• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

STIKes Dharma Husada Bandung

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan makanan bukan sekadar makanan, tetapi makanan yang mengandung gizi atau zat-zat gizi. Dengan gizi yang baik akan menciptakan kesehatan yang baik pula, begitu juga sebaliknya gizi yang kurang akan mengakibatkan seseorang rentan terhadap penyakit.

Gizi adalah rangkaian proses secara organik makanan yang dicerna oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan fungsi normal organ, serta mempertahankan kehidupan seseorang (Mardalena, 2017). Tingkat keadaan gizi seimbang tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Gizi yang diperlukan oleh tubuh kita dapat digolongkan dalam enam macam yaitu, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air (Budiyanto, 2009).

Menurut Kemenkes RI (2014) gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. Gizi seimbang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu pola makan.

(2)

STIKes Dharma Husada Bandung

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang.

Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi yang baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini (Kemenkes, 2014).

Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk. Gizi yang tidak optimal adalah faktor risiko PTM, seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Gizi yang tidak optimal dapat dialami oleh berbagai golongan mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai lansia (Kemenkes, 2014). Salah satu golongan yang rentan mengalami gizi yang tidak optimal yaitu remaja. Banyak dampak yang akan dialami oleh remaja ketika mengalami malnutrisi, seperti pada remaja yang kurang gizi atau terlalu kurus akan mempengaruhi reproduksi.

Sedangkan pada remaja yang mengalami gizi lebih atau gemuk akan berisiko terjadinya penyakit degeneratif semakin tinggi, seperti hipertensi, diabetes

(3)

STIKes Dharma Husada Bandung

melitus, penyakit jantung koroner dan lain-lain (Supariasa, 2014). Sedangkan menurut Sulistyoningsih (2012) masalah gizi yang dialami remaja antara lain gizi kurang, gizi lebih, obesitas, anemia serta masalah yang berhubungan dengan gangguan perilaku makan berupa anoreksia nervosa dan bulimia.

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Masa remaja disebut juga sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan perubahan fisik (Sarwono, 2011).

Remaja termasuk golongan rentan terhadap masalah gizi karena berbagai sebab. Pertama, remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial. Kedua, adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja akan mempengaruhi baik asupan maupun kebutuhan gizinya. Ketiga, remaja yang mempunyai kebutuhan gizi khusus seperti remaja yang aktif dalam kegiatan olahraga, sedang hamil, menderita penyakit kronis, melakukan diet secara berlebihan, pecandu alkohol atau obat-obatan terlarang (Almatsier, 2010).

Pada usia remaja, kebutuhan energi dan protein meningkat untuk memenuhi kebutuhan dan mempercepat pertumbuhan. Jika asupan energi tidak terpenuhi, protein digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi namun tidak ada persediaan untuk sintesis jaringan baru atau untuk perbaikan jaringan yang rusak. Keadaan ini dapat menyebabkan penurunan tingkat

(4)

STIKes Dharma Husada Bandung

pertumbuhan dan massa otot meskipun konsumsi protein cukup (Almatsier, 2011).

Proverawati dan Kusuma (2011) menyebutkan bahwa remaja selain membutuhkan energi dan protein lebih banyak, juga membutuhkan zat besi lebih banyak. Kebutuhan zat besi pada remaja meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan zat besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi hemoglobin (Hb), pada perempuan kebutuhan zat besi yang tinggi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi.

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2018) prevalensi gizi berdasarkan Index Masa Tubuh (IMT) pada remaja usia 13-15 tahun di Indonesia menunjukkan gizi kurang sebesar 8,7% yang terdiri dari 1,9%

sangat kurus dan 6,8% kurus dan prevalensi gizi lebih sebesar 16% yang terdiri dari 11,2% gemuk dan 4,8% obesitas. Di provinsi Jawa Barat prevalensi gizi berdasarkan Index Masa Tubuh (IMT) pada remaja usia 13-15 tahun menunjukkan gizi kurang mencapai 7,8% serta gizi lebih diatas prevalensi nasional yaitu sebesar 16,9%. Hal ini membuktikan bahwa di Indonesia masih terdapat masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih.

Arisman (2010) menyebutkan bahwa salah satu penyebab masalah gizi dikarenakan minimnya pengetahuan akan gizi yang kemudian dapat menyebabkan kesalahan dalam memilih makanan. Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan berbagai zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka. Kebiasaan makan pada

(5)

STIKes Dharma Husada Bandung

masa remaja akan berdampak terhadap kesehatan pada fase kehidupan selanjutnya.

Tingkat pengetahuan pada remaja akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan disekolah maupun dirumah yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang baik dapat mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga mencapai status gizi yang baik. Penyuluhan gizi sangat penting untuk menambah pengetahuan gizi remaja sehingga perlu diberikan penyuluhan gizi agar dapat merubah kebiasaan makan yang salah dan tidak menimbulkan masalah gizi (Arisman, 2010).

Pendidikan dan penyuluhan gizi dengan menggunakan slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang dimulai tahun 1952, telah berhasil menanamkan pengertian tentang pentingnya gizi dan kemudian merubah perilaku konsumsi masyarakat. Prinsip 4 Sehat 5 Sempurna yang diperkenalkan oleh Bapak Gizi Indonesia Prof. Poorwo Soedarmo yang mengacu pada prinsip Basic Four Amerika Serikat yang mulai diperkenalkan pada era 1940an adalah : Menu makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah- buahan, serta minum susu untuk menyempurnakan menu tersebut. Namun slogan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan permasalahan gizi dewasa ini sehingga perlu diperbarui dengan slogan dan visual yang sesuai dengan kondisi saat ini (Kemenkes, 2014).

(6)

STIKes Dharma Husada Bandung

Prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet hasil kesepakatan konferensi pangan sedunia di Roma Tahun 1992 diyakini akan mampu mengatasi beban ganda masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.

Di Indonesia prinsip tersebut dikenal dengan Pedoman Gizi Seimbang.

Perbedaan mendasar antara slogan 4 Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah: Konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur. Konsumsi makanan harus memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan mempertahankan berat badan normal (Kemenkes, 2014).

Menurut Healthy People (2010) dalam Nuryanto (2014) , Pendidikan gizi akan meningkatkan pengetahuan gizi anak dan akan membantu sikap anak yang dapat mempengaruhi kebiasaan anak dalam memilih makanan dan snack yang menyehatkan. Pengaruh pendidikan gizi terhadap kesehatan akan lebih efektif jika targetnya adalah langsung pada anak usia sekolah.

Penelitian yang dilakukan oleh Asmarudin (2018) mengenai

“Pengaruh Edukasi Gizi Terhadap Pengetahuan Gizi Dan Asupan Energi, Protein Dan Besi Pada Remaja” menunjukkan bahwa ada perubahan rata-rata pengetahuan gizi sebelum dan sesudah edukasi gizi. Penelitian lain juga dilakukan oleh Nurmasyita (2015) tentang “Pengaruh Intervensi Pendidikan Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Gizi, Perubahan Asupan Zat Gizi Dan Indeks Massa Tubuh Remaja Kelebihan Berat Badan” yang menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan terdapat perbedaan pengetahuan gizi

(7)

STIKes Dharma Husada Bandung

sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan gizi sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan.

Dalam melakukan pendidikan kesehatan terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam penyampaian materi. Metode pendidikan kesehatan merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi sehingga informasi yang diberikan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh audien. Berbagai media yang digunakan sebagai penunjang dan alat bantu untuk metode penyuluhan salah satunya adalah media audiovisual yang dapat memberikan stimulasi secara nyata berisi gambar gerak dan unsur suara dengan durasi waktu relatif pendek yang ditayangkan dalam bentuk video (Notoatmodjo, 2012).

Video merupakan media perantara yang materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Materi gizi seimbang dalam video dikemas berupa efek gambar yang bergerak dengan alur cerita yang menarik serta suara sehingga memberikan gambaran yang lebih nyata. Penelitian yang dilakukan oleh Turyati (2016) mengenai

“Pengaruh Penggunaan Media Video Edukasi Terhadap Hasil Belajar Pkn Siswa Kelas VII Smp Negeri 2 Gondangrejo” menyatakan bahwa pemilihan video sebagai media penyuluhan kesehatan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gondangrejo Tahun Pelajaran 2015/2016.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Desi (2013) dengan judul “Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan

(8)

STIKes Dharma Husada Bandung

Leafleat Dengan Audiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Bahaya Minuman Keras Di Desa Wates Simo Boyolali” yang menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan menggunakan metode audiovisual lebih efektif meningkatkan pengetahuan tentang bahaya minuman keras dibandingkan metode leaflet.

Penyuluhan menggunakan media video mulai sering digunakan seiring dengan perkembangan teknologi karena dinilai efektif untuk penyampaian pesan kepada masyarakat dibandingkan dengan penyuluhan kesehatan tanpa media atau hanya dengan media ceramah, seminar, diskusi, atau power point yang sifatnya masih konvensional. Pemilihan media video juga dapat dilakukan karena video dapat diputar atau ditampilkan berkali-kali dan tidak harus dihadiri langsung oleh penyuluh ataupun guru yang menjelaskan materi.

Penyuluhan dengan media video salah satunya dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama, karena pada masa ini siswa lebih tertarik dengan sesuatu yang dapat dilihat sekaligus didengar dan lebih memudahkan mereka dalam menyerap informasi yang ada dalam video tersebut. SMP Nurul Hidayah adalah sekolah yayasan yang terletak di Jl.

Randusari V No. 5, Antapani Kidul, Kec. Antapani, Kota Bandung, Prov.

Jawa Barat. SMP Nurul Hidayah merupakan sekolah yang berada di Wilayah kerja UPT Puskesmas Jajaway. Proses pembelajaran di SMP Nurul Hidayah sudah menggunakan alat proyektor untuk menampilkan power point, namun pihak sekolah mengatakan belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan

(9)

STIKes Dharma Husada Bandung

dengan media video. Salah satu pendidikan kesehatan yang belum pernah dilakukan di SMP Nurul Hidayah adalah pendidikan tentang gizi seimbang.

Data hasil penjaringan sekolah bulan Januari 2019 yang diperoleh dari UPT Puskesmas Jajaway status gizi di SMP Nurul Hidayah dengan mengukur IMT diperoleh data yaitu 54,12% dalam kondisi kurus, 40% dalam kondisi normal dan 5,88% dalam kondisi gemuk. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa di SMP Nurul Hidayah mengalami masalah gizi. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMP Nurul Hidayah bulan Februari 2019 tentang pengetahuan gizi seimbang, dari 15 orang yang diwawancara didapatkan hasil bahwa 13 orang menjawab tidak mengetahui apa itu gizi seimbang, sumber-sumber gizi dan apa saja jenis-jenis zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sedangkan 2 orang menjawab sudah mengetahui apa itu gizi seimbang dan sumber-sumber gizi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMP Nurul Hidayah dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi seimbang pada remaja kelas VIII di SMP Nurul Hidayah dengan penyuluhan menggunakan media video.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah penelitian yaitu Apakah terdapat “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Terhadap Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Pada Remaja Kelas VIII di SMP Nurul Hidayah Kota Bandung”.

(10)

STIKes Dharma Husada Bandung

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umun

Mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Terhadap Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Pada Remaja Kelas VIII di SMP Nurul Hidayah Kota Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Rata-rata Pengetahuan Remaja Kelas VIII di SMP Nurul Hidayah tentang Gizi Seimbang sebelum dilakukan Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video.

b. Mengidentifikasi Rata-rata Pengetahuan Remaja Kelas VIII di SMP Nurul Hidayah tentang Gizi Seimbang setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video.

c. Mengidentifikasi Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Terhadap Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Pada Remaja Kelas VIII di SMP Nurul Hidayah Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan bagi penyempurnaan bahan ajar, khususnya dalam ruang lingkup kesehatan.

2. Bagi SMP Nurul Hidayah

Sebagai bahan acuan agar pihak sekolah dapat bekerjasama dengan pihak Puskesmas atau Dinas Kesehatan untuk mengadakan penyuluhan mengenai gizi seimbang sehingga dapat meningkatkan pengetahuan siswa

(11)

STIKes Dharma Husada Bandung

akan pentingnya gizi serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari.

3. Bagi siswa SMP Nurul Hidayah

Meningkatkan pengetahuan tentang gizi seimbang pada siswa siswi SMP Nurul Hidayah.

4. Bagi Puskesmas

Berguna sebagai acuan untuk dilakukannya pendidikan kesehatan di sekolah yang berada dalam wilayah kerjanya agar pengetahuan siswa siswi tentang gizi seimbang bertambah.

5. Bagi Peneliti Lain

Berguna sebagai sumber informasi dan tambahan bacaan bagi rekan- rekan sejawat dan semua pihak yang berkepentingan melakukan penelitian lebih lanjut.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memberi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

1. Ruang Lingkup Lokasi Penelitian Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Nurul Hidayah Kota Bandung.

2. Ruang Lingkup Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019.

3. Ruang Lingkup Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian Pre Experimental Design dengan rancangan One Group Pretest-Posttest.

(12)

STIKes Dharma Husada Bandung

4. Ruang Lingkup Materi

Materi yang di bahas dalam penelitian ini adalah keperawatan komunitas dan promosi kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan buku cerita bergambar efektif menumbuhkan