1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Sejauh ini perkembangan dunia usaha semakin pesat. Persaingan yang semakin ketat ini mengharuskan perusahaan untuk mengelola semua sumber daya yang dimilikinya seoptimal mungkin agar perusahaan dapat menghasilkan dan menawarkan produk yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen. Oleh karena itu perusahaan terus dituntut untuk dapat meningkatkan seluruh aktivitasnya agar mampu bersaing dalam mempertahankan hidup suatu perusahaan, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai (Fong, 2018).
Perusahaan umumnya di bagi menjadi tiga jenis yaitu perusahaan jasa, perusahaan manufaktur, dan perusahaan dagang. Perusahaan jasa adalah perusahaan yang kegiatan usahanya memberikan suatu pelayanan atau service kepada pelanggan. Perusahaan manufaktur ialah perusahan yang mengubah bahan mentah menjadi barang jadi melalui proses produkssi, sebelum dilakukannya penjualan persediaan barang dagang kepada pelanggan. Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang menyediakan barang jadi untuk melakukan kegiatan penjualan dan pembelian persediaan barang dagang kepada pelanggan. Setiap perusahaan tersebut harus mampu menjalankan aktivitasnya dengan baik guna menghasilkan laba yang maksimal untuk mempertahankan keberlangsungan. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan mencerminkan nilai suatu perusahaan. Nilai perusahaan inilah yang akan menjadi cerminan hasil perusahaan dimata investor (Salim, dkk 2021).
Perusahaan dituntut mengatur kebijakan terhadap aset yang dimiliki perusahaan, terutama aset lancar yang merupakan elemen terpenting dalam menunjang aktivitas operasi perusahaan. Salah satu aset lancar dalam perusahaan adalah Persediaan. Persediaan merupakan unsur yang penting dalam suatu perusahaan, baik industri manufaktur maupun perusahaan dagang yang diperoleh, diproduksi, dan dijual secara berkesinambungan untuk kelangsungan hidup perusahaan (Barchelino, 2016).
Menurut (Sudibyo, 2019) Persediaan barang dagang memiliki dua komponen yang harus diketahui terlebih dahulu. Komponen tersebut adalah jumlah fisik barang dagang dan harga satuan tiap barang komponen yang pertama dalam penilaian persediaan barang dagangan yaitu jumlah fisik barang. Jumlah fisik barang dapat diketahui dengan cara menghitung barang tersebut baik dihitung pada akhir periode berjalan maupun dihitung secara berkala. Komponen yang kedua penilaian persediaan barang dagang yaitu harga barang per unit.
Setiap perusahaan yang bergerak di bidang usaha dagang, jasa, dan manufaktur perlu melakukan pencatatan akuntansi. Dengan adanya pencatatan diketahui kondisi keuangan perusahaan. Dalam sebuah perusahaan, persediaan mempunyai pengaruh dalam penyajian laporan keuangan. Hal tersebut karena dari laporan keuangan yang dihasilkan akan dapat menunjukkan keadaan keuangan perusahaan yang sesungguhnya apakah mengalami keuntungan ataupun sebaliknya. Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan laba rugi maupun neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan (Paraswati, dkk 2021).
Pada proses pencatatan dan penilaian persediaan barang dagangan dibutuhkan suatu ketelitian, mengingat persediaan merupakan salah satu komponen aktiva yang paling aktif dan sering terjadi kesalahan di dalamnya, terutama dalam penentuan persediaan akhir. Sebuah kesalahan yang terjadi dalam pencatatan dan penilaian atas persediaan akan berakibat fatal, baik pada neraca maupun laporan laba rugi (Ridzal, 2019)
Tetapi terkadang dalam pencatatan ataupun perlakuan akuntansi suatu perusahaan belum dilakukan dengan baik atau belum sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya di antaranya kekurangan informasi terhadap metode pencatatan dan penilaian persediaan, kurangnya pengetahuan dari pihak perusahaan untuk menerapkan metode yang layak, ataupun perusahaan sudah merasa cocok dengan metode pencatatan yang telah diterapkan dan digunakan selama ini sehingga perusahaan enggan untuk mengganti metode lama dengan metode baru yang sesuai dengan standar yang berlaku sebenarnya. Jika mengganti dengan metode
yang baru akan sulit untuk menyesuaikan dengan sistem yang telah diterapkan oleh perusahaan selama ini (Budianto, 2017).
Suatu sistem persediaan akuntansi yang baik dapat dilihat bagaimana perusahaan melaporkan persediaan barang dagang secara tepat dan akurat pada neraca perusahaan, hal ini tentunya dapat dicapai dengan upaya yang teliti dalam ketepatan pencatatan, penilaian, dan penetepan harga pokok (Setiadi, 2018).
Untuk dapat mencatat dan menilai persediaan dengan tepat, maka perusahaan perlu mengambil suatu kebijakan yang mengatur hal tersebut.
