1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laju perkembangan penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini sedang menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah serta proporsi penduduk lansia (Andini, 2013). Pada tahun 2025, Indonesia akan menduduki peringkat negara dengan jumlah penduduk lanjut usia tertinggi setelah negara RRC, India dan juga Amerika Serikat dengan usia harapan hidup 70 tahun. Keberhasilan pencapaian pembangunan kesehatan di Indonesia dengan peningkatan usia harapan hidup (Notoatmodjo, 2012). Dengan meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia membuat jumlah penduduk lanjut usia menjadi meningkat. Menurut Kemenkes RI (2016) dari hasil sensus penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yang mencapai 18,1 juta jiwa (7,6%) dari jumlah penduduk. Badan Pusat Statistik (2013) memproyeksikan jika jumlah lansia diperkirakan akan meningkat hingga 27,1 juta jiwa pada tahun 2020, sedangkan pada tahun 2025 menjadi 33,7 juta jiwa dan pada tahun 2035 yaitu 48,2 juta jiwa.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2010-2035, jumlah penduduk lanjut usia di Jawa Barat pada tahun 2015 sebanyak 3,77 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2017 jumlah penduduk lanjut usia sebanyak 4,16 juta jiwa. Pada tahun 2021 jumlah penduduk lanjut usia di Jawa Barat diperkirakan sebanyak 5,07 juta jiwa atau sebesar 10,04% dari penduduk total Jawa Barat.
Kondisi ini menunjukan jika Jawa Barat sudah memasuki ageing population
(Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2017). Jumlah lansia di Kota Bandung menurut Badan Pusat Statistik memproyeksikan jika pada tahun 2035 jumlah lanjut usia di Kota Bandung mencapai 194.975 juta jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2010).
Lansia adalah seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukan merupakan suatu penyakit tapi merupakan proses yang berangsur-angsur menyebabkan perubahan kumulatif, proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh, seperti dalam Undang-Undang No 13 tahun 1998. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa bahkan bernegara (Khalifah, 2016). Menua atau menjadi tua adalah keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Proses menua adalah proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tapi dimulai sejak permulaan hidup. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang sudah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua. Menurut Nugroho, 2006 (dalam khalifah, 2016).
Proses penuaan yang dialami lansia tidak hanya berpengaruh terhadap segi kehidupan tetapi juga akan diikuti dengan kemunduran fisik dan juga mental. Kemunduran tersebut dapat berdampak pada terjadinya depresi pada lanjut usia. Depresi merupakan masalah mental yang paling banyak ditemui pada lansia. Prevalensi depresi pada lansia didunia sekitar 8 - 15%. Hasil survey dari berbagai negara didunia di peroleh prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5% dengan perbadingan pria dan wanita 14,1 : 8,5. Sementara prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan Panti
Perawatan sebesar 30 - 45%. Karenanya pengenalan masalah dini merupakan hal yang penting, sehingga beberapa gangguan masalah mental pada lansia dapat dicegah, dihilangkan atau dipulihkan (Evy, 2008).
Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan atau dapat disebut juga dengan (afektif, mood) (Hidayat, 2008). Gangguan mental yang sering di jumpai pada lansia adalah kecemasan dan depresi serta gangguan faal tubuh (Hawari, 2007). Munculnya masalah-masalah ketika memasuki lanjut usia penurunan kondisi fisik seperti disability, berkurangnya kemampuan melihat dan intoleransi aktivitas, kemudian penurunan status mental seperti berkurangnya kemampuan memori dan perubahan psikososial antara lain seperti berhenti dari pekerjaan, kemiskinan, isolasi sosial dan lainnya. Oleh karena hal tersebut usia lanjut akan mengalami kemunduran, terutama dalam kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi organ tubuh, kemampuan untuk melakukan Activity of Daily Living (ADL) akan mengalami penurunan sehingga kemandirian lanjut usia menurun, sehingga dapat meningkatkan kerentanan lanjut usia untuk mengalami kondisi depresi.
Menurut Bongsoe (2007) dalam Retnowati (2010).
Pengaruh proses penuaan dapat mengakibatkan timbulnya berbagai masalah status kesehatan. Penyakit atau keluhan umum yang biasa dirasakan oleh lansia adalah hipertensi, rematik, penyakit pernafasan dan gangguan tidur.
Masalah-masalah tersebut bisa menyebabkan lansia menjadi rapuh sehingga dapat mempengaruhi activity of daily living (ADL) dan sulit untuk melakukan secara mandiri dan menjadi tergantung pada orang lain (Sharma, 2015).
