• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kopi sedang menjadi tren saat ini di kalangan remaja hingga dewasa muda. Hal ini juga diperkuat dengan semakin menjamurnya bisnis coffee shop. Berdasarkan data yang dikeluarkan International Coffee Organization (ICO), Indonesia menempati posisi ke-2 konsumsi kopi terbanyak dari kategori negara exportir kopi di dunia dengan jumlah konsumsi 4,839 juta kantong 60kg. Dari periode 2015/2016 hingga 2018/2019 Indonesia memiliki pertumbuhan konsumsi kopi yang positif mencapai 1,8% (BPS, 2020). Dari data konsumsi kopi nasional yang dikeluarkan Kementerian Pertanian dapat diperkirakan konsumsi kopi pada tahun 2021 dapat mencapai 370 ribu ton. Hal ini diperkuat dengan data terbaru dari ICO, di mana jumlah konsumsi kopi di Indonesia periode 2020/2021 terhitung hingga bulan Mei 2021 mencapai 300 ribu ton.

Dengan tingkat konsumsi yang tinggi maka usaha pemenuhan juga meningkat.

Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan produksi dalam negeri dan juga melakukan impor. Pada peringkat dunia Indonesia menempati posisi ke-4 negara produksi kopi terbesar dan peringkat ke-2 untuk Kawasan Asia dan Oceania dengan rata-rata produksi tahun 2018-2020 mencapai 662.475 ton. Produksi kopi dapat mempengaruhi keadaan lingkungan dikarenakan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan (van Rikxoort et al., 2013). Pertanian merupakan proses yang kompleks dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca (Killian et al., 2013). Emisi yang dihasilkan dari proses pertanian dapat berupa emisi karbon dioksida langsung, emisi non-karbon dioksida langsung, dan emisi gas rumah kaca tidak langsung (DEFRA, 2011). Food dan Agriculture Organization of teh United Nations (FAO) mencatat pada tahun 2018 bidang pertanian sudah menghasilkan emisi karbon sebesar 5,3 juta kg CO (FAO, 2020).

Dan Indonesia sendiri berada pada posisi ke-6 negara penghasil emisi karbon dari pertanian tertinggi dengan jumlah emisi 145 ribu kg CO(FAO, 2020).

(2)

2

Besarnya emisi karbon dapat dideteksi dengan melakukan penelitian carbon footprint dari sistem produksi kopi tersebut (Maina et al., 2015; Wiedmann & Minx, 2008). Carbon footprint didapatkan dengan menghitung emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu kemudian dinyatakan dalam ekuivalen karbon dioksida (Hassard et al., 2014). Dengan dilakukannya review dapat dilihat secara detail pada supply chain mengenai sumber-sumber emisi. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk mengetahui metode mana saja yang berpotensi mereduksi emisi dari proses produksi kopi. Pada studi lebih lanjut dapat dilakukan penelitian untuk efisiensi supply chain atau subsistensi proses agar menekan angka emisi yang dihasilkan. (saran)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan literatur review yang sudah ada, maka identifikasi masalah yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1.2.1. Berapa besar carbon footprint yang dihasilkan kopi dari sepanjang aliran rantai pasok?

1.2.2. Sejauh mana pengaruh perbedaan metode (penanaman, produksi, penyajian) terhadap besar carbon footprint ?

1.2.3. Mengidentifikasi berbagai metode yang berpeluang untuk menurunkan nilai carbon footprint?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1.3.1. Menentukan nilai carbon footprint yang dihasilkan dari penanaman hingga penyajian kopi

1.3.2. Mengevaluasi sejauh mana pengaruh perbedaan metode penananam, pengolahan, dan penyajian terhadap nilai carbon footprint kopi

1.3.3. Mengidentifikasi metode penananam, pengolahan, dan penyajian yang berpeluang mereduksi nilai carbon footprint.

Referensi

Dokumen terkait

Polutan yang dihasilkan dari pem- bakaran batubara pada pengoperasian PLTU adalah emisi gas Karbon dioksida (CO 2 ), Nitrogen dioksida (NO 2 ), Sulfur dioksida (SO 2 )

Beberapa penelitian terdahulu terkait pengungkapan emisi karbon di Indonesia diantaranya yaitu, penelitian yang dilakukan Jannah dan Muid (2014) menemukan bahwa

Gas karbon dioksoda (CO2) dapat digunakan sebagai gas residu pada bahan dielektrik cair (minyak) pada alat-alat tegangan tinggi, antara lain : kabel dan

Dari segi lingkungan, metode ini lebih ramah lingkungan karena mengurangi emisi sulfur dioksida selama proses peleburan dan mengurangi kerusakan lingkungan karena

Berdasarkan pemaparan di atas disimpulkan bahwa Indikasi geografis merupakan produk yang dihasilkan oleh tempat tertentu berupa hasil pertanian, produk olahan,

Mengapa Republik Rakyat China sebagai negara industri penghasil emisi gas terbesar di dunia tidak mematuhi Protokol Kyoto dalam mengatasi masalah isu lingkungan mengenai

Terdapatnya penurunan emisi bernilai negatife (-) dengan persentase di anggap 0 % dikarenakan kegiatan aksi mitigasi tidak dilakukan gas metan hanya

Secara ilmiah, tanaman atau pohon menyerap gas-gas karbon, yang merupakan penyebab pemanasan global dalam jumlah yang berlebihan (seperti karbon dioksida,