berdasarkan konstruksinya dan kegunaannya untuk dipakai nelayan. Berikut macam-macam jenis perahu Sandeq :

A. Jenis perahu Sandeq berdasarkan konstruksi :

1. Sandeq Tolor, yaitu perahu Sandeq yang cadiknya dimasukkan ke dalam lambung perahu.

2. Sandeq Bandeceng, yaitu perahu Sandeq yang cadiknya diikat ke atas geladak perahu.

B. Jenis perahu Sandeq berdasarkan kegunaannya untuk dipakai nelayan :

(3)

7 1. Sandeq pangoli

Perahu Sandeq yang memiliki ukuran lebih kecil dan digunakan untuk menangkap ikan dekat pinggir karang dan wilayah pertemuan arus dengan menarik umpan yang terbuat dari bulu ayam di belakang perahu (mangoli). Tipe perahu ini sangat laju dan lincah serta dapat membalik haluannya dengan cepat agar dapat memburu ikan dan supaya perahu tidak kena karang.

2. Sandeq parroppo

Perahu Sandeq yang dipakai untuk menangkap ikan di rumpon (rappo) di lautan bebas; tipe perahu ini cukup besar agar dapat memuat dua-tiga sampan yang diturunkan di rumpon guna memperluas areal penangkapan, para pelaut dapat membawa perbekalan untuk pelayaran yang berlangsung selama dua sampai lima hari, perahunya dapat menahan ombak yang besar dan angin yang kencang di lautan bebas yang merupakan daerah penangkapan ikan itu.

3. Sandeq potangnga

Sandeq potangnga dipakai untuk mengarungi laut lepas demi menangkap ikan dan mencari ikan terbang dan telurnya. Tipe perahu itu besar agar bisa memuat bekal dan peralatan yang diperlukan dalam mengarungi lautan selama dua-tiga minggu, agar ombak tinggi yang biasanya ditemui di daerah penangkapan ikan tidak akan sempat mengganggu dan membasahi para pemancing. Maka pada jenis perahu Sandeq ini sering terdapat tambahan beberapa ‘panggung’ yang lebih tinggi daripada geladak lambung perahu yang terpasang kiri-kanan dibelakang tiang, diistilahkan lewa-lewa (Alimuddin, 2009).

2.2. Pembebanan

Dalam ilmu fisika, beban didefinisikan sebagai gaya (dorongan/tarik) yang terjadi pada suatu titik beban tertentu. Beban dapat menyebabkan tegangan, perubahan bentuk, dan perpindahan pada suatu struktur. Widodo (2010), dalam

(4)

penelitiannya menyebutkan bahwa beban yang dapat menyebabkan terjadinya kelelahan pada struktur adalah beban yang bersifat siklik, yaitu :

• Beban siklis frekuensi rendah (quasi-statis) yang ditimbulkan oleh eksitasi gelombang dengan jumlah sekitar 107 s/d 108 kali selama umur operasi struktur (25 tahun)

• Beban siklis frekuensi tinggi (dinamis), yang dapat diklasifikasikan menjadi beban transient (slamming, wave slapping, hull whipping) dan steady (mesin, baling-baling, hull springing) dengan jumlah sekitar 106 kali selama umur operasi struktur (25 tahun)

• Beban siklis frekuensi sangat rendah (statis) akibat perubahan beban (logistik) di atas struktur dan hidrostatik (pasut) dengan jumlah sekitar 4000

~ 8000 kali selama umur operasi struktur (25 tahun).

• Beban siklis karena gradien panas tak beraturan akibat cuaca dan temperatur muatan dengan jumlah sekitar 7000 kali selama umur operasi struktur (25 tahun).

2.3. Deformasi

Deformasi terjadi bila bahan mengalami gaya. Selama deformasi, bahan menyerap energi sebagai akibat adanya gaya yang bekerja sepanjang deformasi.

