• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab Tinjauan Pustaka berisi dasar teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang telah disitasi dari buku maupun jurnal penelitian sebagai penunjang pemahaman dan referensi atau acuan dalam pelaksanaan penelitian.

2.1 Tanah

Dalam pengertian teknik secara umum tanah merupakan material yang terdiri dari butiran mineral padat yang tidak terikak secara kimia antar satu samalain dari bahan – bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang – ruang kosong diantara partikel yang padat. Dalam bidang mekanika tanah memiliki pengertian yang dimaksudkan untuk mencangkup semua bahan dari tanah lempung sampai berangkal (Kusuma dkk, 2016).

Pada dasarnya tanah terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian padat dan bagian rongga. Bagian padat terdiri dari partikel-partikel tanah yang padat sedangkan bagian rongga terisi oleh air dan udara. Kebanyakan jenis tanah terdiri dari banyak campuran lebih dari satu macam ukuran partikelnya. Tanah lempung belum tentu terdiri dari partikel lempung saja. Akan tetapi, dapat bercampur dengan butiran-butiran ukuran lanau maupun pasir dan mungkin juga terdapat campuran bahan organik. Ukuran partikel tanah dapat bervariasi dari lebih besar dari 100 mm sampai dengan lebih kecil dari 0,001 mm. Proses pembentukan tanah diawali dengan pelapukan batuan induk menjadi induk tanah sehingga dapat menghasilkan horizon-horizon tanah.

Horizon tanah ialah lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukan tanah (Sugiharyanto, 2009).

Tanah memiliki sifat fisis dan mekanis tanah. Sifat fisik tanah yaitu sifat yang berhubungan dengan elemen penyusunan massa tanah yang ada. Sifat mekanis tanah merupakan sifat perilaku dari struktur massa tanah yang dikenai suatu gaya atau tekanan yang dijelaskan secara teknis mekanis. Sifat mekanis tanah yaitu:

(2)

2 a. Kemampatan dan konsolidasi tanah

Tanah mempunyai kemampuan atau sifat kemampatan yang sangat besar jika dibandingkan dengan bahan kontruksi yang lain seperti beton dan baja. Beton dan baja merupakan bahan yang tidak memiliki pori yang menyebabkan volume pemampatan sangat kecil sehingga dalam keadaan tegangan biasa baja dan beton tidak memiliki masalah. Sebaliknya karena tanah memiliki pori yang sangat besar, maka pembebanan biasa akan mengakibatkan deformasi tanah yang sangat besar. Karekteristik tanah di dominasi oleh karakteristik mekanisme nya seperti permeabilitas dan kekuatan geser yang berubah sesuai dengan pembebanan.

b. Permeabilitas tanah

Permeabilitas tanah adalah suatu sifat tanah yang memiliki kemampuan untuk menghantarkan suatu zat melalui porinya. Ruang pori adalah rongga tanah yang biasanya diisi air atau udara. Pori sangat menentukan sekali dalam permeabilitas tanah, semakin besar pori dalam tanah tersebut, maka semakin cepat pula permeabilitas tanah tersebut. Tekstur sangat mempengaruhi permeabilitas tanah.

Hal ini dikarenakan permeabilitas itu adalah melewati tekstur tanah. Misalnya tanah yang bertekstur pasir akan mudah melewatkan air dalam tanah.

c. Kekuatan geser tanah

Kekuatan geser tanah (soil shear strength) dapat didefinisikan sebagai kemampuan maksimum tanah untuk bertahan terhadap usaha perubahan bentuk pada kondisi tekanan (pressure) dan kelembapan tertentu (Rama, 2016). Pada tahun 1776 coulumb memperkenalkan teori geser maksimum (the maximum shear theory), yaitu bahwa keruntuhan (failure), nilai tekanan pada saat terjadinya perubahan bentuk tetap, terjadi jika tekanan geser yang diberikan mencapai nilai kritis dari kemampuan tanah.

2.2 Batuan

Batuan merupakan suatu material alam yang terbentuk melalui proses alamiah.

