Universitas Muhammadiyah Riau BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini akan menjelaskan hasil penelitian dengan menggunakan hasil statistik yang berisi angka-angka pada pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah penelitian tentang pengaruh sanksi pajak, sistem pelayanan, tax amnesty dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap penyelewengan perpajakan dan akan diberikan pembahasan secara teori.
4.1.1 Kuesioner dan Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah KPP Pratama Senapelan Pekanbaru.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang terdaftar di KPP Pratama Senapelan Pekanbaru.Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling yang berarti dengan mengambil responden (sampel) berupa wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dapat dijangkau atau ditemui oleh peneliti.Responden yang terbatas saat ditemui dalam penyebaran kuesioner karena tersebarnya usaha dan pekerjaan bebas di berbagai tempat sehingga tingkat pengembalian kueisioner penelitian belum seluruhnya dapat kembali.
Tabel 4.1
Rincian Jumlah Sampel dan Pengembalian Kuesioner
No Keterangan Jumlah Persentase
1. Total kuesioner yang dibagikan 397 100%
2. Total kuesioner yang tidak kembali 96 24%
3. Total kuesioner yang kembali 301 76%
4. Total kuesioner yang tidak dapat
digunakan 0 0
Total kuesioner yang dapat digunakan 301 76%
Sumber: Data Olahan, 2018 4.1.2 Hasil Uji Kualitas Data
Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian data dievaluasi melalui uji validitas dan uji realibilitas. Ada dua prosedur yang digunakan untuk mengukur kualitas data yaitu uji validitas dan realibilitas.
Universitas Muhammadiyah Riau 4.1.2.1Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi anatar skor item instrumen dengan skor total. Nilai koefisien korelasi antar skor setiap item dengan skor total dihitung menggunakan analisis corrected item – total correlation. Hasil uji validitas data digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya sebuah kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid atau tidak, apabila mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan pearson correlation, pedoman untuk suatu model dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel, maka butir pernyataan tersebut dapat dikatakan valid (Ghozali, 2013).
Tabel 4.2 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Penyelewengan Perpajakan
Pernyataan R hitung R tabel Kesimpulan
1. .650 .138 Valid
2. .739 .138 Valid
3. .753 .138 Valid
4. .753 .138 Valid
5. .678 .138 Valid
6. .755 .138 Valid
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Pada tabel diatas telah diketahui bahwa semua pernyataan pada variabel penyelewengan perpajakan dinyatakan valid, karna nilai r hitung > r tabel. Jadi semua pernyataan dapat dipakai untuk penelitian selanjutnya, tingkat validitas dapat mengukur kesesuaian indikator dengan pernyataan yang ada.Pada tabel berikut ini disajikan hasil uji validitas dari variabel sanksi pajak
Tabel 4.3: Hasil Pengujian Validitas Variabel Sanksi Pajak
Pernyataan R hitung R tabel Kesimpulan
1. .675 .138 Valid
2. .720 .138 Valid
3. .711 .138 Valid
4. .516 .138 Valid
5. .529 .138 Valid
6. .668 .138 Valid
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Pada tabel diatas, hasil uji validitas variabel sanksi pajak yang berjumlah enam pernyataan dinyatakan valid untuk semua jenis pernyataan pada variabel
Universitas Muhammadiyah Riau sanksi pajak, karna nilai r hitung > r tabel. Pada tabel berikut ini akan disajikan pengujian variabel sistem pelayanan.
Tabel 4.4: Hasil Pengujian Validitas Variabel Sistem Pelayanan
Pernyataan R hitung R tabel Kesimpulan
1. .664 .138 Valid
2. .703 .138 Valid
3. .695 .138 Valid
4. .715 .138 Valid
5. .686 .138 Valid
6. .753 .138 Valid
7. .596 .138 Valid
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas menjelaskan bahwa variabel sistem pelayanan yang terdiri atas empat pernyataan yang bernilai valid.