Sekecil apapun gaya yang bekerja, maka benda akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran. Perubahan ukuran secara fisik ini disebut deformasi. Deformasi ada dua macam yaitu deformasi elastis dan deformasi plastis. Yang dimaksud deformasi elastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya beban yang jika beban ditiadakan, maka material akan kembali keukuran semula. Sedangkan deformasi plastis adalah deformasi yang bersifat permanen jika bebannya dilepas, ( Edi Jasmani 2001 ).

Penambahan beban pada bahan yang telah mengalami kekuatan tertinggi tidak dapat dilakukan, karena pada kondisi ini bahan telah mengalami deformasi total. Jika beban tetap diberikan maka regangan akan bertambah dimana material

(5)

9

seakan menguat yang disebut dengan penguatan regangan (strain hardening) yang selanjutnya benda akan mengalami putus pada kekuatan patah

Hubungan tegangan-regangan dapat dituliskan sebagai berikut:

E

=

𝜎

𝜀

=

𝑃 𝐴 𝛿 𝐿

(2.6)

Sehinga deformasi (δ) dapat diketahui : 𝛿 = 𝑃 𝑥 𝐿

𝐴 𝑥 𝐸 (2.7)

Dimana : P = Beban (N)

A = Luas permukaan (mm2 )

L = Panjang awal (mm)

E = Modulus Elastisitas

Sebuah plat yang diberi beban secara terus-menerus, secara bertahap akan mengalami deformasi. Pada awal pembebanan akan terjadi deformsi elastis sampai pada kondisi tertentu bahan akan mengalami deformasi plastis. Pada awal pembebanan bahan di bawah kekuatan luluh bahan akan kembali kebentuk semula, hal ini dikarenakan sifat elastis bahan. Peningkatan beban melebihi kekuatan luluh (yield point) yang dimiliki plat akan mengakibatkan aliran deformasi plastis sehingga plat tidak akan kembali ke bentuk semula, hal ini bisa dilihat dalam diagram tegangan-regangan pada gambar 2.5 sebagai berikut.

(6)

Gambar 2.5 Diagram Tegangan–Regangan

Kesebandingan antara gaya tarik dan elongasi yang timbul sebenarnya hanya berlaku sampai pada harga batas tegangan tarik tertentu, yang biasa kita sebut batas proporsional, batas ini tergantung pada sifat – sifat bahan. Didalam penyelidikan sifat – sifat mekanis diatas batas proporsional, hubungan antara regangan tegangan biasanya dilukiskan secara grafik dengan suatu diagram pengujian tarik.

Disini elongasi dilukiskan sebagai sumbu horisontal dan tegangan-regangan yang terjadi dilukiskan dengan ordinat–ordinat OABCD. Tegangan dari ”O” hingga ”A”

adalah merupakan daerah proporsional. Diatas ”A” mulai terjadi penyimpangan, jadi titik ”A” merupakan batas proporsional. Pembebanan yang berkelanjutan menyebabkan pertambahan panjang ( elongasi ) pada titik ”B” sehingga diagram menjadi melengkung, pada titik ”B” elongasi plat berlangsung dengan penambahan gaya tarik yang lebih sedikit sehingga mengalami luluh yang biasa disebut dengan titik lumer (yield point). Penarikan plat yang lebih jauh lagi akan menyebabkan adanya perlawanan internal oleh molekul plat hingga dicapai titik ”C”, pada titik inilah gaya tarik memperoleh harga maksimum. Tegangan yang ditimbulkan merupakan kekuatan tertinggi (ultimate strength) dari bahan yang dipakai. Setelah

(7)

11

melewati titik ”C” elongasi plat masih berlangsung meskipun beban semakin berkurang dan akhirnya batang mengalami pengecilan dan akhirnya patah (fracture), ditunjukkan oleh titik ”D”.

