11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Erosi dan Sedimen
Erosi dan sedimentasi adalah permasalahan yang terjadi pada DAS yang saling berhubungan dimana samakin besar erosi maka yang terjadi adalah semakin besar sedimentasi yang ada pada DAS (Susanti & Soesanto, 2006). Erosi yang terjadi meliputi proses terlepasnya butiran tanah dan proses perpindahan tanah yang terbawa air sehingga menyebabkan timbulnya partikel-partikel yang menjadi bahan endapan atau menjadi sedimentasi DAS (Hakim, 2005). Ketika turun hujan, hujan akan jatuh ke tanah sehingga akan terjadinya pelepasan butiran-butiran sehingga terjadinya erosi, erosi tersebut akan jatuh masuk ke dalam DAS dan kemudian diendapkan di muara sungai atau waduk (Susanti & Soesanto, 2006). Endapan yang terjadi pada DAS semakin lama akan semakin bertambah ini akibat adanya akumulasi jumlahnya yang apabila terus diabaikan akan menimbulkan pendangkalan pada DAS sehingga berkurangnya kapasitas tampungan air ketika terjadi hujan (Hakim, 2005). Sehingga semakin tinggi TBE yang dihasilkan oleh erosi makan semakin besar sedimen yang akan terjadi pada DAS (Susanti &
Soesanto, 2006).
2.1.1 Erosi
Erosi merupakan peristiwa hanyutnya atau terangkatnya partikel-partikel tanah disebabkan oleh air dan angin adalah masalah global yang serius dapat mengancam produktivitas lahan dan kualitas lingkungan (Fenta, 2019). Berikut ini adalah macam – macam erosi menurut (Hardiyatmo, 2006) :
1. Erosi percikan, adalah erosi yang dihasilkan dari percikan dan/atau benturan air hujan.
2. Erosi lembaran, merupakan erosi yang terjadi pada lereng-lereng bukit yang terjadi akibat pengikisan dengan ketebalan yang tipis
12 3. Erosi alur, adalah erosi akibat pengikisan karena aliran air terjadi pengikisan
membentuk parit atau berupa saluran air kecil
4. Erosi parit, terjadi apabila alur-alur menjadi semakin lebar dan prosesnya hampir sama seperti erosi alur dan ke dalaman membentuk parit, yaitu sebesar 1 hingga 2,5 meter.
5. Erosi sungai, terjadi karena adanya pengikisan pada permukaan tanggul atau pinggiran DAS dan menyebabkan gerusan sedimen sepanjang DAS.
Menurut (Suripin, 2002) erosi merupakan suatu proses hilangnya lapisan permukaan atas tanah yang disebabkan karena pergesekan air maupun angin. Proses ini menyebabkan menurunnya daya dukung tanah, kualitas lingkungan hidup serta produktivitas tanah tersebut. Proses erosi akan selalu terjadi pada permukaan tanah, dimana pengikisan akibat erosi sementara ditempat lainnya akan terjadi penimbunan yang menyebabkan sedimen dan bentuknya selalu berubah.
Pendapat lain mengenai erosi adalah pengikisan atau proses penghayutan tanah atau bagian atas tanah karena adanya gesekan atau kekuatan yang disebabkan oleh angin dan air yang terjadi secara alami atau akibat tindakan manusia (Asdak, 2007). Terdapat 2 macam erosi, dimana erosi yang pertama merupakan erosi normal adalah proses pengangkutan dengan kecepatan lambat sehingga memungkinkan terangkutnya tanah dengan tebal dan erosi di percepat merupakan pengangkutan tanah dengan kecepatan lebih dari erosi normal sehingga terjadi lebih cepat sehingga dapat menimbulan kerusakan tanah (Arsyad, 2010).
