• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data WHO (2018) menyebutkan terdapat 17 juta kasus stroke yang tercatat tiap tahunnya dan di dunia terjadi 7 juta kematian yang disebabkan oleh stroke. Di Indonesia, jumlah penderita stroke mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI (2013) menunjukkan telah terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia dari 8,3 juta (2007) menjadi 12,1 juta (2013). Dan pada tahun 2030 kemungkinan besar akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian karena menderita stroke.Angka kematian menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) penyakit tidak menular meningkat dari 7% pada tahun 2013 menjadi 10,9% pada tahun 2018 menunjukan peningkatan jumlah penderita stroke dan 21,1% penyebab kematian di Indonesia disebabkan oleh stroke.

Stroke merupakan menifestasi neulogik yang mudah dikenal dan umumnya dari penyakit neurologik lain karena timbul secara mendadak dalan kurun waktu singkat (Sidharta, 2012). Stroke merupakan gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, bila lebih 24 jam berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran di otak sepintas, tumor otak (Setyopranoto, 2011).

(2)

Pasien stroke juga mengalami gangguan fisik seperti gangguan persepsi dengan ketidakmampuan untuk menginterprestasikan sensasi baik berupa visual, spesial maupun sensori. Selain itu juga kerusakan pada fungsi kognitif dan efek psikologis berupa kapasitas memori atau fungsi intelektual. Sehingga disfungsi ini menyebabkan lapang pandang terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi. Hal ini menyebabkan pasien frustasi dalam program rehabilitas mereka (Smeltzer dan Bare, 2008). Dampak lain dari stroke adalah depresi, yang merupakan gangguan emosi pada pasien stroke sering terjadi.

Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai kesedihan, menarik diri dari orang lain, kehilangan minat untuk hidup, juga hal-hal yang menyenangkan lainnya (Nasir dan Muhith, 2011). Gangguan stroke juga akan membuat pasien merasa tidak berdaya, tidak mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain, serta mempengaruhi pendapatan/income seseorang sehinggaakan membuat pasien depresi. Pasien dengan depresi tdak mampu untuk berpartisipasi dalam proses penyembuhan, depresi tidak hanya berefek pada kualitas hidup, tetapi juga mengurangi kemampuan fungsional, memperburuk hasil penyembuhan dan peningkatnya angka kematian (Volz, et al, 2016). Seorang dengan gangguan depresi merasakan hilangnya energi-energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi dan jika depresi sudah memasuki tahap akhir atau sudah parah bisa mengakibatkan efek pikiran tentang kematian atau bunuh diri (Kaplan, 2010).

Depresi merupakan kelainan mental umum ditandai dengan munculnya gejala perasaan sedih, hilangnya minat pada aktivitas keseharian, perasaan bersalah, gangguan tidur, menurunnya nafsu makan, penurunan konsentrasi dan kurangnya

(3)

energi (WHO, 2012). Pada pasien stroke sering ditemukan mengalami depresi sekitar 15 - 25%. Pada pasien stroke yang mengalami depresi dapat menurunkan kualitas hidup pasien stroke dan memperlambat penyembuhan atau memperberat penyakit fisik (Elvira et al, 2013). Faktor terjadinya stroke diakibatkan penderita kurang kontrol diri terhadap emosionalnya dan tingkat kesadaran diri sendiri yang rendah. Faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi pada pasien stroke adalah faktor biologis dan psikososial. Faktor biologis biasanya diakibatkan adanya kerusakan di otak atau trauma di area kepala. Faktor psikososial biasanya akibat reaksi fisik atau kurangnya perhatian yang akan mengakibatkan kehilangan motivasi dan putus asa. Perubahan psikologi pada pasien stroke adanya abnormalitas mood, kesedihan, depresi, dan menyalahkan diri sendiri (Susilawati, 2014). Oleh sebab itu, untuk mencegah meningkatnya angka kematian peran dan dukungan keluarga secara signifikan berpengaruh terhadap proses penyembuhan dan pemulihan pasien stroke (Okhthavia, 2014).

Pada pasien stroke, dukungan keluarga sangat mempengaruhi upaya pencegahan terjadinya depresi pada usia tua dimana dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari efek depresi, dukungan keluarga juga dapat memberi petunjuk tentang kesehatan mental, fisik, dan emosi. Dukungan keluarga tersebut dapat berupa dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan intrumental, dan dukungan emosional (Wiguna, 2010). Faktor – faktor dari dukungan keluarga menurut Friedman (2010) bahwa yang mempengaruhi dukungan keluarga kelas tingkat ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan, dan tingkat pendidikan.

