• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Erikson (Yuliyana, 2009 : 1) menjelaskan bahwa masa remaja adalah masa pencarian identitas dimana seorang remaja harus membentuk citra diri yang positif bagi dirinya dan dapat diterima oleh orang lain. Selain budaya yang berkembang dan standarisasi masyarakat mengenai bentuk tubuh ideal, media massa dan hubungan interpersonal merupakan hal yang paling dominan memengaruhi berkembangnya citra tubuh pada remaja (Smolak, 2002 : 69). Esther (Nugraha 2010 : 5) mengemukakan bahwa penelitian yang dilakukan pada mahasiswa memperoleh hasil bahwa 62 persen subjek penelitian ingin menurunkan berat badan setelah menonton acara peragaan busana dan penampilan para artis di televisi. Selain itu, Stice & Shaw (Melliana, 2006 : 96) menyatakan bahwa perempuan yang melihat gambar model yang bertubuh kurus menjadi merasa bersalah, depresi, stres, malu, tidak aman, dan tidak puas terhadap sosok tubuhnya.

Hal ini juga telah dijelaskan oleh Dolto (Naemeka & Solomon, 2014) yang telah mengembangkan teori body image.

Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting, yang memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception”, yang diambil dari bahasa Latin “perceptio”, “perceptio”, yang berarti menerima atau mengambil. Dalam Kamus Inggris Indonesia, kata

(2)

2

perception diartikan dengan “penglihatan” atau “tanggapan” (Echlos &

Shadily dalam Desmita, 2010). Sementara itu, menurut (Wilcox, 2013) persepsi adalah penerjemah otak terhadap informasi yang disediakan oleh semua indera fisik serta segala sesuatu yang telah ada dalam pikiran kita, semua yang kita inginkan, kehendaki, sangka, dan dibutuhkan, pengalaman masa lalu, membantu menentukan persepsi. Pendapat serupa disampaikan oleh Sarwono (2010) dalam pandangan konvensional persepsi dianggap sebagai kumpulan penginderaan, sebagai proses pengenalan objek yang merupakan aktivitas kognisi dimana otak aktif menggabungkan kumulasi (tumpukan) pengalaman dan ingatan masa lalu serta aktif menilai untuk memberi makna dan penilaian baik atau buruk.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa persepsi adalah suatu proses mengolah pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan menginterpretasi stimulus yang diterima oleh sistem alat indra manusia. Maka, pada dasarnya persepsi merupakan hubungan antara manusia dengan lingkungannya, serta bagaimana manusia menggambarkan atau menyampaikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya, kemudian memproses hasil pengindraannya itu, sehingga muncullah makna mengenai objek tersebut (baik atau buruk).

Gaya hidup manusia pada zaman sekarang terbilang cukup mewah dan glamor. Gaya hidup telah menjadi sebuah kebutuhan terhadap citra eksklusif, modern, praktis, dan bergengsi sehingga menciptakan suasana

(3)

3

kehidupan yang saling berlomba-lomba menunjukan penampilan terbaik dari gaya hidup mewah. Gaya hidup seperti itu muncul dari masyarakat global diaman, kemunculan fenomena tersebut merupakan akibat dari banyaknya informasi serta tampilantampilan sosok ideal yang diperlihatkan melalui media. Tampilan sosok ideal menjadi daya tarik tersendiri dalam merubah gaya hidup seseorang. Menarik tidaknya gaya hidup seseorang ditentukan oleh sebuah pendapat seseorang yang dilihat dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Pandangan mengenai baik buruknya seseorang disebut citra.

Dariyo menyatakan bahwa remaja mempersepsikan adanya kekurangan dalam diri dari segi fisik dan tampilan yang tidak menyenangkan sehingga obesitas dapat menjadi pembahasan yang sensitif bagi remaja. Begitupun hasil penelitian Kusumajaya, dkk menemukan persepsi remaja terhadap body image sebanyak 23,8% memiliki persepsi negatif atau menganggap diri mereka lebih gemuk. Terdapat sebanyak 41,1% sampel merasa memiliki berat badan yang lebih dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya yaitu mereka merasa gemuk akan tetapi keadaan sebenarnya kurus, merasa normal tetapi kurus dan bahkan ada yang merasa gemuk padahal sudah memiliki status gizi normal.

Dalam harian kompas ( 27 Maret 2009 ) juga di ulas mengenai anorexia nervosa yang lebih banyak di derita remaja putri yang berusia 14 sampai 18 tahun dan mereka mempunyai kecemasan berlebih dan juga mereka sering memperspsikan keadaan tubuh mereka itu gemuk, mereka

(4)

4

juga berpendapat bahwa kelangsingan tubuh meupakan daya tarik utama pergaulan.

