• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transfer daya nirkabel dan induksi magnetik

Transfer daya listrik secara nirkabel adalah sebuah proses terjadinya perpindahan energi listrik tanpa menggunakan kabel sebagai penghubung, listrik tersebut ditransmisikan dari sumber listrik baik AC maupun DC menuju ke beban [5]. Metode utama transfer daya secara nirkabel adalah dengan memanfaatkan induksi elektromagnetik. Induksi elektromagnetik adalah timbulnya gaya gerak listrik (GGL) di dalam suatu kumparan/konduktor, terdapat perubahan fluks magnetik pada kumparan jika kumparan tersebut bergerak relatif pada medan magnetik [6]. Gaya gerak listrik induksi adalah timbulnya gaya gerak listrik di dalam kumparan yang mencakup sejumlah fluks magnetik. Apabila banyaknya fluks magnetik garis gaya tersebut di variasi, maka akan menimbulkan gaya gerak listrik di dalam kumparan. Sehingga kumparan berada di dalam medan magnet yang kuat medannya berubahubah terhadap waktu.

Gambar 2. 1 Ilustrasi kumparan yang beresonansi [5].

Gambar 2.1 merupakan cara kerja transfer energi listrik terjadi pada masing-masing kumparan sisi pengirim yang terhubung dengan power supply sebagai sumber energi listrik, induksi elektromagnetik yang dihasilkan akan beresonansi dengan kumparan sisi penerima sehingga terjadi aliran energi listrik seperti yang ditunjukan pada gambar 2.1.

Percobaan Faraday menggunakan magnet batang yang digerakkan keluar – masuk sebuah kumparan. Jarum galvanometer digunakan sebagai indikator ada tidaknya arus yang mengalir. Jika jarum galvanometer bergerak dan mengalami

(2)

5

penyimpangan maka pada kumparan terdapat arus listrik yang mengalir. Timbulnya arus listrik pada kumparan disebabkan karena beda potensial medan magnet memotong kumparan. Percobaan Faraday dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Ilustrasi kumparan yang beresonansi[6].

Hukum Faraday[6] yang menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya gaya gerak listrik induksi, yaitu induksi yang bergantung pada waktu sehingga pada saat semakin cepat terjadinya perubahan medan magnetik, maka gaya gerak listrik yang di induksi semakin besar. Sehingga gaya gerak listrik tidak sebanding dengan laju perubahan medan magnet, tetapi sebanding dengan laju perubahan fluks magnetik (𝚽𝑩) persamaan (2.1) yang bergerak melintasi luas penampang pada kumparan medan magnet,

𝚽𝑩 = 𝚩. 𝚨. 𝒄𝒐𝒔 𝜽 (2.1) Dengan 𝚩 adalah rapat fluks magnetik, yaitu banyaknya fluks garis gaya magnetik per satuan luas penampang 𝚨 dengan garis gaya fluks magnetik tegak lurus, dan 𝜽 adalah sudut antara 𝚩 dengan garis yang tegak lurus permukaan kumparan. Pada saat kumparan tegak lurus 𝚩, maka 𝜽 = 𝟗𝟎° dan 𝚽𝑩 = 𝟎, tetapi jika 𝚩 sejajar terhadap kumparan sehingga nilai 𝜽 = 𝟎 akan menghasikan persamaan (2.2).

𝚽 = 𝚩. 𝚨 (2.2)

Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, Faraday menyimpulkan bahwa medan magnet konstan tidak dapat menghasilkan arus listrik, namun perubahan fluks medan magnetik di dalam suatu rangkaian bahan penghantar atau kumparan akan menimbulkan tegangan induksi pada rangkaian tersebut (hukum faraday). Besar tegangan induksi dinyatakan dalam persamaan:

Ɛinduksi = -N. 𝑑𝜑

(3)

6

Keterangan : ɛinduksi= Gaya gerak listrik induksi (Volt) N = Jumlah lilitan

d = Perubahahn garis gaya (weber) dt = Selang waktu (detik)

Tanda negatif berarti gaya gerak listrik induksi selalu membangkitkan arus yang medan magnetiknya berlawanan dengan sumber perubahan fluks magnetik (Hukum Lenz). Biot-Savart menjelaskan bahwa medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik adalah proses induktansi[7]. Peristiwa ini adalah kebalikan dari induksi elektromagnetik. Dalam sebuah rangkaian yang memiliki nilai induktansi biasanya terdapat induktor di dalamnya. Induktor merupakan komponen elektronika pasif yang menyimpan energi dalam medan magnet.