Dari pendapat para pakar diatas maka dapat disimpulkan pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Diskusi Teori Erosi
No. Pakar Definisi Erosi
1. Arsyad, 2006
Erosi adalah suatu peristiwa terangkutnya tanah dan bagian tanah dari satu tempat ketempat yang lain oleh media alami, terjadinya pengikisan atau pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh, yaitu air dan angin 2. Suripin, 2002 Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa
hilangnya lapisan atas permukaan tanah, baik
13
No. Pakar Definisi Erosi
yang disebabkan oleh pergerakan air maupun angin
3. Asdak, 2007
erosi atau pengikisan merupakan suatu proses penghayutan tanah atau bagian atas tanah oleh desakan-desakan dan/atau kekuatan yang disebabkan oleh air dan angin, yang terjadi secara alamiah atau sebagai akibat tindakan/perubahan manusia, air hujan yang jatuh mengenai permukaan tanah menyebabkan hancurnya agregat atau hancurnya partikel tanah
*) Hasil Pustaka, 2019
Definisi erosi yang diungkapkan para pakar diatas beragam namun dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk menunjukkan bahwa erosi sebagai suatu proses hilangnya lapisan permukaan tanah akibat dari adanya pengikisan dan pengangkutan oleh air dan angin.
2.1.2 Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan material ataupun partikel-partikel yang dibawa oleh angin, air di suatu cekungan, pengendapan material-material diangkut kesungai oleh air biasanya berupa delta yang berada dimulut-mulut sungai, sedangkan pengendapan yang terjadi pada bukit pasir (sand dunes) disebabkan oleh pengendapan dari material yang dibawa oleh angin (Arani &
Khomsin, 2015).
Pendapat lain mengenai sedimen adalah pecahan material yang terdiri dari batuan dengan ukuran yang besar hingga sangat halus, dengan bentuk yang beragam hasil dari sedimen didapatkan berdasarkan perhitungan atau pengukuran sedimen terlarut sehingga sedimen tersebut adalah pecahan mineral organik yang diendapkan oleh angin, air dan udara (Palay, 2018). Pada aliran air terjadi pengikisan sehingga air membawa batuan kesungai, saat kekuatannya telah habis maka batuan tersebut diendapkan didaerah alian sungai misalnya saja pada angin
14 mengangkut pasir, debu atau material yang lebih besar atau berat makin besar hembusan maka daya angkut maka semakin besar (Hambali & Apriyanti, 2006).
Angkutan muatan dasar (bed-load transport) merupakan terangkutnya dengan cara bergeser dan melompat dan partikel muatan layan suspensi merupakan partikel dengan terangkut secara melayang (Fasdarsyah, 2019)
Sedimen merupakan kepingan yang terbentuk akibat adanya suatu proses kimia dan fisik dari bebatuan atau tanah yang terbawa air atau angin (Tatipati, et al., 2015). Proses sedimentasi terjadi pada sepanjang DAS sebagi dampak akibat adanya erosi (Soemarto, 1987). Dari pendapat para pakar makan pengertian sedimen sangat beragam berikut ini adalah tabel pengertian dari sedimen :
Tabel 2. 2 Diskusi Teori Sedimen
No. Pakar Definisi Sedimen
1. Arani & Khomsin, 2015
Sedimentasi merupakan suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin di suatu cekungan, pengedapan meterial-materian yang diangkut kesungai oleh air biasanya berupa delta yang berada dimulut-mulut sungai, sedangkan pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin berupa bukti pasir (sand dunes) yang terdapat digurun dan ditepi pantai
2. Palay, 2018
pecahan material yang terdiri dari batuan dengan ukuran yang lebih besar (boulder) sampai yang sangat halus (koloid), dengan bertuk yang beragam seperti bulat lonjong sampai persegi, hasil dari sedimen didapatkan dari perhitungan atau pengukuran sedimen terlarut sehingga sedimen merupakan pecahan, mineral atau material organi yang diendapkan oleh udara, angin dan air 3. Tipati, 2015
Sedimen adalah kepingan yang terbentuk akibat proses fisik dan kimia dari bebatuan atau tanah yang terbawa air atau angin
*) Hasil Pustaka, 2019
15 Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan oleh para pakar maka sedimen merupakan hasil proses erosi yang mengendap di daerah genangan banjir, saluran air, sungai dan waduk yang terdiri dari material yang umumnya terdiri dari batuan- batuan fisik dan secara kimia.