Batuan terbentuk dari magma panas yang keluar ke permukaan bumi lalu mengeras karena pendinginan. Proses pendinginan terjadi saat batuan berada di permukaan

(3)

3 bumi dan batuan akan mengalami proses pelapukan dan terurai menjadi material yang lebih halus yang disebut sebagai tanah. Pada gambar 2.1 dapat dilihat proses secara skematis, siklus dari batuan pada permukaan bumi (Soetojo, 2009).

Gambar 2. 1 Siklus batuan (Noor, 2013)

Menurut pandangan Geologi, batuan merupakan semua susunan mineral dan bahan organik yang bersatu membentuk kerak bumi. Sedangkan menurut pandangan Geoteknik, batuan merupakan suatu formasi material yang keras dan solid yang berasal dari kerak bumi dan memiliki kekuatan hancur dengan tes kuat tekan (unconfined test) melebihi dari 1 Mpa. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa batuan sangat berbeda dengan tanah yang memiliki sifat rapuh, lunak, dan hampir selalu berada dekat dengan permukaan bumi. Batuan memilki sifat yang keras dan padat meskipun memiliki pori-pori dan dapat ditemukan sampai kedalaman 40 km dari permukaan bumi (Soetojo, 2009).

Terdapat beberapa jenis batuan salah satunya adalah batuan sedimen. Batuan sedimen merupakan salah satu jenis batuan yang mengisi hampir tiga per empat permukaan bumi. Batuan sedimen menyimpan banyak informasi geologi yang menggambarkan beragam proses yang pernah terjadi atau yang sedang terjadi

(4)

4 sepanjang usia bumi. secara umum batuan sedimen terbentuk di permukaan bumi pada kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang lebih dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian lapukannya diangkut oleh air, udara, atau es, yang selanjutnya diendapkan dan berakumulasi di dalam cekungan pengendapan, membentuk sedimen. Material- material sedimen itu kemudian terkompaksi, mengeras, mengalami litifikasi, dan terbentuklah batuan sedimen. Proses yang beragam tersebut akan menghasilkan jenis dan karakteristik batuan sedimen yang beragam. Perbedaan karakteristik suatu batuan, terutama batuan sedimen, dipengaruhi oleh kandungan mineral yang ada di dalamnya, asal atau karakteristik dari mineral itu sendiri, kondisi pembentukan mineral tersebut, dan kondisi dari lingkungan pengendapan material sedimen (Wahyuni dkk, 2015). Batuan sedimen memiliki beberapa sifat atau karakteristik yaitu:

a. Warna

Pada umumnya, batuan sedimen berwarna terang atau cerah seperti putih, kuning atau abu – abu terang. Namun ada pula yang berwarna gelap seperti abu-abu gelap, hitam dan coklat. Warna pada batuan sedimen sangat bervariasi dan bergantung pada komposisi bahan penyusunnya.

b. Tekstur

Batuan sedimen memiliki tekstur yang kompak dan telah terjadi rekristalisasi (pengkristalan kembali). Berikut beberapa jenis batuan sedimen berdasarkan tekstur:

 Kasar, bila pada permukaan butur terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur permukaan dasar biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran sangat meruncing.

 Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini terdapat pada butir dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga bulat tanggung.

 Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan proses abrasi permukaan butir yang sudah lanjut pada saaat mengalami

(5)

5 transportasi. Dengan demikian butiran sedimen yang mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada kebundaran membulat sampai sangat membulat.

c. Mineralogi

Berbeda dengan batuan beku dan batuan metamorf, batuan sedimen biasanya mengandung sangat sedikit mineral utama yang berbeda. Namun, asal usul mineral dalam batuan sedimen sering lebih kompleks daripada dalam batuan beku. Mineral dalam batuan sedimen dapat dibentuk oleh presipitasi selama sedimentasi maupun ketika terjadi diagenesis. Mineralogi dari batuan sedimen klastik ditentukan oleh material yang dipasok dari daerah sumber, cara transportasi ke tempat pengendapan dan stabilitas mineral tertentu (Hadi, 2017).

