BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lutfi, 2015 hal 2 menjelaskan:
Mata merupakan salah satu organ indra manusia yang mempunyai fungsi yang sangat besar. Penyakit mata seperti kelainan-kelainan refraksi sangat membatasi fungsi tersebut. Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar tidak di fokuskan pada retina.
Tetapi dapat di depan atau belakang retina dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang fokus.
Refraksi adalah kemampuan mata membelokkan sinar yang yang di tentukan oleh media refraksi agar cahaya dapat di bengkokkan sedemikian rupa agar tepat jatuh pada macula lutea. Media refraksi terdiri dari kornea, aques humor, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata. Sedangkan akomodasi mata adalah kemampuan mata untuk memfokuskan secara jelas pada suatu obyek dari jarak berapa pun di sebabkan oleh elastisitas lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar (Stella, Kertadjaya, 2013 hal 2).
Kelainan refraksi secara garis besar dapat di sebabkan oleh kelainan pada media refraksi, abnormalitas panjang aksial mata, maupun kehilangan daya akomodasi mata. Untuk lebih spesifiknya, membaca pada buku
elektronik pada pencahayaan yang rendah, terus menerus mata untuk bekerja. Serta gen juga menjadi faktor yang penting (Stella, Kertadjaya, 2013 hal 2). Kelainan refraksi yang umum terjadi antara lain miopia, hipermetropia dan astigmatisme, (ilyas, 2017)
World health organization (WHO) menyatakan terdapat 285 juta
orang (4,24%) populasi dengan gangguan penglihatan, 39 juta (0,58%) dengan kebutaan dan 246 juta (3,65%) dengan low vision. Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia adalah kelainan refraksi (43%), katarak (33%), dan glaukoma (2%), (World health organizations, WHO, 2014).
Menurut WHO anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun di perkirakan sebanyak 19 juta mengalami gangguan penglihatan dan 12 juta diantaranya mengalami kelainan refraksi. Skrining kelainan refraksi yang di lakukan di seluruh sekolah dasar di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Jogyakarta, jumlah sekolah dasar dilaksanakan skrining adalah 22 Sekolah Dasar dengan jumlah siswa sebanyak 2.622 dari jumlah 2.622 siswa, siswa yang mengalami kelainan refraksi sebanyak 2,32% baik miopia maupun astigmatisme (Lukman, Heriana, 2016).
Hasil survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran yang di lakukan di 8 provinsi (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat) berturut – turut pada tahun anggaran 1993/1995, 1995/1996, 1996/1997, di temukan kelainan refraksi sebesar 22,1% dan
menempati urutan pertama dalam 10 penyakit mata terbesar di Indonesia (Lutfi, Jayanti, 2015 hal 3).
Kesehatan mata pada anak membutuhkan perhatian yang sangat khusus terutama pada usia sekolah, karena dapat mempengaruhi proses penerimaan informasi anak saat belajar. Indera penglihatan dengan fungsinya sangat penting tidak terlepas dari gangguan, termasuk pada anak – anak. Salah satunya gangguan yang biasa terjadi adalah kelainan refraksi (FKUNISBA, 2014). Dunia telah memberikan perhatian yang cukup serius mengenai masalah gangguan penglihatan pada anak karena angka kesakitannya terutama di negara – negara berkembang seperti Indonesia sangat tinggi (e-Clinic (Eci), 2014).
Berdasarkan studi pendahuluan pada saat mengikuti PKL Komunitas Program Studi D 3 Refraksi Optisi Dharma Husada Bandung ke Sekolah Dasar. Mendapat informasi dari guru perihal soal kesulitan siswa melihat papan tulis saat duduk di belakang dan di jumpai beberapa siswa yang tidak dapat membaca huruf snelen chart terkecil yang di anggap sebagai batas penglihatan normal, hal ini tentu mengundang rasa keingintahuan penulis untuk meneliti lebih lanjut. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran Kelainan Refraksi Di 10 Sekolah Dasar Di Dusun Satu Pangalengan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dikemukakan Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Kelainan Refraksi Di 10 Sekolah Dasar Di Dusun 1 Pangalengan.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Kelainan Refraksi Di 10 Sekolah Dasar Di Dusun 1 Pangalengan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Gambaran Kelainan Refraksi Di 10 Sekolah Dasar di Dusun 1 Pangalengan berdasarkan jenis kelainan refraksi.