Hal ini dilihat dari nilai r hitung > r tabel, sehingga semua pernyataan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Pada tabel berikut ini, disajikan hasil uji validitas dari variabel tax amnesty.
Tabel 4.5: Hasil Pengujian Validitas Variabel Tax Amnesty
Pernyataan R hitung R tabel Kesimpulan
1. .658 .138 Valid
2. .767 .138 Valid
3. .702 .138 Valid
4. .592 .138 Valid
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan hasil uji validitas variabel tax amnestyyang berjumlah empat pernyataan dinyatakan valid untuk semua jenis pernyataan pada variabel tax amnesty. Hal ini dikarenakan, nilai r hitung > r tabel. Pada tabel berikut ini, akan disajikan hasil uji validitas untuk variabelmodernisasi sistem administrasi perpajakan:
Tabel 4.6: Hasil Pengujian Validitas Variabel Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
Pernyataan R hitung R tabel Kesimpulan
1. .617 .138 Valid
2. .638 .138 Valid
3. .628 .138 Valid
4. .632 .138 Valid
5. .589 .138 Valid
Universitas Muhammadiyah Riau
6. .585 .138 Valid
7. .530 .138 Valid
8. .474 .138 Valid
Sumber: Data Olahan, 2018
Berdasarkan uraian diatas, diperoleh hasil bahwa semua jenis pernyataan variabel modernisasi sistem administrasi perpajakandinyatakan valid untuk semua jenis pernyataan. Hal ini dikarnakan nilai r hitung > r tabel
4.1.2.2 Hasil Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap suatu pernyataan pada kuesioner adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013). Kriteria pengujian uji reliabel adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013):
1. Cronbach apha > 0,6 konstruk (variabel) memiliki realibilitas 2. Cronbach alpha < 0,6 konstruk (variabel) tidak memiliki reliabilitas
Uji reabilitas hanya dilakukan atas data yang teah diuji validitasnya dan dinyatakan valid. Hasil uji realibilitas disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7 Hasil Uji Realibilitas
Variabel Cronbach alpha Nilai kritis Kesimpulan
Y 0,815 0,6 Reliabel
X1 0,709 0,6 Reliabel
X2 0,813 0,6 Reliabel
X3 0,614 0,6 Reliabel
X4 0,728 0,6 Reliabel
Sumber:Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa besarnya cronbach alpha pada seluruh variabel baik variabel sanksi pajak, sistem pelayanan, tax amnesty dan modernisasi sistem administrasi perpajakan sebagai variabel independen dan penyelewengan perpajakansebagai variabel dependen dinyatakan reliabel.
4.1.3 Hasil Uji Normalitas
Berikut ini adalah tabel Komolgrov Smirnovuntuk membuktikan bahwa data distribusi normal terhadap penyebaran kuesioner.Pada tabel berikut ini diperoleh nilai asymp sig (2-tailed) 0,407. Nilai yang diperoleh dalam pengujian
Universitas Muhammadiyah Riau komolgrov smirnov dibandingkan dengan nilai standar pada aysmp sig (2 tailed) sebesar 0,05. Nilai asymp sig (2-tailed) hitung > 0,05, yaitu nilai 0,407> 0,05. Hal ini membuktikan bahwa distribusi penyebaran kuesioner adalah normal.
Tabel 4.8Hasil Uji Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 301
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.64083226
Most Extreme Differences Absolute .097
Positive .097
Negative -.039
Kolmogorov-Smirnov Z 1.678
Asymp. Sig. (2-tailed) .407
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data primer yang diolah, 2018 4.1.4 Hasil Uji Asumsi Klasik
4.1.4.1 Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen untuk mengetahui nilai tolerance dan variance inflation faktor (VIF).
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 SANKSI
SISTEM PELAYANAN .814 1.229
TAX AMNESTY .701 1.428
MODERNISASI SISTEM .758 1.319
.776 1.288
a. Dependent Variable: Penyelewengan
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan hasil uji dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF dibawah 10, maka pada hasil uji multikolonieritas diasumsikan terbebas dari multikolonieritas atau terbebas dari kesalahan pengganggu.
