1 1.1. Latar Belakang Masalah
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terbukti mampu sebagai penopang perekonomian nasional dan mampu bertahan terhadap krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia. Hal ini dikarenakan usaha kecil cukup fleksibel dan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar.
Sementara, jiwa entrepreneurship yang dimiliki pelaku UMKM sebagai pemicu dan pendorong dalam menghasilkan kesuksesan usaha dan memberikan kontribusi bagi kemajuan ekonomi nasional (Suparta et al. 2013).
Seperti yang dikemukakan oleh Buchori (2011:1) bahwa semakin maju suatu Negara semakin banyak orang yang terdidik, dan semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha. Wirausaha merupakan salah satu pendukung yang menentukan maju mundurnya perekonomian, karena bidang wirausaha mempunyai kebebasan untuk berkarya dan mandiri. Jika seseorang mempunyai kemauan dan keinginan serta siap berwirausaha, berarti seseorang itu mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan tidak perlu mengandalkan orang lain maupun pengusaha lain untuk mendapatkan pekerjaan (Deden 2016).
Untuk menjadi daerah yang maju, secara teori minimal empat persen penduduknya harus bergerak di bidang wirausaha. Provinsi Jawa Barat telah berhasil melampaui target menciptakan 100 ribu wirausaha baru yang dicanangkan sejak tahun 2014 lalu. Data dari Dinas koperasi dan UMKM Provinsi Jabar hingga 2017, tercatat 129.191 wirausaha baru di Jawa Barat (Tribunjabarid).
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jabar, Dudi Sudrajat, mengatakan sesuai Pergub Jabar Nomor 58 Tahun 2014 tentang Pedoman Pencetakan Seratus Ribu Wirausaha Baru, setiap tahun bisa dihasilkan 20.000 wirausaha baru, sehingga target 100 ribu wirausaha baru bisa tercapai tahun 2018. Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, mengatakan wirausaha baru kini didominasi oleh anakanak muda yang kreatif dan inovatif. Menurutnya, hal ini menunjukkan anak muda saat ini sudah tidak takut untuk menjadi pengusaha dan menjadi kaya. Dalam program Pencetakan Seratus Ribu Wirausaha Baru para pelaku usaha diberi pelatihan, pemagangan, mentoring pendampingan usaha serta dididik dan difasilitasi dalam hal pemasarannya.
Sedangkan di Kota Bandung target wirausaha baru pada tahun 2016 sebesar 35.000 wirausahawan baru untuk rentang waktu lima tahun ke depan. Untuk mempermudah koordinasi dan sinkronisasi program di bidang kewirausahaan, dibangun suatu sistem informasi berbasis web: wub.bandung.go.id yang menampilkan beberapa fitur utama berupa informasi program kegiatan dari lima perangkat daerah (Dinas KUMKM, Dinas Pangan dan Pertanian, Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Pemuda Olahraga) yang memiliki kegiiatan berupa fasilitasi pelatihan, workshop, gelar produk atau pameran dan temu bisnis. (Portal WUB Kota Bandung, 2018). Sasarannya adalah untuk melahirkan pelaku wirausaha untuk mengembangkan produk lokal.
Wirausahawan yang terdaftar diberikan bantuan pendampingan dan diklat yang difokuskan ke dalam tujuh bidang sesuai dengan keinginan calon wirausahawan diantaranya kuliner, fashion, kerajinan tangan, dan jasa. Berikut grafik peserta program WUB berdasarkan wilayah di Kota Bandung
Sumber: wub.bandung.go.id diakses tanggal 22 Mei 2018, 10:58 Gambar I.1
Grafik Peserta Program WUB berdasarkan Wilayah
Dari data grafik diatas menunjukkan kecamatan dengan peserta terbanyak dalam mengikuti program Wirausaha Baru Kota Bandung adalah Kecamatan Ujung Berung sebanyak 2.421 peserta. Dan kecamatan dengan jumlah peserta paling sedikit yaitu kecamatan Mandalajati. Selain mengeluarkan jumlah peserta Wirausaha Baru Kota Bandung, Portal WUB juga mengeluarkan grafik program WUB berdasarkan kategori sebagai berikut:
Sumber: wub.bandung.go.id diakses tanggal 22 Mei 2018, 10:58 Gambar I.2
Grafik Program WUB berdasarkan Kategori
Dari data grafik diatas menunjukkan bahwa usaha jasa paling banyak diminati oleh WUB (Wirausaha Baru), lalu diikuti usaha kuliner dan kerajinan. Sedangkan yang paling sedikit diminati usaha furniture dan agribisnis.