2.2 Pengendalian Erosi dan Sedimentasi
Menurut Dianasari pada tahun 2018 pengendalian erosi dan sedimen dapat dilakukan dengan melakukan upaya konservasi untuk dilakukan pelestarian DAS dengan metode konservasi secara vegetatif dan konservasi lahan secara mekanisme dilakukan dengan membuat checkdam, pengendalian sedimentasi juga dapat dilakukan dengan pengendalian erosi ketika erosi menurun maka sedimentasi juga dapat menurun. (Dianasari, 2018).
1. Secara Vegatatif
Penanganan vegetatif yang dilakukan yaitu dengan menanami tanaman- tanaman pohon pinus, jati serta mahoni untuk menanggulangi erosi sedang, berat dan sangat berat. Dalam hal ini tata guna lahan merupakan hal penting karena bisa dirubah atau dilakukan penghutanan adalah pada lahan perkebunan/tegalan/semak belukar.
2. Secara Mekanisme
Cara mekanisme yang dapat dilakukan, salah satunya yaitu dengan checkdam yang merupakan cara untuk mengurangi besaran sedimen yang masuk ke badan sungai dengan menangkap inflow sedimen. Bangunan checkdam/pengendalian sedimen yang diletakkan pada sub DAS yang memiliki TBE dari sedang hingga tingkat sengat berat dapat direduksi.
Dengan skenario sebagai berikut ini:
Tabel 2.3 Skenario Model Prediksi Erosi
Skenario Pesimis Skenario Moderat Skenario Optimis
Memperbaiki konstruksi teras di lahan kurang lebih 25% dari teras yang ada dan mengurangi luas teras
Memperbaiki konstruksi teras di lahan kurang lebih 50% dari teras yang
Memperbaiki semua konstruksi teras dilahan dan
mengurangi luas teras
16 tradisional menjadi 4% teras
bangku yang jelek menjadi 5% dan tidak ada lahan yang tanpa teras.
ada dan mengurangi luas teras tradisional menjadi 2% teras bangku yang jelek 3%
dan tidak ada yang tanpa teras.
bangku yang jelek menjadi 1% dan tidak ada lahan dengan teras tradisional apalagi tanpa teras.
*) Sutrisno, 2011
Pendapat lainnya mengenai pengendalian erosi dan sedimentasi berasal dari (Fitriyah & Halim, 2014), yaitu dengan melakukan analisis pola pengendalian untuk mengendalikan erosi dan sedimentasi dengan cara :
1. Cara Vegetatif (Pembuatan Teras Bangku)
Upaya pembuatan teras bangku dengan cara memotong lereng dan meratakan tanah dibagian bawah. Teras bangku merupakan serangkaian dataran yang dapat dibangun untuk ditanami dengan gebalan rumput untuk penguat teras yang berperan untuk melindungi permukaan tanah.
2. Cara Sipil (Teras Pasang Batu)
Teras pasang batu berupa penggunaan batu sebagai pembuatan dinding dengan jarak yang sesuai dengan panjang garis kontur pada lahan yang miring. Menahan butiran tanah akibat erosi dapat dilakukan dengan membuat dinding teras batu. Sehingga bagian bawah akan semakin tinggi dan bagian atas semakin menurun sehingga bidang menjadi datar atau mendekati datar.
Arahan kebijakan yang dapat dilakukan dalam pengendalian di sud DAS menurut (Sutrisno, 2013) dengan memperbaiki teras-teras yang rusak dan membangun teras pada lahan-lahan tanpa teras dapat menurunkan erosi dibawah erosi yang dibiarakan. Untuk memperkecil dampak negatif yang terjadi akibat erosi berbagai upaya dilakukan dengan konservasi sumberdaya lahan, diantaranya perbaikan konstruksi teras.
