• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I...!.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I...!.docx"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan pada hakikatnya ialah mengusahakan suatu lingkungan di mana setiap anak didik diberi kesempatan untuk mewujudkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, baik sesuai dengan kebutuhannya maupun dengan kebutuhan mas yarakatnya. Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga kebutuhan akan pendidikan berbeda-beda pula.1

Dalam tujuan pendidikan itu sendiri, menyatakan di mana lingkungan dapat memberikan kesempatan pada anak didik untuk dapat mengembangkan potensi yang telah dimilikinya. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan pribadi maupun bersama.

Dan kemampuan yang dimiliki oleh anak didik pastinya berbeda dengan lainnya, oleh karena itu dalam pendidikan itu sendiri harus mampu menyelaraskan berbagai kebutuhan yang diinginkan.

Konsep dalam pembentukan kepribadian peserta didik, yaitu dengan pemberian dan penanaman nilai-nilai ke-Islaman pada peserta didik, salah satunya berupa nilai kejujuran, keteladanan, percaya diri dan religius, tanggung jawab, disiplin dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut akan menjadi pondasi kuat dalam diri peserta didik,

1S. C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk bagi Para Guru dan Orang Tua, (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), hal. 23

1

(2)

sehingga peserta didik mampu menghadapi perkembangan zaman, dengan selalu menanamkan nilai-nilai tersebut pada diri peserta didik.

Untuk membentuk kepribadian mulia pada peserta didik, pentingnya di dalam sebuah pendidikan terkandung nilai-nilai akhlakul karimah, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Keteladanan adalah ruh dari pendidikan. Dengan keteladanan, pendidikan menjadi bermakna dan tanpa keteladanan pendidikan hanyalah suatu indoktrinasi dan kemunafikan.2

Perlunya penanam nilai-nilai ke-Islaman pada peserta didik, seperti nilai kejujuran yang akan membawa peserta didik membentuk diri yang sederhana, nilai keteladan baik yang akan menjadikan peserta didik contoh bagi orang lain, nilai percaya diri yang akan menjadikan peserta didik sebagai individu yang mandiri dan nilai-nilai lainnya. Dalam penanaman nilai-nilai ke-Islaman, akan lebih baik jika peserta didik dapat melihat secara langsung dari orang-orang sekitar, seperti pendidik yang dapat memberikan teladan bagi peserta didiknya.

Belajar adalah suatu hal yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.3

2Wendi Zarman, Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah itu Mudah dan Lebih Efektif, cet. 3, (Bandung: Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka, 2012), hal. 167

3Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 1

(3)

Belajar dapat terjadi pada setiap orang. Timbulnya belajar karena adanya interaksi antara seseorang dengan orang lainnya. Dan untuk menciptakan belajar yang baik, maka ciptakanlah sebuah interaksi yang baik pula, karena belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Agar dalam pencapaian sebuah tujuan dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan.

Jika dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang tertuang pada pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukannya, masyarakat, bangsa dan negara.4

Pernyataan yang tertuang pada Sistem Pendidikan Nasional di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan merupakan sebuah usaha yang dilakukan dalam kondisi yang sebenarnya yang telah terencana dengan matang dalam menciptakan suasana belajar yang nyaman sehingga peserta didik secara mandiri dapat mengembangkan potensi dirinya yang sifatnya universal serta memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keceradasan, akhlak mulia, keterampilan yang dibutuhkan bukan hanya untuk dirinya, tetapi orang lain.

4Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Th. 2003), (Jakarta:

Redaksi Sinar Grafika), hal. 3

(4)

Sebuah lembaga pendidikan dapat dikatakan berhasil jika semua perencanaan yang telah disusun, proses belajar mengajar sesuai dengan yang telah dikoordinasi dan evaluai yang baik, itu semua dapat dijalankan atau dilakukan dengan sempurna.

Lembaga pendidikan memang dituntut untuk dapat berhasil dalam mengeluarkan uot put dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Kinerja professional pun menjadi faktor utama dalam pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas. Selain itu juga pendidik sebaiknya memiliki beberapa cara atau metode yang tepat dalam proses belajar mengajar serta dalam membentuk kepribadian yang baik pada peserta didik.

Mendidik yang baik adalah yang berhasil membantu individu dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu individu. Hal ini terjadi apabila bentuk kegiatan pendidikan mempunyai tujuan yang tepat. Kekeliruan-kekeliruan mendidik adalah bentuk-bentuk kegiatan pendidikan yang tujuannya tidak benar dan atau cara pencapaiannya tidak tepat.5

Dikatakan telah mendidik dengan baik apabila dalam mendidik telah dapat memberhasilkan individu. Hal ini akan tercipta apabila di dalam pendidikan tersebut memiliki sebuah tujuan yang tepat. Kebanyakan dalam mendidik yang diterapkan terjadi kekeliruan-kekeliruan yang disebabkan oleh pendidikan yang tujuannya tidak tepat baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasinya.