Menurut BPS (2009) bahwa angkatan kerja digolongkan bekerja adalah sebagai berikut.
1. Angkatan Kerja yang di golongkan bekerja
Dalam seminggu sebelum adanya perhitungan melakukan pekerjaan dalam memperoleh atau membantu untuk mendapatkan penghasilan atau dapat diartikan keuntungan yang lamanya bekisar satu jam dalam seminggu yang lalu.
Mereka yang seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam. Dalam hal ini adalah seperti pekerjaan tetap, pegawai pemerintah\swasta yang saling tidak masuk kerja karena
adanya cuti, sakit, mogok, mangkir atau juga perusahaan menghentikan kegiatannya selama sementara; Petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu hujan yang kemudian setelah itu lalu dilanjutkan untuk menggarap sawah; orang yang bekerja dalam bidang atau keahlian tertentu. Contohnya dokter, dalang serta lain-lainnya.
2. Angkatan kerja yang digolongkan menganggur dan sedang mencari pekerjaan antara lain:
Yang belum pernah bekerja, namunsedang dalam proses atau usaha dalam mencari pekerjaan.
Yang sedang bekerja, akan tetapi pada pencacahan menganggur dan berusaha dalam mendapatkan pekerjaan.
Mereka yang dibebas tugaskan dan sedang berusaha dalam mendapatkan pekerjaan.
Tidak semua angkatan kerja itu kemudian berada atau terlibat dalam kegiatan ekonomi, melainkan hanya dari merekalah yang bekerja pada sektor-sektor tertentu. Contohnya pada sektor pertanian, pertambangan dan galian listrik, konstruksi atau bangunan, jasa, industry, air minum, perdagangan, lembaga keuangan dan transportasi.
Paling tidak, adanya pertumbuhan angkatan kerja dipengaruhi oleh dua faktor yakni struktur umur penduduk dan juga adanya tingkat partisipasi angkatan kerja.
Jumlah angkatan kerja yang terdapat dalam suatu negara ataupun daerah di suatu waktu tertentu tergantung dari jumlah penduduk usia kerja yang dibandingkan dengan angkatan kerja dan penduduk yang berada dalam usia kerja yang biasa disebut dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).
Provinsi Jawa Barat merilis angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang dibandingkan Februari 2016 dan bertambah 0,31 juta orang dibanding Februari 2015 (BPS, 2017). Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.
(BPS, 2004).
Upaya pengembangan potensi tersebut antara lain dilakukan dalam bentuk program pelatihan dan pendampingan bagi masyarakat. Hadisoegondo (2006) menyatakan bahwa untuk menjadikan seseorang menjadi wirausaha mandiri tidak cukup dilakukan dengan pelatihan dan pendampingan saja, harus diikuti dengan program untuk membangun suatu jaringan usaha, sehingga terbentuk sekelompok usaha sejenis (sentra) dan dalam bentuk pengembangannya menjadi jaringan kluster. Untuk membentuk suatu sentra, pemerintah perlu menyediakan lingkungan kewirausahaan yang mendukung lahirnya wirausaha baru dan sekaligus dapat mengembangkan wirausaha yang ada. Secara umum lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar obyek dan dapat mempengaruhi maupun dipengaruhi subyek tersebut. Dengan demikian lingkungan wirausaha merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar wirausaha dan dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh wirausaha. Dalam konteks upaya untuk melahirkan wirausaha baru dan mengembangkan wirausaha yang ada, yang dimaksud lingkungan adalah lingkungan eksternal yang terdiri dari pelanggan, pemasok, pesaing, kreditor, ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan ekologi, namun tidak semua lingkungan eksternal ini mempunyai signifikansi yang sama dalam mempengaruhi lahir dan berkembangnya wirausaha. Lahirnya usaha baru dimulai
dari intensi atau minat seseorang untuk memulai usaha. Ketika seseorang mempunyai intensi untuk memulai usaha baru, perlu didukung dengan lingkungan yang dapat mendorong minat tersebut menjadi kenyataan.Dari berbagai lingkungan kewirausahaan di atas, tidak semua lingkungan memberikan dukungan pada tingkat yang sama dalam mewujudkan ide dan intensi berwirausaha menjadi kenyataan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis faktor-faktor lingkungan kewirausahaan yang mendukung terhadap pertumbuhan wirausaha, sehingga dapat disusun kondisi lingkungan kewirausahaan yang optimal untuk mendukung pertumbuhan wirausaha.(Sri 2012).