Dari pendapat pakar diatas mengenai pengendalian erosi dan sedimen sangat beragam. Berikut ini adalah penjelas dari pengendalian erosi dan sedimen :\
17 Tabel 2.4 Diskusi Pengendalian Erosi dan Sedimentasi
No. Pakar Pengendalian
1. Dianasari, 2018 Pengendalian erosi dan sedImen dapat dilakukan dengan upaya konservasi
2. Fitriyah, 2014 Dengan analisis pola pengendalian dan tipe bangunan pengendali erosi dan sedimentasi 3. Sutrisno, 2013 Memperbaiki teras-teras yang rusak dan
membangun teras pada lahan-lahan tanpa teras dapat menurunkan erosi dibawah erosi yang dibiarakan
*) Hasil Pustaka, 2019
2.3 Faktor Pengaruh Erosi
Erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor alam dan faktor non alam. Faktor alam merupakan faktor yang sudah ada yang berasa dari alam contohnya kemerengan dan panjang lereng, iklim, sifat fisik tanah, dan vegetasi penutup. Faktor non alam merupakan faktor yang disebabkan oleh manusia.
Adapun menurut kartasapoetra dkk, 2010 penyebab erosi adalah faktor iklim, tanah, bentuk kewilayahan (topografi), tanaman penutup tanah (vegetasi) dan pelakuan manusia (Kartasapoetra, 2010).
Menurut (Santika, 2017) menyebutkan bahwa faktor penyebab erosi terdiri dari faktor curah hujan yang terdiri dari intensitas, lama, jumlah hujan dan diameter.
Kemudian karakteristik tanah yang terdiri dari sifat fisik. Lalu penutup lahan atau land cover, panjang lereng, dan kemiringan lereng. Lalu menurut Ardianto, 2017 menyebutkan faktor erosi yaitu iklim, topografi, aktivitas manusia, kondisi tanah dan topografi. Dari pendapat para ahli tersebut maka faktor penyebab erosi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5 Teori Faktor Pengaruh Erosi
No. Sumber Teori Faktor yang mempengaruhi Erosi 1. kartasapoetra dkk,
1995
1. Faktor Iklim 2. Faktor Tanah
3. Faktor Bentuk Kewilayahan (Topografi)
18 No. Sumber Teori Faktor yang mempengaruhi Erosi
4. Faktor Tanaman Penutupan Tanah 5. Faktor Kegiatan atau perilaku manusia 2. Santika, 2017 1. curah hujan (intensitas, diameter, lama
dan jumlah hujan)
2. karakteristik tanah (sifat fisik) 3. penutupan lahan (land cover), 4. kemiringan lereng,
5. panjang lereng dan sebagainya 3. Ardianto, 2017 1. iklim
2. kondisi tanah 3. topografi 4. vegetasi
5. aktivitas manusia
*) Hasil Pustaka, 2019
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi erosi yang diungkapkan oleh para ahli memiliki kesamaan yaitu terdiri dari iklim, tanah, topografi, vegetasi dan aktivitas manusia.
2.3.1 Iklim
Hujan merupakan salah satu faktor iklim yang mempengaruhi erosi (Arsyad, 2010). Hujan dapat merusak tanah dengan kemampuan energi kinetiknya dengan durasi, intensitas, kecepatan serta ukuran butir hujannya. Faktor iklim dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu bila curah hujan tahunan dengan < 2.500 mm maka diperhitungkan daya rusaknya lebih kecil > 2.500 mm.
Menurur (Suripin, 2002), faktor iklim yang memiliki pengaruh paling besar merupakan hujan. Terdapat dua faktor yang sangat mempengaruhi iklim terhadap hujan pertama hujan jatuh dan merusak susunan tanah dan hujan yang turun mempunyai energi kinetik untuk memecahkan agregat tanah.
19 2.3.2 Tanah
Erosi juga dipengaruhi oleh jenis tanah, tanah memiliki tingkat kepekaan atau tergerus erosi yang berbeda-beda. Berikut ini adalah sifat-sifat dari tanah yang dapat mempengaruhi erosi berikut ini :
1. Sifat yang mempengaruhi, yaitu kapasitas menahan air, infiltrasi serta permeabilitas
2. Sifat yang mempengaruhi, yaitu ketahanan struktur terhadap dispersi dan penghancur agregat karena adanya butiran air hujan.