(4)

Keluarga merupakan rumah tangga yang memiliki hubungan perkawinan atau hubungan darah yang menyediakan terselenggaranya fungsi instrumental mendasar dan fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam satu jaringan (Lestari, 2012). Menurut Yaslina (2011) dukungan keluarga sangat dibutuhkan karena ada beberapa hal yang menjadi peran penting dalam siklus kehidupan. Peran dukungan keluarga terhadap pasien stroke adalah memberikan dukungan dan juga perhatian untuk memulihkan kesehatan pasien, seperti mengantar pasien untuk kontrol dan juga mengingatkan pada saat waktu minum obat, selain itu dukungan penuh dari keluarga sangat menolong dalam pemulihan pasien.

Efek dukungan keluarga terhadap pasien stroke berfungsi bersamaan, secara lebih spesifik keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi.

Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan keluarga adalah penyesuaian terhadap

kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress (Setiadi, 2008) Dukungan baik yang diterima pasien menunjukan bahwa pasien

membutuhkan kehadiran keluarga. Karena keluarga adalah orang yang paling dekat dengan pasien memberikan dukungan berupa informasi, bantuan, dan perhatian.

Dukungan buruk yang di dapat dari keluarga dapat membuat pasien mengalami depresi berat. Maka sangat di perlukan dukungan moril maupun material agar pasien merasa terkurangi beban dalam menjalani perawatan (Agustini, 2010).

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Sukabungah, Haji Yasin dan Pasteur kelurahan Sukajadi kota Bandung terdapat 43 klien didapatkan data 16 orang mengalami depresi ringan dengan dukungan yang baik seperti memberi support,

(5)

motivasi, untuk 26 klien di dapat depresi sedang dengan dukungan keluarga yang cukup support tetapi tidak dengan dukungan moril, dan 1 klien di dapat dengan depresi berat dengan dukungan keluarga kurang memahami situasi keadaan klien dan kurang nya perhatian dari keluarga.

Berdasarkan fenomena diatas penelitian ini tertarik untuk meneliti

“Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Klien Stroke di Lingkungan UPT Sukajadi kota Bandung”.

1.2Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien stroke?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada klien stroke.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga klien yang menderita stroke.

b. Untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada klien yang mengalami stroke.

c. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada klien yang menderita stroke.

(6)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu keperawatan dan menambah kajian ilmu, khusunya tentang dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada klien stroke.

1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Bagi peneliti diharapkan hasil penelitian dapat mengaplikasikan ilmu yang diperlukan dan serta memperluas wawasan khusunya tentang dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada klien stroke.

b. Bagi Peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya peneliti ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan sebagai landasan dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang faktor – faktor yang mempengaruhi depresi pada klien stroke.

c. Bagi Perawat

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan sumber ilmu bagi perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dan menjelaskan betapa pentingnya dukungan keluarga terhadap klien stroke.

d. Bagi Pasien

Bagi pasien diharapkan dapat mengetahui dukungan keluarga sangat diperlukan untuk mencegah depresi dan dapat menjadi aspek positif untuk klien stroke

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tujuan penelitian ini, untuk mencari korelasi hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien pasca stroke terdapat hubungan yang

Mengingat betapa pentingnya dukungan sosial bagi pasien stroke yang diberikan oleh keluarga dan apabila dalam pemenuhannya tidak terlaksana dengan baik atau tidak

Sejauh pengetahuan dari peneliti belum pernah dilakukan penelitian dengan judul “ Gambaran Kemampuan Activity Daily Living (ADL) Pasien Stroke, Dukungan

Dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa terdiri dari dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan

Dukungan keluarga yang dapat dilakukan keluarga dalam pencegahan depresi pada lansia dengan memberikan dukungan informasional berupa nasehat, usulan, saran, petunjuk

 Tingkat depresi pasca stroke pada pasien stroke non-hemoragik dengan lesi pada hemisfer kiri lebih berat dibandingkan tingkat depresi pasca stroke pada

Sebagai bahan acuan dalam mengemban intervensi keperawatan yang dapat lebih berkontribusi positif pada pasien HIV/AIDS khusus masalah psikososial (dukungan keluarga dan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien pasca stroke di RSUD Dr.. Bagi keluarga di