Induktansi dapat terjadi pada sebuah kumparan secara sendiri saat terjadi perubahan arus yang terjadi secara konstan. Induktansi juga dapat terjadi pada dua buah kumparan yang saling berdekatan. Hal tersebut terjadi jika salah satu kumparan dialiri arus listrik sehingga menimbulkan fluks magnet. Fluks magnet yang dihasilkan akan merambat ke kumparan lainnya dan menghasilkan medan magnet yang menimbulkan gaya gerak listrik induksi. Induktansi ini dapat disebut induktansi bersama (mutual inductance) [9].

2.1.1 Induktansi

Induksi (L) adalah efek dari medan magnet yang terbentuk di sekitar konduktor yang dialiri arus. Arus listrik yang melewati konduktor membuat medan magnet sebanding dengan besar arus. Perubahan dalam arus menyebabkan perubahan medan magnet yang mengakibatkan gaya elektromotif lawan melalui GGL induksi yang bersifat menentang perubahan arus. Induktansi diukur berdasarkan jumlah gaya elektromotif yang ditimbulkan untuk setiap perubahan arus terhadap waktu. Secara matematis induktansi pada suatu induktor dengan jumlah lilitan sebanyak N adalah akumulasi flux magnet untuk tiap arus yang melewatiya :

L = N Φ I (2.4) Keterangan :

L = Induktansi (H)

(4)

7 Φ = Fluks magnet (Wb)

I = Arus (A)

Induktansi dalam sebuah rangkaian timbul akibat adanya medan magnet yang disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dan berada di antara medan magnet (Biot-Savart)[7]. Suatu rangkaian elektronika akan memiliki nilai induktansi jika terdapat komponen induktor di dalamnya. Induktor merupakan komponen elektronika pasif yang dapat menyimpan energi dalam bentuk medan magnet.

Gambar 2. 3 Bentuk Umum Induktor[1].

Induktor terdiri dari belitan kabel atau tembaga untuk memusatkan medan magnet dan memanfaatkan GGL yang dihasilkannya. Untuk menentukan nilai induktansi suatu induktor ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

1. Jumlah putaran pada kumparan (N)

Nilai induktansi berbanding lurus dengan banyak jumlah lilitan pada kumparan. Semakin banyak jumlah lilitan pada kumparan akan menghasilkan induktansi yang lebih besar begitu juga sebaliknya. Jumlah lilitan pada kumparan menghasilkan gaya medan magnet yang berbanding lurus.

2. Luas penampang kumparan (A)

Luas penampang kumparan berbanding lurus dengan nilai induktansi pada kumparan. Semakin besar luas penampang kumparan maka nilai induktansinya akan semakin besar begitu juga sebaliknya. Luas penampang memengaruhi sebaran fluks magnet yang melaluinya.

3. Panjang kumparan (I)

Nilai induktansi berbanding terbalik dengan panjan kumparan. Semakin Panjang kumparan yang digunakan makan semakin kecil nilai

(5)

8

induktansi yang dihasilkan begitu juga sebaliknya. Panjang kumparan mempengaruhi fluks magnet karena terdapat hambatan pada kumparan. 4. Bahan Inti

Bahan inti dengan permeabilitas magnet yang besar mampu menghasilkan fluks maedan magnet yang lebih besar.

L=𝑁

2.𝜇.𝐴

𝑙 ...(2.5)

Tabel 2. 1 Rumus induktansi dari berbagai bentuk inductor

2.2 Kopling Magnetik

Induksi elektromagnetik yang terjadi pada proses transfer daya listrik nirkabel, mempengaruhi jarak antara kedua kumparan pengirim dan kumparan penerima. Besar jarak antara kedua kumparan pengirim dan penerima dipengaruhi oleh besarnya nilai fluks magnetik pada kedua kumparan tersebut. Pada proses terjadi induksi elektromagnetik, jumlah fluks magnetik yang dihasilkan hanya sebagian kecil oleh kumparan pengirim dan diterima pada kumparan penerima untuk terjadinya proses transfer daya listrik nirkabel. Sehingga semakin banyak fluks magnetik yang diterima oleh kumparan penerima, nilai kopling magnetik yang dihasilkan akan semakin baik[9].