5Redja Mudyahardjo Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan (Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 37

(5)

Hypno heart teaching merupakan sebuah metode ataupun pendekatan yang tepat dalam sebuah pengembangan keterampilan anak didik dan juga untuk membentuk kepribadian baik pada peserta didik. Dalam pendekatan hypno heart teaching ini sebelum dipraktekkan pada peserta didik, pendidik pertama yang harusnya sudah mampu menerapkannya bagi dirinya sendiri dalam arti lain bahwa yang pertama menggunakan pendekatan ini yaitu pendidik yang telah berhasil dalam mengendalikan diri, mengembangkan kemampuan diri dan menemukan hal yang bisa menghambat dan mampu mendorong diri untuk lebih baik lagi dengan diikutsertakan kekuatan hati dengan keyakinan penuh untuk berhasil dalam tujuan yang akan dicapai.

Di dalam hypno heart teaching ini juga terdapat beberapa teknik untuk merubah perilaku negatif anak menjadi anak yang memiliki kepribadian mulia yang disebut dengan teknik sembilan prinsip self hypno heart teaching samudera hati, seperti pernapasan dada (alphamatic), syukur, penyadaran diri, prasangka baik, pasrah kepada Allah, do’a, visualisasi, yakin, pengulangan. Mengenai kekuatan hati, dapat dipertegas dengan firman Allah Swt., dalam Q.S. Al-Hajj 22 ayat 46, yang berbunyi:

(6)

Artinya: ”Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?

Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”6

Ayat Al Qur’an di atas telah memberikan penjelasan bahwa hati dapat memberikan pengaruh (sugesti) yang begitu kuat dalam kehidupan manusia. Di mana fungsi hati sebagai petunjuk untuk memberikan pemahaman dan dengan seseorang paham akan perihal yang seseorang hadapi maka ia akan dengan mudah dalam menghadapinya. Dan sesungguhnya bukanlah mata yang buta, tetapi hati yang jika tidak difungsikan dengan baik maka hatilah yang dapat dikatakan buta.

Istilah kepribadian (personality) sesungguhnya memiliki banyak arti. Di dalam kehidupan sehari-hari kita bisa menjumpai pengertian kepribadian semacam ini melalui ungkapan-ungkapan. Di samping itu, kepribadian sering diartikan atau dihubungkan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Dan menunjukkan pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu- individu lainnya.7

Pendapat May mengenai kepribadian itu sendiri bahwa: Personality is a social stimulus value. Artinya personality merupakan perangsang bagi orang lain. Jadi, bagaimana cara orang lain itu bereaksi terhadap kita, itulah kepribadian kita.

6Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, (Bandung: Diponegoro, 2008), hal. 337

7Rismawaty, Kepribadian dan Etika Profesi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hal. 2

(7)

Kepribadian adalah suatu totalitas psikhophsis yang kompleks dari individu.

Sehingga nampak di dalam tingkahlakunya yang unik. Batin atau hati nurani manusia, di dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya berfungsi sebagai hakim yang adil, apabila di dalam kehidupan manusia itu mengalami konflik, pertentangan atau keragu-raguan di dalam akan bertindak tentang sesuatu, batin bertindak sebagai suatu pengontrol yang kritis, sehingga manusia sebenarnya sering diperingatkan untuk selalu bertindak menurut batas-batas tertentu, batin juga memungkinkan dapat atau tidaknya rasa tanggung jawab pada pribadi seseorang itu tumbuh dan batin pula mendorong manusia untuk segera meminta maaf apabila bertindak tidak benar.8

Pandangan May mengenai hal di atas bahwa setiap orang dapat memberikan stimulus bagi orang lain, dan secara tidak langsung cara orang lain memberikan reaksi pada diri, maka itulah kepribadian yang kita miliki. Jadi, kepribadian adalah suatu keseluruhan kompleks yang ada pada diri individu yang tergambar dari tingkahlakunya. Hati nurani memiliki peranan tersendiri bagi kepribadian seseorang, sebagai hakim yang adil ketika dihadapkan pada suatu permasalahan, sebagai pengontrol kritis dan sebagai pembangun rasa tanggung jawab dan batin juga sebagai pendorong untuk meminta maaf ketika melakukan suatu kesalahan.