Dalam usaha menumbuhkan minat berwirausaha, maka terlebih dahulu perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya minat tersebut. Faktor- faktor yang memengaruhi minat berwirausaha dapat terus dikembangkan sehingga minat dapat diwujudkan mejadi usaha mandiri. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Dengan demikian minat dapat ditumbuhkan dengan menghubungkan seseorang dengan kebutuhannya sehingga timbul keinginan untuk memenuhinya.6 Mengenai minat berwirausaha, Mahesa & Rahardja menguraikan bahwa minat berwirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subjek untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur menanggung resiko dan mengembangkan usaha yang diciptakannya sendiri. (Sari, Harahap, and Ridwan 2017)
Menurut Praswati (2014) minat wirausaha adalah ketertarikan seseorang untuk melakukan bisnis sendiri dengan berani mengambil resiko. (Pandu 2017). Suryana
(2008) juga menyatakan bahwa faktor yang berasal dari lingkungan diantaranya adalah model peran, peluang, aktivitas, selain itu dipengaruhi juga oleh pesaing, sumber daya, dan kebijakan pemerintah. (Koranti 2013). Sedangkan menurut Rano Aditia Putra (2012), faktor yang mempengaruhi minat untuk berwirausaha yaitu:
a. Faktor lingkungan b. Faktor harga diri c. Faktor peluang d. Faktor kepribadian e. Faktor visi
f. Faktor pendapatan dan percaya diri.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Kota Bandung telah melakukan pelatihan dan pendampingan bagi Wirausaha Baru dalam berbagai bidang atau kategori yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung. Selain itu sebagai kota wisata Kota Bandung telah memiliki tujuh sentra usaha yang dibagi dalam beberapa kategori dan wilayah yang telah berdiri sejak lama. Berikut tabel tujuh sentra usaha di Kota Bandung.
Tabel I.1
Daftar Sentra Usaha di Kota Bandung
No Nama Perusahaan\Sentra\UMKM Alamat Kecamatan
1 Sentra Sepatu Cibaduyut Jl. Cibaduyut Rana No. 30
Bojongloa Kidul 2 Sentra Boneka Sukamulya Jl. Sukamulya Indah
N0. 18
Sukajadi 3 Sentra Kaos dan Sablon Suci Jl. Surapati dan Jl.
PHH Mustopa
Cibeunying Kidul
4 Jean’s Cihampelas Jl. Cihampelas No. Coblong
168
5 Sentra Rajut Binongjati Jl. Binong Jati No. 31 Batununggal 6 Sentra Tahu dan Tempe Cibuntu Jl. Babakan Ciparay
Gg. Air Mancur No.
31
Bandung Kulon 7 Sentra Pakaian Jadi Cigondewah Jl. Kamp. Maklung
005\006 Cigondewah
Bandung Kulon Sumber: dag-insisprod.com\Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung
Berdasarkan tabel I.1 Pemerintah Kota Bandung telah mengoptimalkan tujuh sentra usaha industri menjadi salah satu cara untuk memberdayakan masyarakat dalam bidang ekonomi. Salah satunya sentra industri dan perdagangan rajutan Binongjati yang menjadi salah satu penggerak ekonomi di wilayah Batununggal. Pada awalnya kegiatan merajut di daerah Binongjati hanya dilakukan oleh sebagian kecil ibu-ibu yang tidak bermatapencaharian. Mereka merajut hanya untuk mengisi kekosongan waktu. Rata-rata melakukannya dengan cara konvensional. Melihat besarnya minat masyarakat terhadap pakaian rajut, maka seorang pengusaha Tionghoa mengajak pengrajin-pengrajin rajut di Binong jati tersebut bekerja sama. Oleh pengusaha tersebut, disediakan sejumlah modal dan mesin rajut modern untuk mempercepat pekerjaan. Dari situlah kemudian semakin banyak pengrajin-pengrajin rajut bermunculan sehingga masyarakat berinisiatif menjadikan perkampungan tersebut sebagai sentra rajut dan terus berkembang hingga saat ini. Semua kegiatan produksi dilakukan di rumah-rumah warga (home industry). Sepanjang 5 kilometer, terdapat sekurang-kurangnya 400 home industry yang masih aktif.