b. Mengetahui Gambaran Kelainan Refraksi Di 10 Sekolah Dasar di Dusun 1 Pangalengan berdasarkan jenis kelamin.
c. Mengetahui Gambaran Kelainan Refraksi Di 10 Sekolah Dasar di Dusun Satu Pangalengan berdasarkan usia.
d. Mengetahui Gambaran Kelainan Refraksi Di 10 Sekolah Dasar di Dusun 1 Pangalengan berdasarkan ukuran refraksi terbanyak yang di dapatkan.
e. Mengetahui Gambaran Kelainan Refraksi Di 10 Sekolah Dasar di Dusun 1 Pangalengan berdasarkan kategori derajat beratnya yang di dapatkan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menjadi sebuah informasi, referensi terbaru hasil gambaran kelainan refraksi di Di 10 Sekolah Dasar Di Dusun 1 Pangalengan.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Penulis
Dengan hasil penelitian ini, penulis berharap dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai hasil pemeriksaan dan gambaran kelainan refraksi Di 10 Sekolah Dasar Di Dusun 1 Pangalengan.
b. Manfaat Bagi Profesi Refraksi Optisi
Penulis berharap, dengan adanya hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan serta bahan referensi terbaru dalam mengembangkan keilmuan dalam ruang lingkup refraksi optisi.
c. Manfaat Bagi Institusi
Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi bidang keilmuan dan menjadi salah satu program pembinaan desa dan sebagai referensi kepustakaan STIKes Dharma Husada Bandung.
d. Manfaat Bagi 10 Sekolah Dasar Di Dusun Satu Pangalengan.
Dengan dilakukannya penelitian ini penulis berharap, dapat
Pangalengan. Dalam memahami gambaran kelainan refraksi Di 10 Sekolah Dasar Di Dusun 1 Pangalengan.
e. Manfaat Bagi Masyarakat
Dengan penyusunan karya tulis ilmiah ini di harapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat secara khusus kepada orang tua siswa Di 10 Sekolah Dasar Di Dusun 1 Pangalengan, dan masyarakat lainnya secara umumnya, sehingga dapat mendeteksi dini gejala-gejala kelainan refraksi yang di alami oleh anak-anak.
E. Ruang Lingkup 1. Lingkup Masalah
Masalah yang akan di teliti adalah masalah mengenai kejadian kelainan refraksi di 10 Sekolah Dasar Di Dusun 1 Pangalengan.
Penelitian ini dilakukan di 10 Sekolah Dasar yaitu Sekolah Dasar Sidamukti, Sekolah Dasar Pangalengan 2, Sekolah Dasar Ciwindara, Sekolah Dasar Cikaliki, Sekolah Dasar Cijembar, Sekolah Dasar Cibeureum, Sekolha Dasar Pangalengan 5, Sekolah Dasar Pangalengan 8, Sekolah Dasar Pangalengan 7, Sekolah Dasar Pangalengan 4, Di Dusun Satu Pangalengan yang beralamat di kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
2. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di 10 sekolah dasar yaitu Sekolah Dasar Sidamukti, Sekolah Dasar Pangalengan 2, Sekolah Dasar Ciwindara,
Sekolah Dasar Cikaliki, Sekolah Dasar Cijembar, Sekolah Dasar Cibeureum, Sekolha Dasar Pangalengan 5, Sekolah Dasar Pangalengan 8, Sekolah Dasar Pangalengan 7, Sekolah Dasar Pangalengan 4, Di Dusun 1 Pangalengan di wilayah kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, Dalam penyusunan dan pelaksanaan hingga pelaporan terhitung pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2019.
3. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini merupakan bidang keilmuan Refraksi Optisi khususnya dalam ilmu Refraksi Klinik Pediatrik.