Untuk dapat menjadi contoh ataupun suri tauladan bagi anak didik, maka awalnya perlu untuk pendidik menjadi contoh keteladanan bagi anak didiknya. Dalam sebuah literatur menyebutkan bahwa terdapat beberapa prinsip dalam keteladanan, yaitu pertama seseorang yang memberi teladan adalah seseorang yang memiliki

8Agus Sujanto dkk, et. al., Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hal. 11-12

(8)

kepribadian yang kuat, sehingga pantas untuk diteladani. Kedua, anak harus mengenal baik pribadi yang diteladani itu. Ketiga, keteladanan itu harus dilakukan secara alamiah, bukan sesuatu yang dibuat-buat. Keempat, keteladanan itu harus dikerjakan secara terus menerus (konsisten).9

Bahwasannya anak didik perlu contoh seseorang yang dapat membimbing dirinya agar menjadi pribadi yang mulia. Oleh karena itu, seorang pendidik baik guru, orangtua maupun masyarakat dapat menjadikan dirinya sebagai prioritas bagi anak didiknya, karena tidak mungkin seorang anak memiliki pribadi yang baik jika tidak ada yang memberikan stimulus baginya maupun apa yang dilihat dan didengar oleh anak didik.

Kebanyakan yang terjadi pada anak didik saat sekarang mereka yang dalam masa pembentukan kepribadian dikarenakan adanya beban-beban emosi yang menaungi hati dan pikiran mereka yang berdampak pada aktivitas belajar mereka. Hal ini dapat ditandai dengan kurangnya rasa menghormati pendidik, kurangnya sikap kepedulian antarsesama, kurangnya nilai-nilai kedisplinan dan sebagainya. Dan hal ini berdampak pada kepribadian peserta didik serta pencapaian prestasi akademik mereka. Sebenarnya setiap anak yang dilahirkan cerdas, tinggal bagaimana sebagai seorang pendidik dapat membimbingnya dan mengarahkan untuk menjadi orang yang dapat memfungsikan dirinya sebagai manusia yang sesungguhnya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt., berikut dalam Q. S. At Tiin 95 ayat 4, yang berbunyi:

9Wendi Zarman, Op.Cit., hal. 170-172

(9)

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”10

Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap manusia telah diciptakan dengan bentuk sebaik-baiknya, sesempurna mungkin dalam penciptaannya. Baik itu dari aspek kecerdasan lahiriah maupun batiniah.

Pendekatan secara hypno heart teaching merupakan pendekatan ataupun metode yang sebenarnya sudah dari awal diterapkan oleh Rasulullah Saw., tetapi pendekatan ini sepertinya kurang diperhatikan dengan pergeseran era globalisasi dan hal ini dapat ditawarkan kembali kepada pendidik untuk bisa membantu mereka dalam mendidik anak didik yang di mana dihadapkan dengan perubahan sekarang yang membawa dampak positif maupun negatif.

Dari paparan di atas bahwa untuk itu perlunya penelitian yang penulis angkat dalam pendidikan tidak hanya diperlukannya anak didik yang dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang ada, tetapi lebih dari itu. Di mana seorang pendidik juga harus dapat mendidik anak didiknya menjadi insan yang berkarakter mulia atau memiliki kepribadian yang baik dengan pendekatan yang berdasarkan kekuatan hati.

Karena kekuatan hati itu sendiri dapat membangun anak didik yang lebih baik.

Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan yang hanya berbasiskan hard skill (keterampilan teknis) dan menghasilkan lulusan yang berprestasi dalam bidang

10Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op. Cit, hal. 597

(10)

akademis harus dibenahi. Sekarang, pembelajaran juga harus berbasis pada pengembangan soft skill (interaksi sosial). Pendidikan soft skill bertumpu pada pembinaan mentalitas agar peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan realitas kehidupan.11

Peran seorang pendidik untuk dapat menemukan, menggali, menghayati, memahami dan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak didik kekuatan hati, artinya perlu pemahaman dan penghayatan mengenai mendidik dengan hati karena perubahan yang terjadi tidak hanya membawa dampak yang positif, tetapi lebih dari itu. Pendidik bukan saja hanya memberikan materi yang diajarkan, seharusnya pendidik dapat menyelaraskannya dengan kekuatan hati artinya dalam mentransferkan ilmu sebaiknya dengan niat dihati yang tulus ikhlas. Dalam sebuah literatur menyebutkan bahwa harapan tak hanya ditanam saja. Setelah menanam pohon tentu kita harus merawatnya. Menyiramnya dengan air memupukinya agar tumbuh subur, dan menjaganya dari gangguan rumput-rumput liar, hama penyakit dan gangguan tangan-tangan yang jahil tentunya.12

Dari peristilahan di atas, memberikan gambaran bahwa pendidikan yang diberikan bukan hanya sebatas ditransferkan saja, melainkan juga harus dijaga, diawasi, dirawat dan diberi sebuah motivasi yang dapat mendorong keinginan yang kuat pada anak didik dalam mengejar prestasinya.

11Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogyakarta: DIVA Press, 2011), hal. 22

12Hendi Kurniah & Anne Rachawati, Cara Cerdas Wujudkan Cita-Cita dan Impian, (Bandung:

Telaga Inspirasi, 2010), hal. 72-73

(11)

Lembaga pendidikan merupakan sebuah kesatuan untuk sebagai wadah atau tempat dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki seseorang yang dalam hal ini peserta didik da bagi pendidik untuk lebih mengasah kembali ilmu-ilmu yang telah diperoleh yang kemudian dapat diberikan kepada peserta didik sebagai bentuk dari kewajiban sebagai tenaga pendidik.

Dalam prakteknya pendekatan hypno heart teaching telah diaplikasikan di sebuah lembaga pendidikan, yaitu Madrasah Tsanawiyah Masdharul Ulum Desa Teluk Kecapi Kecamatan Pemulutan Kebupaten Ogan Ilir Palembang. Dalam proses belajar mengajar pendekatan hypno heart teaching memang berhasil dalam membentuk sikap kepribadian yang baik yang harusnya tertanam di dalam diri pribadi peserta didik. Mulai dari awal belajar, proses belajar mengajar sampai habisnya jam pelajaran di sekolah semua pendidik menggunakan pendekatan hypno heart teaching dalam proses belajar mengajar di kelas, seperti do’a, visualisasi, metode yang bervariasi, melaksanakan shalat sunnah dhuha, dan memberikan motivasi ataupun penguatan mengenai tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas dan agar penelitian ini dapat mengenai sasaran yang dimaksud, maka hal-hal yang diteliti perlu dibatasi ruang lingkupnya. Dalam penelitian ini, hal yang akan diteliti,

(12)

yaitu “Implementasi Konsep Hypno Heart Teaching dalam Pembentukan Kepribadian Peserta Didik di Madrasah Tsanawiyah Masdarul Ulum Desa Teluk Kecapi Kecamatan Pemulutaan Kabupaten Ogan Ilir Palembang ”.

C. Rumusan Masalah

Uraian latar belakang masalah yang penulis paparkan secara singkat di atas, maka menurut penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep hypno heart teaching dalam membentuk kepribadian peserta didik ?

2. Bagaimana implementasi hypno heart teaching dalam pembentukan kepribadian peserta didik di lembaga pendidikan ?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun dari hasil penelitian ini dan penulis dapat memaparkan tujuan penelitian sebagai berikut :

a. Untuk memahami konsep hypno heart teaching dalam membentuk kepribadian peserta didik

b. Dan untuk dapat mengimplementasikan hypno heart teaching dalam pembentukan kepribadian peserta didik di sebuah lembaga pendidikan 2. Kegunaan Penelitian

Adapun dari hasil penelitian ini dan penulis dapat memaparkan kegunaan penelitian sebagai berikut:

(13)

a. Untuk memberikan pemahaman kepada para pendidik mengenai pendekatan hypno heart teaching dalam pembentukan kepribadian peserta didik.

b. Mengajak para pendidik, seperti dosen, para pembina, orang tua dan pengelolah pendidikan untuk dapat mengimplementasikan atau menerapkan langsung pendekatan hypno heart teaching dalam dunia pendidikan, keluarga, dan lingkungan sekitar.

E. Kerangka Teori

Hypno heart teaching merupakan pendekatan yang diterapkan oleh Alpiyanto dalam menghadapi era perubahan sekarang, sebenarnya pendidikan yang menekankan dalam mendidik haruslah menggunakan perasaan (hati) yang ikhlas sudah diterapkan oleh Rasulullah Saw., sejak dulu hanya istilahnya yang berbeda dan sekarang dikenal dengan istilah mendidik dengan hati atau hypno heart teaching. Beberapa para pemikir-pemikir pendidikan mendefinisikan ataupun memandang sebuah pendidikan itu sendiri.

Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari menyiratkan sebuah pengertian bahwa yang menjadi sentral pendidikan adalah hati. Penekanan pada hati inilah yang dengan sendirinya membedakan diri dari corak progresivisme dan esensialisme. Perbedaan ini dimungkinkan karena ketidaksamaan titik pandang dalam memahami manusia.

Baik aliran progresivisme maupun esensialisme, sama-sama mendasarkan pandangannya pada penelitian-penelitian yang bersifat fisik empiris. Sedangkan KH.