(6)

9

Besarnya nilai dari kopling magnetik memiliki besaran koefisien kopling magnetik yaitu k. Apabila besar nilai kopling magnetik yang dihasilkan oleh kumparan pengirim bernilai 1, dapat menunjukkan fluks magnetik yang dihasilkan oleh kumparan pengirim dapat diterima dengan baik oleh kumparan penerima. Sehingga proses induksi elektromagnetik yang terjadi jika nilai kopling magnetik bernilai 1 dapat dikatakan ideal. Sebaliknya pada saat nilai koefisien kopling magnetik yang didapatkan bernilai mendekati 0, kumparan pengirim yang menghasilkan induksi elektromagnetik tidak dapat diterima dengan baik oleh kumparan penerima. Maka koefisien kopling magnetik dapat dikatakan tidak terjadi induksi dan tidak ideal untuk terjadi proses induksi elektromagnetik. Gambar 2.4 adalah contoh dari proses kopling magnetik:

Gambar 2. 4 Proses induksi antar kumparan[6].

Nilai kopling magnetik (k) dipengaruhi oleh jarak antara kumparan pengirim dan kumparan penerima juga dari bentuk dan ukuran antar kumparan tersebut. Sehingga apabila terjadi perpindahan jarak posisi antar kumparan dapat mempengaruhi nilai kopling magnetik. Persamaan nilai kopling magnetik (2.6) adalah sebagai berikut:

K = 𝐿12

√𝐿11−𝐿22 (2.6)

Pada nilai L12 adalah nilai dari induktansi bersama, untuk nilai L11 dan L22

merupakan nilai induktansi sendiri. Sehingga persamaan (2.7) dihasilkan dari persamaan (2.8) induktansi bersama untuk kopling magnetik berikut

𝑉1

(7)

10

𝑉2

𝐽𝜔 = 𝐿12. 𝑙2 + 𝐿11. 𝑙1 (2.8)

Dimana nilai 𝑉1dan 𝑉2 adalah tegangan yang terdapat pada kedua kumparan, 𝐼1 dan 𝐼2

merupakan arus yang mengalir pada kumparan, 𝐿1 dan 𝐿2 adalah induktansi sendiri, sehingga 𝐿12 merupakan nilai induktansi bersama dan 𝜔 = 2𝛺𝑓 adalah proses loop dari frekuensi.

2.3 Osilator

Rangkaian osilator adalah suatu rangkaian elektronika yang dapat membangkitkan dengan frekuensi tertentu dan amplitudonya tetap dengan menggunakan sistem feedback yaitu, sebagian sinyal dan keluaran yang dikembalikan lagi ke masukan dengan phase dan tegangan yang sama sehingga terjadi osilasi terus-menerus [10]. Untuk menghasilkan sinyal osilasi dibutuhkan tegangan DC yang diberikan ke rangkaian osilator oleh beberapa komponen-komponen osilasi. Prinsip kerja dari rangkaian osilator dimulai dari sinyal noise yang berasal dari tegangan sumber DC saat pertama kali rangkaian bekerja [10]. Sinyal noise ini kemudian kembali ke input penguat sehingga terjadi proses looping (berulang-ulang). Selanjutnya sinyal noise yang semakin membesar dan membentuk periode tertentu sesuai dengan jaringan filter yang dipasang. Periode inilah yang menjadi nilai frekuensi sebuah osilator yang sering disebut dengan frekuensi resonansi. Jika sinyal umpan balik melalui komponen resonansi, maka sinyal dilewatkan yang paling dominan adalah sinyal dengan frekuensi resonansi.

2.3.1 Osilator collpits

Osilator colpitss bernama setelah penemu Edwin H. Colpitts, adalah salah satu dari sejumlah desain untuk elektronika osilator sirkuit dengan menggunakan kombinasi dari induktansi (L) dengan kapasitor (C) untuk penentuan frekuensi, sehingga juga disebut LC osilator [11]. Osilator ini adalah suatu rangkaian yang berguna untuk membangkitkan gelombang sinus frekuensi tetap dari sekitar satu kilohertz sampai beberapa megahertz. Osilator ini menggunakan rangkaian tertala LC dan umpan balik positif melalui suatu kapasitif dari rangkaian tertala. Umpan

(8)

11

balik ini bisa diumpankan deret atau jajar seperti yang diperhatikan [11].

Pada dasarnya, untuk menghasilkan getaraan frekuensi agar dapat berosilasi digunakan rangkaian tangki dari LC yang disambungkan dengan rangkaian umpan balik. Kekhususan pada rangkaian osilator colpitts adalah digunakannya dua buah kapasitor pada rangkaian tangkinya. Fungsi dari kedua kapasitor ini adalah sebagai pembagi tegangan keluaran dari masukan penguat. Pada osilator colpitts, pengaturan kumparan dan perubahan harga kapasitor menentukan frekuensi yang dihasilkan.