Kekuatan luluh adalah harga tegangan terendah dimana material mulai mengalami deformasi plastis. Titik σy atas adalah titik luluh atas dan titik σy bawah adalah titik luluh bawah yang ditandai oleh pengurangan beban yang mendadak, diikuti dengan perpanjangan yang meningkat dan peningkatan beban yang mendadak lagi. Gejala ini disebut meluluhnya bahan, yang ditandai dengan perubahan bentuk yang plastik dan naik-turunnya beban ( Edi Jasmani 2001 ).

Pada titik mulur hubungan tegangan-regangan sudah tidak linier, namun sifat elastis masih terjadi sedikit diatas batas proporsional. Pada umumnya batas daerah elastis dan daerah plastis sulit untuk ditentukan. Karena itu, maka didefinisikan kekuatan luluh (yield strength). Batas proporsional merupakan tegangan tertinggi dimana material masih mengalami deformasi elastis dan belum mengalami deformasi plastis ( Edi Jasmani 2001 ).

Titik mulur atau yang biasa disebut dengan titik luluh (yield point) adalah titik transisi dari elastis ke daerah plastis. Pada titik mulur ini material mulai mengalami deformasi plastis yang bersifat permanen jika beban mulai dilepas.

2.4. Tegangan

Tegangan adalah tahanan material terhadap gaya atau beban. Tegangan diukur dalam bentuk gaya per luas. Tegangan normal adalah tegangan yang tegak lurus terhadap permukaan dimana tegangan tersebut diterapkan. Tegangan normal berupa tarikan atau tekanan. Satuan SI untuk tegangan normal adalah Newton per meter kuadrat (N/m2 ) atau Pascal (Pa). Tegangan dihasilkan dari gaya seperti : tarikan, tekanan atau geseran yang menarik, mendorong, melintir, memotong atau mengubah bentuk potongan bahan dengan berbagai cara. Perubahan bentuk yang terjadi sering sangat kecil dan hanya testing machine adalah contoh peralatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan bentuk yang kecil dari bahan yang dikenai beban. Cara lain untuk mendefinisikan tegangan adalah dengan menyatakan

(8)

bahwa tegangan adalah jumlah gaya dibagi luas permukaan dimana gaya tersebut bereaksi. Tegangan yang bekerja pada penampang bahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝜎= ( 𝑃

𝐴) (2.8)

Dimana : 𝜎 = Tegangan atau gaya per satuan luas (N/m2) P = Beban (Newton)

A = Luas penampang (m2)

Dalam menentukan bahan untuk perancangan suatu struktur atau komponen, maka hal yang paling utama yang harus ditentukan adalah tegangan yang mampu diberikan pada struktur tersebut. Tegangan yang harus ditentukan pada bahan sebelum proses perancangan adalah :

a. Tegangan Batas didefinisikan sebagai tegangan satuan terbesar suatu bahan yang dapat ditahan tanpa menimbulkan kerusakan.

b. Tegangan ijin yaitu bagian kekuatan batas yang bisa aman digunakan pada perancangan. Para perancang struktur (komponen) umumnya bekerja dengan suatu tegangan izin yang ditetapkan sebelumnya.

Secara umum tegangan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : a. Tegangan normal

Tegangan normal adalah tegangan yang bekerja normal (tegak lurus) terhadap permukaan yang mengalami tegangan. Tegangan ini dapat berupa tegangan tarik maupun tekan.

b. Tegangan geser

Tegangan geser adalah tegangan yang bekerja sejajar terhadap permukaan yang mengalami tegangan. Komponen tegangan (stress) bernilai positif jika searah dengan koordinat positifnya dan sebaliknya. Tegangan yang bekerja pada batang terdiri dari 6. Keenam komponen tegangan ini dapat digambarkan pada Gambar 2.5 Sebagai berikut :

(9)

13

Gambar 2.6 Enam komponen Tegangan

2.5. Regangan

Regangan adalah ukuran perubahan relatif dalam ukuran dan bentuk suatu benda di bawah tekanan. Dengan kata lain, regangan adalah respons suatu bahan terhadap tegangan yang diberikan dari luar. Di daerah elastis, besarnya tegangan menjadi sebanding dengan regangan.