(14)

M. Hasyim Asy’ari menyimpulkan bahwa substansi manusia bukan terletak pada unsur fisiknya, tetapi pada hatinya.13

Memahami kekuatan pikiran dan hati adalah langkah pertama untuk memasuki hypno heart teaching yang merupakan kunci mendidik dengan hati, untuk mewujudkan peserta didik yang cerdas dan berkepribadian mulia.14

Alpiyanto dalam bukunya menyebutkan bahwa hypno heart teaching adalah suatu pendekatan yang menggunakan kekuatan hati dengan melibatkan kekuatan Allah yang diakses melalui pikiran, perasaan dan do’a untuk mempermudah para pendidik menjangkau nurani bawah sadar anak didik sehingga pembentukan karakter menjadi lebih mudah.15

Zainal Abidin Ahmad dalam rumusan draf Undang-Undang Dasar Republik (Islam) Indonesia yang diusulkan oleh Masyumi, berpendapat bahwa sistem pendidikan nasional itu bertujuan untuk “menumbuhkan kreativitas para pelajar” dan

“kemampuan berpikir logis”. Sistem pendidikan nasional diarahkan untuk melahirkan manusia-manusia yang menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan, keimanan kepada Tuhan dan akhlak yang mulia.16

Carl R. Rogers seorang ahli psiko-terapi mengemukakan suatu cara mendidik yang perlu mendapat perhatian kita sebagai guru dan pendidik. Murid-murid tidak hanya secara bebas, artinya tanpa dipaksa menyelesaikan tugas-tugas dalam waktu

13http://kamarberisik.blogspot.com/2011/06/mendidik-dengan-hati.html Diakses pada tanggal 25 Maret 2012, pukul 21:17 WIB

14Alpiyanto, Op. Cit ,hal. 17 15Ibid., hal. xxvi

16Yusril Ihza Mahendra, Modernisasi dan Fundamentalisme dalam Politik Islam, (Jakarta:

Paramadina, 1999), hal. 264

(15)

tertentu, akan tetapi juga belajar membebaskan dirinya untuk menjadi manusia yang berani memilih sendiri apa yang dilakukannya dengan penuh tangung jawab.17

Ahmad Mahmud Subhi yang dikutip oleh Abdul Mujib, bahwa teori kepribadian dapat diperoleh melalui pendekatan metafisik atau melalui pendekatan psikologis. Pendekatan metafisik melahirkan disiplin “Filsafat Kepribadian”, sedang pendekatan psikologis melahirkan disiplin “Psikologi Kepribadian”. Masing-masing disiplin ini membicarakan objek material yang sama, yaitu tingkah laku individu, tetapi dari sudut pandang yang berbeda, filasafat kepribadian menitikberatkan pandangannya pada hakikat dan keberadaan tingkah laku individu, sedang psikologi kepribadian menitikberatkan pada srtuktur, proses dan motivasi yang menimbulkan tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan serta psikopatologi dan psikoterapinya. 18

F. Tinjauan Kepustakaan

Kajian yang terkait dalam pembahasan ini memiliki beberapa telaah pustaka, yang dijadikan sebagai gambaran dalam pembahasan ini. Yang di antaranya sebagai berikut:

17Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), hal. 80

18Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 35-36

(16)

Mendidik adalah menyampaikan pengajaran, norma-norma dan nilai-nilai hidup, aturan prinsip hidup, Firman Allah (baik Al Qur’an Bible, dan lain-lain) sesuai dengan agamanya) maupun cerita-cerita serta pengalaman yang mengandung didikan.19

M. Furqon menyebutkan bahwa pendidik yang dapat diteladani berarti ia dapat juga menjadi cermin oran lain.20 Mendidik merupakan implementasi dari pengetahuan yang telah didapat, baik ajaran manapun mengajarkan tentang kebaikan dalam mendidik dan menggunakan metode apapun dalam menyampaikan pengetahuan yang ada.

Yang paling penting bagi guru kepribadian harus punya akhlak karimah (budi pekerti mulia). Islam menempatkan al-Akhlaq al Karimah, budi pekerti yang mulia pada tempat yang sangat tinggi, seakan-akan Rasulullah Saw., diutus hanya untuk membina akhlak yang mulia. Perhatikan sabdanya:

“Saya diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia” (H.R. Ahmad dan Muslim).

Sebuah kepribadian dapat dikatakan baik, jika di dalam unsur kepribadian tersebut memiliki akhlak yang patut dijadikan sebagai contoh. Kedudukan budi pekerti mulia sangat tinggi, hal ini tertuang pada sabda Rasulullah Saw., yang intinya

19Jarot Wijanarko, Meningkatkan Kecerdasan Emosi dan Spiritual Anak Mendidik Anak dengan Hati, (Serpong: PT. Happy Holy Kids, 2012), hal. 22

20Zainal Aqib, Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa, (Bandung:

CV. Yrama Widya, 2011), hal. 87

(17)

bahwa Rasulullah Saw., sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, agar manusia itu sendiri memiliki akhlak yang baik.