Nilai frekuensi resonansi (Fo) adalah Fo= 1

2π√LC………(2.9)

Sedangkan nilai C adalah : 𝐶 = 𝐶1×𝐶2

𝐶1+𝐶2………(2.10)

Dimana C = kapasitor (F) dan L = Induktor (H).

Gambar 2. 5 Rangkaian Osilator collpits[11].

2.3.2 Osilator Clapp

Osilator clapp adalah perbaikan dari osilator colpitts. Frekuensi osilasi lebih mantap dan lebih teliti. Itulah sebabnya mengapa penggunaan osilator clapp sebagai

(9)

12 pengganti penggunaan osilator Colpitts.

Osilator Clapp diperkenalkan oleh James K. Clapp pada tahun 1948. Osilator Clapp tersusun dari tiga buah kapasitor dan satu buah induktor. Konfigurasi osilator clapp sama dengan osilator colpits namun ada penambahan kapasitor yang disusun seri dengan induktor (L). Pada osilator clapp ada tambahan C3 yang berderet seri dengan L1, jika C3 hendak dibuat dibuat variable maka C3 dibuat variable dalam bentuk varco. Terhadap L1.

Nilai frekuensi resonansi (Fr) adalah : Fr= 1

2π√LC……….(2.11)

Sedangkan nilai C adalah : 𝐶 = 1 1 𝐶1+ 1 𝐶2+ 1 𝐶3 ……….(2.12)

Pada osilator clapp, harga C3 jauh lebih kecil daripada harga C1 dan C2.

Akibatnya, hampir sama dengan C3

Dimana C = kapasitor (F) dan L = Induktor (H).

Gambar 2. 6 Rangkaian Osilator Clapp 2.3.3 Osilator Amstrong

(10)

13

umpan baliknya. Dari transformator inilah dapat mengenali rangkaian dasar osilator amstrong dari bentuknya yang bermacam-macam. Osilator amstrong ini jarang digunakan karena sebagian besar perancangan akan menghindari penggunaan transformator.

Gambar 2. 7 Rangkaian Osilator Amstrong.

2.3.4 Osilator Hartley

Osilator hartley sering digunakan pada tegangan umpan balik oleh pembagi tegangan induktif L1 dan L2.Karena tegangan keluar muncul melintas L1 dan tegangan umpan balik melintas di L2.

Osilator hartley termasuk jenis osilator LC. Osilator hartley tersusun dari dua buah induktor yang disusun seri dan sebuah kapasitor tunggal. Kelebihan osilator hartley adalah mudahnya mengatur nilai frekuensi.

Nilai frekuensi resonansi (Fo) adalah : Fo= 1

√LC……….(2.13)

Sedangkan nialai L adalah :

L = L1 + L2………(2.14) Dimana C = kapasitor(F) dan L= Induktor(H).

(11)

14

Gambar 2. 8 Rangkaian Osilator Hartley

2.3.5 Osilator Kristal

Osilator kristal digunakan untuk menghasilkan isyarat dengan tingkat kestabilan frekuensi yang sangat tinggi. Kristal pada osilator ini terbuat dari quartz atau Rochelle salt dengan kualitas yang baik. Material ini memiliki kemampuan mengubah energy listrik menjadi energy mekanik berupa getaran atau sebaliknya. Kemampuan ini lebih dikenal dengan piezoelectric effect.

Kristal untuk osilator ini diletakan diantara dua pelat logam. Kontak dibuat pada masing-masing permukaan Kristal oleh pelat logam ini kemudian diletakan pada suatu wadah. Kedua pelat dihubungkan kerangkaian melalui soket.

Pada osilator ini, kristal berperilaku sebagai rangkaian resonansi seri. Kristal seolah-olah memiliki induktansi (L), kapasitansi (C), dan resistansi (R). Harga L ditentukan oleh massa Kristal, harga C ditentukan oleh kemampuannya berubah secara mekanik dan R berhubungan dengan gesekan mekanik.

Rangkaian setara dengan resonansi seri akan berubah jika kristal ditempatkan pada suatu wadah atau pemegang. Kapasitansi akibat adanya keeping loga akan terhubung pararel dengan rangkaian setara Kristal.