2.3 Sifat Kelistrikan Batuan

Batuan memiliki sifat atau karakteristik yang berbeda-beda salah satunya adalah sifat kelistrikan yang dimiliki oleh batuan. Sifat kelistrikan yang dimiliki batuan tersebut adalah resistivitas. Resistivitas adalah karakteristik batuan yang menunjukkan kemampuan batuan tersebut untuk menghambat arus listrik. Aliran arus listrik dalam batuan dan mineral dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan konduksi secara dielektrik.

a. Konduksi elektronik

Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang dilewatinya. Salah satu sifat atau karakterstik batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya. Resistivitas memiliki pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana resistansi tidak hanya bergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan tersebut, sedangkan resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri.

(6)

6 b. Konduksi elektrolitik

Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki resitivitas yang sangat tinggi, tetapi pada kenyataannya batuan biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, dimana konduksi arus listrik dibawa oleh ionion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan berkurang.

c. Konduksi Dielektrik

Konduksi pada batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari luar maka elektron dalam bahan berpindah dan berkumpul terpisah dari inti, sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini tergantung pada konduksi dielektrik masing-masing batuan yang bersangkutan (Damayanti, 2013).

Berdasarkan nilai resistivitas kelistrikannya batuan dan mineral di golongkan menjadi 3 macam yaitu (Telford, 1990):

a. Konduktor baik : 10-8 < ρ < 1 Ωm b. Konduktor buruk : 1 < ρ < 107 Ωm c. Isolator : ρ > 107 Ωm

Tabel 2. 1 Nilai resistivitas berbagai batuan dan air *) Material Resistivitas (Ωm)

Udara 0

Pirit 3x10-1

Galana 2x10-3

Kwarsa 4x1010 s.d 2x1014 Kalsit 1x1012 s.d 1x1013

(7)

7 Material Resistivitas (Ωm)

Batuan Garam 30 s.d 1x1015

Mika 9x1012 s.d 1x1014

Garnit 102 s.d 1x106

Gabro 1x103 s.d 1x106

Basalt 10 s.d 1x107

Batuan Gamping 50 s.d 1x107

Batuan Pasir 1 s.d 1x108

Batuan Serpih 20 s.d 1x103

Dolomit 102 s.d 104

Pasir 1 s.d 103

Lempung 1 s.d 102

Air Tanah 0.5 s.d 3x102

Air Laut 0.2

*) Telford, 1990

2.4 Metode Geolistrik Resistivitas

Metode resistivitas merupakan salah satu metode geofisika aktif yang memiliki parameter yang diukur berupa nilai beda potensial yang diperoleh dari respon batuan yang dialiri arus listrik (Supriyadi dkk, 2011). Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, maka didapatkan nilai resistivitas semu bawah permukaan. Metode resistivitas mengasumsikan bumi sebagai medium homogen isotropis dimana ketika arus diinjeksikan arus mengalir keseluruh arah dan membentuk bidang ekuipotensial setengah bola. Gambar 2.3 merupakan gambar penjalaran arus listrik yang terjadi di dalam bumi (Loke, 2001).

Hukum fisika yang mendasari metode resistivitas adalah hukum Ohm. Hukum Ohm menyatakan arus listrik yang mengalir dalam sebuah medium konduktor

(8)

8 berbanding lurus dengan tegangan yang diberikan. Dari pernyataan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

(2.1)

dengan R adalah adalah resistansi konduktor dalam ohm, V adalah tegangan dalam volt, dan I dalam ampere. Terjadinya aliran arus listrik pada batuan dan mineral dipengaruhi oleh adanya elektron bebas pada batuan dan mineral. Selain dipengaruhi elektron bebas aliran listrik pada batuan dan mineral juga dapat dipengaruhi oleh sifat dan karakteristik batuan dan mineral. Resistivitas merupakan salah satu sifat dari batuan dan mineral yang dapat menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai resistivitas maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik begitu sebaliknya (Rahmah, 2009).

Gambar 2. 2 Titik sumber arus pada permukaan dari medium homogen (Loke, 2001.) Resistivitas berbeda dengan resistansi (hambatan). Selain bergantung pada bahan, resistivitas juga bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan tersebut, sedangkan resistansi tidak bergantung pada faktor geometri (Haryanto, 2011).

Resistansi (R) akan berbanding lurus dengan panjangnya (L) dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A) pada sebuah konduktor seperti pada gambar 2.2.