Sawiro, dalam karyanya yang berjudul Konsep Pendidikan Islam dalam Mendidik Anak melalui Metode Keteladanan di Lingkungan Keluarga menyimpulkan bahwa mengaktualisasikan mendidik melalui metode keteladanan dalam keluarga tentunya mempunyai berbagai kriteria pokok yang di antaranya figur atau peran orang tua dalam memberikan teladan yang baik kepada anak untuk berperilaku baik sesuai dengan tuntunan ajaran Islam melalui pembiasaan secara rutin dan orang tua juga harus teliti membaca kondisi anak sebab masing-masing anak memiliki berbagai perbedaan sifat dan sikap. Oleh karenanya orang tua harus bersikap adil.21

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan dan memahami serta menafsirkan penelitian ini, maka penulis memberikan definisi operasional berikut:

1. Hypno Heart Teaching

21Sawiro, Konsep Pendidikan Islam dalam Mendidik Anak melalui Metode Keteladanan di Lingkungan Keluarga, (Palembang: Skripsi Tarbiyah IAIN Raden Fatah, 2002), hal. 61-62

(18)

Hypno heart teaching berarti sebuah pendekatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mendidik anak didik dalam mengantarkannya pada keberhasilan, selain itu pula sebuah pendekatan yang mampu menjangkau naluri bawah sadar anak didik dengan kekuatan perasaan (hati) agar menjadikan anak didik yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan yang luas, berkepribadian mulia dan lainnya. Dan untuk melakukan itu semua sebaiknya seorang pendidik dapat paham terlebih dulu mengenali kekuatan pikiran dan hati karena ini kunci dalam keberhasilan dalam implementasi pendekatan hypno heart teaching.

Hypno heart teaching sebenarnya lebih menitikberatkan pada pancaran ketulusan dan keteladanan dari pendidik. Dalam penerapannya pun sebaiknya dapat dilakukan pada situasi yang nyaman dan menyenangkan pada lingkungan yang terkendali agar dalam aplikasinya dapat terealisasikan dengan baik.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan merupakan proses, cara mendekati (hendak berdamai, bersahabat, dan sebagainya), dan usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian masalah penelitian.22 Pendekatan merupakan sebuah tindakan dalam mengetahui sebuah informasi, seperti dalam mendidik anak didik dengan kekuatan hati.

2. Kepribadian

22Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , cet. 9, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1997), hal. 218

(19)

Salah satu pendapat menyatakan bahwa: Training is a kind to following a tightly fenced path, in order to reach a predetermined goal at the end of it.

Education is to wonder freely in the fields to left and right of his path preferably with a map.

Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian. Dengan demikian, pendidikan mengandung pengertian yang lebih luas, sedangkan latihan (training) lebih menekankan pada pembentukan keterampilan (skill). Pendidikan dilaksanakan pada lingkungan sekolah, sedangkan penggunaan latihan umumnya dilaksanakan dalam lingkungan industri.23

Mengenai hal di atas, yaitu bagaimana seorang pendidik dapat memberikan optimalisasi kemampuannya dalam mendidik. Sehingga dengan kemampuannya tersebut dapat menjadikan anak didiknya memiliki kepribadian yang mulia baik itu kemampuan secara fisik maupun psikis. Dan di sinilah implikasi yang baik bagi dunia pendidikan, jika dalam implementasinya dengan hati atau yang disebut dengan mendidik dengan hati.

3. Peserta Didik

Peserta didik merupakan obyek dalam tujuan pencapaian cita-cita bangsa.

Berhasilnya sebuah cita-cita bangsa jika di dalam pendidikan yang obyek

23Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendektan Sistem, (Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2011), hal. 6-7

(20)

utamanya (peserta didik) tersebut berhasil masuk kepada cita-cita pribadinya yang intinya membangun kemajuan bangsa.

Peserta didik (murid) adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa murid adalah komponen yang terpenting di antara komponen lainnya.24

Pentingnya akan kedudukan peserta didik dalam dunia pendidik dalam membangun kepribadian mulia, maka diperlukannya upaya ataupun kontribusi nyata yang diberikan oleh semua kalangan yang terkait untuk mewujudkan cita- cita kebersamaan.

Oleh karena itu, dalam pencapaian tersebut maka peserta didik berhak untuk mendapatkan kepemilikannya, yang tertuang pada UU Sistem Pendidikan Nasional No. 201 tahun 2003 pada pasal 12 ayat 1, yang salah satunya yaitu:

mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya yang diajarkan oleh pendidikan yang seagama, mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya dan lain-lain.25

4. Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan merupakan sebuah wadah dalam penerapan, pembinaan dan pemberian ilmu serta pengetahuan dari pendidik pada peserta

24Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, cet. 1, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hal. 99 25Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Th. 2003), Op.Cit., hal.

10

(21)

didik yang bersifat formal untuk membentuk kepribadian yang baik dan mengembangkan kemampuan yang telah ada.

