1 A. Latar Belakang
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke- 5 Nawa Cita yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung pemerataan pelayanan kesehatan dan perlindungan finansial.1
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama yaitu penerapan paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN); 1) penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif serta pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit) serta kendali mutu dan kendali biaya, semuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.1
Tahapan pelaksanaan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK) di Kota Cimahi di mulai pada Tahun 2017 di Puskesmas
Cimahi Selatan. Kemudian pada tahun 2018 mulai di lakukan pelatihan bagi tenaga puskesmas, dilanjutkan dengan pelaksanaan pendataan di seluruh puskesmas di Kota Cimahi.
Hasil capaian pendataan PIS-PK Kota Cimahi sampai dengan Bulan April Tahun 2019 mendapatkan hasil sebagai berikut: 1) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) sebesar 68,98%; 2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan sebesar 94,40%; 3) Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap sebesar 91,75%; 4) Bayi mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif sebesar 77,31%; 5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan sebesar 86,92%; 6) Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar sebesar 58,80%; 7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur sebesar 26,89%; 8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan sebesar 43,33%; 9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok sebesar 42,25%; 10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebesar 69,45%; 11) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih sebesar 98,24%; 12) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat sebesar 91,15%. Berdasarkan indikator tersebut, maka terdapat hasil capaian Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kota Cimahi sebesar 0,28% dan masuk tingkatan Keluarga Tidak Sehat. 2
Prevalensi hipertensi Tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 8,36%, Jawa Barat sebesar 9,67% (RISKESDAS 2018), Kota Cimahi sebesar 23,0%, dan Puskesmas Cipageran sebesar 6,4 % (Profil Tahun 2018), untuk hasil prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran
pada Penduduk Umur ≥18 tahun, di Indonesia sebesar 34,11%, Jawa Barat sebesar 39,60% (RISKESDAS 2018), Kota Cimahi sebesar 67,88%, Puskesmas Cipageran sebesar 66,6 % (Profil Tahun 2018), untuk proporsi kerutinan mengukur tekanan darah pada penduduk umur ≥ 18 tahun, di Indonesia yang rutin sebesar 12,0%, kadang-kadang sebesar 47,0%, tidak rutin sebesar 41,0%, di Jawa Barat yang rutin sebesar 14,0%, kadang-kadang sebesar 44,9%, tidak rutin sebesar 41,0% (RISKESDAS 2018).3,4
Sedangkan berdasarkan hasil pendataan PIS-PK sampai dengan Bulan April 2019, menunjukan capaian indikator penderita hipertensi yang melakukan pengobatan teratur di Indonesia sebesar 23,97%, Jawa Barat sebesar 25,90%, sedangkan Kota Cimahi sebesar 26,89%, melihat hasil tersebut Kota Cimahi capaiannya masih diatas rata-rata di Indonesia dan Jawa Barat, hal ini menunjukan bahwa hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang saat ini masih menjadi masalah di Indonesia.2
Hasil capaian pendataan penderita hipertensi yang berobat teratur sampai dengan bulan April Tahun 2019 di puskesmas Kota Cimahi adalah:1) Puskesmas Padasuka sebesar 63,95% dari 2 kelurahan, yaitu: Kelurahan Padasuka sebesar 29,36% dan Kelurahan Setiamanah sebesar 34,59%; 2) Puskesmas Pasirkaliki sebesar 39,31% dari Kelurahan Pasirkaliki; 3) Puskesmas Cimahi Selatan sebesar 36,68% dari Kelurahan Utama; 4) Puskesmas Melong Tengah sebesar 36,67% dari Kelurahan Melong; 5) Puskesmas Cimahi Tengah sebesar 35,18% dari 2 kelurahan, yaitu: Kelurahan Cimahi sebesar 18,52% dan Kelurahan Karang Mekar sebesar 16,66%; 6)
Puskesmas Cigugur Tengah sebesar 32,43% dari 2 kelurahan, yaitu: Kelurahan Cigugur Tengah sebesar 17,00% dan Kelurahan Baros sebesar 15,43%; 7) Puskesmas Cimahi Utara sebesar 32,14% dari Kelurahan Cibabat; 8) Puskesmas Citeureup sebesar 32,08% dari Kelurahan Citeureup; 9) Puskesmas Melong Asih sebesar 30,34% dari Kelurahan Melong; 10) Puskesmas Leuwigajah sebesar 28,62% dari Kelurahan Leuwigajah; 11) Puskesmas Cibeureum sebesar 25,37% dari Kelurahan Cibeureum; 12) Puskesmas Cipageran sebesar 25,02% dari Kelurahan Cipageran; dan 13) Puskesmas Cibeber sebesar 24,47% dari Kelurahan Cibeber.2
Dari ke-13 Puskesmas di Kota Cimahi, terdapat 3 Puskesmas dengan cakupan penderita hipertensi berobat teratur yang rendah yaitu yang pertama Puskesmas Cibeureum (25,37%), yang kedua Puskesmas Cipageran (25,02%), dan yang ketiga Puskesmas Cibeber (24,47%).2
Melihat data diatas, terlihat hasil capaian untuk penderita yang berobat teratur masih rendah, perlu diketahui dampak yang ditimbulkan oleh penyakit hipertensi sangat luas, bahkan dapat berakhir pada kematian. Hipertensi juga dijuluki sebagai silent killer, karena dapat mengakibatkan kematian mendadak bagi penderitanya, selain itu hipertensi dapat menimbulkan beban biaya yang cukup tinggi bagi penderita apabila memerlukan perawatan di rumah sakit.5
Capaian pendataan PIS-PK yang masih rendah pada indikator penderita hipertensi, yaitu rendahnya penderita hipertensi berobat secara teratur dapat dipengaruhi berbagai faktor, antara lain adanya tingkat literasi kesehatan dari penderita hipertensi, sejalan dengan penelitian yang dilakukan Soemitro
(2014), mengenai tingkat literasi kesehatan pasien hipertensi di Kabupaten Malang menunjukan bahwa sekitar 65,35% responden memiliki tingkat literasi kesehatan yang buruk.6
Penelitian yang dilakukan oleh Irma, dkk menyimpulkan bahwa secara statistik health literacy fungsional lebih baik pada kelompok yang diberikan edukasi dibanding kelompok yang tidak diberikan edukasi, sedangkan pada level komunikatif dan kritikal pasien hipertensi tidak terdapat perbedaan yang signifikan, akan tetapi secara proporsi metode edukasi yang digunakan berpengaruh terhadap health literacy pasien hipertensi.7
Literasi kesehatan sangat penting untuk keterlibatan pasien. Jika orang tidak bisa memperoleh, mengolah, dan memahami informasi kesehatan dasar, mereka tidak akan dapat melakukannya dalam menjaga diri mereka sendiri dengan baik atau membuat keputusan yang berhubungan dengan kesehatan.
Meningkatkan literasi kesehatan sangat penting dalam penanggulangannya kesenjangan kesehatan. Orang dengan melek kesehatan yang rendah memiliki kesehatan yang lebih buruk status dan tingkat yang lebih tinggi dari masuk rumah sakit, cenderung tidak patuh untuk perawatan yang ditentukan dan rencana perawatan, akan lebih banyak obat dan kesalahan pengobatan, dan kurang memanfaatkan layanan pencegahan.8
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, Puskesmas Cipageran berada di urutan kedua terendah dari 13 puskesmas di Kota Cimahi. Peneliti menjadikan Puskesmas Cipageran sebagai tempat penelitian dikarenakan Puskesmas Cipageran merupakan daerah yang wilayahnya cukup luas, yaitu
sekitar 594,317 Ha dengan letak geografis masih terdapat perbukitan, masih ada lahan perkebunan dan peternakan, kemudian pekerjaan masyarakat yang bervariasi dari mulai petani, buruh dan pekerjaan yang lainnya, sampai saat ini menurut informasi dari Kepala Puskesmas Cipageran di Puskesmas Cipageran belum ada yang pernah melakukan penelitian mengenai literasi kesehatan untuk penderita hipertensi, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai intervensi penderita hipertensi yang berbasis literasi kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Cipageran Kota Cimahi.
B. Identifikasi Masalah
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM) yang saat ini berada di urutan pertama sebagai penyakit terbanyak di Puskesmas Cipageran.
Berdasarkan latar belakang, masalah pokoknya adalah masih rendahnya hasil capaian penderita hipertensi melakukan pengobatan teratur di Kota Cimahi sampai dengan Bulan April Tahun 2019 yaitu sebesar 26,89%. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tingkat literasi kesehatan dan pengetahuan dari penderita hipertensi sangat penting untuk diketahui, karena hal ini dapat dipengaruhi dari faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan seorang penderita hipertensi dalam memperoleh atau mengakses, memahami, menilai dan menerapkan informasi kesehatan, dalam menjaga diri mereka sendiri dengan baik atau membuat keputusan yang berhubungan dengan kesehatan, sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana intervensi penderita hipertensi berbasis literasi kesehatan di Puskesmas Cipageran Kota Cimahi Tahun 2019?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengevaluasi literasi kesehatan penderita hipertensi sebagai bahan intervensi berkelanjutan di Puskesmas Cipageran.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran karakteristik penderita hipertensi berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
b. Mengetahui gambaran literasi kesehatan penderita hipertensi berdasarkan akses, memahami, menilai dan menerapkan.
c. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan literasi kesehatan.
d. Merumuskan model intervensi hipertensi berbasis literasi kesehatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini sebagai masukan agar puskesmas dapat menggunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan upaya yang tepat dalam mengevaluasi pelayanan atau intervensi berkelanjutan yang telah diberikan mengenai penyakit hipertensi kepada masyarakat.
2. Bagi STIKes Dharma Husada
Hasil penelitian ini dapat memberikan penambahan wawasan mengenai bagaimana melakukan penelitian intervensi berkelanjutan yang berkaitan dengan perbaikan tingkat literasi kesehatan pada masyarakat.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bisa dijadikan sebagai sumber referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai intervensi berkelanjutan penderita hipertensi mengenai literasi kesehatan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Mixed Methods dengan desain sequential explanatory. Metode ini menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan.9
Instrumen yang digunakan dalam penelitian kuantitatif dapat berupa wawancara terstruktur, dengan menggunakan kuesioner (disertai uji validitas dan realibilitas) dan untuk penelitian kualitatif menggunakan pedoman wawancara mendalam tentang bagaimana intervensi penderita hipertensi berbasis literasi kesehatan.
Populasi sampel penelitian adalah penderita hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas Cipageran. Sampel pada penelitian ini adalah penderita hipertensi yang sudah diintervensi untuk dijadikan responden. Teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling. Penelitian ini dilakukan di wilayah puskesmas di Puskesmas Cipageran Kota Cimahi.