Gambar 2.7 Batang yang mengalami regangan

Gambar di atas menunjukkan sebuah batang yang ditarik dengan gaya sehingga mengalami regangan. Batang yang memiliki panjang mula-mula ditarik dengan gaya sehingga mengalami pertambahan panjang. Oleh karena itu, regangan didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang benda dengan panjang benda mula-mula. Secara matematis, regangan dapat dirumuskan sebagai:

(10)

𝜀 =

∆𝐿

𝐿 (2.9)

Dimana

ΔL = Perubahan panjang (m) L = Panjang awal (m)

2.6. Faktor Keamanan

Faktor keamanan atau Safety Factor (SF) adalah suatu hal yang sangat penting dalam analisis dan perencanaan struktur secara keseluruhan. Faktor keamanan elemen dan sistem struktur sangat tergantung pada ketahanan struktur (R : bahan dan geometri), dan beban yang bekerja (S : beban mati, beban hidup, beban angin, dan sebagainya.) Beban yang berasal dari beban hidup, beban gempa, dan beban angin diasumsikan sebagai variabel random (probabilistik). Demikian pula halnya dengan ketahanan atau respons struktur yang tergantung pada sifat-sifat fisik material, dan bentuk geometrinya yang dapat dianggap juga sebagai variabel random. Meskipun hal tersebut (ketahanan dan beban) telah diketahui sejak lama sebagai variabel random, para ahli rekayasa struktur enggan mempertimbangkannya dalam perencanaan atau analisis berdasarkan konsep probabilistik.

Metode tegangan kerja atau sering disebut juga dengan metode tegangan ijin, hal ini dikarenakan penggunaan tegangan ijin yang merupakan tegangan leleh (runtuh) bahan dibagi dengan angka tertentu yang disebut dengan faktor keamanan (SF) seperti Pers. 2.10.

SF = 𝐹𝑖

𝐹𝑢 (2.10)

Dimana :

𝐹𝑢 = tegangan maksimum 𝐹i = tegangan ijin

(11)

15 2.7. Metode Elemen Hingga

Metode elemen hingga adalah suatu metode numerik yang cocok di gunakan dengan komputer digital, dengan metode ini suatu elastik kontinum dibagi – bagi (discretized) menjadi beberapa substruktur (elemen) yang kemudian dengan menggunakan matriks, defleksi dari tiap titik (node) akan dihubungkan dengan pembebanan, properti material, properti geometrik dan lain – lain. Metode elemen hingga telah digunakan secara luas untuk menyelesaikan berbagai persoalan mekanika dengan geometri yang komplek. Beberapa hal yang membuat metode ini favorit adalah karena secara komputasi sangat efisien, memberikan solusi yang cukup akurat terhadap permasalahan yang kompleks dan untuk beberapa permasalahan metode ini mungkin adalah satu – satunya cara, tetapi karena analisa elemen hingga merupakan alat untuk simulasi maka desain yang sebenarnya diidealisasikan dengan kualitas model desain yang tergantung pada skill dan kemampuan analisnya. Model diharuskan sebisa mungkin mendekati aslinya agar hasil analisa juga mendekati hasil yang real.

Pada awalnya Metode Elemen Hingga dikembangkan untuk memecahkan problem dibidang mekanika benda padat (Solid Mechanic), tetapi kini sudah merambah kehampir semua problem enjeneering seperti mekanika fluida (fluid mechanich), perpindahaan panas (heat transfer), elektromagnetik (electro magnetism), getaran (vibration), analisis modal (modal analysis), dan banyak lagi problem enjeneering lainnya.