H. Metodologi Penelitian

1. Jenis Pendekatan dan Penelitian a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.26

b. Pendekatan Penelitian

Bogdan dan Taylor dalam Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.27 Jadi pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggambarkan suatu objek atau subjek secara tepat kemudian mengambil sebuah kesimpulan. Dan pendekatan penelitian ini tidak menggunakan angka tetapi berupa penjabaran dalam kalimat.

2. Jenis dan Sumber Data

26Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, cet. 1, (Jakarta: PT.

Bumi Aksara), hal. 157

27Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hal. 36

(22)

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan ialah data kualitatif ialah data yang diperoleh dalam bentuk kata verbal. Yang didapat dari hasil pengumpulan data yaitu observasi literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok pembahasan, wawancara dan pengamatan langsung di lapangan.

b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan ialah sumber bacaan yang berkaitan dengan persoalan penelitian, terutama yang berkenaan langsung dengan pokok pembahasan:

1) Data Primer adalah data yang diambil dalam penelitian ini didapat langsung dari sumber data melalui informan yaitu dari guru dan siswi di Madrasah Tsanawiyah Masdarul Ulum.

2) Data Sekunder adalah data penunjang yang bersumber dari literatur- literatur tambahan yang mendukung dalam pembahasan, seperti literatur-literatur tambahan, narasumber kepada kepala madrasah, staf administrasi, peserta didik, dokumentasi dan media internet (e-mail).

3. Informan Penelitian

(23)

Laporan berdasarkan metode kualitatif mencakup masalah deskripsi murni tentang program murni tentang program dan pengalaman orang di lingkungan penelitian. Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu pembaca mengetahui apa yang terjadi di lingkungan di bawah pengamatan, seperti apa pandangan partisipan berada di latar penelitian, dan seperti apa peristiwa atau aktivitas yang terjadi dilatar penelitian. Dalam pembacaan melalui catatan dan wawancara, peneliti mulai mencari bagian-bagina data yang akan diperluas untuk persentasi sebagai deskripsi murni dalam laporan penelitian.28

Informan adalah orang yang memberi keterangan atau orang yang memberi sumber data dalam penelitian (narasumber).29 Informan berarti narasumber yang dapat dimintai informasi sebagai bahan kelengkapan dalam penelitian dan yang memiliki informasi yang lengkap serta memiliki pengalaman.

Informan utama dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Masdarul Ulum yang memang memiliki informasi lengkap untuk bahan penelitian yang dibutuhkan peneliti.

Dan informan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Guru Madrasah Tsanawiyah Masdarul Ulum.

28Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, cet. 5, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2011), hal. 174

29Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op.Cit., hal. 378

(24)

b. Kepala Madarsah, staf administrasi dan siswi Madrasah Tsanawiyah Masdarul Ulum.

4. Teknik Pengumpula Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui:

a. Observation (Observasi)

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.30

Adapun kelebihan yang dimiliki oleh observasi, ialah :

1) Data observasi itu diperoleh secara langsung di lapangan, yakni dengan jalan melihat dan mengamati kegiatan atau ekspresi peserta didik di dalam melakukan sesuatu, sehingga dengan demikian data tersebut dapat lebih bersifat obyektif dalam melukiskan aspek-aspek kepribadian peserta didik menurut keadaan yang senyatanya.

30Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, cet. 10, (PT. Raja Grafindo Persada:

Jakarta, 2011), hal. 76

(25)

2) Data hasil observasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing individu peserta didik, dengan demikian maka di dalam pengolahannya tidak berat sebelah atau hanya menekankan pada salah satu segi saja dari kecakapan atau prestasi belajar mereka.31

b. Interview (Wawancara)

Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Dan jenis wawancara yang dipakai adalah wawancara bebas (non-systematic interview).32 Yaitu wawancara yang tidak menggunakan pedoman tertentu, jadi wawancara bebas ini antara pewawancara dengan narasumber tidak terlalu resmi. Dalam wawancara ini peneliti mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada satu atau dua orang sebagai informan. Wawancara ini ditujukan kepada informan (guru, siswa, orangtua dan kepala pondok pesantren Masdharul Ulum), hal ini dilakukan utnuk mendapatkan data mengenai cara menggunaan pendekatan hypno heart teaching dalam pembentukan kepribadian peserta didik.

c. Dokumentasi.

31Ibid., hal. 81 32Ibid,. hal. 82

(26)

Maman Rachman yang dikutip oleh Margono, dokumenter yaitu dengan peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian disebut teknik dokumenter atau studi dokumenter.33

d. Setelah itu dilakukan penelaahan yakni dengan cara membaca, mempelajari atau mengkaji, menghayati literatur-literatur yang mengemukakan masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian dan perolehan hasil dari pengamatan penelitian di lapangan.