Universitas Muhammadiyah Riau 4.1.4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas
Pendeteksian ada tidaknya heteroskedastisitas juga bisa dilakukan dengan menggunakan metode Glejser Test, yaitu dengan cara meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen.
Tabel 4.10 Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model Sig.
1 (Constant)
.085
SANKSI .191
SISTEM PELAYANAN .234
TAX AMNESTY .170
MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI .138
a. Dependent Variable: RES2
Sumber: Data primer yang diolah, 2018
Pada tabel diatas juga menunjukan bahwa nilai signifikan yang dihasilkan oleh variabel independen memiliki nilai diatas atau lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak memenuhi asumsi heteroskedastisitas. Dengan kata lain pada model regresi ini bahwa nilai varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki kesamaan.
4.1.4.3 Uji Autokorelasi
Uji autokerelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi.Model regresi yang baik merupakan regresi yang bebas dari autokorelasi.Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan uji Durbin-Watson (DW test).
Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .861a .719 .702 1.65188 1.977
a. Predictors: (Constant), MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI, SANKSI, TAX AMNESTY, SISTEM PELAYANAN
b. Dependent Variable: PENYELEWENGAN
Sumber: Data Olahan, 2018
Universitas Muhammadiyah Riau Berdasarkan tabel Durbin Waston diatas diketahui bahwa nilai DurbinWaston hitung sebesar 1,977. Apabila dibandingkan dengan nilai Durbin- Waston tabel pada tingkat signifikan 5%, dengan k=4 maka diperoleh dl =1,8094 dan du = 1,7279, maka nilai 4-du = 2,2721 dan nilai 4-dl = 2,1906. Hasil dari Durbin-Waston hitung sebesar 1,977 dan nilai ini berada diposisi antara du dengan 4-du, yaitu antara 1.7279 dan 2.2721 yang artinya bahwa tidak adanya gejala autokorelasi dalam model regresi ini.
4.1.5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Pengujian hipotesisdalam penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh sanksi pajak, sistem pelayanan, tax amnesty dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadappenyelewengan perpajakan. Dari pengujian regresi linier berganda yang dilakukan, diperoleh hasil uji secara parsial pada tabel 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Hipotesis
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.238 1.989 1.628 .105
SANKSI .573 .064 .469 8.984 .000
SISTEM PELAYANAN -.069 .051 .076 3.354 .001
TAX AMNESTY -.097 .086 .061 3.132 .006
MODERNISASI .127 .051 .132 2.473 .014
a. Dependent Variable: PENYELEWENGAN
Sumber: Data primer yang diolah, 2018
Dari tabel 4.12 diatas, diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Y = 3,238+ 0,573X1 - 0,069X2- 0,097X3 + 0,0127X4
Arti angka-angka dalam persamaan regresi diatas:
a) Nilai konstanta (a) sebesar 3,238 artinya adalah apabila variabelsanksi pajak, sistem pelayanan, tax amnesty dan modernisasi sistem administrasi perpajakan, diasumsikan nol (0), maka penyelewengan perpajakan sebesar 3,238.
Universitas Muhammadiyah Riau b) Nilai koefisien regresi sanksi pajak sebesar 0,573 artinya adalah bahwa
setiap peningkatan sanksi pajak sebesar satu-satuan maka akan meningkatkan nilai penyelewengan perpajakan sebesar 0,573.
c) Nilai koefisien regresi sistem pelayanan sebesar 0.069artinya adalah bahwa setiap peningkatan sistem pelayanansebesar satu-satuan maka akan menurunkanpenyelewengan perpajakan sebesar 0,069.
d) Nilai koefisien regresi tax amnesty sebesar 0,097 artinya adalah bahwa setiap peningkatan tax amnesty sebesar satu-satuan maka akan menurunkanpenyelewengan perpajakansebesar 0,097.
e) Nilai koefisien regresi modernisasi sistem administrasi perpajakan sebesar 0,127 artinya adalah bahwa setiap peningkatan modernisasi sistem administrasi perpajakan sebesar satu-satuan maka akan meningkatkan penyelewengan perpajakan sebesar 0,127.