Hubungan linier tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut (Lowrie, 2007):

(2.2)

(9)

9 Secara fisis rumus tersebut dapat diartikan jika panjang silinder konduktor (L) dinaikkan, maka resistansi meningkat, dan apabila diameter silinder konduktor dikecilkan yang berarti luas penampang (A) berkurang maka resistansi juga meningkat. Dimana ρ adalah resistivitas (tahanan jenis) dalam Ωm (Rahmah, 2009).

Sedangkan menurut hukum Ohm, resistansi di rumuskan sebagai berikut:

(2.3)

Berdasarkan persamaan (2.2) dan (2.3), maka didapatkan nilai resistivitas dengan mensubtitusikan persamaan (2.3) ke dalam persamaan (2.2) sebagai berikut:

(2.4)

Konstanta merupakan resistivitas dari konduktor yang menyatakan kemampuannya untuk menghambat arus listrik. Satuan dari resistivitas adalah ohmmeter (Ωm), maka didapatkan besar medan listrik dan rapat arus secara berturut- turut sebagai berikut (Lowrie, 2007):

(2.5) (2.6)

Gambar 2. 3 Sebuah kawat dengan panjang L dan luas penampang A yang dialiri arus listrik (Lowrie, 2007. Dimodifikasi oleh penulis)

(10)

10

2.5 Arus Tunggal Dipermukaan Homogen Setengah Bola

Berdasarkan persamaan (2.1), nilai R pada persamaan (2.2) disubtitusikan ke persamaan (2.3), maka didapatkan:

(2.7)

berdasarkan persamaan (2.7), diketahui dari persamaan (2.5) bahwa nilai E adalah dan dari persamaan (2.6) bahwa nilai J adalah . Sehingga hukum Ohm dapat dituliskan sebagai berikut:

(2.8)

Aliran arus di sekitar elektroda yang mengalir di permukaan homogen setengah bola ditunjukkan pada Gambar 2. 2. Elektroda yang berperan untuk mengalirkan arus listrik yang menyebabkan arus menyebar ke segala arah seperti pada Gambar 2. 2.

Karena rapat arus (J) memiliki nilai yang sebanding dengan I/A dimana A merupakan luas permukaan yang terbentuk adalah setengah bola yang memiliki nilai

, maka nilai medan listrik sebagai berikut (Lowrie, 2007)

(2.9) diketahui bahwa maka didapatkan potensial (V) disuatu titik permukaan bumi sejauh r dari pusat arus adalah sebagai berikut:

(2.10) Persamaan (2.10) merupakan nilai potensial (V) yang didapatkan pada saat arus diinjeksikan dengan elektroda tunggal.

(11)

11

2.6 Arus Ganda Dipermukaan Homogen Setengah Bola

Ilustrasi garis ekuipotensial yang terjadi akibat injeksi arus ditunjukkan oleh dua titik arus yang berlawanan di permukaan bumi dapat dilihat pada Gambar 2. 4.

Gambar 2. 4 Ilustrasi garis ekuipotensial pada arus ganda (Telford dkk, 1990.) Berdasarkan gambar 2.5 diketahui bahwa jarak masing-masing elektroda adalah:

(2.11)

(2.12) (2.13) (2.14) (Telford dkk, 1990) dengan a adalah jarak antar elektroda, adalah jarak antara C1 dan P1, adalah jarak antara C2 dan P1, adalah jarak antara C1 dan P2, serta adalah jarak antara C2 dan P2.

(12)

12 Gambar 2. 5 Susunan elektroda ganda (Telford dkk, 1990.)

Berdasarkan persamaan (2.10), dapat di tuliskan nilai potensial di titk P1 dan P2

yang melewati elektroda C1 dan C2 adalah sebagi berikut:

(2.15)

dan

(2.16)

Dengan mengasumsikan bahwa nilai r = a maka nilai jarak elektroda adalah , , dan . maka nilai potensial di kedua titik adalah:

(2.17)

dan

(2.18)

Dengan mengetahui elektroda potensial kedua pada titik P2 sehingga dapat dihitung perbedaan potensial diantara titik P1 dan P2 dengan persamaan sebagai berikut (Telford dkk, 1990):

(2.19)

(13)

13 berdasarkan persamaan (2.19) maka didapatkan nilai untuk resistivitas sebagai berikut:

(2.20) Berdasarkan persamaan (2.20) didapatkan hubungan antar resistivitas ( dengan . Hubungan tersebut dipengaruhi oleh faktor geometri yang dilambangkan dengan K. Faktor yang menhubungkan keduanya bergantung pada masing masing konfigurasi elektroda arus dan potensial, sehingga persamaan (2.20) dapat ditulis sebagi berikut:

(2.21)

2.7 Konfigurasi Schlumberger

Gambar 2. 6 Susunan elektroda konfigurasi schlumberger (Telford dkk, 1990.