Keterbatasan akibat proses penuaan dan kurangnya pengetahuan secara umum
dan pengatahuan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) secara khusus akan berdampak kepada pemenuhan kebutuhan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) itu sendiri. Acitivity of Daily Living (ADL) secara fisik, yaitu mengenai kegiatan sehari-hari terhadap diri sendiri, misalnya : makan, minum, berpakaian, mandi, buang air besar atau buang air kecil, bangun tidur, berjalan, dan berlari. Menurut Darmojo, cit Saman (2005) dalam Retnowati (2010)
Pada lanjut usia yang tinggal di institusi angka depresi meningkat secara drastis sekitar 50 sampai dengan 75% dari pada yang tidak tinggal di institusi yaitu hanya sekitar 10-15%, dari data tersebut, angka signifikan dari lanjut usia yang tidak mengalami depresi hanya sekitar 10 sampai dengan 20%. Maka dari itu depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling banyak terjadi pada lanjut usia (Buckwalter, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian Dianto (2014) tentang Hubungan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (Activity Of Daily Living) dan Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Werdha Wisma Mulia Jakarta Barat dimana terdapat hubungan dari kedua variabel tersebut dengan (p<0,05), sedangkan responden yang ketegantungan penuh dan depresi berat yaitu 1 responden (0,75%). Sedangkan menurut hasil penelitian Jessie Windya Niko (2016) tentang Hubungan Tingkat Kemandirian dalam Activity Daily Living (ADL) dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Graha Werdha Marie Joseph Pontianak & Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut, dengan hasil analisa bivariat menggunakan uji fisher diperoleh nilai p=0,151 (p>0,05).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada Selasa, 23 April 2019 di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung di dapatkan data yaitu terdapat 148 lansia yang tinggal, dengan jumlah lansia perempuan 86 lansia dan jumlah lansia laki-laki sebanyak 62 lansia. Dan berdasarkan hasil wawancara activity of daily living dengan Barthel Index dan pengukuran gejala depresi dengan Geriatric Depresion Scale (GDS) kepada 8 orang lansia didapatkan data bahwa 4 lansia yang masih dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari- harinya mandiri seperti lansia masih dapat melakukan makan, transfering, penggunaan toilet, memakai pakaian sendiri, dan mobilitas tanpa memakai alat bantu, dengan 4 lansia yang menunjukkan sebagian gejala depresi seperti perasaan hidupnya merasa hampa, sering merasa bosan, takut akan sesuatu yang akan terjadi serta sering merasa tidak berdaya dan tidak berharga, sedangkan 4 lansia lainnya, hanya dapat melakukan aktivitasnya sebagian di bantu seperti aktivitas naik dan turun tangga dengan bantuan, berjalan, berpindah tempat dari kursi ke tempat tidur dan memakai pakaian, dengan 4 lansia menunjukkan sebagian gejala depresi seperti perasaan hidupnya merasa hampa, sering merasa bosan, takut akan sesuatu yang akan terjadi serta sering merasa tidak berdaya dan tidak berharga.
Kemudian, berdasarkan fakta dan juga uraian diatas, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Activity of Daily Living (ADL) dengan Tingkat Depresi Pada Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung“.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah penelitian adalah “Hubungan activity of daily living (ADL) dengan tingkat depresi pada lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung“.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan activity of daily living (ADL) dengan tingkat depresi pada lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasikan gambaran activity of daily living (ADL) lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung.
b. Mengidentifikasikan gambaran tingkat depresi pada lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung.
c. Menganalisa hubungan activity of daily living (ADL) lansia dan tingkat depresi pada lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung.
1.4. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi bagi pendidikan kesehatan mengenai hubungan activity of daily living (ADL) dengan tingkat depresi pada lansia, juga penelitian ini menjadi data masukan sebagai sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik pada lansia yang mengalami depresi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1) Manfaat Bagi Tempat Penelitian
Agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan pada pengelola panti untuk mempersiapkan intervensi atau perencanaan.
Hubungannya dalam pencegahan depresi pada lansia dengan tetap mempertahankan activity of daily living (ADL) dan untuk bahan pertimbangan dalam memberikan tindakan dan pelayanan kesehatan yang lebih tepat pada lansia.
2) Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sarana sumber informasi bagi mahasiswa mengenai hubungan activity of daily living (ADL) dengan tingkat depresi pada lansia
3) Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya sebagai referensi tentang faktor lainnya yang berhubungan dengan depresi pada lansia.