• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pembangunan dibidang kesehatan selama ini menekankan pengendalian terhadap penyakit menular, kondisi yang ada ternyata belum dapat tertanggulangi, tetapi pada sisi lain penyakit tidak menular (PTM) juga merupakan penyakit yang tidak dapat diabaikan dengan mudah. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah masalah kesehatan yang sangat serius saat ini yaitu stroke. Penyakit stroke merupakan kehilangan fungsi otak karena terhentinya suplai darah ke otak. Penyakit stroke saat ini merupakan penyakit yang seringkali sangat ditakuti dan jumlah penderitanya setiap tahun semakin meningkat.

Stroke bukanpenyakit yang asing bagi masyarakatIndonesia. Semakin banyaknya penderita penyakit stroke di zaman modern ini disebabkan oleh beberapa masalah serius yang perlu diketahui, bahkan penyakit stroke ini dapat menyerang siapa saja yang beresiko. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda.

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2015 secara global terdapat 15 juta orang yang menderita stroke, persentase individu berdasarkan usia dan jenis kelamin yaitu perempuan yang berusia 18-39 berjumlah 2.3%

dan usia 40-69 berjumlah 3.3%. Sedangkan insiden stroke laki-laki pada usia 18-39 berjumlah 2.4% dan usia 40- 69 berjumlah 2.9% (WHO, 2015). Stroke pada tahun 2016 merupakan penyebab kedua kematian dan penyebab keenam yang paling umum dari cacat. Sekitar 15 juta orang menderita stroke yang pertama kali setiap tahun, dengan sepertiga dari kasus ini atau sekitar 6,6 juta mengakibatkan kematian (3,5 juta perempuan dan 3,1 juta laki-laki). Stroke merupakan masalah besar di negara-negara berpenghasilan rendah dari pada

(2)

di negara berpenghasilan tinggi. Lebih dari 81% kematian akibat stroke terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah. Presentase kematian dini karna stroke naik menjadi 94% pada orang dibawah usia 70 tahun (WHO, 2016). Berdasarkan data tersebut penderita stroke di dunia cenderung tidak mengalami penurunan jumlah penderita.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi stroke di Indonesia tahun 2013 sebesar 12,1 per 1.000 penduduk. Angka itu naik dibandingkan Riskesdas 2007 yang sebesar 8,3 persen. Pada tahun 2015, lebih dari 100 persen terjadi kenaikannya atau 35 orang setiap seribu penduduk (Nawawi, 2017). Data tersebut menunjukkan di Indonesia juga semakin banyak orang yang mengalami stroke.

Stroke berarti serangan yang tiba-tiba, maksudnya serangan terhadap otak atau susunan saraf pusat. Serangan otak merupakan kagawat daruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat (Adiati dan Wahjoepramono, 2015). Stroke adalah berbagai gejala gangguan fungsi neurologis otak yang terjadi secara mendadak (Sayoga, 2015).

Gejala-gejala stroke diantaranya merasakan lemah dan mati rasa atau bebal pada bagian wajah, tangan atau kaki terutama salah satu bagian tubuh, tiba- tiba merasakan kebingungan secara mendadak, gangguan berbicara atau sulit berbicara, gangguan pemahaman atau sulit mengerti, mengalami maslaah melihat suatu benda dengan kedua mata. Penglihatan tiba-tiba kabur seperti ada tirai yang menutupi kedua mata, mengalami masalah saat berjalan, terasa pusing dan kehilangan keseimbangan serta koordinasi, mengalami sakit kepala yang sangat berat tanpa diketahui penyebab yang jelas, perut mengalami rasa mual, panas dan muntah-muntah terlalu sering, pingsan mendadak, tiba-tiba mengalami kehilangan kesadaran (Arum, 2015).