Perusahaan dapat memilih salah satu dari metode pencatatan persediaan dan metode penilaian persediaan yang sesuai dengan standar. Pencatatan dan penilaian persediaan memegang peran penting dalam usaha. Informasi dari pencatatan dan penilaian persediaan yang akurat dan efisien akan mengurangi tingkat kecenderungan terjadinya kesalahan dalam pencatatan dan penilaian persediaan (Sembiring, 2019).
Dalam beberapa metode dapat menunjukkan perhitungan yang berbeda, hal ini disebabkan karena masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam menetapkan jumlah besar kecilnya beban pokok penjualan.
Penggunaan metode tersebut tergantung dengan keputusan oleh perusahaan tersebut. Kebanyakan pengusaha UMKM menggunakan teknik sederhana dan manual dalam mengontrol persediaan mereka sebagai akibat dari terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki, dan sering kali memiliki keahlian dan pengetahuan yang kurang dalam akuntansi (Keso, dkk 2021)
CV NAZA merupakan salah satu jenis perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Perusahaan ini melakukan kegiatan jual beli bahan-bahan bangunan. CV NAZA sudah berdiri sejak 2014 oleh ibu Khatimah yang beralamat di Jalan Lintas Batu Raja Desa Keban Agung Kec. Lawang Kidul Kab. Muara Enim, Sumatera Selatan. CV Naza menjual bahan bangunan seperti : semen, keramik, asbes, cat, seng, besi, pasir, batu bata, dan lain-lain.
Dilihat dari kriteria yaitu kekayaan bersih yang dimiliki perusahaan tidak termasuk tanah dan bangunan yaitu lebih dari Rp400.000.000 dan hasil penjualan perusahaan lebih dari Rp250.000.000 per tahun. Menurut Undang-undang RI No.
20 Tahun 2008, hal ini menunjukkan bahwa CV Naza merupakan perusahaan yang termasuk ke dalam jenis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). sehingga perusahaan wajib mengunakan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Bab 11 tahun 2018 oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), yang membahas tentang akuntansi persediaan sebagai pedoman akuntansi persediannya.
Pencatatan persediaan barang dagang pada CV Naza belum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Bab 11 Tahun 2018. Pencatatan persediaan barang dagang di CV Naza masih dilakukan secara manual, sehingga masih banyak dokumen yang rusak dan hilang terkait persediaan barang dagang, hal ini dapat merugikan perusahaan apabila hendak melakukan proses transaksi yang berdampak pada terlambatnya proses pembuatan laporan persediaan barang dagang. CV Naza hanya menghitung secara fisik menggunakan kertas dan hanya menyimpan nota- nota penjualan sedangkan saat pembelian barang hanya mencatat disebuah buku catatan untuk pembelian barang dagang. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan pencatatan persediaan barang dagang.
Metode penilaian persediaan barang dagang juga belum sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Bab 11 Tahun 2018. Penilaian persediaan akhir dihitung dengan cara mengalikan harga beli terakhir dengan kuantitas persediaan akhir. Hal ini menyebabkan beban pokok penjualan pada laporan laba rugi dan nilai persediaan akhir pada laporan posisi keuangan tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisis Penilaian Persediaan Barang Dagang Dalam Menentukan Persediaan Akhir Pada CV Naza”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahn yang terjadi CV Naza belum menerapkan sistem pencatatan dan penilaian
persediaan yang sesuai dengan standar maka dengan ini permasalahan yang akan dibahas yaitu :
1. Bagaimana penilaian persediaan barang dagang dalam menentukan persediaan akhir pada CV Naza?
2. Bagaimana perbandingan laba kotor persediaan barang dagang pada CV Naza?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Perusahaan sudah melakukan pencatatan persediaan barang dagang dengan pencatatan yang sederhana yaitu hanya mencatat penjualan dan pembelian dalam kartu persediaan. Penulis membatasi pembahasan pada laporan akhir ini terkait pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang dalam menentukan persediaan akhir pada CV Naza sesuai dengan SAK ETAP Bab 11 Tahun 2018. Metode Pencatatan yang digunakan yaitu metode pencatatan perpetual, metode perpetual memiliki kelebihan untuk mengetahui kondisi dan jumlah persediaan tanpa harus melakukan pengecekan secara fisik. Setiap adanya perubahan nilai persediaan sudah tercatat di dalam kartu persediaan barang dagang (Elvia, dkk 2018).
Metode penilaian FIRST IN FIRST OUT (FIFO), Metode FIFO memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya, metode FIFO akan menghasilkan laba yang lebih tinggi dibanding metode, dan jika selama periode terjadi inflasi atau kenaikan harga. Metode FIFO akan menghasilkan harga pokok penjualan lebih rendah sehingga laba kotor yang dihasilkan akan lebih besar.