4.1.5.1 Uji Statistik Parsial (Uji t)
Berikut ini adalah hasil uji statistik parsial yang digunakan untuk menjawab hipotesis secara parsial:
Tabel 4.13 Hasil Uji Statistik t
Variabel T- Hitung T- tabel Sig- Hitung Sig- tabel
(Constant) 1.628 .105
X1 8.984
1,967
.000
0,05
X2 3.354 .001
X3 X4
3.132 2.473
.006 .014
Sumber: Data Olahan, 2018
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada hipotesis pertama dan disajikan pada tabel 4.13 didapat nilai thitung senilai 8,984, dengan demikian diketahui thitung 8,984> ttabel1,967. Berdasarkan hitungan tersebut, diketahui sanksi pajak berpengaruhterhadap penyelewengan perpajakan. Sehingga, dapat disimpulkan H1 diterimayaitu sanksi pajak berpengaruhterhadap penyelewengan perpajakan. Sementara itu dalam tabel 4.13 diperoleh Pvalue 0,000 yang berarti Pvalue 0,000 < 0,05. Berdasarkan hitungan tersebut diketahui bahwa sanksi pajak berpengaruhterhadap penyelewengan perpajakan.
Universitas Muhammadiyah Riau Dengan adanya penerapan sanksi yang tepat dan tegas, maka diharapkan dapat mempengaruhi tindakan penyelewengan perpajakan karena sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dipatuhi. Penerapan sanksi akan memberikan efek jera kepada wajib pajak yang akan melakukan pelanggaran dan akan mempengaruhi penyelewengan perpajakan.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada hipotesis kedua dan disajikan pada tabel 4.13 didapat nilai thitung senilai 3,354. Dengan demikian diketahui thitung 3,354> ttabel1,967. Berdasarkan hitungan tersebut, diketahui sistem pelayanan berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan. Sehingga, dapat disimpulkan H2 diterimayaitu sistem pelayanan berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan. Sementara itu dalam tabel 4.13 diperoleh Pvalue 0,001 yang berarti Pvalue 0,001< 0,05. Berdasarkan hitungan tersebut diketahui bahwa sistem pelayanan berpengaruh signifikan terhadap penyelewengan perpajakan.
Sistem pelayanan pajak harus mencerminkan adanya kepastian hukum, keadilan dan kemudahan agar tanggung jawab Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dapat dipenuhi sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan.Selain itu juga Wajib Pajak tidak boleh diperlakukan sebagai obyek, tetapi sebagai subyek yang harus dibina agar bersedia, mampu dan sadar melaksanakan kewajiban perpajakan dan menghindari tindakan penyelewengan perpajakan.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada hipotesis ketiga dan disajikan pada tabel 4.13 didapat nilai thitung senilai 3,132. Dengan demikian diketahui thitung 3,132> ttabel1,967. Berdasarkan hitungan tersebut, diketahui tax amnesty berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan. Sehingga, dapat disimpulkan H3 diterimayaitu tax amnesty berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan. Sementara itu dalam tabel 4.13 diperoleh Pvalue 0,006 yang berarti Pvalue 0,006< 0,05. Berdasarkan hitungan tersebut diketahui bahwa tax amnesty berpengaruh signifikan terhadap penyelewengan perpajakan.