Dimodifikasi oleh penulis)

Konfigurasi schlumberger adalah salah satu konfigurasi yang ada pada metode geolistrik. Pengukuran konfigurasi schlumberger ini dilakukan dengan membuat variasi posisi elektroda arus (AB) dan elektroda potensial (MN). Pada aturan elektroda schlumberger, spasi elektroda arus jauh lebih besar dari spasi elektroda potensial (Lowrie, 2007). Konfigurasi schlumberger dapat dilihat pada gambar 2.6.

Pada konfigurasi schlumberger dapat dihitung nilai resistivitas semu (ρa) sebagai berikut (Telford dkk, 1990):

(2.22)

(14)

14 dengan K adalah faktor geometri dari konfigurasi elektroda, ρa adalah resistivitas semu, adalah beda potensial, dan I adalah kuat arus. Berdasarkan persamaan (2.18) didapatkan nilai K untuk konfigurasi schlumberger adalah:

K = (2.23)

dengan L adalah jarak elektroda arus (AB) ke titik tengah (O) dan l adalah jarak elektroda potensial (MN) ke titik tengah (O), sehingga dengan mensubtitusikan harga K pada persamaan (2.23) ke persamaan (2.20) diperoleh nilai resistivitas semu (ρa) untuk konfigurasi schlumberger sebagai berikut:

(2.24)

Nilai resistivitas yang terukur pada bawah permukaan bukan nilai resistivitas sebenarnya melainkan nilai resistivitas semu dari tanah yang homogen. Untuk menentukan nilai resistivitas sebenarnya yang ada pada bawah permukaan dapat dilakukan pengolahan data nilai resistivitas semu dengan cara inversi (Loke, 2001).

2.8 Geologi dan Stratigrafi Daerah Penelitian

Secara geografis, wilayah Kota Balikpapan terdiri dari daerah berbukit-bukit dan hanya sekitar 15% merupakan daerah datar yang sempit dan terletak di daerah sepanjang pantai dan daerah diantara perbukitan. (DLH, 2016). Gambar 2. 7 merupakan peta geologi dari daerah penelitian. Berikut merupakan deskripsi stratigrafi berdasarkan Gambar 2. 7 yang diurutkan dari muda ke tua:

a. Formasi Balikpapan (Tmpb) terdiri dari batu pasir kuarsa, batu lempung lanauan, serpih dengan sisipan napa l, batu gamping, dan batu bara.

b. Formasi Endapan Alluvium (Qa) terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumut sebagai endapan sungai, rawa, pantai dan delta.

c. Formasi Kampung Baru (Tpkb) terdiri dari batu lempung pasiran, pasir kuarsa, batu lanau, sisipan batu bara, napal, batu gamping, dan batu bara muda.

Daerah penelitian dilakukan dikawasan Kampus ITK yang terletak di balikpapan utara memiliki kontur tanah yang berbukit yang curam. Kawasan termasuk dalam formasi Kampung baru.

(15)

15 Gambar 2. 7 Gambar peta geologi daerah penelitian

2.9 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 merupakan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Tabel 2. 2 Penelitian terdahulu yang telah dilakukan No Nama dan Tahun

Publikasi Hasil

1 Syamsurizal dkk, 2013

Metode: identifikasi litologi batuan sebagai studi awal kegiatan pembangunan pondasi menggunakan konfigurasi schlumberger Hasil: pada TSP 1 terdapat 7 lapisan batuan yang berada di kedalaman 0 – 90 m memiliki nilai ρ 2.73 – 1935.68 Ωm dengan jenis batuan berupa lempung basah, pasir tufan dan batuan sedimen. Pada TSP 2 terdapat 10 lapisan batuan yang berada di kedalaman 0 – 20 m me m miliki nilai ρ 0.53 – 132.85 Ωm

(16)

16 No Nama dan Tahun

Publikasi Hasil

dengan jenis batuan berupa pasir lempungan, lempung kering dan batuan sedimen. Pada TSP 3 terdapat 12 lapisan batuan yang berada di kedalaman 0 – 50 m memiliki nilai ρ 0.18 – 377.63 Ωm dengan jenis batuan berupa lempung berpasir kering, batuan sedimen dan tanah berpasir kering.