Apabila perusahaan dapat menghasilkan laba yang besar maka hal tersebut dapat menarik para investor untuk berinvestasi pada perusahaan yang tentunya dapat menguntungkan perusahaan (Salim, dkk 2021). Produk yang akan di hitung pada CV NAZA dibatasi menjadi 3 produk yaitu : Semen Tiga Roda, Besi 8 TJ SNI dan Keramik Canbera coklat ukuran (25x40). Produk ini yang memiliki tingkat penjualan tinggi. Data yang digunakan dalam pembuatan laporan akhir ini adalah data penjualan dan pembelian 3 produk barang dagang selama 01 Januari 2020 sampai 31 Desember 2020.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penulisan
Tujuan dilakukan penulisan Laporan Akhir ini adalah :
1. Untuk menganalisis penilaian persediaan barang dagang pada CV Naza.
2. Untuk menganalisis perbandingan nilai persediaan akhir
3. Untuk menganalisis perbandingan laba kotor persediaan barang dagang pada CV Naza.
1.4.2 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan oleh penulis dalam penyusunan Laporan Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi CV NAZA
Untuk memberikan masukan kepada CV NAZA mengenai pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang yang diharapkan dapat bermanfaat dan digunakan oleh CV NAZA agar lebih memudahkan dalam pencatatan dan penentuan harga pokok persediaan barang dagang.
2. Bagi Penulis
Untuk menambah pengalaman, wawasan serta pengetahuan akuntansi khususnya akuntansi keuangan mengenai pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang serta sebagai sarana penerapan teori yang sudah diperoleh selama kuliah ke praktek di dunia kerja.
3. Bagi Civitas Akademika
Untuk menambah bahan referensi bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa Jurusan Akuntansi dan sebagai acuan untuk penyusunan Laporan Akhir selanjutnya sehingga dapat terus dikembangkan.
1.5 Metode Pengumpulan Data
Pada penulisan Laporan Akhir ini, diperlukan data-data yang objektif untuk mempermudah penulis dalam menyusun Laporan Akhir ini. Guna mendukung analisis terhadap permasalahan yang dibahas, penulis mengunakan beberapa metode dalam pengumpulan data. Metode pengumpulan data menurut Sugiyono (2016:223) yaitu :
1. Interview (wawancara) digunakan sebagai teknik pegumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah responden nya sedikit/kecil.Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon.
2. Kuisioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan astau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efesien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan responden.
3. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuisioner. Kalau wawancara dan kuisioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada objek- objek alam yang lain.
4. Dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data yang menghimpun dan menganalisa data baik berupa sejarah perusahaan maupun struktur organisasi diperusahaan tersebut.
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan Laporan Akhir pada CV Naza melakukan wawancara langsung dengan pemilik CV Naza. Dan mengumpulkan dokumen yang berhubungan dengan data-data yang berkaitan dengan persediaan barang dagang.
Menurut Sanusi (2017:104) sumber data dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Data primer
Data Primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti secara langsung.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tersedia dan dikumpulkan oleh pihak
lain, peneliti tinggal memanfaatkan data tersebut menurut kebutuhannya.
Dalam penulisan Laporan Akhir ini, penulis menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan sekunder pada CV Naza. Data primer yang didapatkan penulis berupa hasil wawancara dengan pemilik CV Naza seperti sejarah singkat, struktur organisasi, pembagian tugas, dan visi dan misi pada CV Naza Sedangkan, data sekunder berupa catatan kartu persediaan selama tahun 2020 dari CV Naza.
1.6 Sistematika Penulisan
Secara garis besar laporan akhir ini terdiri dari lima bab yang isinya mencerminkan susunan atau materi yang akan dibahas, di mana tiap-tiap bab memiliki hubungan yang satu dengan yang lainnya. Untuk memberikan gambaran yang jelas, berikut ini akan diuraikan mengenai sistematika penulisan Laporan Akhir ini secara singkat yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup pembahasan, tujuan dan manfaat pembahasan, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang penjelasan teori-teori yang berhubungan dengan pembahasan penelitian yaitu pengertian persediaan, jenis-jenis persediaan, biaya dalam persediaan, metode pencatatan persediaan, metode penilaian persediaan, perbandingan metode penilaian persediaan, dan akibat kesalahan mencatat persediaan.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan, yaitu terdiri dari sejarah singkat, struktur organisasi, pembagian tugas, aktivitas perusahaan, sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan pada CV Naza.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai permasalahan yang terjadi yaitu analisis metode pencatatan persediaan barang dagang,
analisis metode penilaian persediaan barang dagang, analisis perbandingan nilai persediaan akhir, dan analisis perbandingan laba kotor pada CV Naza.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dan saran yang diharapkan dapat bermanfaat dan membantu perusahaan dalam menyelesaikan permasalahan.