Jadi pada hal ini Kristal memiliki kemampuan untuk memberikan resonansi pararel dan resonansi seri. Kristal ini dapat dioperasikan pada rangkaian tangki dengan fungsi sebagai penghasil frekuensi resonansi pararel. Kristal sendiri dapat dioperasikan sebagai rangkaian tangki. Jika kristal diletakan sebagai balikan, ia akan merespon sebagai piranti penghasil resonansi seri. Kristal sebenarnya merespon sebagai tapis yang tajam. Ia dapat difungsikan sebagai balikan pada suatu

(12)

15

frekuensi tertent saja. Osilator hartley dan osilator colpitts dapat dimodifikasikan dengan memasang kristal ini. Stabilitas osilator akan meningkat dengan pemasangan kristal.

Nilai frekuensi resonansi (Fo) adalah : Fo= 1

√LCs……….(2.15)

Sedangkan nilai Cs adalah :

Cs merupakan nilai kapasitor kristal yang digunakan. Dimana C = kapasitor (F) dan L = Induktor (H).

Gambar 2. 9 Rangkaian Osilator Kristal.

2.4 Transistor

Transistor merupakan komponen aktif yang merupakan komponen utama dalam setiap rangkaian elektronika.Transistor adalah komponen elektronika semikonduktor yang memiliki 3 kaki elektroda, yaitu basis (dasar), kolektor (pengumpul), emitor (pemancar). Komponen ini berfungsi sebagai penguat, pemutus, dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal, dan masih banyak lagi fungsi lainnya.Selain itu, transistor juga dapat digunakan sebagai kran listrik sehingga dapat mengalirkan listrik dengan sangat akurat dari sumber listriknya.

(13)

16

Gambar 2. 10 Transistor 2SC945

Transistor berasal dari kata “transfer” yang berarti pemindahan dan “resistor” yang berarti penghambat. Dari kedua kata tersebut dapat disimpulkan, pengertian transistor adalah pemindahan atau pengalihan bahan setengah penghantar menjadi suhu tertentu. Transistor pertama kali ditemukan pada tahun 1948 oleh William Shockley, John Barden, dan W. H Brattain.Tetapi komponen ini mulai digunakan pada tahun 1958. Jenis transistor terbagi menjadi 2, yaitu transistor tipe N-P-N dan transistor P-N-P.

Gambar 2. 11 Simbol Kaki Transistor

Prinsip kerja dari transistor NPN adalah arus akan dihubungkan ke ground (negatif). Arus yang mengalir dari basis harus lebih kecil dari pada arus yang mengalir dari kolektor ke emittor. Oleh sebab itu, maka ada baiknya jika pada pin basis dipasang sebuah resistor. Sedangkan, prinsip kerja dari transistor PNP adalah arus yang akan mengalir dari emitter menuju ke kolektor jika pada pin basis dihubungkan ke sumber tengangan (diberi logika 1). Arus yang mengalir ke basis harus lebih kecil daripada arus yang mengalir dari emitter ke kolektor. Oleh sebab

(14)

17

itu, maka ada baiknya jika pada pin basis dipasang sebuah resistor. 2.4.1 Jenis-jenis Transistor

Transistor ini adalah sebuah alat semi konduktor yang biasa digunakan sebagai penguat, sebagai sirkuit penyambung ataupun pemutus, menstabilkan tegangan, dan lain sebagainya dalam sebuah rangkaian elektronika. Bentuk dari transistor ini sendiri ada berbagai macam. Ada yang berbentuk kotak, kapsul,

lonjong, dan bahkan ada yang seperti tabung. Tetapi yang paling penting adalah transistor ini terdiri dari sebuah badan transistor dengan tiga buah kaki yang ada dibawah badan transistor. Kaki – kaki itu berguna agar transistor bisa menancap pada sebuah rangkaian elektro sekaligus menjadi sebuah penghubung aliran listrik dari rangkaian elektro itu menuju badan transistor. Jadi secara sederhana, transistor ini bagaikan sebuah kran air, bisa dibuka dan ditutup untuk menyambung ataupun memutus aliran listrik dalam sebuah rangkaian elektro.

Jenis – jenis transistor pada umumnya dibagi menjadi 2 macam. Jenis transistor yang pertama adalah transistor bipolar atau yang biasa kita kenal dengan dua kutub. Transistor bipolar ini adalah transistor yang memiliki 2 buah sambungan kutub. Transistor bipolar ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu transistor PNP dan transistor NPN. P yang dimaksud adalah sisi kutub positif, sedangkan N adalah sisi kutub negatif. Jadi yang dimaksudkan adalah 3 kaki dari resistor ini. Masing – masing kaki itu memiliki nama seperti B basis, K kolektor, dan E emiter. Jenis transistor yang kedua adalah transistor efek medan. Hampir sama dengan transistor bipolar, transistor ini juga memiliki 3 kaki dengan nama D drain, S source, dan G gate. Bedanya transistor ini dengan transistor bipolar diatas adalah transistor efek medan ini hanya memiliki satu kutub saja.