2 Rubiantoro, 2016

Metode: pendugaan lapisan akuifer untuk potensi air tanah di kabupaten Situbondo Hasil: litologi batuan di lokasi penelitian terdiri dari tuff, breksi, batu pasir dan endapan lahar. Hasil interpretasi menunjukkan bahwa semua titik diidentifikasi adanya lapisan akuifer berupa pasir. Akuifer dangkal pada kedalaman ± 20 m dengan jenis akuifer bebas sedangkan pada kedalaman 60 – 135 m merupakan akuifer terkekang.

3 Ilyas dkk, 2017

Metode: identifikasi litologi pada daerah panas bumi dengan konfigurasi wenner- schlumberger di kabupaten Barru

Hasil: terdapat 3 litologi yaitu tanah berpasir yang memiliki nilai ρ 0.095 – 4.05 Ωm dengan ketebalan 1 – 12 m, batupasir tufaan yang memiliki nilai ρ 4.05 – 39.7 Ωm dengan ketebalan 10 – 14 m, dan batuan breksi gunung api yang memiliki nilai ρ 39.7 – 547 Ωm dengan ketebalan 5 – 15 m, batuan ini diduga sebagai batuan penudung karena memiliki sifat sulit meloloskan air.

4 Anggara dkk, 2019

Metode: identifikasi litologi situs Klanveng menggunakan metode geolistrik 1D

Hasil: litologi situs Klanceng berdasarkan data geolistrik pada titik sounding 1, 2, dan 3 menunjukkan keberadaan lapisan pasir dan lempung dengan resistivitas < 50 Ωm pada

(17)

17 No Nama dan Tahun

Publikasi Hasil

bagian atas di dekat permukaan tanah. Batuan andesit sebagai penyusun artefak megalitikum dengan nilai resitvitas > 85 Ωm dapat ditemukan pada kedalaman yang bervariasi dan relatif dangkal terutama pada titik sounding 2 dan 3.

5 Pratama dan Rustadi, 2019

Metode: identifikasi litologi batuan bawah permukaan dan fluida panas bumi way ratai di area manifestasi padok di provinsi Lampung menggunakan konfigurasi wenner- schlumberger

Hasil: Penampang 2D dan model resistivitas 3D menunjukan litologi batuan bawah permukaan secara umum dibagi menjadi 4 bagian yaitu fluida air panas memiliki nilai resistivitas rata-rata antara 1 – 3 Ωm, nilai resistivitas 6 – 50 Ωm dengan litologi endapan permukaan diantaranya adalah endapan rawa, dan endapan alluvium terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, dan gambut, nilai resistivitas 50 –100 Ωm dengan litologi kerakal, kerikil, pasir dan lempung dan batuan lava (andesit-basalt) memiliki nilai resistivitas diatas 100 Ωm.

6 Muhardi dan Wahyudi, 2019

Metode: identifikasi litologi area rawan longsor di desa Clapar – Banjarnegara menggunakan konfigurasi schlumberger Hasil: Litologi bawah permukaan area rawan longsor di Desa Clapar Banjarnegara pada lapisan pertama mempunyai nilai resistivitas 21.96 – 717.78 Ωm berupa tanah penutup (topsoil) hingga kedalaman 4,20 m. Lapisan kedua mempunyai nilai resistivitas 3.16 – 199.21 Ωm berupa pasir lempungan (sand clay) pada kedalaman 0.97 – 20.86 m.

Lapisan ketiga mempunyai nilai resistivitas

(18)

18 No Nama dan Tahun

Publikasi Hasil

0.71 – 43.57 Ωm berupa lempung (clay) pada kedalaman 5.20 – 38.39 m. Lapisan keempat mempunyai nilai resistivitas 5.49 –64.97 Ωm berupa batupasir (sandstones) dan breksi (breccia) pada kedalaman 33.66 – 58 m.