Universitas Muhammadiyah Riau Dengan adanya tax amnesty yang tetap menjadi perhatian bagi pemerintah agar jumlahnya tidak kembali menurun saat kebijakan tax amnesty ditiadakan dan mampu mempengaruhi penyelewengan perpajakan.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada hipotesis keempat dan disajikan pada tabel 4.13 didapat nilai thitung senilai 2,473. Dengan demikian diketahui thitung 2,473> ttabel1,967, diketahui modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan. Sehingga, dapat disimpulkan H4 diterimayaitu modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan. Sementara itu dalam tabel 4.13 diperoleh Pvalue 0,014 yang berarti Pvalue 0,014< 0,05.Berdasarkan hitungan tersebut diketahui bahwa modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap penyelewengan perpajakan.
Dengan adanya modernisasi sistem administrasi perpajakan, prosedur mekanisme pembayaran menjadi lebih efektif yang dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain yaitu e-filling, e-SPT, e-NPWP, drop box, e-banking, dan lain- lain.
4.1.5.2 Hasil Uji Simultan (Uji F)
Berikut ini adalah hasil uji statistik f yang bertujuan untuk mengetahui secara simultan pengaruhsanksi pajak, sistem pelayanan, tax amnesty dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadappenyelewengan perpajakan.
Berikut ini adalah tabel hasil uji simultan pada tabel 4.14:
Tabel 4.14 Hasil Uji Statistik F
Variabel F- Hitung F- tabel Sig- Hitung Sig- tabel
sanksi pajak, sistem pelayanan, tax amnesty dan modernisasi sistem administrasi perpajakan
38,830 2,40 .000 0,05
Sumber: Data Olahan, 2018
Hasil uji analisis diatas menunjukan bahwa F hitung diperoleh sebesar 38,830. Dengan demikian diketahui fhitung38,830> ftabel 2,40. Berdasarkan hitungan tersebut, diketahui bahwa sanksi pajak, sistem pelayanan, tax amnesty dan modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap penyelewengan
Universitas Muhammadiyah Riau perpajakan. Sementara itu, dalam tabel 4.14 menunjukan bahwa tingkat probabilitas senilai 0,000. Maka dapat disimpulkan H5 diterima yaitu bahwa sanksi pajak, sistem pelayanan, tax amnesty dan modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh secara simultan terhadap penyelewengan perpajakan. Hal ini dikarenakan tingkat probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05.
4.1.5.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel-variabel independen yaitu sanksi pajak, sistem pelayanan, tax amnesty dan modernisasi sistem administrasi perpajakandalam menjelaskan variabel dependen yaitu, penyelewengan perpajakan. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada kolom adjusted R squareyang ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .861a .719 .702 1.65188 1.977
a. Predictors: (Constant), MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI, SANKSI, TAX AMNESTY, SISTEM PELAYANAN
b. Dependent Variable: PENYELEWENGAN
Sumber: Data Olahan, 2018
Berdasarkan tabel 4.15, dapat dilihat bahwa nilai koefisien adjusted R square yang dihasilkan oleh variabel-variabel independen sebesar 0,702 yang artinya 70,2% variabel dependen (penyelewengan perpajakan) dijelaskan oleh variabel independen (sanksi pajak, sistem pelayanan, tax amnesty dan modernisasi sistem administrasi perpajakan) dan sisanya sebesar 29,8%
dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel independen yang digunakan. Semakin besar nilai adjusted R square, maka semakin besar (kuat hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependennya). Nilai koefisien korelasi (R2) pada tabel 4.15 senilai 0,861a menunjukkan bahwa hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen adalah kuat, karna memiliki nilai koefisien korelasi diatas 0,05. Standar error off estimate (see) sebesar 165188 menunjukkan bahwa model regresi diatas 0,05 semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
Universitas Muhammadiyah Riau 4.2. Pembahasan
4.2.1 Hipotesis 1: Sanksi Pajak berpengaruh terhadap Penyelewengan Perpajakan
Sanksi pajak dibuat dengan tujuan agar wajib pajak takut untuk melanggar Undang-undang Perpajakan. Wajib pajak akan mematuhi pembayaran pajaknya bila memandang bahwa sanksi akan lebih banyak merugikannya (Jatmiko, 2006).
Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Muliari dan Setiawan, 2010).
Menurut Zain (2008) wajib pajak diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan sehingga penentuan besarnya pajak yang terutang berada pada wajib pajak sendiri. Dengan adanya penerapan sanksi yang tepat dan tegas, maka diharapkan dapat mempengaruhi tindakan penyelewengan perpajakan karena sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dipatuhi. Penerapan sanksi akan memberikan efek jera kepada wajib pajak yang akan melakukan pelanggaran dan akan mempengaruhi penyelewengan perpajakan. Penelitian yang dilakukan oleh Hayatul (2016) menyatakan bahwa sanksi pajak berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan.
4.2.2 Hipotesis 2: Sistem Pelayanan Pajak berpengaruh terhadap Penyelewengan Perpajakan
Pelayanan merupakan cara dari seseorang dalam membantu, mengurus, menyediakan, atau menyiapkan apa yang dibutuhkan seseorang. Sementara itu, fiskus merupakan petugas pajak. Jadi, pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara dari petugas pajak dalam memenuhi apa yang dibutuhkan atau diinginkan oleh wajib pajak seputar masalah perpajakannya (Haq, 2015).
Sistem pelayanan pajak adalah rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar dan terjangkau. Salah satu bentuk
Universitas Muhammadiyah Riau pelayanan publik adalah pelayanan perpajakan terhadap wajib pajak. Sistem pelayanan pajak harus mencerminkan adanya kepastian hukum, keadilan dan kemudahan agar tanggung jawab Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dapat dipenuhi sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan.Selain itu juga Wajib Pajak tidak boleh diperlakukan sebagai obyek, tetapi sebagai subyek yang harus dibina agar bersedia, mampu dan sadar melaksanakan kewajiban perpajakan dan menghindari tindakan penyelewengan perpajakan. Penelitian yang dilakukan oleh Abraham (2015) menyatakan bahwa sistem pelayanan pajak berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan.
4.2.3 Hipotesis 3: Tax Amnestyberpengaruh terhadap Penyelewengan Perpajakan
Tax amnesty berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan dikarenakan pengampunan pajak mampu mengurangipenyelewengan perpajakan dengan timbulnya pengawasan yang didukung semakin akuratnya informasi mengenai daftar kekayaan wajib pajak. Dengan kata lain kebijakan ini juga diharapkan dapat meningkatkan subyek pajak maupun obyek pajak. Subyek pajak dapat berupa kembalinya dana-dana yang berada di luar negeri, sedangkan dari sisi obyek pajak berupa penambahan jumlah wajib pajak. Keadaan ini dapat mendorong pembayar pajak memanfaatkan kebijakan tax amnesty.
Penyelewengan perpajakan merupakan isu perilaku yangkompleks. Tidak adanya penjelasan yang terbukan dan dirasakan oleh wajib pajak dalam penggunaan penerimaan Negara berupa pajak mempengaruhi wajib pajak untuk melakukan tindakan pelanggaran pajak. Dengan adanya tax amnesty yang tetap menjadi perhatian bagi pemerintah agar jumlahnya tidak kembali menurun saat kebijakan tax amnesty ditiadakan dan mampu mempengaruhi penyelewengan perpajakan.Penelitian yang dilakukan oleh Anisa (2015)menyatakan bahwa tax amnesty berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan.
Universitas Muhammadiyah Riau 4.2.4 Hipotesis 4: Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap
Penerapan Self Assesment System
Modernisasi sistem administrasi perpajakan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2009 tentang Restrukturisasi Departemen Keuangan dan Instansi Vertikal dibawahnya dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Restrukturisasi Direktorat Jenderal Pajak dan Instansi Vertikal dibawahnya yaitu mengenai perencanaan mengimplementasikan program modernisasi perpajakan secara komprehensif yang mencakup semua lini operasi secara nasional.