(3)

Stroke disebabkan karena terganggunya suplai darah ke otak oleh karena adanya sumbatan di pembuluh darah atau pun pecahnya pembuluh darah di otak sehingga otak akan mengalami kekurangan pasokan oksigen jika keterlambatan pasokan ini berlarut, sel – sel jaringan otak akan mati. Jika berlanjut akan menyebabkan kematian, kecacatan dan kelumpuhan. Oleh karena itu pasien stroke harus mendapat penanganan segera. Selain penanganan stroke fase akut, salah satu penanganan masalah stroke yang tidak kalah penting adalah rehabilitasi pasca stroke baik untuk memperbaiki kecacatan fisik maupun gangguan emosional, karena dalam keadaan lumpuh atau cacat pasien akan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan personal hygiene secara mandiri (Aprilia, 2014).

Personal hygiene diartikan sebagai hygiene perseorangan yang mencakup semua aktifitas yang bertujuan untuk mencapai kebersihan tubuh, meliputi membasuh, mandi, merawat rambut, kuku, gigi, gusi dan membersihkan daerah genetal. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut kurang diperhatikan dapat mempengaruhi kesehatan secara umum terutama personal hygiene pasien stroke (Natalia, 2014)

Personal hygiene (kebersihan diri) merupakan perawatan diri yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan diri baik secara fisik maupun mental. Menjaga kebersihan diri sangat penting karena dapat memperkecil pintu masuk mikroorganisme pembawa penyakit (Saputra, 2016).

Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene antara lain budaya, status sosial ekonomi, agama, tingkat pengetahuan atau perkembangan individu, status kesehatan, kebiasaan serta cacat mental atau jasmani. Kondisi cacat yang dialami pasien stroke akan menghambat kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri, sehingga memerlukan dukungan

(4)

dari petugas kesehatan, teman dan terlebih dari dukungan keluarga (Mubarak dan Chayatin, 2014).

Dukungan keluarga merupakan upaya yang diberikan kepada anggota keluarga baik moril maupun materiil berupa motivasi, saran, informasi dan bantuan yang nyata. Dukungan keluarga dapat diperoleh dari anggota keluarga (suami, istri, anak, dan kerabat), teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif (Karunia, 2016).

Dukungan keluarga menjadi sangat penting dan akan sangat terbantu jika keluarga memberikan dorongan, memberikan semangat, memberikan inspirasi pada klien stroke, memperlihatkan kepercayaan pada perbaikan klien dan memungkinkan pasien melakukan kegiatan sebanyak mungkin serta hidup semandiri mungkin. Klien juga perlu diyakinkan bahwa mereka tetap dibutuhkan, diinginkan, mereka tetap penting bagi keluarga dan merupakan bagian dari lingkungan sosial. Mereka perlu memahami bahwa banyak orang lain yang pulih dari stroke dan kembali menjalankan hidupnya secara mandiri tanpa bantuan orang lain (Khairunnisa, 2015).

Dukungan keluarga juga diperlukan pada penentuan pelaksanaan terapi di mana terapi ini untuk mengurangi kerusakan fungsional, agar nantinya pasien lebih mandiri dalam melakukan ADL pasca stroke. Dukungan keluarga akan dapat membantu proses perawatan pasien untuk agar penderita stroke dapat melakukan aktivitas kembali meskipun tidak sepenuhnya kembali normal.

Adanya dukungan keluarga yang optimal, akan menyebabkan penderita stroke menjadi mandiri dalam melakukan aktivitas dan apabila tidak ada dukungan keluarga maka pasien stroke menjadi ketergantungan kepada orang lain untuk pemenuhan ADL termasuk dalam menjaga personal hygiene (Karunia, 2016).

(5)

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan didapatkan bahwa jumlah pasien stroke tahun 2015 sebanyak 750 orang, tahun 2016 sebanyak 704 orang sedangkan jumlah pasien stroke tahun 2017 sebanyak 771 orang.