7 Prasetya, 2019

Metode: identifikasi kedalaman akuifer menggunakan konfigurasi schlumberger di daerah kampus ITK

Hasil: Struktur lapisan bawah permukaan pada setiap titik pengukuran rata-rata terdiri dari jenis lapisan top soil, lempung pasiran, batu bara, pasir lempungan, dan lempung.

Jenis lapisan yang termasuk akuiklud berupa batu bara dan lempung, lapisan yang termasuk akuitar yaitu lempung pasiran dan top soil, dan lapisan yang termasuk akuifer berupa pasir lempungan. Kedalaman akuifer pada tiap titik pengukuran rata-rata memiliki rentang dari kedalaman 56.5 m – 72.8 m dengan jenis lapisan pasir lempungan dan bersifat medium to productive aquifer.

8 Sari, 2019

Metode: identifikasi stratigrafi bawah permukaan sebagai studi awal kegiatan pembangunan gedung kampus ITK menggunakan konfigurasi wenner

Hasil: Stratigrafi bawah permukaan pada area penelitian cenderung tersusun atas lapisan pertama merupakan tanah timbunan dengan nilai resistivitas 240 Ωm, lapisan kedua lempung pasiran dengan nilai resistivitas 7.64 – 42.8 Ωm, dan lapisan ketiga lempung 0.500 – 7.64 Ωm serta di beberapa titik memiliki sisipan batubara dengan nilai resistivitas 101 Ωm. Estimasi kedalaman lapisan keras berkisar antara 12 – 17 m dari permukaan tanah dengan distribusi lapisan yang

(19)

19 No Nama dan Tahun

Publikasi Hasil

cenderung berbentuk lensa-lensa lempung.

9 Nurhayati, 2020

Metode: identifikasi zona potensi amblesan di kawasan akses jalanan kampus ITK menggunakan metode resistivitas

Hasil: Stratigrafi batuan bawah permukaan di daerah penelitian berdasarkan nilai resistivitas di setiap titik pengukuran terdiri dari lapisan top soil dengan resistivitas 108 – 284 Ωm, lempung pasiran dengan resistivitas 26.1 – 53.4 Ωm, sisipan batubara dengan resistivitas 1197 – 2000 Ωm, pasir lempungan dengan nilai resistivitas 100 – 332 Ωm, dan lapisan terakhir lempung dengan nilai resistivitas 4.63 – 13.5 Ωm. Zona lemah yang teridentifikasi di lapisan kedua berupa lempung pasiran memicu adanya potensi amblesan di semua titik pengukuran.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode geolistrik konfigurasi schlumberger dapat digunakan untuk mengidentifikasi batuan bawah permukaan dan mengetahui potensi cadangan air tanah. Oleh karena itu, konfigurasi schlumberger dapat digunakan sebagai studi identifikasi litologi bawah permukaan tanah.

Referensi

Dokumen terkait

Pada motor DC, kumparan medan yang dialiri arus listrik akan. menghasilkan medan magnet yang melingkupi kumparan jangkar dengan

kontak saklar, sehingga dengan menggunakan arus listrik yang kecil atau low power, dapat menghantarkan arus listrik yang yang memiliki tegangan lebih

terbentuk beads pada serat disebabkan oleh pengaruh tegangan permukaan larutan, ketika tegangan permukaan mendominasi gaya coloumb medan listrik pada larutan yang

Audit energi rinci merupakan suatu pengukuran atau penghitungan yang dilakukan apabila audit energi awal memiliki hasil nilai IKE listrik lebih dari nilai standar

Pada dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus

Sebagai instalasi tenaga listrik yang dialiri arus maka pada transformator akan terjadi panas yang sebanding dengan arus yang mengalir serta temperatur udara

Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, Faraday menyimpulkan bahwa medan magnet konstan tidak dapat menghasilkan arus listrik, namun perubahan fluks medan magnetik di dalam

Prinsip dari Metode cincin du Nouy bergantung pada kenyataan bahwa gaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina-iridium yang dicelupkan pada permukaan adalah