Menurut Rahayu (2010) sistem administrasi perpajakan modern adalah upaya yang dilakukan pemerintah tentunya tidak hanya untuk mencapai target penerimaan pajak semata, juga penting dilakukan untuk menuju adanya perubahan paradigma perpajakan dengan tujuan agar tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi. Dengan adanya modernisasi sistem administrasi perpajakan, prosedur mekanisme pembayaran menjadi lebih efektif yang dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain yaitu e-filling, e-SPT, e-NPWP, drop box, e-banking, dan lain-lain. Sehingga modernisasi sistem administrasi perpajakan akan mempengaruhi penyelewengan perpajakan. Penelitian yang dilakukan oleh Anisa (2015) dan Hayatul (2016) menyatakan bahwa modernisasi sistem administrasi perpajakan memiliki pengaruh terhadap penyelewengan perpajakan.
Universitas Muhammadiyah Riau BAB 5
PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sanksi pajak berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan.
Sehingga,penerapan sanksi akan memberikan efek jera dan mempengaruhi penyelewengan perpajakan.
2. Sistem pelayanan berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan.
Sehingga, pelayanan yang baik dapat menghindari wajib pajak dari tindakan penyelewengan perpajakan.
3. Tax amnesty berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan.Dengan adanyatax amnesty, wajib pajak akan diampuni pajaknya sehingga mempengaruhi penyelewengan perpajakan
4. Modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan. Sehingga, mekanisme pembayaran menjadi lebih efektif yang dapat dirasakan oleh wajib pajakdan terhindar daripenyelewengan perpajakan.
5. Sanksi pajak,sistem pelayanan, tax amnesty dan modernisasi sistem administrasi perpajakanberpengaruhsecara simultan terhadap penyelewengan perpajakan.
Sehingga, yang dapat peneliti simpulkan dari penelitian ini adalah tindakan penyelewengan perpajakan dipengaruhi oleh adanya sanksi pajak yang tegas, sistem pelayanan pajak yang optimal, tax amnesty bagi wajib pajak dan modernisasi sistem administrasi perpajakan yang memudahkan wajib pajak.
5.2 Keterbatasan
Dalam pelaksaan penelitian ini, penulis menyadari masih terdapat kelemahan dan keterbatasan, dengn keterbatasan penelitian ini dihrapkan dapat diperbaiki pada penelitian selanjutnnya. Beberapa keterbatasan yang perlu diperbaiki anatara lain :
Universitas Muhammadiyah Riau 1. Metode pengumpulan data dengan menggunakan metode survey melalui
kuesioner yang memiliki kelemahan yaitu responden cenderung kurang bersungguh-sungguh dalam mengisi kuesioner sehingga penulis harus memastikan bahwa pernyataan yang tercantum dalam kuesioner dapat dijawab oleh responden.
2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel dari KPP Pratama Senapelan Pekanbaru.
3. Penelitian ini hanya menggunakan variabel sanksi pajak,sistem pelayanan, tax amnesty dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap penyelewengan perpajakan.
5.3 Saran
Atas dasar kesimpulan diatas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan area penelitian dapat diperluas, tidak hanya pada satu KPP, namun dapat menambahkan KPP lainnya didalam Kota/Kabupaten tersebut didalam satu Provinsi sehingga lebih dapat digeneralisasikan.
2. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel yang memiliki hubungan yang cukup erat untuk berpengaruh terhadap penyelewengan perpajakan, seperti kepatuhan dan kesadaran wajib pajak dapat dijadikan rekomendasi untuk ditambahkan pada penelitian selanjutnya.
3. Ketika membagikan kuesioner kepada responden, sebaiknya peneliti memastikan bahwa responden mengerti maksud dari kuesioner yang akan diisi, misalnya dengan cara peneliti memberikan penjelasan secara langsung ataupun menghubungi melalui telepon kepada responden.