5. Pengelolaan Data

Dalam pengelolaan data ini penulis menggunakan cara analisis data non statistik, karena data yang digunakan adalah data kualitatif, maka setelah data terhimpun lalu diperiksa keabsahannya dan ketepatannya dari data-data yang telah terkumpul kemudian diadakan editing dan dianalisi dengan menggunakan pedoman observasi, dokumentasi dan wawancara yang penulis gunakan dalam penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

33Margono, Op.Cit., hal. 181

(27)

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan- kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Dengan “reduksi data” peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan transformasikan dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas dan sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.34

Berarti reduksi data merupakan suatu kegiatan dalam penganalisaan secara terperinci guna memperoleh data-data atau informasi-informasi secara lengkap dan bersifat valid serta mempermudah pembaca dalam memahami isi atau pokok dari pembahasan.

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang disajikan harus sederhana

34http://www.menulisproposalpenelitian.com/2012/07/reduksi-data-dalam-analisis penelitian.html, dikutip pada tangga 17 April 2013, pukul 11:31

(28)

jelas agar mudah dibaca. Penyajian data juga dimaksudkan agar para pengamat dapat dengan mudah memahami apa yang kita sajikan untuk selanjutnya dilakukan penilaian atau perbandingan dan lain lain.35

Penyajian data merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan penelitian dan setelah data dianalisis pada tahap sebelumnya kemudian data- data ataupun informas-informasi disajikan dalam bentuk dan bahasa yang lebih sederhana. Yang sebelumnya dilakukan pula sebuah penilaian atau perbandingan guna penyesuaian data atau informasi yang telah diperoleh.

c. Verifikasi

Pengertian verifikasi adalah suatu tindakan pengabsahan yang dilakukan seseorang untuk menandakan bahwa seseorang yang melakukan verifikasi merupakan narasumber yang sesungguhnya atau berpemilikan adalah asli milik orang yang bersangkutan yang melakukan verifikasi.36

Melalui teknik analisis data verifikasi ini diharapkan dapat menyimpulkan dari sebuah data yang bisa dipertanggungjawabkan, serta data juga dapat diuji kebenarannya secara relevan.

d. Klasifikasi

Klasifikasi adalah pengelompokkan yang sistematis pada sejumlah objek.37 Berdasarkan pengertian tersebut klasifikasi merupakan suatu metode yang sistematis dalam mengelompokkan data dari beberapa objek yang

35http://yunizasyafutrieza.blogspot.com/2011/09/penyajian-data.html, dikutip pada tanggal 17 April 2013, pukul 11:45

36http://www.kutoraldigital.com/2009/12/cara-verifikasi-blogspot-ke.html 37http://kangtarto.blogspot.com?2008/01/pengertian-klasifikasi-perpustakaan.html

(29)

diteliti oleh peneliti untuk mencari suatu kenyataan ada di lingkungan, data yang telah dikelompokkan akan mempermudah bagi peneliti dalam merumuskan suatu masalah.

e. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.38

Hal ini peulis lakukan dengan cara: 1). Membandingkan hasil pengamatan dengan hasil dokumentasi, sehingga hasilnya diketahui bahwa data yang diperoleh adalah benar, 2). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang, sehingga pernyataan orang dan pernyataan anak berkaitan pada fokus penelitian.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penyajian hasil penelitian ini, maka sistematika pembahasannya disusun sebagai berikut:

Bab Pertama, pendahuluan yang memuat: latar belakang masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, kajian kepustakaan, definisi operasional, metodologi penelitian yang meliputi: jenis dan

38Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. 15, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offest), hal. 178

(30)

pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua, konsep hypno heart teaching, yang meliputi pengertian konsep

hypno heart teaching, dan implementasi hypno heart teaching yang terdiri dari sembilan prinsip self hypno-heart, guru bimbingan akhlak dan kepribadian insan mulia (BAKIM), dan aplikasi hypno heart teaching dalam proses pembelajaran di kelas.

Bab Ketiga, gambaran lokasi penelitian yang meliputi sejarah berdirinya

madrasah tsanawiyah masdharul ulum, letak geografis, identitas, latar belakang, rencana strategis, kondisi objektif, dan keunggulan madrasah tsanawiyah masdharul ulum.

Bab Keempat, analisis implementasi hypno heart teaching di Madrasah Tsanawiyah Masdharul Ulum Desa Teluk Kecapi Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir Palembang, yang meliputi konsep hypno heart teaching dalam pembentukan kepribadian peserta didik dan implemetasi hypno heart teaching dalam pembentukan kepribadian peserta didik di lembaga pendidikan.

Bab Kelima, penutup yang meliputi: kesimpulan dan saran-saran.

Referensi

Dokumen terkait

20 Tahun 2003 Bab I, dijelaskan bahwa ” pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Munib 2004:33) menyatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Pendidikan secara nasional di Indonesia didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran , agar peserta didik secara

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajarn agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses