• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan termasuk proses pendidikan dan titik informasi utama; maka keterlambatan untuk melakukan koreksi, terutama pada anak-anak usia sekolah akan sangat mempengaruhi kemampuan menyerap materi pembelajaran dan mengurangi potensi untuk meningkatkan kecerdasan. Meskipun fungsi hidup manusia sangat penting, tetapi sering diabaikan kesehatan mata, sehingga banyak penyakit yang menyerang mata tidak dirawat dengan benar dan menyebabkan masalah penglihatan sampai kebutaan (Kemenkes, 2009).

Gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan yang penting, terutama pada anak, mengingat 80% informasi selama 12 tahun pertama kehidupan anak di dapat melalui penglihatan. Sama halnya dengan orang normal, pada siswa berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas yang memiliki gangguan ketajaman penglihatan biasanya di sebabkan oleh adanya gangguan sejak masih dalam kandungan atau didapat setelah kelahiran maupun disebabkan oleh adanya kelainan refraksi karena faktor eksternal (Junifer M.L.

Dalope, 2017).

(2)

Sesuai Klasifikasi Statistik Internasional Masalah Penyakit dan Kesehatan Terkait (ICD-10) diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gangguan penglihatan dan kebutaan diklasifikasikan sebagai low vision (Kerusakan visual Kategori 1 & 2) didefinisikan sebagai “Orang yang memiliki gangguan fungsi visual bahkan setelah perawatan dan atau koreksi bias standar, dan memiliki ketajaman visual kurang dari 6/18 untuk cahaya persepsi (dalam mata yang lebih baik), atau bidang visual kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi, tetapi siapa yang menggunakan, atau apa adanya berpotensi dapat menggunakan, visi untuk perencanaan dan / atau pelaksanaan tugas yang visinya sangat penting ” (World Health Organization, 2014).

Secara global, ada 124 juta orang dengan gangguan penglihatan. Sekitar 65 juta dari mereka memiliki low vision yang tidak dapat kembali dan membutuhkan pelayanan low vision. Penelitian telah menunjukkan bahwa prevalensi low vision di seluruh dunia berkisar sekitar 10% di Negara India hingga 1% atau kurang di sebagian negara maju. Diperkirakan ada 1,5 juta anak tunanetra di dunia, 1 juta di antaranya tinggal di Asia dan sekitar 300.000 di antaranya Afrika. Setiap tahun, diperkirakan setengah juta anak menjadi buta, di antaranya hingga 60% meninggal di masa kanak-kanak. Prevalensi low vision rendah pada anak-anak (Hasan Min, 2012).

(3)

Prevalensi severe low vision penduduk di Indonesia umur 6 tahun ke atas secara nasional sebesar 0,9%. Prevalensi severe low vision tertinggi terdapat di Lampung (1,7%), diikuti Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Barat (masing- masing 1,6%). Provinsi dengan prevalensi severe low vision terendah adalah DI Yogyakarta (0,3%) diikuti oleh Papua Barat dan Papua masing-masing 0.4%

(InfoDATIN, 2014).

Dalam pendidikan luar biasa orang dengan gangguan penglihatan lebih akrab disebut dengan tunanetra. Pengertian tunanetra tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat, tetapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar. Jadi orang yang dengan kondisi penglihatan yang setengah melihat (low vision) adalah bagian dari kelompok tunanetra (Pramudya, 2014).

Orang dengan low vision biasanya menggunakan media baca tulis biasa misalnya menggunakan huruf yang diperbesar dan menggunakan alat bantu pembesaran (Cahya, 2013). Rehabilitasi yang dapat diberikan dapat berupa alat optik kacamata, kacamata pembesar, serta orientasi dan mobilitas lainnya yang dapat meningkatkan tajam penglihatan (Ilyas S, 2013).

Layanan rehabilitasi yang dapat diberikan pada penyandang tunanetra atau low vision dapat berupa latihan membaca dan menulis braille, latihan penggunaan tongkat, latihan fungsional penglihatan, dan orientasi mobilitas (Rafael Lisinus, 2020). Tujuan dari setiap orientasi dan mobilitas adalah agar setiap orang dapat melakukan kegiatan atau bepergian secara mandiri sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya masing-masing (Hasan Min, 2012).

(4)

Prinsip kerja pada alat bantu low vision hanya mampu membantu peserta dengan hambatan penglihatan low vision yang rendah, jika kerusakan penglihatan terlalu parah maka akan kesulitan pada saat penggunaan alat bantu (Sopandi, 2019). Pemeriksaan fisik, penilaian fungsional penglihatan, dan evaluasi alat bantu low vision yang digunakan, pemeriksa harus memiliki informasi mengenai data pasien. Rehabilitasi bisa menggunakan kacamata, cctv, penggunaan komputer, dan alat optik maupun non optik lainnya (Chaundry, Low Vision Aids, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana

“penanganan assessment functional pada anak low vision” khususnya dengan menggunakan media belajar, mengingat pentingnya motivasi belajar merupakan dorongan pada diri anak untuk belajar sehingga dapat mencapai tujuan. Motivasi belajar dibutuhkan oleh penyandang disabilitas netra untuk dapat mencapai kemandirian sesuai dengan undang-undang konvensi mengenai hak-hak bagi penyandang disabilitas.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, identifikasi masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana penanganan assessment functional pada anak low vision dengan menggunakan media belajar untuk memotivasi belajar pada diri anak?”

(5)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan dalam penelitian adalah mengetahui penanganan pada anak low vision dengan menggunakan media belajar untuk memotivasi belajar pada diri anak.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui seberapa besar dampak penanganan pada anak low vision dengan menggunakan media belajar exploratory play, garismatika, kartu kata, dan bold line book.

b. Untuk mengetahui media belajar yang lebih praktis di gunakan oleh anak low vision dari ke empat ( 4 ) jenis media belajar diatas.

(6)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan pengetahuan tentang penanganan dan media penanganan pada anak low vision khususnya media yang dibahas pada penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengalaman terbaru terhadap masyarakat umum tentang bagaimana penanganan pada anak low vision dan media yang baik untuk digunakan.

b. Manfaat bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah daftar referensi pustaka perpustakaan STIKes Dharma Husada Bandung dan sebagai bahan penelitian selanjutnya bagi mahasiswa yang ingin mengetahui media penanganan pada anak low vision.

c. Manfaat bagi Refraksionis Optisien

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan Refraksionis Optisien tentang manfaat penanganan dan penggunaan media pada anak low vision.

(7)

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian literature ini yaitu untuk mengetahui penanganan pada anak low vision yang bersumber dari jurnal atau artikel ilmiah, yang kemdian disusun dengan metode literature review.

Referensi

Dokumen terkait

Makara Journal of Technology Makara Journal of Technology Volume 17 Number 1 Article 4 4-1-2013 Development of Seebeck-Coefficient Measurement Systems Development of