• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1."

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu sumber bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi namun, jenis komoditi yang mudah rusak (perishable food). Menurut Moeljanto (1992) untuk mempertahankan kesegaran dan mutu ikan sebaik dan selama mungkin, maka dilakukanlah pengolahan dan pengawetan ikan yang bertujuan untuk menghambat atau menghentikan kegiatan zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menimbulkan pembusukan (kemunduran mutu) dan kerusakan.

Berbagai cara pengawetan telah banyak dilakukan, tetapi sebagian diantarannya tidak mampu mempertahankan sifat-sifat alami produk perikanan.

Salah satu cara pengawetan produk perikanan yang tidak mengubah sifat alaminya adalah dengan pembekuan (Murniyati dan Sunarman, 2000).

Menurut Murniyati dan Sunarman (2000), bahwa pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk disimpan di dalam suhu yang rendah Pembekuan berarti mengubah kandungan cairan menjadi es sehingga ikan dapat bertahan lama dan kualitasnya tetap terjaga. pendapatan Negara dan nelayan sekitar 90% dari nilai produk perikanan yang diekspor adalah produk yang dibekukan. Jenis produk ikan tuna yang dibekukan diantaranya tuna loin, tuna saku, tuna cube, sate tuna, tuna asap, katsuobushi, steak tuna, dan lain – lain (Moeljanto, 1992).

(2)

2

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan produk tuna steak beku yang berkualitas, yaitu steak beku dengan menggunakan bahan baku loin beku yang sudah dibekukan pada freezer dengan suhu -18°C dan steak beku dengan menggunakan bahan baku loin segar yang sama sekali belum mendapatkan proses pembekuan, dengan memanfaatkan suhu rendah diharapkan dapat mempertahankan kualitas mutu tuna steak beku. Untuk menjamin kualitas produk tuna steak beku seluruh industri pengolahan ikan diwajibkan melaksanakan PMMT (Penerapan Manajemen Mutu Terpadu) yang meliputi penerapan GMP (Good Manufacturing Practice) yaitu pedoman praktis cara memproduksi makanan yang baik dan benar untuk memenuhi persyaratan produk makanan yang aman dan bermutu dan SSOP (Sanitation Standard Operational Procedure) yang merupakan prosedur-prosedur standar penerapan prinsip pengelolaan lingkungan yang dilakukan melalui kegiatan sanitasi dan higiene.

Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis mengambil judul tentang Pengaruh penanganan bahan baku Loin yang berbeda terhadap kualitas tuna steak beku di PT. Hatindo Makmur Benoa Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat dirumuskan dari latar belakang diatas, sebagai berikut:

Apakah ada perbedaan kualitas yang dihasilkan antara tuna steak beku menggunakan bahan baku loin beku dengan menggunakan bahan baku loin segar dengan menerapkan GMP dan SSOP?

(3)

3

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas tuna steak beku menggunakan bahan baku loin beku dibandingkan dengan menggunakan bahan baku loin segar serta dengan menerapkan GMP dan SSOP.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kualitas tuna steak beku yg diolah dengan bahan baku loin yang berbeda.

2. Dapat menjadi salah satu acuan untuk penelitian-penelitian berikutnya.

3. Dapat digunakan sebagai acuan dalam memilih penanganan bahan baku loin untuk menghasilkan tuna steak beku berkualitas baik.

1.5 Hipotesis

Diduga ada perbedaan kualitas yang dihasilkan antara tuna steak beku menggunakan bahan baku loin beku dengan menggunakan bahan baku loin segar dengan menerapkan GMP dan SSOP.

Referensi

Dokumen terkait

Ukuran tuna yang diterima untuk pengolahan tuna loin adalah yang berukuran 30 kg keatas, mutu tuna yang dapat diterima sebagai bahan baku loin adalah Warna daging

membawa pada pemahaman terhadap produk yang berkualitas baik secara kurang tepat karena mengabaikan perbedaan variansi nilai spesifikasi produk terhadap nilai target yang

Maxil shoes sebagai industri pengrajin sepatu dalam setiap aktivitas produksinya selalu berusaha untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik dengan menerapkan

Guru ekonomi yang berkualitas akan menghasilkan output didikan yang berkualitas juga, sebaliknya guru ekonomi yang tidak berkualitas akan menghasilkan output

Oleh karena itu, penerapan HACCP dalam penanganan ikan layur beku sangat dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang diharapkan.. AGB Palabuhanratu menerapkan sistem kerjasama

Tidak jarang seorang konsumen akan loyal terhadap suatu produk atau jasa yang menurutnya berkualitas baik, karena dari kualitas produk yang baik akan menghasilkan

Total Salmonella pada produk tuna beku baik yang diinkubasi selama 24 dan 48 jam jauh menurun bila dibandingkan dengan total Salmonella tuna loin segar, sedangkan pada

Kesesuaian harga dengan kualitas produk harus seimbang agar produk-produk yang ditawarkan dapat diterima oleh konsumen.Harga yang berkualitas adalah persepsi konsumen merasa puas saat