Namun, kadang-kadang remaja sendiri tidak mengetahui secara pasti mengenai sebenarnya bagaimana ukuran berat badan yang ideal, hal ini lebih sering di dorong oleh persepsi mereka sendiri, bahwa bentuk badan ideal adalah badan yang kurus, jangkung dan kako yang jenjang. Remaja sering salah mempersepsikan mengenai apa yang disebut dengan kata gemuk, sehingga meskipun sebenarnya seorang remaja memiliki badan yang tidak begtu gemuk ia terus menerus tetap merasakan dirinya gemuk, bahkan ia merasa perlu untuk minum berbagai obat pelangsing karena perasaan cemas mengenai keadaan dirinya. Hal ini didukung dngan semakin banyak nya jenis obat obatan yang di tawarkan untuk meguruskan badan, sehingga bukan tidak mungkin hal yang justru akan menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan yang oleh banyak ahli kesehatan disebt dengan anorexia nervosa, maag dan gagguan keseimbangan gizi dan banyak lagi.

.

Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka sendiri karena kegagalan dan kekecewaan hidup, atau karena perlakuan atau sikap orang lain terhadap kita (Ardhiyanto, 2014). Gangguan diri akan berpengaruh terhadap perasaan seperti merasa rendah diri, tidak pantas, merasa dibenci dan kurang semangat (Gunarsih (2012).

(5)

5

Persepsi negatif dari seseorang tentang bentuk tubuhnya, seperti persepsi bahwa mereka memiliki bentuk badannya yang tidak ideal, dalam beberapa kasus dapat menyebabkan gangguan mental seperti depresi atau gangguan makan, meskipun sebenarnya dapat muncul berbagai alasan yang berbeda mengapa gangguan ini dapat terjadi.

Perubahan fisik yang tidak sesuai dengan harapan dan standar di masyarakat serta lingkungan tempat remaja bergaul memunculkan ketidakpuasan tubuh yang kemudian memengaruhi keadaan remaja secara psikis maupun biologis. Moore dan Franko (Susi, 2012 : 18) menjelaskan bahwa citra tubuh adalah komponen yang penting dalam hidup manusia karena adanya gangguan pada citra tubuh dapat mengakibatkan dampak negatif secara psikologis, seperti perasaan minder dan tidak percaya diri, gangguan pola makan, diet yang tidak sehat, kecemasan, bahkan depresi.

Pernyataan ini sejalan dengan penelitian Tarigan pada tahun 2007 terhadap 191 remaja obesitas dan 182 tidak obesitas di Yogyakarta yang memberikan hasil bahwa sebanyak 91% remaja obesitas mengalami gangguan citra tubuh dan dinyatakan dengan perasaan tidak puas terhadap ukuran tubuhnya sehingga menimbulkan rasa tidak percaya diri (Putri, 2012 : 3).

Sedangkan penelitian yang dilakukan di luar negeri salah satunya oleh Levine & Smolak pada tahun 2012 yang menjelaskan bahwa 40-70%

remaja putri di Amerika berusia antara 12 – 17 tahun merasa tidak puas dengan dua anggota tubuh mereka atau lebih, sedangkan di berbagai

(6)

6

negara berkembang antara 50-80% remaja putri mendambakan tubuh yang lebih kurus dan hampir 20-60% diantaranya melakukan berbagai macam diet demi memperoleh bentuk tubuh yang mereka inginkan. Selanjutnya, sebuah studi yang dilakukan terhadap 136 remaja putri berusia 11 – 16 tahun sebagai subjek di Inggris memperoleh hasil bahwa harga diri dan kepuasan tubuh pada mereka yang melihat gambar model dengan postur tubuh kurus di suatu majalah kecantikan menjadi lebih rendah daripada sebelumnya (Clay, et.al., 2010).

Berbagai penelitian terdahulu mengenai citra tubuh memberikan hasil bahwa citra tubuh berkorelasi dengan berbagai aspek psikologis. Semakin tinggi citra tubuh positif individu maka akan semakin baik pula aspek psikologis lainnya, sedangkan semakin buruk citra tubuh individu maka akan semakin negatif pula aspek psikologis lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Adiningsih pada tahun 2008 di Surabaya memberikan hasil bahwa citra tubuh berkorelasi positif terhadap perilaku makan remaja. Semakin negatif citra tubuh remaja, maka pola makan remaja semakin buruk dan cenderung melakukan berbagai diet (Nurani, 2010 : 12).Penelitian lain, dilakukan oleh Lia Rohliyani pada tahun 2011 tentang hubungan antara citra tubuh dan perilaku konsumtif remaja kelas XI di SMA Negeri 24 Bandung memberikan kesimpulan bahwa remaja yang memiliki citra tubuh yang negatif akan semakin banyak menghabiskan uang untuk perawatan demi memperoleh bentuk tubuh yang diinginkan dan lebih banyak membeli barang-barang yang sebenarnya tidak begitu

(7)

7

diperlukan hanya untuk memperoleh pengakuan dari teman sebaya nya sebagai cara untuk menutupi kekurangannya secara fisik.