2.5 Dioda

Dioda adalah suatu bahan semikonduktor yang terbuat dari bahan yang disebut PN Junction yaitu suatu bahan campuran yang tediri dari bahan positif (P type) dan bahan negative (N type).

a. Bahan positif (P type) adalah bahan campuran yang terdiri dari Germanium atau Silikon dengan alumunium yang mempunyai sifat kekurangan elektron dan bersifat positif.

(15)

18

Germanium atau Silikon dengan fosfor yang mempunyai kelebihan elektron dan bersifat negatif.

Apabila kedua bahan tersebut ditemukan maka akan menjadi komponen aktif yang disebut dioda. Pada diode, arus listrik hanya dapat mengalir dari kutub anoda ke kutub katoda sedangkan arus yang mengalir dari katoda ke anodaa ditahan oleh bahan katoda.

Dengan adanya prinsip seperti ini diode dapat dipergunakan sebagai penyearah arus dan tegangan listrik, pengaman arus dan tegangan listrik dan pemblokir arus dan tegangan listrik.

Gambar 2. 12 Simbol Dioda

Gambar 2. 13 Dioda IN4148

(16)

19

2.6 IC Regulator

Regulator merupakan rangkaian yang digunakan untuk menjaga tegangan keluaran tetap stabil meskipun terjadi perubahan tegangan atau pada kondisi beban berubah-ubah. Regulator tegangan dalam bentuk rangkaian terpadu ( IC ) terdapat dalam beberapa harga tegangan IC jenis ini memiliki 3 terminal, yaitu : input/ masukan, output/keluaran dan bumi/tanah/ground.

Beberapa catu daya yang terdiri dari trafo, penyearah dan penyaring ternyta memiliki daya kerja kurang baik.Untuk ini, agar diperoleh tegangan keluaran DC ynag lebih konstan terhadap perubahan beban atau tegangan masukan AC, digunakan penstabil atau regulator.Regulator ini berfungsi untuk mengatur kestabilan arus.Rangkaian regulator tersbut dipasang antara keluaran tegangan dan beban.

Penstabil ( regulator ) tegangan berfungsi agar tegangan searah yang dihasilkan benar-benar mantap/stabil dengan harga tetap, misalnya 15 Volt DC. Pencatu daya yang dibuat dari regulator tegangan dapat dibuat dengan mudah, dapat diatur dan terhindar dari hubung singkat.

Komponen utama pada rangkaian ini adalah IC regulator tipe LM 7815, IC LM 7815 artinya IC ini memiliki harga stabil pada tegangan 15 Volt.

Gambar

Gambar 2. 1 Ilustrasi kumparan yang beresonansi [5] .
Gambar 2. 2 Ilustrasi kumparan yang beresonansi[6].
Gambar 2. 3 Bentuk Umum Induktor[1].
Gambar 2. 4 Proses induksi antar kumparan[6].
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dari penggunaan metode dewatering adalah untuk menghindari rembesan muka air tanah memasuki area pekerjaan dan mengatasi genangan akibat debit air hujan, sehingga

4 Penelitian ini merupakan kajian ulang terhadap perhitungan banjir rancangan waduk Gondang yang dimuat dalam dokumen Detail Desain Pembangunan Bendungan Gondang

Dalam cerita tentang Simson misalnya, seorang pembaca dapat melihat kisah ini lebih kepada peranan Simson dalam narasi yang lebih besar yakni pembebasan Israel,

AGUS SUTA LINE atau terada0 Sistem Ma&ajeme& Mutu se(a(u dike&da(ika& u&tuk

Jenis yang ditemukan adalah Eurhynchium celebicum, lumut ini memiliki percabangan menyirip tidak beraturan dengan daun tersusun pipih dan rata, daun berbentuk bulat telur

User dari Seksi Cetak Pita Cukai siap menjalankan produksi barang yang tertulis di dalam dokumen batch yang telah dirilis pada SOPM 2.6 dan menunggu bahan baku

(Triyana, E., 2010) melakukan penelitian Formasi Gumai dengan model petrofisika dan elastisitas batuan yang menghasilkan perbedaan antara shale mengandung organik