Sifat yang mempengaruhi erosi menurut (Arsyad, 2010), adalah struktur, kedalam, tingkat kesuburan tanah, bahan organik dan sifat lapisan. Tanah terdiri dari tiga, yaitu debu (silt), pasir (sand) dan liat (clay). Untuk jenis tanah debu memiliki sedikit unsur organik sehingga sangat mudah untuk terjadinya erosi, pasir memiliki tingkat bahaya erosi yang cukup rendah karena laju infiltrasinya besar dengan menurunkan laju air dan pada jenis tanah liat memiliki ikatan partikel yang kuat sehingga tidak mudah terjadi erosi (Asdak, 2007).
2.3.3 Topografi
Kemiringan lereng serta panjang lereng adalah faktor topografi yang dapat mempengaruhi erosi. Kemiringan terjadi apabila lahan memiliki daya erosi tanah makan untuk itu memperkecil erosi adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan.
Panjang lereng juga menjadi sudut kemiringan yang mempengaruhi erosi. Panjang dan kemiringan lereng ini adalah faktor karakteristik suatu DAS. Faktor tersebut dapat mempengaruhi besarnya volume dan kecepatan terjadinya erosi (Asdak, 2007).
1. Panjang Lereng
Dapat dinyatakan dalam persen atau derajat dua titik yang memiliki jarak 100 meter dengan selisih tinggi 10 meter akan terbentuk lereng 10%.
Kecuraman dengan 100% dengan kecuraman lereng 45°. Sehingga semakin curam lereng makan dapat mempercepat kecepatan aliran permukaan dan memperbesar energi kinetik sehingga semakin miring lereng makan semakin banyak tumbukan antar butir-butir hujan
2. Panjang Lereng
20 Panjang lereng dapat diperhitungan dengan mengambil awal sehingga titik pangkal terjadinya aliran permukaan hingga titik air masuk sungai, menyebabkan kecepatan aliran permukaan berubah. Pada ujung lereng terdapat air yang mengalir semakin besar kecepatan dibagian bawah lereng daripada bagian atas lereng.
3. Konfigurasi Lereng
Lereng memiliki bentuk yang cembung atau cekung. Pada permukaan yang cembung erosi lembar akan lebih mudah terjadi daripada daerah yang memiliki bentuk cekung. Sedangkan untuk erosi alur terjadi lebih cepat pada permukaan yang cekung daripada permukaan daerah yang cembung.
4. Keseragaman Lereng
Permukaan tanah tidak selalu seragam dimana artinya lereng curam akan diselingi dengan jarak pendek oleh lereng yang lebih datar dan mempunyai pengaruh terhadap erosi
5. Arah Lereng
Arah lereng merupakan hal yang sangat penting terhadap erosi. Lereng yang menghadap kearah selatan dapat mengalami erosi yang lebih besar daripada lereng yang menghadap utara\
Secara umum erosi berhubungan dengan meningkatnya kemiringan lereng dan panjang lereng (Bafdal & Amaru, 2011). Pada lahan datar disebutkan bahwa percikan atau butiran air hujan akan merusak partikel tanah, sehingga partikel tanah tersebut keudara kesegala arah secara acak.
2.3.4 Vegetasi Penutupan Tanah
Penutup lahan yang berupa vegetasi merupakan lapisan yang melindungi atau penyangga tanah (Sudiane, 2012). Rumput tebal dan rimba yang lebat merupakan suatu vegetasi yang baik untuk menurunkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi (Juita, 2018). Vegetasi sangat berkaitan dengan jenis penutup lahan tersebut kondisi tanah akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi (Suripin, 2002). Oleh karena ini masyarakat dalam memenuhi pangan, sandang dan permukiman tidak dapat menggunakan pemanfaatan lahan tanah melihat kaidah konservasi (Arsyad, 2010).
21 2.3.5 Manusia
Manusia memiliki peranan dalam proses terjadinya erosi. Erosi dengan pengaruh manusia memiliki sifat positif dan sifat negatif. Peran positif ini terjadi apabila manusia dapat menekan besarnya erosi atau kehilangan tanah dan peran negatif berupa tindakan manusia yang dilakukan dengan meningkatkan bahaya erosi tersebut (Yunsetianto, 2003).