Hasil wawancara yang telah saya lakukan dengan 8 remaja putri pada hari jum’at tanggal 22 Maret 2019 di SMKN 9 Bandung, 5 dari 8 siswi remaja putri mengatakan kurang percaya diri dikarenakan mempunyai bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan apa yang di inginkan. Salah satu remaja putri yang berinisial AN menyatakan bahwa bentuk tubuh yang dimilikinya saat ini sangatlah tidak ideal dibandingkan dengan remaja putri lainya, putri ini mengatakan berat badan nya 63kg dengan tinggi 151cm. Ini berati AN memiliki body image yang negatif terhadap dirinya.

Akibatnya AN memiliki kepercayaan diri yang rendah ketika keluar rumah dan memakai baju ataupun ketempat yang ramai. AN harus memikirkan penampilanya agar tidak terlihat begitu buruk di antara orang orang yang memiliki tubuh yang ideal. menurut FD jika bentuk tubuh saya sedikit gemuk atau gendutan makan akan merasa tidak percaya diri dan merasa tidak menarik, TF juga mengatakan jika menjadi kurus atau langsing itu impian semua wanita, oleh karena itu TF rajin meminum obat untuk melangsingkan badan agar tetap terlihat tetap kurus.

Berdasarkan data dan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ”Hubungan Persepsi Remaja tentang Kegemukan dengan Body Image pada remaja putri di SMK Negeri 9 Kota Bandung”

(8)

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan masalah penelitian yaitu : Hubungan Persepsi Remaja Tentang Kegemukan Dengan Body image Pada Remaja Putri.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya Hubungan Persepsi Remaja Tentang Kegemukan Dengan Body image Pada Remaja Putri.

2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengidentifikasi persepsi remaja tentang kegemukan 2) Untuk mengidentifikasi body image pada remaja putri.

3) Untuk mengidentifikasi hubungan persepsi persepsi remaja tentang kegemukan dengan body image pada remaja putri.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Instansi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan yang positif dan berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan untuk pelaksaan proses pembelajaran agar dapat memberikan motivasi yang baik dalam peningkatan body image (citra tubuh), khususnya bagi remaja dengan kegemukan (obesitas) sehingga dapat dijadikan acuan bagi pelayanan kesehatan ataupun pihak

(9)

9

sekolah untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan dari kegemukan (obesitas).

b. Teoritis

Bagi peniliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi bidang keperawatan jiwa dalam kesehatan khususnya mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bandung mengenai kesehatan jiwa pada remaja.

c. Praktis

Bagi guru disekolah diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi atau menjadi salah satu sumber informasi terkait dengan perubahan persepsi pada remaja dengan persepsi remaja tentang kegemukan dengan body image (citra tubuh) terutama dalam memberikan edukasi pada remaja dalam hal ini terkait dengan body image atau citra diri .

E. Ruang Lingkup 1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMKN 9 Bandung, Jawa Barat.

Bertempat di ruang aula dan ruang praktek tata busana.

2. Waktu

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan agustus.

(10)

10

3. Materi

Ruang lingkup penelitian ini merupakan penelitian yang masuk dalam lingkup keperawatan jiwa. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan studi korelasional dan menggunakan uji Spearman Rank. Metode pengambilan data dengan menyebarkan kuesioner Body Image menggunakan Multidimensional Body Self Relations Questionnaire Appearance Scale ( THE MBSRQ – AS ) 33 item dan kuesioner persepsi tentang kegemukan sebanyak 42 pernyataan, dan untuk kuesioner persepsi tentang kegemukan di adopsi dari penelitian yang di teliti oleh Yacinta Aditha Setya Wardani dengan judul penelitian “ Hubungan Antara Persepsi Tentang Kegemukan Diri Dengan Kecemasan Terhadap Keadaan Tubuh Pada Remaja Putri “ dengan jumlah kuesioner persepsi sebanyak 42 pernyataan.

Populasi responden adalah remaja siswi SMK dengan kelas X – XII yang berjumlah 1069 orang.

Referensi

Dokumen terkait

Per soal ankej ahat ant i dakt er bat aspadamasal ahzamant eknol ogi moder nsaati ni .Dewasai ni ,i l mupenget ahuandant eknol ogiber kembang semaki nmaj udanr el at i fcepat

Berbeda dengan diet-diet popular lainnya, food combining tetap membuat pelakunya makan enak tetapi tubuh semakin sehat dan bahkan ukuran tubuh menjadi ideal, efek pola makan ini