Proses inti Metode Elemen Hingga adalah membagi problem yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil atau elemen-elemen dari mana solusi yang lebih sederhana dapat dengan mudah diperoreh. Solusi dari setiap elemen jika digabungkan akan menjadi solusi problem secara keseluruhan. Gambar 2.6 menjelaskan cara kerja Metode Elemen Hingga di mana solusi suatu problem yang kompleks diaproksimalkan oleh solusi elemen. Untuk mendapatkan solusi elemental, Metode Elemen Hingga menggunakan fungsi interpolasi untuk mengaproksimalkan solusi elemen. Untuk contoh ini suatu fungsi linear yang sederhana dipergunakan sebagaai fungsi interpolasi. Setelah solusi setiap elemen diperoleh, dengan menggabungkan solusi-solusi elemen maka solusi keseluruhan

(12)

problem dapat diperoleh. Dengan menggunakan fungsi polinomial seperti fungsi kuadratik sebagai fungsi interpolasi, solusi yang lebih akurat bisa diperoleh.

Aproksimasi solusi keseluruhan diperoleh dari gabungan solusi-solusi elemen ditunjukkan pada Gambar 2.6 sebagai berikut :

Gambar 2.8 Aproksimasi solusi keseluruhan diperoleh dari gabungan solusi-solusi elemen

2.8. Material Kayu

Kayu merupakan bahan material yang umum digunakan dalam pembuatan kapal penangkap ikan di Indonesia. Hal ini disebabkan banyaknya pasokan kayu di Indonesia serta harga yang ekonomis dan terjangkau. Kayu lebih unggul dari pilihan material lainnya karena dari segi pengerjaanya, konstruksi perahu kayu lebih mudah daripada bahan lainnya dan tidak memerlukan teknologi tinggi dalam operasi penangkapan ikan. Meskipun memiliki kelebihan sebagai bahan kapal penangkap ikan, kayu juga memiliki Kelemahan antara lain kurangnya kekuatan kapal karena banyaknya sambungan pada kapal, adanya lubang baut dapat mengurangi luas penampang dan menambah berat konstruksi, serta perubahan fisik karena air laut dan suhu.Berikut menunjukkan gambar penggunaan kayu sebagai konstruksi kapal nelayan.

(13)

17

Gambar 2.9 Penggunaan kayu sebagai konstruksi kapal.

Kayu memiliki sifat fisik dan sifat mekanis yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk pemilihan jenis material kayu yang digunakan untuk pembuatan konstruksi bangunan atau perkapalan. Sifat fisik kayu meliputi penyusutan, kelas kuat, dan berat jenis, sedangkan sifat mekanis kayu meliputi keteguhan lentur statik, tekan pukul, belah geser, tarik sejajar arah serat, dan kekerasan kayu yang diukur dalam keadaan basah. Berat jenis (BJ) merupakan indikator utama dari sifat fisik dan mekanis kayu.

Tingkat kelas awet (KA) kayu adalah klasifikasi kayu berdasarkan daya tahan terhadap serangan jamur, rayap dan organisme perusak lainya. Kriteria kelas awet (KA) kayu dapat dilihat pada Tabel 2.1. Berdasarkan standar BKI (1996) persyaratan untuk membentuk kayu sebagai konstruksi yang penting yaitu harus dipergunakan dengan kayu ukuran minimum kelas kuat III karena peraturan BKI yang menyebutkan untuk lunas, linggi haluan, linggi buritan, wrang, gading-gading, balok buritan, dan tutup sisi geladak harus menggunakan jenis kayu yang memiliki massa jenis minimum 0,7 ton/m3 , untuk gading berlapis massa jenis minimum 0,45 ton/m3 , untuk kulit luar balok geladak, galar balok digunakan kayu dengan berat jenis minimum 0,65 ton/m3 , untuk geladak dan galar bisa digunkan kayu dengan berat jenis minimum 0,45 ton/m3. Berikut adalah Tabel 2.1 kelas awet kayu sebagai berikut

(14)