Berdasarkan data dari RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin didapatkan bahwa pasien stroke rawat inap tahun 2015 sebanyak 305 orang, tahun 2016 sebanyak 324 orang dan tahun 2017 sebanyak 507 orang. Data tersebut menunjukkan jumlah pasien stroke rawat inap setiap tahunnya mengalami kenaikan.

Hasil studi pendahuluan kepada 5 orang pasien stroke yang sadar dan masih dapat melakukan komunikasi di Ruang Berlian RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin didapatkan bahwa sebanyak 3 orang pasien menggosok gigi hanya 1 kali dalam sehari dan 2 orang pasien stroke lainnya mengatakan menggosok gigi sebanyak 2 kali dalam sehari. Dari 3 orang pasien yang menggosok gigi 1 kali dalam sehari seluruhnya mengatakan bahwa keluarga tidak pernah membantu pasien stroke untuk menggosok gigi sedangkan dari 2 orang pasien yang menggosok gigi 2 kali dalam sehari seluruhnya mengatakan bahwa selama ini keluarga selalu membantu untuk menggosok gigi pada pagi dan malam hari sebelum tidur. Berdasarkan aspek personal hygiene lainnya dari 5 orang tersebut sebanyak 3 orang keluarga mengatakan membantu menyeka tubuh pasien sebanyak 1 kali dalam sehari dan 2 orang keluarga pasien lainnya mengatakan selama perawatan mereka membantu pasien sebanyak 2 kali dalam sehari.

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dikarenakan menurut data diatas menunjukkan bahwa jumlah pasien stroke yang dirawat inap setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, selain itu di RSUD Dr. H.Moch.

Ansari Saleh Banjarmasin belum ada penelitian terkait dengan judul penelitian ini.

(6)

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Korelasi Dukungan Keluarga dengan Personal Hygiene pada Pasien Pasca Stroke di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah ada korelasi yang signifikan antara dukungan keluarga dengan personal hygiene pada pasien pasca stroke di RSUD Dr. H. Moch.

Ansari Saleh Banjarmasin?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Menganalisa korelasi dukungan keluarga dengan personal hygiene pada pasien pasca stroke di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi dukungan keluarga pada pasien pasca stroke di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

1.3.2.2 Mengidentifikasi personal hygiene pada pasien pasca stroke di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

1.3.2.3 Menganalisa korelasi dukungan keluarga dengan personal hygiene pada pasien pasca stroke di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi institusi rumah sakit sebagai bahan informasi dalam mengembangkan asuhan keperawatan terhadap pasien stroke.

(7)

1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan ilmu dalam meningkatkan dan menambah referensi bidang keperawatan kardiovaskuler khususnya stroke.

1.4.3 Peneliti

Melalui penelitian ini peneliti mendapatkan wawasan baru mengenai faktor dukungan keluarga yang mempengaruhi personal hygiene pasien stroke.

1.5 Penelitian Terkait

Beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan penelitian ini yaitu:

1.5.1 Aprilia (2014) dengan judul Personal Hygiene di Rumah pada Penderita Stroke di Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.

Penelitian ini dilakukan dengan jenis Deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita stroke yang berada di desa pekuwon kecamatan bangsal kabupaten mojokerto sebanyak 15 orang dengan jumlah sampel 15 orang dan sampling yang digunakan adalah total sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah kemandirian pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada penderita stroke, pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar kemandirian personal hygiene responden adalah ketergantungan berat sebanyak 9 responden (60%).

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu pada metode penelitian, variabel, tempat dan tahun penelitian. Metode penelitian tersebut adalah deskriptif sedangkan metode penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel penelitian tersebut adalah variabel tunggal yaitu personal hygiene pasien stroke sedangkan variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (peran keluarga) dan terikat (personal hygiene). Populasi dan sampel penelitian tersebut adalah pasien stroke yang berada di Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal

(8)

Kabupaten Mojokerto sedangkan pasien stroke penelitian ini adalah pasien stroke yang dirawat inap di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Pengambilan sampel penelitian tersebut menggunakan teknik total sampling sedangkan pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

1.5.2 Wibowo (2014) yang berjudul Kemandirian Kebersihan Diri (Mandi) pada Pasien Stroke di Poli Rawat Jalan RSD Dr. Haryoto Lumajang.