Dari pendapat para ahli tersebut maka didapatkan penjabaran mengenai faktor-faktor mengenai penyebab erosi adalah sebagai berikut ini :
Tabel 2.6 Faktor Penyebab Erosi
No. Sumber Indikator Variabel
1. Suripin, 2001 Iklim
Hujan Temperatur Suhu
2. Asdak, 2007 Tanah
Pasir (sand) Debu (silt) Liat (clay)
3. Asdak, 2007 Topografi
Kemiringan Lereng Panjang Lereng Konfigurasi Lereng Keseragaman Lereng Arah Lereng
4. Arsyad, 2010 Vegetasi Rumput Tebal dan Rimba Lebat
5. Yunsetianto,
2003 Perilaku Manusia
Peranan manusia bersifat positif
Peran Manusia bersifat negatif
*) Hasi Penulis, 2019
2.4 Perhitungan Erosi dan Sedimentasi
Perhitungan erosi yang dilakukan dengan melakukan prediksi erosi untuk dapat memperkirakan laju erosi yang terjadi pada suatu penggunaan lahan. Dengan
22 demikian diketahui perkiraan yang akan dilakukan untuk mengetahui laju erosi tersebut. Maka dengan diketahui nilai besar erosi dan TBE akan memudahkan dalam merumuskan kebijakan yang akan diambil dalam mengelola erosi tersebut.
Menurut (Nugraha, 2003) terdapat model yang dapat digunakan dalam memperhitungkan erosi dengan menggunakan metode USLE. Metode USLE merupakan Universal Soil Loss Equatin yang dapat menduga-duga laju erosi disuatu bidang tertentu. USLE adalah model erosi yang direncanakan untuk memprediksi rata-rata dan jangka panjang. Persamaan yang digunakan dalam metode ini adalah sebagai berikut :
A = R. K. LS. C. P ……….(1) Dimana :
A = Jumlah tanah hilang maksimum dalam ton/ha/tahun R = Indeks erosivitas hujan
K = Indeks faktor erodibilitas
LS = Indeks faktor panjang dan kemiringan lereng C = Indeks faktor pengelolaan tanaman
P = Indeks faktor teknik konservasi lahan
2.4.1 Indeks Erosivitas Hujan
Merupakan nilai yang dapat menunjukan pengaruh hujan dengan harian hujan terhadap erosi yang terjadi pada kawasan tersebut. Nilai erosi tinggi dapat disebabkan salah satunya dengan nilai erosivitas tersebut. Indeks ini didapatkan dengan melihat curah hujan selama sepuluh tahun terakhir dan harian hujan dengan persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Rm = 2,21.P1,36 ...………....……....……(2) Dengan :
Rm = Indeks erosivitas hujan bulanan P = Curah hujan bulanan (dalam cm)
2.4.2 Indeks Erodibilitas Tanah
Indeks erodibilitas merupakan nilai yang didapatkan berdasarkan tata guna laha. Semakin tinggi nilai erodibilitas maka semakin rentang terjadi erosi pada
23 suatu kawasan tersebut, Indeks ini diperhitungan dengan menggunakan faktor- faktor tekstur tanah, permeabilitas tanah, struktur tanah dan bahan organik tanah dengan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
K = {2,71 x 10-4 x (12 – OM) x M 1,14 + 4,20 x (s-2) + 3,23 x (p-3)}/100 …...(3) Dengan :
K = faktor erodibilitas tanah OM = Persentase bahan organik s = kelas struktrur tanah
p = Kelas permeabilitas tanah
M = (% debu + % pasir sangat halus) x (100 - %clay)
2.4.3 Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng
LS atau indeks panjang dan kemiringan lereng semakin besar apabila semakin besar kemiringan lereng. Perhitungan Indeks LS dilakan dengan menggunakan tabel berikut ini :
Tabel 2.7 Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng
No. Kemiringan Lahan (%) Indeks (LS)
1. 0 - <8 0,4
2. 5 - <15 1,4
3. 15 - <25 3,1
4. 25 - < 45 6,8
5. ≥ 45 9,5
*) Hampper, 1981
Kemudian untuk mendapatkan panjang lereng digunakan rumus sebagai berikut ini :
L = (1/22,1)m ...(4) Dengan :
L = Panjang Lereng (m) m = Angka Eksponen