Tabel 2.1 kelas awet kayu

No Keadaan Kelas Awet

I II III IV V

1

Selalu berhubungan dengan

tanah lembab

8 Tahun 5 Tahun 3 Tahun Sangat Pendek

Sangat Pendek

2

Hanya terbuka terhadap angin dan iklim, tetapi dilindungi terhadap pemasukan air dan klemasan

20 Tahun

15 Tahun

10 Tahun

Beberapa Tahun

Sangat Pendek

3

Di bawah atap, tidak berhubungan dengan tanah lembab dan dilindungi terhadap kelemasan

Tak Terbatas

Tak Terbatas

Sangat Lama

Beberapa

Tahun Pendek

4

Seperti point (3) di atas, tetapi dipelihara dengan baik, selalu dicat dan sebagainya

Tak Terbatas

Tak Terbatas

Tak

Terbatas 20 Tahun 20 Tahun

5 Serangan oleh rayap Tidak Jarang Agak Cepat

Sangat Cepat

Sangat Cepat

6 Serangan oleh bubuk

jayu kering Tidak Tidak Hampir

Tidak

Tak Seberapa

Sangat Cepat (Sumber : Peraturan Kapal Kayu BKI, 1996)

Tingkat kelas kuat (KK) kayu adalah pengelompokan kayu berdasarkan berat jenis (BJ) kayu tersebut. Kelas kuat kayu menunjukkan semakin besar berat jenis kayu, maka semakin besar pula keteguhan lentur dan tekan mutlaknya. Bambu dengan kelas kuat I memiliki keteguhan lentur dan tekan mutlak paling besar, sedangkan keteguhan lentur da mutlak paling kecil dimiliki oleh kayu dengan kelas kuat V. Berikut adalah Tabel 2.2 kelas kuat kayu sebagai berikut

(15)

19 Tabel 2.2 kelas kuat kayu

Kelas

Kuat Berat Jenis Keteguhan Lentur maksimum (kg/cm2)

Keteguhan tekan maksimum (kg/cm2) I Lebih dari

0.90 Lebih dari 1100 Lebih dari 650

II 0.60 - 0.90 725-1100 425 - 650

III 0.40 - 0.60 500 - 725 300 - 425

IV 0.30 - 0.40 360 - 500 215 - 300

V Kurang dari

0.30 Kurang dari 360 Kurang dari 215

(Sumber : Peraturan Kapal Kayu BKI,1996)

Tabel 2.2 menunjukkan kriteria kelas kuat (KK). Pada umumnya kayu yang digunakan sebagai bahan dasar konstruksi bangunan dan kapal adalah kayu dengan kelas kuat II karena selain kuat juga relatif lebih ekonomis dibandingkan kayu dengan kelas kuat I. Kayu yang dipergunakan untuk bagian konstruksi utama harus baik, sehat, tidak ada celah, dan tidak ada cacat yang membahayakan. Kayu yang kurang tahan terhadap perubahan kering dan basah hanya boleh digunakan untuk bagian di bawah garis air, seperti papan alas. Bagian-bagian konstruksi di atas air seperti papan samping, geladak, bangunan atas, ambang palka harus dibuat dari kayu yang agak besar kelembabannya.

2.9. Penelitian Terdahulu

Berikut adalah rangkuman hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, ditunjukan pada tabel 2.5 berikut:

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu No Nama, Judul dan Tahun

Publikasi

Hasil

1

Yohanes, Mustafa Akbar, dan Reysca Admi Aksa, Finite Element Analysis of Wood Structural Joints on

Dilakukan analisis untuk mengetahui pengembangan desain sambungan gading gading kapal menggunakan bantuan Software berbasis elemen hingga untuk mendapatkan

(16)

Traditional Wooden Ship, Tahun 2016

kekuatan dari berbagai jenis sambungan yang dikembangkan sehingga didapat desain sambungan unggulan untuk digunakan pada kapal tradisional Bagan Siapiapi.