Jenis penelitian ini deskriptif dengan rancang bangun survey. Variabel penelitian ini Kebersihan diri (mandi) pada pasien stroke. Populasi penelitian ini yaitu seluruh pasien Stroke di Poli Rawat Jalan RSD Dr Haryoto Lumajang sebanyak 45 pasien. Sampel diambil dengan teknik concecutive sampling sebanyak 20 responden. Data dikumpulkan dengan instrumen kuesioner, kemudian diolah secara editing, coding, scoring dan tabulating dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami ketergantungan Moderat sebanyak 19 responden (52,8%).

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu pada metode penelitian, variabel, tempat dan tahun penelitian. Variabel penelitian tersebut adalah variabel tunggal yaitu kebersihan diri (mandi) pasien stroke sedangkan variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (dukungan keluarga) dan terikat (personal hygiene). Populasi dan sampel penelitian tersebut adalah pasien stroke rawat jalan di Poli Rawat Jalan RSD Dr. Haryoto Lumajang sedangkan pasien stroke penelitian ini adalah pasien stroke yang dirawat inap di RSUD Dr. H.

Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Pengambilan sampel penelitian tersebut menggunakan teknik concecutive sampling sedangkan pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

(9)

1.5.3 Karunia (2016) yang berjudul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Activity of Daily Living Pasca Stroke di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU Haji Surabaya.

Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik, dengan rancang bangun penelitian yaitu desain cross sectional. Metode pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah responden 47 orang. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU Haji Surabaya pada bulan Juni-Juli 2015.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan dukungan keluarga, sedangkan variabel terikatnya adalah kemandirian ADL pascastroke. Hasil penelitian menyebutkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian dalam melakukan ADL pasca stroke, nilai p = 0,018 dengan α = 0,05.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu pada variabel terikat, tempat dan tahun penelitian. Variabel terikat penelitian tersebut adalah activity of daily living sedangkan variabel terikat penelitian ini adalah personal hygiene. Populasi dan sampel penelitian tersebut adalah pasien stroke rawat jalan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU Haji Surabaya sedangkan pasien stroke penelitian ini adalah pasien stroke yang dirawat inap di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

Pengambilan sampel penelitian tersebut menggunakan teknik simple random sampling sedangkan pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut justin (2013) Fe tersebut memiliki nilai konduktivitas termal yang tinggi sehingga dapat meningkatkan nilai kalor. Akan tetapi kandungan Fe di dalam semen lebih

Menurut IAI dalam PSA No.30 membahas mengenai pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan going concern pada paragraf 2, yaitu: ”Auditor bertanggungjawab

Sistem penanganan sengketa dan konflik pertanahan pada Kantor Pertanahan Kota Palembang secara Online merupakan suatu sistem yang dibangun untuk memproses data

Untuk dapat menghitung operasi ekonomis pembangkit terlebih dahulu dicari fungsi biaya bahan bakar pembangkit thermal sistem 500 KV Jawa-Bali dengan cara mengolah data

Bahan-bnhan yang aangandung Hltrogon aabagal Aaina atau aalda dapat dltantukan aaeara tapat dangan aanggu- nakan aatoda Kjaldahl, aadang dales bentuk yang lain

Penanganan fisioterapi yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami inkontinensia urin meliputi kegel exercise dan core stability exercise, kegel exercise adalah

PERANAN LKMD D M MENGGERAKKAN PARTISIPASI. MASYARAKAT DI KABUPATEN PADANG

Ion yan$ dihasikan dikum!ukanm#ny#akan ionisasi... 6ru!#n +aus. Introduction to