Faktor Kemiringan lereng S didefinisikan secara metematis sebagai berikut ini:
S = (0,43 + 0,30s + 0,04s2)/6,61 ...(5)
24 Dengan :
S = Kemiringan Lereng Aktual s = Kemiringan Lereng
Sehingga untuk mendapatkan LS maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut ini :
LS = X0,5(0,0138 + 0,00965 s + 0,00138 s2 ...(6) Dengan :
X = Panjang Lereng (m) s = Kemiringan Lereng
2.4.4 Indeks Pengelolaan Tanaman dan Konservasi Lahan (CP)
Besarnya ini CP bergantung pada tata guna lahan yang digunakan pada suatu kawasan tertentu. CP memiliki nilai tertentu yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi jenis tanaman. Berikut ini nilai berdasarkan jenis tanaman yang dapat digunakan dalam menentukan nilai CP :
Tabel 2.8 Indeks Pengelolaan Tanaman (C)
No. Jenis Penutupan Lahan Nilai Faktor Penutupan Lahan
1 Belukar 0,1
2 Hutan Lahan Kering 0,001
3 Hutan Rawa 0,005
4 Hutan Tanaman 0,005
5 Lahan Terbuka 1,0
6 Perkebunan 0,7
7 Pertanian padi lahan kering 0,5
8 Pertanian padi lahan basah 0,01
9 Rawa 0,004
*) Karya Cipta Utama
2.4.5 Perhitungan Tingkat Bahaya Erosi
Kelas tingkat bahaya erosi ini dapat ditentukan setelah dilakukan perhitungan dengan mendapatkan hasilnya. Berikut ini adalah pembagian kelas TBE dalam erosi
25 Tabel 2.9 Kelas Tingkat Bahaya Erosi
No. Besar Erosi (A) (ton/ha/tahun)
Tingkat Bahaya Erosi Kelas Klasifikasi
1. < 15 I Sangat Rendah
2. 15-60 II Rendah
3. 60-180 III Sedang
4. 180-480 IV Berat
5. > 480 V Sangat Berat
*) Hammper, 1981
2.4.6 Sedimentasi
Besar sedimentasi yang dihasilkan dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini :
V = A.SDR.W ...(7) Dengan :
V = Volumen sedimen (m3/th) A = Bahaya erosi
SDR = Sedimen Delivery Ratio (SDR) W =Luas tangkapan air
Berdasarkan penjabaran diatas maka didapatkan sintesa pustaka mengenai perhitungan erosi dan sedimentasi dapat dilihat sepeti tabel dibawah ini :
Tabel 2.10 Sintesa Pustaka
Indikator Variabel Sub Variabel
USLE
Indeks erosivitas hujan Curah hujan
Indeks faktor erodibilitas
1. Persentase bahan organik
2. Kelas struktrur tanah 3. Kelas permeabilitas
tanah 4. debu
5. pasir sangat halus 6. clay
Indeks faktor panjang dan kemiringan lereng
- Indeks faktor pengelolaan
tanaman
Tata guna lahan
26
Indikator Variabel Sub Variabel
Indeks faktor teknik konservasi lahan
-
Sedimen Volumen sedimen -
Bahaya Erosi -
Kerapatan isi -
SDR -
*) Hasil Pustaka, 2019
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu terkait dengan arahan pengendalian erosi dan sedimentasi pada sub das yang serupa atau mendekati dengan penelitian ini atau mendekati yang menjadi referensi dapat dilihat pada tabel berikut :
27 Tabel 2.11 Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian Aspek/faktor/variabel penelitian
Alat Analisis Hasil penelitian Adaptasi
1. Strategi Pengelolaan Sedimentasi Waduk (Teguh Marhendi, 2013)
1. Iklim (nilai indeks
erovisitas hujan) 2. Tanah
(erodibilitas tanah) 3. Topografi 4. Tutupan Lahan 5. Kegiatan atau
Perilaku Manusia
(perilaku positif atau negatif)
Analisis Deskriptif Penanganan sedimentasi waduk secara umum dapat dibedakan menjadi empat jenis kegiatan atau usaha, yaitu: menekan laju erosi kawasan hulu,
meminimalkan beban sedimen yang masuk ke waduk,
meminimalkan jumlah sedimen yang mengendap di waduk dan mengeluarkan endapan sedimen di waduk. Disamping itu dapat juga ditempuh melalui
penanganan secara vegetatif dan sosial dimana masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan sedimentasi waduk.