Jumlah penduduk di Kelurahan Binong sebanyak 15.456 jiwa per Bulan Mei 2018. Penduduk angkatan kerja yang berusia 35 – 39 tahun memiliki penduduk yang lebih banyak yaitu 1415 jiwa. Sedangkan yang paling sedikit ada
di usia 55 – 59 dengan jumlah 797 jiwa. Berikut tabel jumlah penduduk di Kelurahan Binong berdasarkan angkatan kerja
Tabel I.2
Penduduk Angkatan Kerja di Kelurahan Binong
No Usia L P Jumlah
1 15 – 19 537 635 1172
2 20 – 24 531 548 1079
3 25 – 29 615 510 1125
4 30 – 34 750 650 1400
5 35 – 39 714 701 1415
6 40 – 44 657 645 1302
7 45 – 49 621 557 1178
8 50 – 54 457 488 945
9 55 – 59 442 355 797
JUMLAH 5324 5089 10413
Sumber: Hasil olah statistika Kelurahan Binong per Bulan Mei 2018 Dari data jumlah penduduk pada angkatan kerja di Kelurahan Binong paling banyak adalah sebagai pelajar sebanyak 9520 jiwa. Pelajar tersebut berkisar usia 15 – 24 th. Kedua terbanyak bekerja sebagai pedagang dengan jumlah 2123 jiwa. Sedangkan yang paling sedikit bermata pencaharian sebagai Tani, yaitu hanya 9 orang saja. Berikut adalah mata pencaharian penduduk Kelurahan Binong per Bulan Juli 2018
Tabel I.3
Mata pencaharian penduduk
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Pegawai Negri 284
2 ABRI 53
3 Pegawai Swasta 1528
4 Tani 9
5 Dagang 2123
6 Pelajar 9520
7 Mahasiswa 383
8 Pensiunan 305
9 Lain-lain 1258
Jumlah 15.463
Sumber: Kelurahan Binong, Juli 2018
Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pelajar dan mahasiswa adalah usia angkatan kerja yang belum memiliki pekerjaan tetap. Sehingga keduanya masih memiliki kesempatan untuk memilih pekerjaan apa yang akan dilakukan kelak. Kesempatan untuk berwirausaha di Kelurahan Binong sangat besar karena didukung oleh lingkungan yang sebagian besar berwirausaha.
Berdasarkan fenomena mengenai minat berwirausaha di lingkungan masyarakat Binong jati, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Lingkungan Terhadap Minat Berwirausaha Pada Angkatan Kerja Di Kelurahan Binong Kecamatan Batununggal Kota Bandung”
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ada beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Jumlah wirausaha di Indonesia masih sedikit padahal kewirausahaan sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan kemajuan ekonomi sebuah Negara serta dapat mengurangi jumlah pengangguran.
2. Kesempatan berwirausaha di kawasan Sentra Rajut sangat terbuka bagi angkatan kerja.
3. Masih kurangnya pengaruh lingkungan keluarga, sosial dan pendidikan terhadap masyarakat angkatan kerja untuk berwirausaha.
1.2.2. Rumusan Masalah
Permasalahan pokok yang akan dibahas pada skripsi ini adalah:
1. Bagaimana lingkungan kewirausahaan di Kelurahan Binong
2. Bagaimana minat berwirausaha pada angkatan kerja di Kelurahan Binong
3. Adakah pengaruh lingkungan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada angkatan kerja di Kelurahan Binong
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini terkait hubungan variabel lingkungan dan minat wirausaha pada angkatan kerja di Kelurahan Binong Kecamatan Batununggal Kota Bandung. Serta sebagai salah satu syarat kelulusan program Strata Satu (S1) Universitas BSI Bandung.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Melakukan kajian tentang lingkungan kewirausahaan di Kelurahan Binong Kecamatan Bantununggal Kota Bandung.
2. Melakukan kajian minat berwirausaha pada angkatan kerja di Kelurahan Binong Kecamatan Bantununggal Kota Bandung.
3. Melakukan analisis pengaruh lingkungan terhadap minat berwirausaha pada angkatan kerja di Kelurahan Binong Kecamatan Bantununggal Kota Bandung.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara akademis maupun praktis. Mengenai penjelasannya akan dijelaskan seperti dibawah ini, antara lain:
1.4.1. Manfaat Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai sarana dalam menambah wawasan keilmuan dan sebagai masukan atau referensi bagi pihak yang melakukan penelitian serupa.
1.4.2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti. Dan memberikan gambaran tentang pengaruh lingkungan terhadap minat berwirausaha pada angkatan kerja di Kelurahan Binong Kecamatan Bantununggal Kota Bandung.
2. Bagi Penulis
Sebagai sarana aplikasi ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan dan dapat membandingkan ilmu yang ada dalam perkuliahan atau teori dengan hal yang terjadi dalam dunia nyata. Serta memberikan pengalaman nyata dalam rangka mengimplementasikan pengetahuan penulis di bidang wirausaha.