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan software berbasis elemen hingga.

.Dari hasil penelitian didapatkan hasil Desain Sambungan Bibir Lurus Berkait kayu Keruing (BKK2) dengan menggunakan pengikat 4 buah Baut diameter 14 mm, Menghasilkan nilai tegangan yang terjadi sebesar 217,51 MPa dengan tegangan minimum yang terjadi sebesar 0,32896 MPa.

Tegangan maksimum terjadi pada daerah Sambungan, sedangkan tegangan minimum terjadi pada baut 14 mm. Nilai regangan maksimum yang terjadi sebesar 0,0835 mm/mm, dengan regangan minimum yang terjadi sebesar 1,64x10-6 mm/mm. Regangan terbesar terjadi pada sambungan, dan regangan terendah terjadi pada baut 14 mm.

Deformasi yang terjadi sebesar 1,605 mm, nilai deformasi terbesar terjadi pada daerah sambungan yang terkena pembebanan 2 Ahmad Purnomo, Analisis

Kekuatan Kapal Bambu Laminasi dan Pengaruhnya terhadap ukuran konstruksi dan biaya produksi, Tahun 2014.

Dilakukan analisis untuk mengetahui sampai ukuran berapakah kapal dengan bahan utama bambu laminasi mampu dibangun berdasarkan aspek kekuatan dan ekonomis.

(17)

21

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan software berbasis elemen hingga.

Dari hasil penelitian didapatkan perhitungan dan analisis kekuatan menunjukkan bahwa kapal dengan kapasitas 20 sampai 60 GT berbahan bambu laminasi memenuhi kriteria kekuatan, yakni tidak melebihi tegangan yang diizinkan sebesar 142 Mpa untuk bambu laminasi ori dan 120 Mpa untukbambu laminasi betung. Hasil perhitungan dan analisis ekonomis menunjukkan bahwa kapal berbahan bambu laminasi memiliki biaya produksi lebih rendah daripada kapal kayu jati. Selisih biaya produksi paling rendah terdapat pada kapal 20 GT sebesar Rp 178.191.571,00; dan semakin besar kapasitas kapal maka selisih biaya produksi menjadi semakin besar. Kapal berkapasitas 60 GT memilki selisih paling besar, yakni Rp 383.428.715,00. Berdasarkan kondisi aktual dimana kapal kayu paling besar yang umumnya dibangun hanya sampai kapasitas 60 GT, maka perhitungan dan analisis dicukupkan pada kapasitas 60 GT 3 Bagus Kusuma Aditya, Hery

Inprasetyobudi, Analisa Teknis Konstruksi Kapal Kayu Sesuai Rules BKI (1996) dengan Pendekatan

Dilakukan analisis untuk mengetahui dimensi elemen konstruksi pada kasko kapal dari lunas sampai dengan geladak utama, harga material kayu dan proses pembangunan dengan metode wawancara dan pengamatan

(18)

Pemodelan Struktur, Tahun 2020

Analisis ini dilakukan dengan metode wawancara, pengmatan dan menggunakan software berbasis elemen hingga untuk analisis pemodelan

Dari hasil penelitian didapatkan nilai didapatkan nilai pengurangan dimensi konstruksi sebesar 10%, 20% dan 30%.

Pengurangan ini dilakukan karena besarnya tegangan ketiga kapal secara Rules BKI masih jauh di bawah batas yang diizinkan BKI sebesar 12,75 N/mm2.Dari hasil pengurangan dapat direkomendasikan pengurangan dimensi konstruksi hanya sampai dengan 20%, sedangkan untuk pengurangan 30% tidak direkomendasikan karena nilai tegangan sudah melewati batas tegangan yang diijinkan yaitu sebesar 12,75 N/mm2 .

Referensi

Dokumen terkait

Here, the 232Th-233U composition to guarantee ten years of operation without refueling, conversion ratio, medical isotopes production levels, and reactor kinetic parameters were