Sebagai panduan dalam menentukan arahan
pengendalian
2. Analisis Pengaruh Perubahan Lahan Terhadap Erosi dan Sedimentasi DAS Way Seputih Hulu Menggunakan Model SWAT
1. Iklim 2. Jenis Tanah 3. Kelerengan 4. Perbahan
Penggunaan Lahan
Model SWAT Hasil penelitian ini menunjukkan adanya alih fungsi lahan yang tepat yaitu perkebunan, sungai, tanah terbuka, tegalan menjadi lahan campuran. Sedangkan alih fungsi lahan yang kurang tepat terjadi pada sebagian lahan
Sebagai panduan dalam menentukan penggunaan lahan
28 No. Judul Penelitian Aspek/faktor/variabel
penelitian
Alat Analisis Hasil penelitian Adaptasi
(Hendri Setiawan, 2017)
hutan, lahan campuran, semak belukar, dan sawah berubah menjadi lahan tegalan dan perkebunan.
3. Analisis Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada Lahan Kering Tegalan di
Kecamatan Tretep Kabupaten
Temanggung (Ery Suryo Saputro, 2009)
1. Erodibilitas Tanah 2. Erosivitas
Tanah 3. Pengelolaan
Lahan dan Konservasi Lahan
4. Solum Tanah 5. Erodibilitas
Tanah
6. Panjang Lereng 7. Penutup Lahan
1. Metode USLE 2. Prioritas
Konservasi
Besarnya erosi pada daerah penelitian disebabkan berbagai faktor antara lain kemiringan lereng, jenis tanaman dan pengolahan lahan
(konservasi)
Sebagai penduan dalam penentuan Tingkat Bahaya Erosi TBE
*) Hasil Pustaka, 2019
29 2.6 Sintesa Pustaka
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan, maka dapat dibuat sintesa tinjauan pustaka sebagai berikut :
Tabel 2.12 Sintesa Tinjauan Pustaka
Teori Indikator Variabel
Suripin, 2001 Iklim
Hujan (Intensitas hujan, durasi dan kecepatan Hujan)
Temperatur Suhu
Asdak, 2007 Tanah
Pasir (sand) Debu (silt) Liat (clay)
Kohnke dan
Bertrand, 1959 Topografi
Kemiringan Lereng (kecuraman lereng)
Panjang Lereng Konfigurasi Lereng Keseragaman Lereng Arah Lereng
Arsyad, 2010 Vegetasi Rumput Tebal dan Rimba Lebat Yunsetianto, 2003 Perilaku Manusia Peranan manusia bersifat positif
Peran Manusia bersifat negatif
National Runoff and Soil Loss Data Center (1954) oleh
The Scince and Education Administration Amerika Serikat
USLE
Indeks erosivitas hujan (curah hujan)
Indeks faktor erodibilitas (bahan organik, debu, pasir sangat halus, clay)
Indeks faktor panjang dan kemiringan lereng
Indeks faktor pengelolaan tanaman (tata guna lahan)
Indeks faktor teknik konservasi lahan
Sedimen
Volumen sedimen Bahaya Erosi Kerapatan isi SDR
*) Hasil Pustaka, 2019
30
*Halaman ini sengaja dikosongkan*